• Tidak ada hasil yang ditemukan

support.pajak.go.id - Rinci Aturan LAMPIRAN 5-FINAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "support.pajak.go.id - Rinci Aturan LAMPIRAN 5-FINAL"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN TERDAFTAR (SKT), NPWP DAN SURAT PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) SERTA SURAT KEPUTUSAN PEMUSATAN TEMPAT PPN TERUTANG

1. KPP Baru menerbitkan SKT, NPWP dan Surat Pengukuhan PKP, termasuk cabang-cabangnya yang wajib melaporkan kewajiban perpajakannya di KPP Baru, paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak tanggal SMT dengan tanggal SMT sebagai tanggal mulai terdaftar dan tanggal dikukuhkan, serta menyampaikannya dengan surat pengantar sesuai formulir pada Lampiran V-1 kepada Wajib Pajak paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak tanggal SMT dengan tembusan Kepala KPP lama.

2. Kepala KPP Baru di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus menerbitkan Surat Keputusan Pemusatan Tempat PPN Terutang bagi Pengusaha Kena Pajak paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal SMT untuk Wajib Pajak yang sebelumnya terdaftar pada KPP lain yang telah melaksanakan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang, meliputi:

a. seluruh tempat kegiatan usaha Wajib Pajak untuk Wajib Pajak yang sebelumnya terdaftar pada KPP di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus dan KPP Madya, atau

b. sesuai dengan surat keputusan pemusatan sebelumnya, untuk Wajib Pajak yang sebelumnya terdaftar di KPP Pratama,

yang berlaku sejak tanggal SMT dengan menggunakan formulir V-2.

3. Dalam hal KPP Baru adalah KPP Madya, Kepala KPP Baru menerbitkan surat keputusan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal SMT untuk:

a. Wajib Pajak yang sebelumnya terdaftar pada KPP di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus serta Kantor Pelayanan Pajak Madya, meliputi seluruh tempat kegiatan usaha Wajib Pajak; atau

b. Wajib Pajak yang sebelumnya terdaftar pada KPP Pratama dan telah diterbitkan surat keputusan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang yang masih berlaku pada tanggal SMT, meliputi tempat-tempat kegiatan usaha Wajib Pajak sesuai dengan surat keputusan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang sebelumnya,

(3)

4. Dalam hal KPP Baru adalah KPP Pratama, Kepala KPP Baru menerbitkan surat keputusan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang bagi Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal SMT yang berlaku sejak tanggal SMT sampai dengan 31 Desember tahun SMT dengan menggunakan formulir V-3.

5. Paling lambat 2 (dua) bulan sebelum berakhirnya tahun SMT, Kepala KPP di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan KPP Madya menerbitkan surat keputusan pemusatan Pajak Pertambahan Nilai terutang untuk tempat-tempat kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:

a. bagi Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus, pemusatan Pajak Pertambahan Nilai untuk seluruh tempat kegiatan usaha Wajib Pajak; atau

b. bagi Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Madya berstatus pusat, pemusatan Pajak Pertambahan Nilai untuk tempat-tempat kegiatan usaha yang berada di wilayah sebagaimana ditetapkan pada Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-08/PJ/2012;

yang berlaku sejak tanggal 1 Januari tahun berikutnya setelah tahun SMT dengan menggunakan formulir V-2, kecuali untuk Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf a.

6. Kepala KPP Baru tidak menerbitkan surat keputusan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang dalam hal Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP Baru berasal dari KPP yang sama dan telah diterbitkan SK Pemusatan PPN Terutang oleh Kepala KPP.

7. Dalam rangka mengadministrasikan kewajiban perpajakan Wajib Pajak di KPP Lama sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-08/PJ/2012, KPP Lama menerbitkan SKT dan NPWP dengan kode cabang kepada Wajib Pajak paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak tanggal SMT dan menyampaikannya paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak tanggal SMT.

8. Dalam hal kewajiban Pajak Pertambahan Nilai Wajib Pajak wajib dilaporkan di KPP Lama, KPP Lama menerbitkan Surat Pengukuhan PKP bersamaan dengan SKT dan NPWP.

(4)
(5)

Nom

elaporan S anggal ... ntor Pos ya embayaran

n hal terse

kemudaha Baru dala

disampaik .... (13), di an tanggal

yetoran paj an sah dan ang sudah n dan peny

NTPP) da g lama tang

dapat la Lama.

nyetoran s an penyeto

NPWP Bar

perusahaa audara/Per nu profile W

RIAN KE

ebut di ata

an, kepada am seluruh

kan ke KP ianggap te

pada Buk

ajak oleh W n dapat dit terhubung g secara on sebut Waji ma oleh Dir maan Sura

k yang dilak anjang pem ar di Kanto

dan Kartu at yang dite

(6)

6. penggunaan formulir Faktur Pajak Lama yang telah dicetak dan belum digunakan serta penerbitan Faktur Pajak oleh Wajib Pajak, diatur sebagai berikut:

a. Pengusaha Kena Pajak wajib menggunakan NPWP Baru sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan melanjutkan nomor urut Faktur Pajak Lama.

b. Pengusaha Kena Pajak masih dapat menggunakan formulir Faktur Pajak Lama paling lama sampai dengan tanggal ...(15).

c. penggunaan formulir Faktur Pajak Lama tersebut dilakukan dengan cara menambahkan kode KPP Baru, di atas atau di bawah Kode KPP Lama pada kolom NPWP Lama dengan cara ditulis sedemikian rupa tanpa coretan atau koreksi apapun yang dapat mengakibatkan Faktur Pajak menjadi cacat.

d. kode KPP Lama pada NPWP Lama adalah 3 angka setelah digit ke 9 pada NPWP Lama dan Kode KPP Baru pada NPWP Baru adalah 3 angka setelah digit ke 9 pada NPWP Baru.

Contoh : NPWP Lama : 01.234.567.8-001.000

Kode KPP Lama

NPWP Baru : 01.234.567.8-052.000

Kode KPP Baru

e. Faktur Pajak yang diterbitkan oleh Pengusaha Kena Pajak atau diterima oleh Pengusaha Kena Pajak dari penjual yang masih menggunakan NPWP Lama sampai dengan masa pajak ...(16), tetap dianggap sah sepanjang memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dan bagi pembeli yang menggunakan Faktur Pajak tersebut tetap dapat mengkreditkan PPN yang tercantum pada Faktur Pajak tersebut sepanjang memenuhi ketentuan sebagai Pajak Masukan yang dapat dikreditkan.

7. Penggunaan formulir Bukti Pemotongan/Pemungutan yang telah dicetak dengan menggunakan NPWP Lama dan belum digunakan serta penerimaan Bukti Pemotongan/Pemungutan oleh Wajib Pajak, diatur sebagai berikut:

a. Wajib Pajak masih dapat menggunakan formulir Bukti Pemotongan/Pemungutan paling lama sampai dengan tanggal ...(17).

b. Penggunaan formulir Bukti Pemotongan/Pemungutan tersebut dilakukan dengan cara menambahkan kode KPP Baru, di atas atau di bawah kode KPP Lama pada kolom NPWP Lama pemotong pajak, dengan cara ditulis tanpa coretan atau koreksi apapun. c. Bukti Pemotongan/Pemungutan atas objek pemotongan dan pemungutan PPh yang

masih menggunakan NPWP Lama, baik yang diterbitkan sebagai Wajib Pajak pemotong/pemungut pajak maupun yang diterima sebagai Wajib Pajak yang dipotong/dipungut pajak, tetap dianggap sah sepanjang memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan sampai dengan tanggal ...(18).

Demikian disampaikan untuk diketahui.

Kepala Kantor

……… (19) NIP ……… Tembusan:

(7)

Lampiran Surat Nomor S-……… Tanggal………..

Nama Wajib Pajak : ………

(8)

PETUNJUK PENGISIAN

SURAT PEMBERITAHUAN KEPADA WAJIB PAJAK MENGENAI PEMINDAHAN TEMPAT TERDAFTAR  

Angka 1 : Diisi dengan nama Kanwil atasan Unit KPP yang membuat dan mengeluarkan surat pemberitahuan kepada Wajib Pajak.

Angka 2 : Diisi dengan nama Unit KPP yang membuat dan mengeluarkan surat pemberitahuan kepada Wajib Pajak.

Angka 3 : Diisi dengan alamat lengkap Unit KPP yang membuat dan mengeluarkan surat pemberitahuan kepada Wajib Pajak.

Angka 4 : Diisi dengan nomor telepon dan fax Unit KPP yang membuat dan mengeluarkan surat pemberitahuan kepada Wajib Pajak.

Angka 5 : Diisi dengan nomor surat pemberitahuan kepada Wajib Pajak. Angka 6 : Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun dibuatnya surat

pemberitahuan kepada Wajib Pajak.

Angka 7 : Diisi dengan jumlah lampiran surat pemberitahuan kepada Wajib Pajak.

Angka 8 : Diisi dengan nama dan alamat Wajib Pajak. Angka 9 : Diisi dengan tanggal SMT.

Angka 10 : Diisi dengan nama Unit KPP yang membuat dan mengeluarkan surat pemberitahuan kepada Wajib Pajak.

Angka 11 : Diisi dengan NPWP Baru Wajib Pajak. Angka 12 : Diisi dengan tanggal SMT.

Angka 13 : Diisi dengan tanggal kalender yang terhitung 2 (dua) bulan sejak tanggal SMT.

Angka 14 : Diisi dengan tanggal kalender yang terhitung 2 (dua) bulan sejak tanggal SMT.

Angka 15 : Diisi dengan tanggal kalender yang terhitung 3 (tiga) bulan sejak tanggal SMT.

Angka 16 : Diisi dengan masa pajak yang terhitung 3 (tiga) bulan sejak tanggal SMT.

contoh: Juni 2012.

Angka 17 : Diisi dengan tanggal kalender yang terhitung 3 (tiga) bulan sejak tanggal SMT.

Angka 18 : Diisi dengan tanggal kalender yang terhitung 3 (tiga) bulan sejak tanggal SMT.

Angka 19 : Diisi dengan nama, NIP, dan tanda tangan Kepala Kantor serta cap jabatan.

(9)

Angka 21 : Diisi dengan Kepala KPP tempat Wajib Pajak cabang terdaftar sebelumnya untuk cabang yang wajib melaporkan kewajiban perpajakannya di KPP Baru.

Angka 22 : Diisi dengan lokasi cabang Wajib Pajak (dalam hal Wajib Pajak mempunyai cabang).

(10)
(11)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-.../WPJ.../KP.../... (1)

TENTANG

PEMUSATAN TEMPAT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 5 ayat (3) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-49/PJ/2011 tentang Tempat Pendaftaran dan Pelaporan Usaha bagi Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak Madya, maka perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang;

Mengingat : 5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009;

6. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009;

7. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-49/PJ/2011 tentang Tempat Pendaftaran dan Pelaporan Usaha bagi Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak Madya;

8. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP- ...(2) tentang ... ... (3);

(12)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG PEMUSATAN TEMPAT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG.

KESATU : Menetapkan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang dari Pengusaha Kena Pajak ...(4) NPWP ...(5) yang beralamat di ...(6) untuk melaksanakan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang pada Kantor Pelayanan Pajak ...(7) atas tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha sebagai berikut:

1. Nama... NPWP... alamat...(8); 2. ... ;

3. ... dst.

KEDUA : Pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU mulai berlaku sejak ...(9).

KETIGA *) : Dengan berlakunya Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini,

maka Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-...(10) tentang ...(11) dinyatakan tidak berlaku.

Salinan Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini disampaikan kepada:

1. ... (12) di ...(13); 2. ... (14);

3. ... (15) dst; 4. ... (16) dst.

Ditetapkan di ... (17) pada tanggal ... (18)

a.n. DIREKTUR JENDERAL PAJAK KEPALA KANTOR,

(13)

PETUNJUK PENGISIAN SURAT KEPUTUSAN

PEMUSATAN TEMPAT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG (LAMPIRAN V-2)

Angka 1 : Diisi dengan nomor Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang, yang akan ditetapkan.

Angka 2 : Diisi dengan nomor Keputusan Direktur Jenderal Pajak mengenai penetapan Wajib Pajak terdaftar pada KPP Baru.

Angka 3 : Diisi dengan judul Keputusan Direktur Jenderal Pajak mengenai penetapan Wajib Pajak terdaftar pada KPP Baru.

Angka 4 : Diisi dengan nama Pengusaha Kena Pajak. Angka 5 : Diisi dengan NPWP.

Angka 6 : Diisi dengan alamat Pengusaha Kena Pajak. Angka 7 : Diisi dengan unit KPP Baru.

Angka 8 : Diisi dengan nama, NPWP dan alamat tempat kedudukan dan/atau kegiatan usaha Pengusaha Kena Pajak yang dipusatkan.

Angka 9 : Diisi dengan tanggal SMT.

Angka 10 : Diisi dengan nomor Keputusan Pemusatan Tempat PPN Terutang yang sebelumnya telah diterbitkan.

Angka 11 : Diisi dengan judul Keputusan Pemusatan Tempat PPN Terutang yang sebelumnya telah diterbitkan.

Angka 12 : Diisi dengan nama dan NPWP Pengusaha Kena Pajak. Angka 13 : Diisi dengan alamat Pengusaha Kena Pajak.

Angka 14 : Diisi dengan Kepala Kantor Wilayah DJP yang meliputi KPP Baru yang menerbitkan Keputusan Pemusatan Tempat PPN Terutang.

Angka 15 : Diisi dengan Kepala Kantor Wilayah DJP yang meliputi tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha yang dipusatkan. Angka 16 : Diisi dengan Kepala KPP yang meliputi tempat kedudukan

dan/atau tempat kegiatan usaha yang dipusatkan. Angka 17 : Diisi dengan Kota tempat ditetapkannya keputusan.

Angka 18 : Diisi dengan tanggal, bulan, dan tahun ditetapkannya keputusan.

(14)
(15)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-.../WPJ.../KP.../... (1)

TENTANG

PEMUSATAN TEMPAT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 5 ayat (5) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-49/PJ/2011 tentang Tempat Pendaftaran dan Pelaporan Usaha bagi Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak Madya, maka perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009;

3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-49/PJ/2011 tentang Tempat Pendaftaran dan Pelaporan Usaha bagi Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak Madya;

4. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP- ...(2) tentang ... ... (3);

(16)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG PEMUSATAN TEMPAT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG.

KESATU : Menetapkan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang dari Pengusaha Kena Pajak ...(4) NPWP ...(5) yang beralamat di ...(6) untuk melaksanakan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang pada Kantor Pelayanan Pajak ...(7) atas tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha sebagai berikut:

1. Nama... NPWP... alamat...(8); 2. ...;

3. ... dst.

KEDUA : Penghitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak ...(9) meliputi seluruh kegiatan Tempat Pemusatan Pajak Pertambahan Nilai Terutang yang beralamat di ...(10) termasuk tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha yang dipusatkan sebagaimana tersebut dalam Diktum KESATU.

KETIGA : Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak oleh tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha yang dipusatkan tetap terutang Pajak Pertambahan Nilai.

KEEMPAT : Tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha yang dipusatkan tersebut dalam Diktum KESATU, tidak diperkenankan menerbitkan Faktur Pajak, sehingga Faktur Pajak hanya diterbitkan oleh Tempat Pemusatan Pajak Pertambahan Nilai Terutang.

KELIMA : Dengan berlakunya Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini, maka Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang atas Pengusaha Kena Pajak ...(11) NPWP ...(12) yang diterbitkan sebelum Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini dinyatakan tidak berlaku.

(17)

KEENAM : Keputusan ini berlaku sejak Masa Pajak ...(13) sampai dengan Masa Pajak ...(14) dengan ketentuan bahwa segala sesuatu akan dibetulkan sebagaimana mestinya apabila kemudian ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini.

Salinan Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini disampaikan kepada:

1. ... (15) di ...(16); 2. ... (17);

3. ... (18) dst; 4. ... (19) dst.

Ditetapkan di ... (20) pada tanggal ... (21)

a.n. DIREKTUR JENDERAL PAJAK KEPALA KANTOR,

(18)

PETUNJUK PENGISIAN SURAT KEPUTUSAN

PEMUSATAN TEMPAT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG (LAMPIRAN V-3)

Angka 1 : Diisi dengan nomor Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang, yang akan ditetapkan.

Angka 2 : Diisi dengan nomor Keputusan Direktur Jenderal Pajak mengenai penetapan Wajib Pajak terdaftar pada KPP Baru.

Angka 3 : Diisi dengan judul Keputusan Direktur Jenderal Pajak mengenai penetapan Wajib Pajak terdaftar pada KPP Baru.

Angka 4 : Diisi dengan nama Pengusaha Kena Pajak. Angka 5 : Diisi dengan NPWP.

Angka 6 : Diisi dengan alamat Pengusaha Kena Pajak. Angka 7 : Diisi dengan unit KPP Baru.

Angka 8 : Diisi dengan nama, NPWP dan alamat tempat kedudukan dan/atau kegiatan usaha Pengusaha Kena Pajak yang dipusatkan.

Angka 9 : Diisi dengan nama Unit KPP Tempat Pemusatan PPN Terutang terdaftar.

Angka 10 : Diisi dengan alamat tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha yang dipilih sebagai Pemusatan PPN Terutang. Angka 11 : Diisi dengan nama Pengusaha Kena Pajak.

Angka 12 : Diisi dengan NPWP Pengusaha Kena Pajak.

Angka 13 : Diisi dengan Masa Pajak mulai berlakunya pemusatan tempat PPN terutang, yaitu bulan tanggal SMT.

contoh: April 2012.

Angka 14 : Diisi dengan Masa Pajak terakhir berlakunya pemusatan tempat PPN terutang, yaitu bulan akhir tahun SMT.

contoh: Desember 2012.

Angka 15 : Diisi dengan nama dan NPWP Pengusaha Kena Pajak. Angka 16 : Diisi dengan alamat Pengusaha Kena Pajak.

Angka 17 : Diisi dengan Kepala Kantor Wilayah DJP yang meliputi KPP Baru yang menerbitkan Keputusan Pemusatan Tempat PPN Terutang.

Angka 18 : Diisi dengan Kepala Kantor Wilayah DJP yang meliputi tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha yang dipusatkan. Angka 19 : Diisi dengan Kepala KPP yang meliputi tempat kedudukan

(19)

Angka 20 : Diisi dengan Kota tempat ditetapkannya keputusan.

Angka 21 : Diisi dengan tanggal, bulan, dan tahun ditetapkannya keputusan.

Referensi

Dokumen terkait

Polda NTB Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Nusra..

sertifikat kelaikan AMP, tidak melampirkan draft MoU dan draft surat perjanjian, tidak melampirkan pengalaman sub kontrak, tidak melampirkan hasil uji mutu ATB, tidak

Erosion and Sedimentation Spatial Utilization/Zoning Domestic Waste Livestock Waste •Domestic Waste •Recharges system •Industrial Waste •Livestock Waste Domestic

Suhu Rektal, Suhu Permukaan Tubuh dan Suhu Tubuh Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa jumlah subtitusi pelepah sawit yang berbeda di dalam pakan ternak sapi perah selama

Penulis pada tahun 2000 mendapat kesempatan untuk mengikuti program S3 pada program studi Primatologi di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Beasiswa

Pengambilan data geometrik jalan dilakukan dengan cara mengukur dimensi jalan dan mendapatkan data jalan dengan alat GPS Garmin 76csx.. 1) Pengukuran dimensi jalan merupakan

Dari hasil pengamatan didapatkan nilai kemerataan yang tinggi pada setiap habitat (E > 0.6), yang menjadi informasi bahwa hampir setiap burung dengan spesies yang

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah I, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak