1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang menganut sistem
pemerintahan demokrasi. Pemerintahan demokrasi tidak akan berjalan dengan
baik jika tidak didukung dengan kultur demokratis yang dimiliki oleh warga
masyarakatnya. Guna mewujudkan itu semua, nilai-nilai demokrasi
ditanamkan melalui lembaga pendidikan mulai dari tingkat pertama yaitu
sekolah dasar. Tujuannya adalah membina para generasi penerus bangsa agar
mempunyai pengetahuan dan sikap yang sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia yaitu menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3 UU
No. 20 tahun 2003).
Paul Suparno (2004: 37) menyatakan bahwa nilai demokrasi merupakan
nilai yang membentuk sikap tidak diskriminatif. Setiap orang mendapatkan
hak dan perlakuan yang sama di mata negara tanpa menghiraukan latar
belakang suku, ras, agama, tingkatan sosial, dan gender. Demokrasi
mengajarkan manusia untuk tidak membeda-bedakan satu sama lain, saling
menghormati, dan toleransi. Demokrasi mengajarkan manusia untuk
menghargai hak orang lain tanpa terkecuali, akan tetapi sekarang ini masih
2
Akhir-akhir ini sering terjadi penyimpangan seperti kasus korupsi,
tawuran baik antar warga maupun antar pelajar, mencontek saat ujian,
kekerasan yang dilakukan pelajar, dan lain sebagainya yang seharusnya tidak
terjadi di Indonesia yang menganut pemerintahan demokrasi. Demokrasi
memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk melakukan apa yang
diijinkan yang artinya kebebasan seseorang dibatasi oleh aturan-aturan yang
berlaku dalam suatu masyarakat.
Salah satu dari tujuan pendidikan di Indonesia adalah menjadikan
masyarakat menjadi warga negara yang demokratis. Oleh karena itu,
pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, dan kemajemukan bangsa (UU No. 20 tahun 2003 tentang
Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan).
Sekolah merupakan lembaga formal sebagai tempat untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional. Sekolah mempunyai peranan penting dalam
membina dan mengembangkan potensi yang dimiliki siswa agar dapat
menjalankan tugas kehidupannya sebagai individu maupun bagian dari
masyarakat. Sekolah berperan mencerdaskan siswa dalam bidang
pengetahuan, selain itu sekolah berperan dalam menanamkan nilai-nilai
demokrasi kepada peserta didik. Pengetahuan demokrasi di sekolah dasar
disampaikan pada mata pelajaran PKn, sedangkan nilai-nilai demokrasi dapat
3
membantu siswa memahami nilai-nilai demokrasi agar dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Arief S. Sadiman (2001: 2-4) menyebutkan bahwa sekolah yang
menerapkan nilai-nilai demokrasi harus memenuhi beberapa indikator, seperti
kurikulum yang fleksibel, sarana dan pra sarana yang mencukupi untuk semua
mata pelajaran dan memenuhi karakteristik peserta didik, guru yang bersikap
demokratis, serta proses pembelajaran yang menyenangkan dan melibatkan
peran aktif siswa guna mengembangan potensi yang dimiliki.
Setelah mengadakan pra pengamatan di tiga sekolah dasar yaitu SD
Negeri Umbulwidodo, SD Negeri Pusmalang, dan SD Negeri Kiyaran 2 dalam
pelaksanaan nilai demokrasi kepada peserta didik tampak bahwa SD Negeri
Kiyaran 2 lebih gencar dalam menanamkan nilai demokrasi kepada peserta
didik. Hal ini termuat dalam visi misi SD Negeri Kiyaran 2 yang di dalamnya
memuat nilai-nilai demokrasi. Visi misi ini merupakan suatu bentuk
keseriusan sekolah dalam membentuk insan pendidikan yang mempunyai
nilai-nilai demokrasi, tidak hanya menjadi pengetahuan yang harus dimiliki
peserta didik, tetapi juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan sekolah yang baik belum diimbangi dengan pelaksanaan yang
baik pula. Pendidikan yang bernuansa demokrasi belum berjalan sesuai
dengan harapan warga sekolah. Pada kenyataannya, SDN Kiyaran 2 masih
mengalami kesulitan dalam menanamkan nilai demokrasi kepada siswa. Siswa
masih melakukan penyimpangan yang kurang sesuai dengan nilai demokrasi
4
memperhatikan saat proses pembelajaran, tidak peduli terhadap lingkungan,
berkelahi, meminta uang kepada teman secara paksa, tidak mengerjakan PR
serta sikap membeda-bedakan, dan kurang terlibat aktif dalam pembelajaran.
Bertitik tolak dari beberapa permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk
meneliti mengenai pelaksanaan nilai demokrasi serta hambatan yang dihadapi
dalam pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 Desa Wukirsari
Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Peneliti mengangkat judul
“Pelaksanaan Nilai Demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 Desa Wukirsari
Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka muncul
beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1. Masih terdapat penyimpangan yang dilakukan oleh siswa SD Negeri
Kiyaran 2 yang melanggar nilai demokrasi.
2. Kegiatan belajar mengajar lebih cenderung pada proses penyampaian
informasi kepada siswa, sehingga guru terkesan dominan saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung.
3. Pelaksanaan nilai demokrasi yang dilakukan di SDN Kiyaran 2 belum
banyak diketahui oleh masyarakat sekitar.
4. SDN kiyaran 2 masih mengalami hambatan dalam melaksanakan nilai
5 C. Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini
difokuskan pada masalah pelaksanaan nilai demokrasi dan hambatan yang
dihadapi dalam pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 Desa
Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 Desa
Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman?
2. Mengapa guru masih mengalami hambatan dalam pelaksanaan nilai
demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 Desa Wukirsari Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, fokus
penelitian, dan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Mengetahui pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 Desa
Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.
2. Mengetahui hal yang menyebabkan guru masih mengalami hambatan
dalam pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 Desa
6 F. Manfaat Penelitian
Secara terperinci, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi kepala sekolah terkait pelaksanaan nilai
demokrasi untuk mengadakan perbaikan dan pembenahan yang dirasa
perlu agar visi dan misi sekolah dapat tercapai sesuai dengan harapan dan
tujuan pendidikan pada umumnya.
2. Bagi guru kelas, dengan mengetahui hambatan yang dihadapi dalam
pelaksanaan nilai demokrasi, maka dapat dijadikan pertimbangan bagi
guru untuk mensiasati dalam pelaksanaan nilai demokrasi agar tercapai
tujuan yang diinginkan.
3. Bagi mahasiswa calon guru, memberikan gambaran tentang menjadi guru
yang efektif, tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja tetapi juga
menanamkan nilai-nilai karakter terutama demokrasi yang dibutuhkan
siswa dalam kehidupannya.
G. Definisi Istilah
1. Pelaksanaan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mewujudkan semua
yang direncanakan dengan dilengkapi segala kebutuhan yang diperlukan
seperti, alat-alat, orang yang melaksanakan, dan bagaimana sesuatu itu
dilaksanakan.
2. Nilai demokrasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai partisipasi,
7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori Nilai Demokrasi 1. Pengertian Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga ataupun sesuatu yang dianggap
bermutu, sehingga berguna bagi manusia. Nilai merupakan hal yang
dijunjung tinggi oleh sekelompok orang yang mempercayainya. Sjarkawi
(2006: 29) mengatakan bahwa nilai adalah kualitas suatu hal yang
menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai, dan dapat
menjadi objek kepentingan. Objek kepentingan yang dimaksudkan adalah hal
yang dibutuhkan oleh setiap orang. Setiap orang membutuhkan nilai yang
digunakan untuk mengatur kehidupan sehari-hari dalam bertindak.
Nilai sering disebut juga dengan aturan, di mana peraturan dibuat untuk
mengatur tindakan manusia agar tertib dan teratur. Peraturan digunakan untuk
mengatur tingkah laku seseorang agar tidak berperilaku sewenang-wenang
dan tanpa kendali, sehingga membuat perilaku masyarakat di daerah tertentu
menjadi lebih baik. Aturan berisi hal baik yang harus dilakukan dan hal buruk
yang harus dihindari. Hal senada diungkapkan oleh Nurul Zuriah (2007: 19)
yang mengemukakan bahwa nilai adalah pola keyakinan suatu masyarakat
tentang hal baik yang harus dilakukan dan hal buruk yang harus dihindari
dalam berperilaku. Masyarakat harus mengenali, memilih, dan menetapkan
nilai-nilai apa saja yang digunakan sebagai pedoman dalam berperilaku dan
8
Segala sesuatu yang berharga dianggap nilai. Setiap yang berharga akan
dicari oleh manusia, seperti yang diungkapkan oleh Paul Suparno, dkk (2006:
75) yang menyatakan bahwa nilai adalah hakikat sesuatu yang menyebabkan
hal itu pantas dikejar oleh manusia. Keinginan untuk hidup dalam kedamaian
dan keteraturan, manusia menjadikan nilai sebagai pedoman dalam menjalani
kehidupan. Nilai menjadi dasar dalam membuat tata aturan dalam
masyarakat. Nilai-nilai yang ada di satu daerah akan berbeda dengan daerah
lain. Nilai dalam suatu daerah dipengaruhi oleh norma, keyakinan dan
kebudayaan masing-masing meskipun untuk mencapai tujuan yang sama,
yaitu perdamaian dan ketenteraman.
Bertens (Paul Suparno, 2006: 76) menambahkan bahwa nilai
merupakan sesuatu yang menarik bagi kita, sesuatu yang kita cari, sesuatu
yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan dan sesuatu yang
baik. Nilai membuat kehidupan manusia menjadi lebih teratur, hal ini
disebabkan karena nilai merupakan anugerah Tuhan yang artinya setiap
manusia dianugerahi hal yang sama pada waktu dilahirkan. Perkembangan
aspek nilai selajutnya dipengaruhi masyarakat di mana dia tinggal. Manusia
hanya dapat menemukan, memahami, menghayati, dan mewujudkannya
dalam tindakan nyata.
Nilai merupakan hal yang melekat pada objek sehingga disukai dan
dicari oleh banyak orang. Suatu objek akan bernilai jika ada subjek yang
memberikan penilaian terhadap objek tersebut. Baik dan buruk penilaian
9
masyarakat dan pengalaman orang yang memberikan penilaian. Nilai
dijadikan suatu pijakan dan dipegang teguh oleh masyarakat menjadi suatu
keyakinan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu
hal baik yang diinginkan oleh setiap orang dan dijadikan pedoman dalam
kehidupan manusia. Nilai menjadi seperangkat aturan yang harus dipatuhi
demi kepentingan bersama yaitu kehidupan yang tertib dan nyaman. Nilai
dijadikan manusia sebagai faktor pendorong dan pedoman dalam mencapai
tujuan kehidupan. Oleh karena itu perlu melakukan pengajaran nilai sejak dini
untuk menjaga stabilitas kebudayaan dari generasi ke generasi.
2. Pengertian Demokrasi
Istilah demokrasi sering digunakan dalam sistem pemerintahan. Negara
yang demokrasi merupakan negara yang meletakan kekuasaan tertinggi di
tangan rakyatnya. Rakyat dilibatkan dalam menentukan setiap kebijakan
dalam pemerintahan. Seperti yang dikemukakan oleh Abd. Rahman Assegaf
(2004: 140) yang mendefinisikan demokrasi dari asal usul kata yaitu berasal
dari kata demos yang artinya rakyat, dan kratos yang artinya kekuasaan.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Harris Soche (Winarno, 2010: 91),
demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena kekuasaan
pemerintahan itu melekat pada diri rakyat. Oleh karena itu, rakyat berhak
untuk mengatur, mempertahankan, dan melindungi dirinya dari paksaan dan
10
Terdapat pengertian mengenai demokrasi yang dianggap paling
popular, yaitu pengertian demokrasi dari Abraham Liconln (Winarno, 2010:
92) yang menyatakan bahwa demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat (government of people, by the people, and for the
people). Pengertian pemerintahan dari rakyat, suatu pemerintahan yang sah
adalah pemerintahan yang mendapatkan pengakuan dan dukungan mayoritas
rakyat melalui demokrasi, pemilihan umum. Pengertian pemerintahan oleh
rakyat yaitu pemerintahan menjalankan kekuasaannya atas nama rakyat,
bukan dorongan pribadi. Roda pemerintahan berada pada pengawasan rakyat
baik secara langsung maupun perwakilan. Pengertian pemerintahan untuk
rakyat adalah kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah harus
dijalankan untuk kepentingan rakyat.
Demokrasi yang berkembang di Indonesia adalah demokrasi pancasila.
Winarno (2007: 102) mengungkapkan bahwa pancasila adalah ideologi
nasional, yaitu seperangkat nilai yang dianggap baik, sesuai, adil, dan
menguntungkan bangsa. Pancasila menjadi cita-cita masyarakat, sehingga
dijadikan pedoman dalam membuat keputusan. Selain itu, pancasila menjadi
alat pemersatu yang mampu menjadi sumber nilai bagi penyelesaian konflik
yang dihadapi masyarakat. Nilai-nilai dalam setiap sila pada pancasila
memuat nilai demokrasi, sehingga dijadikan sumber untuk menjalankan
demokrasi di Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan demokrasi adalah suatu
11
rakyat. Kekuasaan pemerintahan di tangan rakyat, meliputi pemerintahan dari
rakyat, pemerintahan oleh rakyat, dan pemerintahan untuk rakyat. Demokrasi
yang berjalan di Indonesia adalah demokrasi pancasila di mana nilai-nilai
dalam pancasila digunakan sebagai sumber dalam menjalankan pemerintahan.
3. Nilai Demokrasi
Nilai-nilai demokrasi telah ada sebelum Indonesia merdeka. Penanaman
nilai demokrasi pada masa sekarang ini bisa ditanamkan sejak dini melalui
kegiatan saling menghargai satu sama lain. Negara yang demokrasi akan
terwujud apabila seluruh warga masyarakatnya mempunyai nilai-nilai
demokrasi. Perilaku dan budaya demokrasi juga harus dibangun dalam
kehidupan bermasyarakat. Membangun budaya demokrasi tidak cukup
dengan membuat peraturan yang harus dipatuhi masyarakat, akan tetapi juga
perlu mengenalkan atau mensosialisasikannya kepada masyarakat.
Saiful Arif (2007, 58-59) mengatakan bahwa demokrasi tidak sebatas
sistem politik maupun aturan-aturan formal yang terdapat dalam konstitusi
saja. Keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan demokrasi ditentukan oleh
sejauh mana nilai-nilai lokal yang sejalan demokrasi itu diterapkan dalam
kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai demokrasi seperti, penghormatan
terhadap sesama, toleransi, penghargaan atas pendapat orang lain dan
kesamaan sebagai warga dan menolak adanya diskriminasi. Hal senada
dikemukakan oleh Paul Suparno (2004: 37) yang menyatakan bahwa nilai
demokrasi merupakan nilai yang membentuk sikap tidak diskriminatif.
12
dirinya dan orang lain sama. Demokrasi memberikan kesempatan yang sama
kepada setiap warga negara dan bekerjasama dengan orang lain tanpa
membeda-bedakan satu sama lain. Setiap orang mendapatkan hak dan
perlakuan yang sama di mata negara tanpa menghiraukan latar belakang suku,
ras, agama, tingkatan sosial, dan gender. Demokrasi tidak memperbolehkan
terjadinya penindasan baik yang bersifat perorangan maupun kelompok. Nilai
demokrasi mengajarkan individu untuk saling menghormati satu sama lain.
Senada dengan pendapat Zamroni (2001: 32) yang menyebutkan nilai
demokrasi yaitu, a) toleransi, b) kebebasan mengemukakan pendapat, c)
menghormati perbedaan pendapat, d) memahami keanekaragaman dalam
masyarakat, e) terbuka dalam komunikasi, f) menjunjung nilai dan martabat
kemanusiaan, g) percaya diri atau tidak menggantungkan pada orang lain, h)
saling menghargai, i) mampu mengekang diri, j) kebersamaan, dan k)
keseimbangan. Nilai demokrasi tidak secara langsung ditanamkan pada diri
seseorang, melainkan tahap demi tahap. Nilai demokrasi yang menjadi fokus
penelitian ini meliputi nilai berpartisipasi, toleransi dan saling menghargai.
a. Partisipasi
Zamroni (2009: 55) menyatakan bahwa partisipasi menekankan
bahwa dalam masyarakat yang demokratis, setiap individu harus
berpartispasi dalam pengambilan keputusan. Setiap orang berhak dan
wajib memberikan suara sebagai perwujudan partisipasi dalam
menentukan kebijakan. Partisipasi mencerminkan kesadaran individu
13 b. Toleransi
Sri Narwanti (2011: 29) menyatakan bahwa toleransi adalah sikap
dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Terdapat
indikator sikap toleransi dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.
1) Pelayanan yang sama terhadap siswa tanpa membedakan suku, ras, agama, golongan, status sosial dan status ekonomi.
2) Memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus. 3) Bekerja dalam kelompok dengan teman-teman yang berbeda jenis
kelamin, agama, suku, dan tingkat kemampuan.
4) Tidak memaksakan pendapat/kehendak kepada orang lain. 5) Hormat-menghormati.
6) Mempunyai perasaan malu jika berbuat kesalahan, takut jika melanggar peraturan, senang jika berbuat kebaikan.
7) Basa-basi (ramah). 8) Sopan santu.
9) Bersuara sewajarnya dan tidak sombong.
c. Saling menghormati
Nurul Zuriah (2007: 69) mengungkapkan bahwa saling
menghargai/menghormati adalah sikap dan perilaku untuk menghargai
dalam hubungan antar individu dan kelompok berdasarkan norma dan tata
cara yang berlaku. Setiap orang harus mempunyai rasa saling menghargai
satu sama lain tanpa melihat dari latar belakang sosialnya. Rasa saling
menghargai tergambar dalam kehidupan sehari-hari seperti menyapa,
senyum, memberikan kesempatan orang lain untuk melakukan haknya, dan
lain sebagainya.
Menghormati perbedaan pendapat merupakan sikap dan perilaku
seseorang dalam memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
14
sendiri meskipun pendapat itu berbeda dengan orang lain. Jika terdapat
perbedaan, hendaknya diputuskan dengan musyawarah untuk mufakat
tanpa merugikan salah satu pihak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai demokrasi
adalah suatu pola keyakinan atau hal baik yang dijadikan pedoman hidup bagi
masyarakat guna mewujudkan kehidupan yang demokrasi. Nilai demokrasi
dalam penelitian ini dibatasi pada nilai partisipasi, toleransi dan saling
menghormati.
B. Pelaksanaan Nilai Demokrasi di Sekolah
Pendidikan demokrasi diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan
pemerintahan yang demokrasi, karena keberhasilan suatu negara dalam
menjalankan demokrasi ditentukan oleh pemerintahan yang demokrasi dan
masyarakat yang mengembangkan nilai demokrasi dalam kehidupannya.
Penanaman nilai demokrasi dapat dilakukan sejak anak masih kecil.
Pendidikan demokrasi pertama kali dilakukan di lingkungan keluarga sebagai
lingkungan pertama dalam kehidupannya. Keluarga sangat mempengaruhi
perkembangan nilai demokrasi dalam diri anak karena di dalam keluarga
hidup berbagai macam nilai demokrasi yang dilakukan setiap harinya.
Keluarga hanya mampu membimbing anak sampai usia lima sampai tujuh
tahun, setelah itu anak akan belajar mengembangkan dirinya di sekolah.
Sekolah bertugas mendidik anak untuk mengembangkan potensi dan
nilai yang dibawa dari keluarga, oleh karena itu sekolah mempunyai tujuan
15
negara. Sekolah demokratis akan menanamkan nilai demokrasi dalam
penyelenggaraan proses pembelajaran. Zamroni (2001: 9) mengatakan
pendidikan yang demokratis harus memiliki tujuan menghasilkan lulusan
yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan mampu
mempengaruhi pengambilan keputusan publik. Pendidikan demokrasi
dilakukan untuk mencetak penerus bangsa yang mempunyai nilai-nilai
demokrasi dalam kehidupannya untuk dapat melanjutkan kelangsungan
demokrasi dalam suatu negara.
Jika Zamroni mendefinisikan pendidikan demokrasi dari segi lulusan,
Abd. Rahman Assegaf menekankan pendidikan demokrasi pada proses
pelaksanaannya. Pendidikan demokrasi menurut Abd. Rahman Assegaf
(2004: 140-141) adalah pendidikan yang menerapkan sistem andragogi yaitu
menuntut keaktifan siswa untuk berbuat. Sekolah berperan untuk
mengembangkan potensi, bakat dan minat siswa serta memfasilitasi
keanekaragaman karakter siswa. Sekolah bertugas mendidik, mengajar, dan
memperbaiki serta memperhalus tingkah laku siswa yang dibawa dari
keluarga. Sekolah tidak seharusnya memaksakan kehendak kepada siswa.
Pemaksaan di sekolah akan menumbuhkan frustasi yang berakibat pada
menurunnya rasa percaya diri, keputusasaan, dan terjadinya kekerasan satu
dengan yang lain.
Penanaman nilai demokrasi hendaknya dilakukan kepada siswa sedini
mungkin untuk membentuk kepribadian anak. Penanaman nilai demokrasi
16
dkk (2003: 69) mengungkapkan bahwa penanaman nilai demokrasi dapat
diawali dengan aksi-aksi yang sederhana, seperti memberi kesempatan
kepada anak untuk melakukan aktivitas menggambar, mengamati, dan
mendiskusikan gambar. Setiap anak akan menghasilkan jawaban yang
berbeda satu sama lainnya. Penanaman nilai hendaknya dilakukan tahap demi
tahap dan harus diarahkan pada sikap yang bertanggung jawab dan masuk
akal. Penanaman nilai demokrasi dapat dimulai dengan sikap menghargai
perbedaan. Siswa diajak untuk mencapai keputusan bersama secara terbuka
dan saling menghormati. Hal tersebut merupakan dasar dari sikap demokratis.
Arief. S. Sadiman (2001: 2-4) menyebutkan bahwa sekolah yang
menerapkan nilai-nilai demokrasi harus memenuhi beberapa indikator sebagai
berikut.
1. Kurikulum yang fleksibel dapat dikembangkan oleh guru, dan mata pelajaran yang dapat dijadikan sebagai media sosialisasi nilai demokrasi.
2. Menggunakan buku sumber yang beragam, tidak hanya pada satu sumber saja.
3. Sarana dan prasarana yang dapat menunjang terwujudnya nilai demokrasi, seperti tempat duduk yang memudahkan ruang gerak siswa, perpustakaan yang berwarna-warni sehingga menimbulkan keinginan pada siswa untuk menjadikan perpustakaan sebagai sumber belajar, lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif.
4. Guru yang bersikap demokratis. Guru dapat menerima perbedaan, menghargai pendapat siswa, tidak menjadi satu-satunya sumber belajar, dan menciptakan suasana belajar yang demokratis.
17
secara lisan maupun tertulis (metode pembelajaran), g) melibatkan siswa dalam menentukan kebijakan sekolah, h) grafik prestasi siswa untuk mengoreksi diri dan bersikap terbuka dalam mengakui kelemahan dan kekurangan diri, dan i) penilaian yang demokratis, tidak hanya prestasi dan sikap siswa yang dinilai, akan tetapi guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menilai guru.
John Dewey (Zamroni, 2001: 19) mengemukakan bahwa sekolah yang
demokratis harus mendorong dan memberikan kesempatan semua siswa
untuk aktif berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, merencanakan
kegiatan, dan melaksanakan rencana tersebut. Ruang kelas merupakan forum
yang strategis bagi guru dan siswa untuk bersama-sama belajar menegakkan
nilai-nilai demokrasi seperti kebebasan berpendapat, kesamaan hak dan
kewajiban, serta tanggung jawab. Kegiatan belajar mengajar harus
menumbuhkan rasa saling menghormati dan persaudaraan antara siswa dan
guru dalam mata pelajaran apapun. Interaksi guru dan siwa bukan sebagai
subjek-objek, melainkan subjek-subjek yang sama-sama membangun karakter
dan sikap dalam individu. Guru berperan dalam membangkitkan rasa ingin
tahu, berkreasi dan berkarya di kalangan siwa agar kelak menjadi manusia
yang mandiri.
Sekolah demokratis dikembangkan dengan pola pembinaan siswa. Guru
harus mampu memberikan perhatian yang sama pada semua siswa, tanpa
membedakan antara yang pintar dengan yang belum pintar, tidak
membedakan antara yang rajin dengan yang belum rajin, semua memperoleh
perlakuan, walaupun bentuknya berbeda di antara keduanya. Siswa yang
sudah pintar diberi pengayaan dan yang belum pintar terus dibimbing agar
18
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan nilai
demokrasi di sekolah diselenggarakan oleh seluruh warga sekolah mencakup
kepala sekolah, guru, siswa dan karyawan sekolah. Pelaksanaan nilai
demokrasi meliputi kurikulum yang dapat digunakan dalam media sosialisasi
nilai demokrasi, buku sumber yang beragam, sarana dan pra sarana yang
memadai, guru yang demokratis, siswa yang berpartisipasi aktif dalam
kegiatan belajar mengajar, serta rencana pelaksanaan pembelajaran yang
sudah disiapkan untuk pembelajaran.
C. Pengertian Guru
Guru merupakan seseorang yang bertugas memberikan ilmu kepada
orang lain. Ahmad D. Marimba (Hasbullah, 2006: 17) mengatakan bahwa
guru atau pendidik adalah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk
mendidik. Siapa pun dapat menjadi pendidik, karena pendidikan merupakan
perbuatan sosial untuk mengembangkan pribadi anak didik menuju pribadi
dewasa.
Sutari Imam Barnadib (Arif Rohman, 2009: 149) mengatakan bahwa
pendidik adalah setiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain
untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi. Sependapat dengan
Sutari Imam Barnadib, Langevelt (Arif Rohman, 2009: 149) mengatakan
bahwa pendidik adalah orang yang dengan sengaja membantu orang lain
untuk mencapai kedewasaan.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
19
bertugas merencanakan dan melaksanakan tugas pembelajaran, dan menilai
pembelajaran. Guru adalah sebuah profesi. Oleh karena itu, untuk menjadi
seorang guru harus memenuhi persyaratan seperti yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah. Salah satunya adalah persyaratan kompetensi. Berdasarkan UU
Nomor 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 10 tentang Guru dan Dosen, kompetensi
yang harus dimiliki guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.
Pentingnya kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, maka UU
No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menjabarkan keempat kompetensi
guru sebagai berikut.
1. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh
pendidik di sekolah dalam mengelola interaksi pembelajaran bagi siswa.
2. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh
pendidik di sekolah yang berupa kepribadian yang mantap, berakhlak
mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan siswa.
3. Kompetensi professional
Kompetensi professional adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh
pendidik di sekolah berupa penguasaan materi pelajaran secara luas dan
20 4. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh
pendidik di sekolah untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif
dan efisien dengan siswa, sesama guru, orang tua/wali siswa, dan
[image:20.595.133.513.220.418.2]masyarakat sekitar.
Tabel 1. Bagan Profil Kompetensi Pendidik Pendidikan Formal No. Kompetensi Deskripsi
1. Kompetensi Pedagogik
Pemahaman dan pengembangan potensi siswa. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran Sistem evaluasi pembelajaran
2. Kompetensi Kepribadian
Kemantapan pribadi dan akhlak mulia Kedewasaan dan kearifan
Keteladan dan kewibawaan 3. Kompetensi
Profesional
Penguasaan materi keilmuan
Penguasaan kurikulum dan silabus sekolah Metode khusus pembelajaran bidang studi 4. Kompetensi
Sosial
Kemampuan berkomunikasi dan komputer Pengetahuan umum
Guru mempunyai peran yang sangat penting yaitu mendidik anak agar
menjadi manusia yang berpengetahuan dan bermoral dalam tahap mencapai
kedewasaannya. Menjadi seorang guru bukan merupakan hal yang mudah,
terutama guru sekolah dasar. Usia anak yang masih dalam operasional
konkret dan tahap meniru, membuat guru harus berhati-hati dalam bertindak
dan bertutur kata. Seorang guru harus berperilaku baik agar dapat menjadi
teladan bagi siswa.
Peter G. Beidler (Dede Rosyada: 2007: 113-115) menyebutkan bahwa
guru yang baik yaitu guru yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
21
mempunyai tujuan yang sangat muluk meski tidak berhasil dalam
pencapaiannya. Guru yang mempunyai sikap positif pada siswanya yang
lambat belajar maupun nakal, guru yang tidak mempunyai waktu untuk
bersantai karena waktunya habis digunakan untuk memberikan pelayanan
yang terbaik untuk siswanya. Selain itu, guru yang membuka kesempatan
bagi siswa untuk berdiskusi baik tentang mata pelajaran tertentu maupun
proses pembelajaran lainnya, membuat siswanya percaya diri, guru selalu
memberikan motivasi, serta mendengarkan setiap perkataan siswa sebagai
sikap menghargai pendapatnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga
pendidikan yang bertugas mengajar dan mendidik anak dalam mencapai
kedewasaan melalui proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
pembelajaran. Guru menjadi salah satu faktor penentu kesuksesan dalam
pendidikan. Oleh karena itu, seorang guru harus mempunyai keempat
kompetensi dasar mengajar. Guru selain bertugas untuk menyampaikan
materi pelajaran, juga bertugas menyampaikan nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat, nilai demokrasi salah satunya. Guru yang mampu mengajar
dengan keramahan, memberikan kesempatan yang sama pada setiap siswa,
menghargai pendapat siswa tanpa ada keberpihakan, maka guru tersebut
mempunyai kepribadian demokratis. Guru yang demokratis akan mampu
menanamkan nilai demokrasi kepada para siswa, selain itu guru yang dapat
menerima keberagaman siswa, menghargai pendapat siswa dan memberikan
22 D. Kajian tentang Peserta Didik
Peserta didik atau yang sering disebut dengan siswa adalah orang yang
menjadi subjek didik. Setiap peserta didik dilahirkan dengan segenap potensi,
bakat dan kemampuan yang dimilikinya. Peserta didik yang satu berbeda
dengan peserta didik yang lain, mereka mempunyai karakter dan sifat
masing-masing. Latar belakang keluarga yang berbeda menjadi faktor pembentukan
sikap yang dimilikinya. Sekolah harus mampu mengembangkan sikap dan
nilai yang dibawa peserta didik dari rumah ke sekolah. Oleh karena itu,
pendidikan nilai di sekolah harus sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat sekitarnya agar tidak terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh
siswa karena ketidakselarasan antara nilai-nilai yang berkembang di
masyarakat dengan yang diajarkan di sekolah.
Sutari Imam Barnadib (Arif Rohman, 2009: 105-106) mengatakan
bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan. Peserta didik sangat
tergantung dan membutuhkan bantuan dari orang lain yang memiliki
kewibaan dan kedewasaan. Sebagai anak, peserta didik masih dalam kondisi
lemah dan belum bisa hidup mandiri jika dibadingkan dengan orang dewasa,
akan tetapi dalam dirinya terdapat potensi dan bakat-bakat yang luar biasa
yang akan tumbuh berkembang melalui pendidikan.
Hasbullah (2006: 23) menyatakan bahwa anak didik adalah setiap orang
yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang
23
membina peserta didik agar dapat berdiri sendiri. Peserta didik membutuhkan
bantuan pendidik dalam proses kedewasaannya, yaitu suatu keadaan di mana
dia sanggup berdiri sendiri dan betanggung jawab akan dirinya, baik secara
individual maupun sosial.
Peserta didik tidak lagi berperan sebagai objek didik, akan tetapi
mereka adalah subjek didik yang mempunyai motivasi, semangat, keinginan,
ekspresi, cita-cita, dan mempunyai perasaan. Peserta didik ingin
mengembangkan diri agar dapat mengatasi permasalahan-permasalahan hidup
yang dijumpainya dalam kehidupan. Umar Tirtarahardja Dan La Sulo (Arif
Rohman, 2009: 107) menyebutkan ciri-ciri peserta didik yang harus dipahami
oleh pendidik adalah sebagai berikut.
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas sehingga
mereka dikatakan sebagai makhluk yang unik. Mereka memiliki potensi
yang berbeda satu sama lain yang dibawanya sejak lahir.
b. Individu yang sedang berkembang, selalu ada perubahan yeng terjadi pada
dirinya baik untuk kepentingannya maupun untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan.
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakukan
manusiawi. Peserta didik membutuhkan bantuan orang lain untuk
mengembangkan diri meskipun dia telah memiliki potensi dan bakat yang
dimilikinya.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Seorang anak
24
maupun warga masyarakat harus sedikit demi sedikit memberikan
kebebasan kepada anak untuk dapat mandiri.
E. Deskripsi Teori Kurikulum
Kurikulum memiliki beberapa pengertian, setiap ahli mengemukakan
kurikulum berdasarkan pandangan masing-masing. Oemar Hamalik (2009: 3)
menyatakan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh murid untuk memperoleh ijazah. Lebih lanjut Dakir (2010: 3)
menyatakan bahwa:
kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancang secara sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan siswa untuk mencapai pendidikan.
Wina Sanjaya (2008: 10) mengatakan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar. Isi dan bahan pelajaran yang dimaksudkan adalah bahan
pelajaran/materi pelajaran untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan oleh
sekolah (guru). Pengertian di atas menyatakan bahwa kurikulum mencakup
dua hal yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun oleh
guru dan implementasi dari rencana yang telah disusun.
Keberhasilan pelaksanaan kurikulum sangat ditentukan oleh guru.
Kurikulum utama sudah ditentukan oleh pusat dan guru bertugas untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan keadaan siswa dan kondidsi
25
pembelajaran dan memberikan pengalaman kepada siswa sesuai dengan
tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Guru dalam mengembangkan kurikulum hendaknya tidak hanya
menyampaikan materi pembelajaran saja, melainkan juga mengintegrasikan
nilai-nilai demokrasi dalam pembelajaran yang dilakukan. Pelaksanaan
kurikulum akan maksimal apabila terjalin kerjasama yang baik antara kepala
sekolah, guru, dan siswa. Selain itu, faktor sarana dan pra sarana juga turut
mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan kurikulum.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum
merupakan seperangkat rencana yang telah disusun oleh guru sebagai
pedoman dalam melaksanakan pembelajaran guna mencapai tujuan
pendidikan yang sudah ditentukan. Kurikulum berkaitan dengan perencanaan
yang dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan pembelajaran dan proses
pelaksanaannya.
F. Pengertian Sarana dan Pra Sarana
Keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran salah satunya
ditentukan oleh sarana dan pra sarana yang ada. Sarana dan pra sarana
mencakup alat dan fasilitas serta lingkungan pendidikan sebagai pendukung
proses pembelajaran. Suharno (2008: 30) mengungkapkan bahwa pengertian
sarana dan pra sarana pendidikan sebagai berikut.
26
jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun sekolah, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah digunakan untuk olahraga, maka komponen tersebut merupakan sarana.
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional khususnya pada pasal 45 menyatakan bahwa setiap satuan
pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan pra sarana yang
memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan
kejiwaan siswa. Sarana dan pra sarana yang terdapat di sekolah harus dapat
memfasilitasi perkembangan siswa, sehingga dapat memotivasi mereka untuk
aktif dalam pembelajaran dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Nanik Sulistyowati (2006: 11) mengutarakan sasaran standardisasi
sarana pendidikan SD meliputi alat peraga, alat pelajaran, media
pembelajaran untuk semua bidang mata pelajaran di SD, sedangkan pra
sarana pendidikan SD meliputi bangunan sekolah, perabot sekolah, dan
sarana Tata Usaha (TU) sekolah. Sarana dan pra sarana pendidikan
diharapkan memenuhi persyaratan dan bermutu sesuai tuntutan kurikulum
yang berlaku, penggunaannya dapat optimal dalam proses pembelajaran,
penggunaan dapat dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sarana adalah
segala fasilitas yang digunakan secara langsung dalam proses kegiatan belajar
27
dalam proses belajar mengajar, akan tetapi sebagai penunjang terlaksananya
kegiatan belajar mengajar. Sarana dan pra sarana sangat penting untuk
mendukung proses keberhasilan belajar mengajar, jika tanpa didukung
dengan sarana dan pra sarana yang memadai tentu akan menghambat sekolah
dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
G. Kerangka Pikir Penelitian
[image:27.595.121.504.308.720.2]Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian UU No. 20 Th 2003 pasal 4 ayat 1 tentang penyelenggaraan pendidikan
SDN Kiyaran 2
Kebijakan sekolah Visi Misi
Kepala sekolah Guru Siswa
Nilai Demokrasi
Pelaksanaan Nilai Demokrasi
Hambatan Pelaksanaan Nilai Demokrasi
28 H. Pertanyaan Penelitian
1. Pelaksanaan Nilai Demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2
a. Mengapa SD Negeri Kiyaran 2 menanaman nilai demokrasi kepada
peserta didik?
b. Bagaimana pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2
Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman?
2. Hambatan Pelaksanaan Nilai Demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2
a. Mengapa guru masih mengalami hambatan dalam pelaksanaan nilai
demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 Desa Wukirsari Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman?
b. Bagaimana cara guru meminimalisasi hambatan yang dihadapi
dalam pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 Desa
29 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Nana Syaodih Sukmadinata (2010: 60) menyatakan bahwa penelitian
kualitatif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan,
persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Sependapat
dengan Nana Syaodih, Bogdan dan Taylor (Lexy J. Moleong, 2005: 4)
mengungkapan bahwa penelitian kualitiatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Berdasarkan uraian di atas, pendekatan penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif deskriptif. Pendekatan ini digunakan agar peneliti dapat menemukan
data yang bersifat deskriptif mengenai pelaksanaan nilai demokrasi dan
hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri
Kiyaran 2.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian studi kasus karena peneliti
ingin mengungkapkan kegiatan yang dilakukan SDN Kiyaran 2 dalam
melaksanakan nilai demokrasi dan hambatan yang dihadapi sekolah dalam
pelaksanaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pelaksanaan
nilai demokrasi dan hambatan yang dihadapi SD Negeri Kiyaran 2 dalam
30 B. Subjek dan Objek Penelitian
Pemilihan subjek dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive
yaitu pengambilan sumber data atas dasar pertimbangan dan tujuan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini berarti orang yang dijadikan subjek adalah orang
yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan peneliti, atau dia
adalah penguasa sehingga dapat memudahkan peneliti menjelajahi situasi
sosial yang diteliti.
Beberapa subjek penelitian yang menjadi sumber data dalam penelitian
ini adalah, antara lain.
1. Kepala sekolah
Kepala sekolah merupakan pemimpin yang menentukan kebijakan yang
akan diterapkan di sekolah, mengetahui program-program yang ditujukan
untuk mewujudkan visi dan misi. Kepala sekolah sebagai sumber data tentang
hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan nilai demokrasi serta
upaya yang dilakukan untuk mengatasinya.
2. Guru kelas satu
Subjek penelitian yang kedua adalah guru kelas satu. Guru kelas satu
dipilih karena lebih tahu keadaan siswa dan proses pembelajaran yang terjadi
di kelas satu. Peneliti mengambil subjek penelitian guru kelas satu karena
guru tersebut terlibat secara langsung dalam pembelajaran di kelas satu,
memahami cara penyampaian nilai demokrasi kepada siswa terutama di kelas
satu dan mempunyai waktu luang untuk melakukan wawancara. Guru kelas
hambatan-31
hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan nilai demokrasi ketika
pembelajaran berlangsung di kelas satu, serta upaya dalam mengatasi
hambatan yang dihadapi.
3. Guru kelas enam
Subjek penelitian yang ketiga adalah guru kelas enam. Guru kelas enam
dipilih karena lebih tahu keadaan siswa dan proses pembelajaran yang terjadi
di kelas. Peneliti mengambil subjek penelitian guru kelas enam karena guru
kelas enam yang terlibat secara langsung dalam pelaksanaan nilai demokrasi
dalam kegiatan pembelajaran, memahami karakter siswa kelas enam,
mempunyai waktu luang untuk wawancara dan merupakan guru yang paling
lama mengajar di SD Negeri Kiyaran 2. Guru kelas enam sebagai sumber data
tentang pelaksanaan nilai demokrasi dan hambatan-hambatan yang dihadapi
dalam pelaksanaan nilai demokrasi, serta upaya dalam mengatasi hambatan
yang dihadapi
4. Perwakilan Siswa
Siswa sebagai sumber data dalam pelaksanaan nilai demokrasi di dalam
kegiatan proses belajar mengajar. Siswa yang dijadikan subjek penelitian
pada tahap observasi adalah siswa kelas satu dan kelas enam. Subjek
penelitian dalam tahap wawancara sebanyak enam siswa yang terdiri dari tiga
siswa kelas satu dan tiga siswa kelas enam. Pemilihan siswa berdasarkan pada
pertimbangan kognitif (kemampuan tinggi, sedang, dan rendah) dan siswa
32
satu sebagai perwakilan kelas rendah dan kelas enam sebagai perwakilan
kelas tinggi.
Peneliti memilih siswa kelas satu karena kelas satu merupakan masa
paling awal dalam pendidikan dasar. Kelas satu merupakan tahun pertama
peralihan dari pendidikan anak usia dini ke sekolah dasar, di mana siswa
masih pada tahap meniru dan mudah untuk belajar. Siswa tersebut secara
langsung terlibat dalam permasalahan yang diteliti, sehingga dapat
memberikan data dan informasi yang diperlukan, yaitu data tentang
pelaksanaan nilai demokrasi di dalam kegiatan belajar mengajar. Kalimat
dalam wawancara dengan siswa kelas satu dibuat menggunakan kalimat yang
lebih sederhana daripada wawancara dengan guru, agar siswa lebih mudah
dalam memahami maksud peneliti.
Kelas enam merupakan tahun terakhir dalam pendidikan dasar. Siswa
kelas enam sudah mulai memasuki masa remaja di mana siswa dalam masa
itu akan berusaha mencari jati diri. Pelaksanaan nilai demokrasi dirasa sangat
penting untuk membantu siswa dalam proses mencari jati diri agar tidak
melakukan penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan baik selama
masih berada di sekolah dasar maupun tingkat selanjutnya. Siswa kelas enam
terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran yang diteliti, sehingga
diharapkan dapat memberikan informasi tentang pelaksanaan nilai demokrasi
di kelas enam dalam kegiatan belajar mengajar.
Objek penelitian adalah hal yang diteliti dari subjek penelitian. Objek
33
pelaksanaan nilai demokrasi serta hal yang dilakukan untuk meminimalisasi
hambatan yang dihadapi di SD Negeri Kiyaran 2 Desa Wukirsari Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada Bulan Februari-April 2014, pada
semester genap tahun ajaran 2013/2014 di SD Negeri Kiyaran 2 Desa
Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Peneliti mengambil
tempat penelitian di SDN Kiyaran 2 karena sekolah tersebut merupakan salah
satu sekolah yang mempunyai visi misi berbasis demokrasi. Pengetahuan
tentang nilai demokrasi tidak hanya disampaikan pada saat pembelajaran PKn
saja, melainkan juga ditanamkan dalam kegiatan belajar mengajar setiap
harinya. Hal ini menjadi kiat sekolah dalam mewujudkan tujuan sekolah yang
tidak hanya berorientasi pada kemampuan kognitif saja, melainkan juga
mengembangkan afektif siswa dengan menanamkan nilai-nilai demokrasi
kepada peserta didik.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2012: 309) menyatakan teknik pengumpulan data dapat
dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuisioner
(angket), dokumentasi dan gabungan dari keempatnya. Penelitian ini
menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk
mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada
34
pokok pemasalahan yaitu hambatan guru dalam pelaksanaan nilai demokrasi
di SD Negeri Kiyaran 2. Uraian dari pengumpulan data dapat dijelaskan
sebagai berikut.
1. Wawancara
James A. Black dan Dean J. Champion (2009: 306) mengungkapkan
bahwa wawancara adalah suatu kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan
mendapatkan informasi. Percakapan berlangsung antara dua orang, yaitu yang
mengajukan pertanyaan dan yang bertugas menjawab pertayaan.
Lexy J. Moleong (2005: 186) mengungkapkan wawancara adalah
percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu. Guba dan Licoln (Lexy J. Moleong. 2005: 188-191)
menyebutkan macam-macam wawancara, yaitu wawancara oleh tim atau
panel, wawancara tertutup dan terbuka, wawancara riwayat secara lisan,
wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.
Teknik wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh
pesan atau keterangan tentang informasi dalam pengumpulan data berupa
hambatan guru dalam pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2.
Wawancara pada penelitian ini dilakukan secara terstruktur dan terbuka.
Peneliti menetapkan masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan
untuk mendapatkan data. Peneliti juga dapat mengembangkan
35 2. Observasi
Nana Syaodih Sukmadinata (2010: 220) mengungkapkan bahwa
observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan
data dengan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif dan non
partisipatif. Observasi partisipatif, peneliti ikut serta dalam kegiatan yang
sedang berlangsung, sedangkan observasi non partisipatif, peneliti tidak ikut
serta dalam kegiatan. Peneliti hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut
dalam kegiatan.
Observasi dalam penelitian ini menggunakan jenis observasi non
partisipatif. Peneliti berada di tempat sekitar subjek yang diamati, tetapi tidak
ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Peneliti melakukan observasi terhadap
perilaku subjek terkait aktivitas belajar mengajar yang memuat nilai-nilai
demokrasi, mengamati sikap subjek, situasi sosial di mana kegiatan itu
terjadi. Observasi dalam penelitian ini dilakukan secara langsung kemudian
mencatat perilaku dan kejadian-kejadian yang terjadi dalam catatan lapangan.
3. Kajian Dokumen dan Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
mengumpulkan dan menganalisis dokumen-dokumen baik gambar, tertulis,
maupun elektronik. Wawancara dan pengamatan akan lebih sahih apabila
36 E. Instrumen Penelitian
Peneliti bertindak sebagai instrumen penelitian dalam penelitian
kualitatif (Sugiyono, 2012: 305). Peneliti bertindak sebagai instrumen utama
dalam penelitian ini. Peneliti merupakan alat (instrumen) pengumpul data
utama, karena peneliti dapat berhubungan secara langsung dengan informan
atau objek lainnya, serta mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di
lapangan.
Instrumen dalam penelitian ini disusun oleh peneliti dengan bimbingan
dosen pembimbing. Instrumen dikembangkan menjadi indikator-indikator
yang digunakan untuk mengambil data di lapangan. Peneliti menggunakan
tiga alat bantu (instrumen penelitian) untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini, sebagai berikut.
1. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan supaya proses wawancara tidak
menyimpang dari tujuan penelitian sehingga diperoleh informasi dari nara
sumber yang sudah ditentukan. Pedoman wawancara disusun berdasarkan
teori yang berkaitan dengan masalah yang hendak diteliti.
Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
pedoman wawancara untuk kepala sekolah, guru, dan siswa. Pedoman
wawancara terlampir di halaman 84. Pedoman wawancara akan dijelaskan
pada uraian berikut.
a. Pedoman wawancara untuk kepala sekolah bertujuan untuk mengetahui
37
demokrasi dan upaya sekolah dalam meminimalisasi hambatan yang
dihadapi.
b. Pedoman wawancara guru bertujuan untuk mengungkapkan
hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan nilai demokrasi ketika
pembelajaran berlangsung di kelas, baik kelas tinggi maupun kelas
rendah serta upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi hambatan yang
dihadapi.
c. Pedoman wawancara untuk siswa bertujuan mengungkapkan tentang
hambatan pelaksanaan nilai demokrasi di dalam proses belajar mengajar
di kelas dan di luar kelas.
2. Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan untuk mendapat data lebih mendalam
tentang hambatan pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2.
Adapun pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini terlampir di
halaman 92.
3. Pedoman Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mendukung data yang diperoleh melalui
wawancara dan observasi. Dokumentasi berupa file, gambar, hasil rekaman
wawacara lain sebagainya. Dokumentasi juga dilakukan untuk merekam
dalam proses wawancara sehingga dapat membantu peneliti dalam
mengumpulkan data. Hasil rekaman dapat membantu peneliti dalam
melengkapi data yang belum tercatat saat wawancara berlangsung. Pedoman
38 F. Teknik Analisis Data
Sugiyono (2012: 335) menjelaskan tentang analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dengan
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami.
Analisis data kualitatif bersifat induktif yaitu analisis berdasarkan hasil yang
diperoleh sehingga diperoleh pola atau hipotesis.
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif
kualitatif. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan saat pengumpulan data
dan setelah selesai pengumpulan data. Analisis ini mendeskripsikan hambatan
yang dihadapi guru dalam pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran
2 Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Data yang
diperoleh berupa tulisan atau gambar yang merupakan jawaban dari
pertanyaan penelitian.
Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012: 334) menyatakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Miles
dan Huberman yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, display data,
dan penarikan kesimpulan. Teknik analisis data dijelaskan melalui beberapa
39
1. Reduksi Data
Kegiatan reduksi data dalam penelitian ini bertujuan untuk
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
dan mengorganisasi data dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi
data berlangsung terus-menerus selama penelitian ini berlangsung. Data yang
ditemukan dalam proses observasi, wawancara, dan dokumen serta
dokumentasi merupakan data yang masih kompleks dan kasar, sehingga
peneliti perlu memilah data yang relevan agar dapat digunakan yaitu dengan
memilih data pokok yang mengarah pada permasalahan penelitian tentang
pelaksanaan nilai demokrasi dan hambatan yang dihadapi SDN Kiyaran 2.
Oleh karena itu, peneliti merangkum, memilih hal-hal pokok dan membuang
data yang tidak diperlukan, sehingga setelah direduksi akan memberikan
gambaran yang jelas tentang data yang digunakan dan mempermudah peneliti
dalam pengumpulan data selanjutnya.
2. Penyajian Data (data display)
Penyajian data dalam penelitian ini yaitu sekumpulan informasi atau
data-data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel. Tujuan dari penyajian
ini adalah mempermudah peneliti dalam mendeskripsikan suatu peristiwa
yang memberikan kemungkinan dalam penarikan kesimpulan berupa
hambatan guru dalam pelaksanaan nilai demokrasi di SDN Kiyaran 2.
3. Menarik Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini hanya bersifat
40
mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Jika kesimpulan yang
ditemukan pada tahap awal didukung bukti-bukti yang valid dan konsisten,
maka kesimpulan yang ditemukan adalah kesimpulan yang valid berupa
hambatan guru dalam pelaksanaan nilai demokrasi di SDN Kiyaran 2. Secara
skematis proses analisis data menggunakan model analisis data interaktif
Miles dan Huberman dapat dilihat pada bagan berikut.
G. Teknik Keabsahan Data
Data yang diperoleh dari penelitian kualitatif dinyatakan valid apabila
tidak ada perbedaannya antara yang dilaporkan peneliti dengan yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Lexy J. Moleong (2005: 330),
trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memafaatkan sesuatu lain dari luar untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data-data tersebut. Nana Syaodih Sukmadinata (2010:
373) menyebutkan terdapat tiga macam triangulasi data, yaitu triangulasi
sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Pengumpulan
Data
Penyajian Data
Reduksi Data
[image:40.595.147.509.279.438.2]Verifikasi/ Penarikan Kesimpulan
41
Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Triangulasi
sumber untuk menguji keabsahan data dilakukan dengan mengecek dan
membandingkan data yang diperoleh dari satu informan dengan informan
lain. Sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan membandingkan data
dari hasil wawancara dengan pengamatan dan dokumentasi. Hal ini bertujuan
untuk mendapatkan data yang reliabel yang didasarkan pada realitas yang
42 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Deskripsi Visi dan Misi SD Negeri Kiyaran 2
SD Negeri Kiyaran 2 merupakan sekolah dasar negeri yang terletak di
Dusun Sembungan Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten
Sleman. SD Negeri Kiyaran 2 ini sudah berdiri sejak tahun 1970. Jumlah siswa
yang sekarang bersekolah di SD Negeri Kiyaran 2 sebanyak 102 siswa yang
terdiri dari 56 siswa laki-laki dan 46 siswa perempuan. SD Negeri Kiyaran 2
mempunyai 12 staff pengajar yang terdiri dari enam PNS termasuk kepala
sekolah dan 6 guru bantu termasuk guru olahraga, agama, dan kesenian. SD
Negeri Kiyaran 2 mempunyai visi dan misi yang mengedepankan akademik
tanpa meninggalkan karakter yang sekarang ini harus dimiliki oleh setiap orang
terutama insan pendidikan. Visi SD Negeri Kiyaran 2 yaitu unggul dalam
prestasi berlandaskan IMTAK dan IPTEK.
Berdasarkan visi tersebut, misi sekolah dirumuskan menjadi sebagai
berikut: (1) menciptakan proses belajar mengajar yang efektif sehingga potensi
siswa berkembang secara optimal, (2) melaksanakan bimbingan belajar secara
kontinyu dan menyeluruh dan sesuai dengan potensi anak, (3) menciptakan
situasi dan kondisi sekolah yang kondusif pada semua warga sekolah, (4)
menumbuhkan penghayatan terhadap agama yang dianut sebagai sumber
perilaku santun, (5) menumbuhkembangkan kreativitas siswa sesuai dengan
potensi masing-masing, dan (6) menerapkan manajemen partisipasi aktif pada
43 B.Hasil Penelitian
Bagian ini akan dijelaskan hasil penelitian yang ditemui peneliti di
lapangan. Hasil penelitian ini berpedoman pada data yang berasal dari hasil
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Aspek yang menjadi kajian dalam
penelitian ini adalah pelaksanaan nilai demokrasi, hambatan pelaksanaan nilai
demokrasi, dan upaya yang dilakukan SD Negeri Kiyaran 2 Desa Wukirsari
Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman dalam meminimalisasi hambata
yang dihadapi.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
pengumpulan data, reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil
penelitian disajikan dalam bentuk tabel agar lebih mudah untuk dimengerti dan
dipahami. Tabel tersebut dapat dilihat pada lampiran 8. Penelitian ini
menggunakan interpretasi data secara deskriptif berupa uraian kalimat sebagai
berikut.
1. Pelaksanaan Nilai Demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 a. Tujuan Pelaksanaan Nilai Demokrasi
SD Negeri Kiyaran 2 menanamkan nilai-nilai demokrasi kepada
peserta didik pasti mempunyai tujuan tertentu. Mencermati analisis hasil
wawancara halaman 145 menunjukan bahwa tujuan penanaman nilai
demokrasi, agar siswa memahami nilai-nilai demokrasi seperti toleransi,
rasa saling menghargai, berpartisipasi, kebersamaan, sehingga dapat
44
Pernyataan di atas didukung dengan pengamatan yang dilakukan
peneliti ketika kegiatan belajar mengajar yaitu nilai saling menghargai
ditanamkan dengan menegur siswa yang ramai saat guru menjelaskan, guru
menasehati siswa yang tidak mau berkelompok agar mau berkelompok
dengan siswa yang lain, guru memperlakukan siswa sama tanpa memandang
status sosial agar siswa dapat melakukan hal yang sama seperti apa yang
dicontohkan oleh guru. Hal serupa peneliti temukan pada dokumen visi misi
yang berisi nilai demokrasi seperti toleransi, saling menghargai, dan tidak
membeda-bedakan, dokumentasi foto kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
penanaman nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 yaitu agar siswa dapat
memahami nilai-nilai demokrasi seperti saling menghargai, toleransi,
partisipasi dan tidak membeda-bedakan satu sama lain. Siswa tidak hanya
menguasai secara teoritis, akan tetapi juga dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai demokrasi perlu ditanamkan pada orang lain terutama
anak-anak yang masih banyak membutuhkan pengalaman dan pengetahuan
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya. Sekolah dasar
menjadi salah satu tempat yang tepat digunakan untuk menanamkan
nilai-nilai demokrasi kepada peserta didik.
Mencermati analisis hasil wawancara pada halaman 144 yang
menyatakan bahwa nilai demokrasi sangat penting dimiliki peserta didik.
45
kehidupan sehari-hari, seperti saling menghargai dan tidak
membeda-bedakan. Pernyataan di atas didukung oleh pengamatan yang dilakukan
peneliti pada tanggal 13 Maret 2014 di ruang kelas enam ketika kegiatan
belajar mengajar guru menasehati siswa tentang nilai-nilai demokrasi dalam
kehidupan sehari-hari seperti menghormati orang tua, bersikap sopan
terhadap siapa saja, dan patuh kepada Bapak/Ibu guru. Guru tidak hanya
memberikan contoh nilai-nilai demokrasi di sekolah, akan tetapi juga di
lingkungan keluarga dan di masyarakat.
Hasil wawancara dan pengamatan di atas didukung oleh dokumen
berupa visi misi yang menjadi pedoman bagi sekolah dalam menjalankan
kegiatan belajar mengajar yang di dalamnya memuat nilai-nilai demokrasi,
sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai demokrasi sangat penting
dimiliki oleh semua orang terutama siswa. Nilai demokrasi ditanamkan
kepada siswa agar siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pelaksanaan Nilai Demokrasi
1) Nilai demokrasi yang ditanamkan di SD Negeri Kiyaran 2
Nilai-nilai demokrasi yang cukup banyak, dirasa sulit untuk
ditanamkan sekaligus kepada peserta didik. Oleh karena itu, pihak
sekolah terutama guru hanya mengambil beberapa dari nilai-nilai
demokrasi yang dirasa perlu dan dibutuhkan siswa seusia sekolah dasar,
meski terkadang nilai-nilai demokrasi yang lain juga ditanamkan.
46
demokrasi yang ditanamkan kepada peserta didik di SD Negeri kiyaran
2 adalah toleransi, saling menghargai, dan partisipasi.
Didukung dengan pengamatan yang dilakukan peneliti pada
Kamis, 20 Maret 2014 di ruang kelas enam ketika kegiatan belajar
mengajar, guru menasehati siswa yang bermain alat tulis saat guru
menjelaskan, guru menggunakan metode kelompok untuk mengajarkan
kepada anak saling bekerjasama, maju ke depan kelas untuk menuliskan
jawaban, saling menghargai pendapat satu sama lain, serta toleransi.
Hal ini didukung oleh dokumentasi foto kegiatan belajar mengajar,
telaah dokumen berupa misi SDN Kiyaran 2 nomor 4 memuat nilai
toleransi, nomor 2 dan 5 memuat nilai saling menghargai, dan nomor 1,
3, 6 memuat nilai tidak membeda-bedakan, RPP yang memuat
nilai-nilai toleransi, kerjasama, tanggung jawab, dan disiplin, sehingga dapat
disimpulkan bahwa nilai demokrasi yang ditanamkan di SD Negeri
Kiyaran 2 yaitu saling menghargai, toleransi, partisipasi dan tidak
membeda-bedakan satu sama.
2) Cara penanaman nilai demokrasi kepada peserta didik
SD Negeri Kiyaran 2 merupakan salah satu sekolah dasar yang
mengusung nilai-nilai demokrasi dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Berdasarkan analisis hasil wawancara pada halaman 144,
menyatakan bahwa SD Negeri Kiyaran 2 menanamkan nilai demokrasi
kepada peserta didik. Hal ini sesuai dengan visi misi yang dimiliki SD
47
menyatakan bahwa “ya, karena itu sudah ada dalam visi-misi sekolah
ini. Menjadi program yang saya laksanakan sejak saya mengajar di
sekolah ini, sekitar tahun 2005.”
Didukung dengan pengamatan yang dilakukan peneliti di
lapangan pada Kamis, 27 Maret 2014 di ruang kelas satu ketika
kegiatan belajar mengajar, nilai demokrasi diintegrasikan guru dalam
kegiatan pembelajaran. Seperti saat guru menasehati siswa untuk
berpamitan kepada orang tua sebelum berangkat sekolah, ketika
berkelompok dalam satu kelompok terdiri dari berbagai karakter siswa,
jenis kelamin dan IQ yang berbeda, memberikan tepuk tangan ketika
ada yang berhasil mendapatkan nilai bagus, mengingatkan teman yang
menjahili teman lain, memberikan kesempatan yang sama kepada
semua siswa saat tanya jawab, mendengarkan ketika ada teman yang
berbicara.
Diperkuat dengan hasil telaah dokumen berupa visi-misi SDN
Kiyaran 2 yang memuat nilai-nilai demokrasi, dokumentasi foto
kegiatan belajar mengajar, dan RPP pada hari senin 17 Maret 2014 pada
karakter yang diharapkan terdapat nilai-nilai demokrasi seperti
toleransi, kerjasama, dan percaya diri yang diperoleh peneliti di
lapangan, dapat disimpulkan bahwa SD Negeri Kiyaran 2 menanamkan
nilai demokrasi kepada peserta didik dengan mengintegras