MENIARI
MODIN.
KEPEMIMPI I'IAN
PROFETI
K
TRANSFO RMATI
F:
MENUJU
INDONTSIA
BERDAULAT
Diselenggarakan Dalam Rangka
memperingati
Dies
UNy
ke 49
Fakultas
llmu
Sosial,
Universitas
Negeri yogyakarta
13
April
2013
rakai,ah pendampin g
dalam
Univetsitas Negeri
losva_
ritas
IImu
Sosial. Sem"os_a nelahirkankepemimpinl
ra yang berdaulat.karta, 13
April
2013Dewi,
M.pp.DAFTAR
ISI
DAFTAR
ISI
Kontribusi
Parpol dalam MengembangkanKeperrimpinan
Model Kepemimpinan Profetik Transformatil : Upaya Mencari Model
Kepemimpinan yang Ideal dalam Menata Indonesia
(Yanuardi)
...3Kontribusi Partai Keadilan Sejahtera dalam Mengembangkan
Kepemimpinan Profetik Transformatif
di
Indonesia(Hardiyansyah) ... 8
Muslim Negarawan: Sebuah Refleksi pemikiran
profetik
(Nasiwan)
...
...12Karakteristik Kepemimpinan
politik
Indonesia: Transaksional atauTransformatif? (Utami
Dew|...
Peran Partai Politik dalam Mengembangkan Kepemimpinan
Trans{ormati-f
(Marita Ahdiyana)
...
...37E n tr E r enzur ial Le a dcr ship :
Mentja
T tansf ormasi Birokrasi dalarnPemberantasan Korupsi
Meraih Berkah Bukan Rupiah (Kepernirr,pinan profetik Transformatif Pondok)
(H. Haikat)
...:...
...80
Figur PerrLimpin Teladan
(syakdiah)
...91
Pemimpin Generik Organik
di
Era Mabuk Demokrasi(Panji
Hidayat)
... 99
Pemimpin Bervisi Spasial untuk Membangun (Kembali) Kejayaan
Indon esia
(Bambang Syaeful
Hadi)
...
... 106
III.
PeranPendidikan
dalamMewujudkan
Kepemimpinan NasionalProf etik Transf
ormatif
skategi Mewujudkan Kepemimpinan profetik rransformatif Melalui
Pendidikan Demokrasi Menuju Cioil Society
(Ali
Imron)
...117
Integrasi
Nilai
profetik daiam pendidikan Sebagai Upaya MewujudkanGenerasi Pemi mpin profetik Transformati-{
(Lai1a Fatrnawati)
...
... 123
Penaaaman
Nilai-nilai
Kepemimpinan profetik pendidik MelaluiMata Kuliah Marajemen pendidikan
(Priadi
Surya)
... 132
Implementasi sikap Tanggung Jawab sebagai
wujud Nilai-n
ai profetik
dalam Evaluasi perkuliahan di
Juru"* l"riaiaikai-uogrufi
(Muhammad Nursa,baa)
...
... 138
Membangun Keluarga Sebagai Madrasah untuk penggemblengan Calon
Pemimpin Berkarakter
profetik
--oo-(Mu'awanah Zulaichah)
...
..._... 148
Menanamkan Jiwa Kepemimpinan dalam pembelajaran Ekonomi
(Enung
Hasanah)
..-... 156
Pendidikan Kepemimpinan dalam pembelajaran IIrS
(Supardi)
...
... 163
Bermula pada Guru: Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual, dan
Kecerdasal Humanis
(Rias Antho Rahmi Suharjo)
...
...L72
Multilingualisme dan penrimpin profetik Transformlrtif
(Margana)
...
... 178
Tantanqan.Y
3
/
02/17/3}1-kepala
rpril 2013,pukul
noti8 Menuju lndone5io Berdoulot"
.
SUBTEMA:
.
KEPEMIMPINAN
DATAJVT
PERSPEKTIF
NASIONALISM
EDALAM
KONSEP
KEPEMIMPINAI\
PROFETIK
TRANSFORMATIF
(Kajian
Sejarah)
Zulkarnain
Jurusan pendidikan Sejarah, FlS, UNy
Abstrak
Kata Kunci: Nasionalisme, kepemimpinan
profetik
Fahultos ltmu jo5iot, LtniveEitos
Nese.i Vogyohdrto, t3 April 2Ot3 Tulisan
ini
akarr memltrar srormafil dar,
;;J"',
*n:"JH?"i2f"$f
tffi:il
5fi:,"f,1
'
*Tff:iii*Tlf::lli^""""'i""""'"?"i"-
tloi'Juprcp"-i-pi,'-.T,,"T;::ltil
j.#fr
djij.ir"j;T"1ff
[il;T;:rtr:*t
,1'..
esr
ini,r
-;ffi#;;1:$i"$11:*1:t*::::gfi:gf*
ranpa ideotos nrsionafs_'".
dirJ'd
;j;#i;l,:"il
;fi":T
sama sekali. Meskipun sr
u,.ir*l',r,.'r.";lilr""",ltg"i,ilEffi
Trril?j,tl?i:ni*;*;
sekedar cukup
untuk diperbincangf._
J". i+Jri#lngkan
sebagai_
mara konsepsrnya yan g'se ring d ialgg,
;
;;;
;"i"
_ian
perru s ua tu penghayatan yang tulus untukJitan;i""
aJ"_
i"nidirpun
u"rburrgru,dan rerintematisasi serta terintegrar,
arirrn
tJiii",illupan
b"rn"nu_ra. Apalagi dalam konteks keban"gsa".
fra"r"rrr
l
"^gilural
a tau he_i"_rogery maka diperlukan ikatan
id"eo@iy_il;ij#
lasa milik bersa_
ma yang bersi{at kolektil
rcul"lritu.,ir?;"ii#;
3:T,',Earah
Indonesia dibuktikan bahwa*'au,"tur"*
-ui-*rcI$me
drdaur uiang kembali ol"hpu*
g"n"ruri
nasionalisme uunn=*uu.
",{lt,ljda
yang menyimpang ciarip"fi"rr"r"
r*"
p"*;;;;J";3r:.1'"*
f9:':l'i
ini'
paiingtit"r
"d,
i"i"p*
profetik transformu,i{ di
tttt-"
bila dikaitkan den"ean kepemimpinan kebaagkitan.,urlo.,urj.-.'ldone3ia
ylkni'
nasionaiismeit^",uiitori,
l."p""d#;;;Hi
;?il*, *jF
i}i::qilff sil,'Jil:J
T:
:f
::fil:flH
"
t";t$'t'"r"i
n'ik
k;;;;?;,,L,
p".r"*r*g-b"'**;;;;;;fid,:f:'#ilffi
#,-T:l"m*X#ll,til:
natisme, tutisan inilusa
ak1;11nror"o
g";a"_gt";
jiriltegrasi
bangsa
yarg mengarah pada perpecahan
d_
_"Xj*.fi,nriJ,iilr
,,a.io'al iro'eoren karenanya dipertukan
k"p"n"*pi";t;g
kffi
ff
rrisioner.Transformatif
l
Pendahuluan
Akhir-akhir ini kita sering disuguhkan informasi menarik oleh media masq
baik
itu
media cetak maupun elektronik tentang ketidakmaadirian bangsa kilq sebagai negara berdaulat dalam mengatur tata kelola pemerintahan, pengaturan dan penguasaan sumbar daya alam, serta aset-aset strategis larnnya.Ketidakman-dirian
pemimpin bangsa mendapat sorotan dari berbagai kalangan baik itxpengamat, pemuda, tokoh masyarakat dan dari tokoh iintas agama. Merekq
menganggap bahwa bangsa Indonesia sudah mendekati negara gagal, akibai
pemimpln negara yang tidak mandiri, lemah, tidak berdaya dalam menghadapj
i nter\ en5i a. ing.
Kondisi
ini
diperparah dengan perlakuaan diskriminatif pemerintah pusatterhadap pemerintah daerah. Gerakan-gerakan separatis seperti
OpM
(Or-ganisasi Papua Merdeka), RMS (Repubiik Malauku Selatan),
NII
(Negara IslaqIndonesia), aksi terorisme, secara terang-terangan melakukal perlawanan terha-dap negara, dan yang lebih meyakitkan, negara-negara tetangga seperti Malaysia
dengan entengnya mengklaim wilayah NKRI sebagai bagian wilayah negaranya.
Para pahlawan devisa yang seharusnya diberikan pengayoman dan perlindung-an oleh negara temyata dengar sangat gampang dan tanpa pembelaan menerima
hukuman mati dan hukuman pancung baik
di
negeri Jiran mapundi
TimurTengah. Kondisi ini tentu tidakbisa dibiarkan dan perlu perhatian dan tindakan serius dari berbagai elemen bangsa.
Sudah saatnya kita termasuk pemerintah mulai sadar dan mawas diri
sekali-grs bertanva, apakah mungkin seluruh persoalan kebangsaan dan nasionalisme
darl perkumpulan etnik-etnik yang berbeda-beda zu orld"-ztiew,katakter, budaya,
agama, setelah mereka bersedia dan rela bergabung dalam sebuah negara Indo-nesia, lantas segala persoalan bisa dianggap selesai begitu saja....? Bukankah
kita
seharusnya juga menyadari, bahwa persatuan etnis danteritorial
yangtelah berhasil dibangun di awal kemerdekaan hingga saat ini, baru hanya sebatas
persatuan awal yang masih sangat simbolis sifat dan tingkat kesadaran nasio_
nalismenya, yang tentu saja masih sangat rentan terhadap perpecatran. Oiel.r karena kalau saudara-saudara di forum semirtar ini tidak mau dikatakan sebagai
orang yang tidak memiliki rasa nasionalisme mari simak dan dengarkal secara
serius konsep nasionalisme dalam kaitannya dengan kepemimpinan profetik
transformatif .
Nasionalisme dalam
Kepemimpinan profetik Transformatif
Cita-cita akan lahimya pemimpin profetik transformatiJ di negeri tercinta ini sepertinya masih jauh dari harapan,pemimpin di negeri ini lebih sibuk meng_
urus partai
politik
dan melakukanpolitik
pecitraan terhadapdiri,
keluarga,dan kelompoknya.
Wakil wakil
rakyat yang dudukdi
kursi parlemen sebagaifumpuan harapan gurra menyalurkan aspirasi dan menyarakan kepentingan rak_
66 Seminor Noiionol "Men.ori Model Repemimpinon Profetih Troniformctif: M€nuiu
tsi menarik oleh media
:tidakmandirian bangsa
a pemerintahan,
raiegis laimya. Keti berbagai kalangan baik
i
:koh
lintas agama.dekati negara gagal,
berdaya dalam
<riminatif pemerintah eparatis seperti
OPM
(Or_Selatan),
NII
(Negara Islameiakukal perlawanan terha-ra tetangga seperti Malaysia
i bagian wilayah negaranya.
ngayoman dan
perlindung-tarLpa pembelaan menerima
Seri Jiran mapun
di
Timur:rlu perhatian dan tindakan
radar dan mawas diri
sekali-:angsaan dan nasionalisme
tld-ttiew, karakter, budaya, : lalam sebuah negara
Indo-i
begitu saja....? Bukankahr etnis dan
teritorial
yangsaat ini, baru hanya sebatas
n tingkat kesadaran nasio-:rhadap perpecahan. Oleh
Cak mau dikatakan sebagai
mak dan dengarkan secara
Ln kepemimpinan profetik
'ransformatif
;formatif di negeri tercinta
egeri ini lebih sibuk
meng-r
terhadapdiri,
keluarga, di kursi parlemen sebagairyarakan kepentingan
rak-,Iormotii Menuiu Indonerio Eerdootdr"
yang diwakllinya juga sangat mengecewakan. Mereka baru bersuara lantarrg kepentingan
diri
dan partainya terganggu oleh pengu.asa, namunderni-kita tidak boleh berhenti
untuk
bermimpi. Meialui seminar dan diskusisesi paralel
ini
diharapkan akan lahir ide, gagasan-gagasan guna mencariatas persoalan yang dihadapi oleh bangsa kita saat ini. Selaku dosen
di
Sejarah, saya akan membahas Konsep Kepernimpinan Pro{etik
Trans-.
formatiJ dari sudut padang nasionalisme.Nasionalisme dalam dimensi historisitas dan normativitas, merupakan se-buah penemuar sosialyang paling menakjubkan dalam perjalanan sejarah
manu-sia, paling tidak dalam dasa warsa seratus tahun terakhir. Tidak ada satu pun
ruarg
geo$#is-sosialdi
mukabumi
yang lepas sepenuhnya dari pengaruh. ideologi ini, tanpa ideologi nasionalisme, dinamika sejarah manusia akan
berbe-da sama sekali. Meskipun sering dianggap usang untuk dikaji darr diperdebatkan
dalam komunikasi ilmiah, namun sejatinya nasionalisme tidak sekedar cukup
untuk diperbincangkan dan dipertentangkan sebagaimara konsepsinya yang
sering dianggap bias, meiainkan
perlu
suatu penghayataa yang tu1usuntuk
ditanamkan dalam kehidupan berbaagsa, dan terintemalisasi serta tedntegrasi
dalam
kultur
kehidupan bernegara. Apalagi dalam konteks kebangsaanIndo-nesia yarg plural atau heterogery maka diperlukan ikatan ideologis yang menjadi
rasa miLik bersama yang bersi{at kolektif.
Nasionalisme sebagai gejala historis
memiliki
peranan, urgent pada abadXX dalam proses nation formation negara-negara nasional modem di Asia dan
Afrika. Ideologi kolekti{ nasionalisme tersebut memiliki fungsi teleologis serta
memberi orientasi bagi suatu masyarakat sehingga terbentuk solidaritas yang
menjadi landasan bagi proses pengintegrasiannya sebagai nasion atau komunitas
politik.
Sebagai ideologi kebangsaan, nasionalisme terbentuk counter-ideologyterhadap kolonialisme dan imperialisme yang sanggup menawarkan realitas
tandingan serta menyajikan orientasi tutuan bagi gerakan politik yang berjuang untuk mewujudkan realitas substartive tersebut. Dalam konsepsi ini, pengalam_
an kolektif yang serba destruktif masa penjajahan menawarkan fungsi sejati
nasionalisme sebagai penyatu solidaritas baru, yang jauh melampaui fungsi
ikatan primordialnya. Nasionallsme adalah tawalan, sekaligus harapan bagi
bangsa yang menghendaki kokohaya bangunan integrasi dan kedaulatan
di
atas fondasi moral humanistik.
Namun demikiary dalam perjalanan sejarah panjang bangsa teridentifikasi
bahwa cita-cita
kolekti{
kebangsaantersebut
masihjauh dari
apa yangdlharapkan. Sebenamya kesadaran kolektiJ nasionalisme tersebut merupakan perwujudan bangunan konsep persatuan Indonesia, sebagaimana amanat sila
ketiga Pancasila, tempat kebersamaan segenap bangsa lndonesia dengan
asal-usul bangsa atau ras, agama, etnil9 adat-istiadaf sosial-ekonomi, sosial_budaya,
dan ideologi politiknya yang pluralistik. Asas pluralisme yang dahuiu menjadi
sumber kekuatar hebat masa kolonialisme dan imperialisme, rulrnya perjuangan
merebut kemerdekaan, ierrLyeta pa.ia saai bangsa
ini
dihadapkan padadegra-dasi kebangsaan, tak urung asas pluralisme tersebut menjadi medan ekspresi
kekecewaan dan sumber kerawanan konflik.
Konsep nation mendapat makna baru yang lebih positif dan menjadi umurn
dipakai setelah abad ke-18
di
Prancis. Ketikaitu
Parlemen Revolusi Prancismenyebut
diri
mereka sebagai assemblee nationale yang menandai hansformasiinstitusi
politik
tersebut,dari
sifat eksklusif yang hanya diperuntukkan baglkaum bangsawan ke sifat egaliier di mana semua kelas meraih hak yang sama
dengan kaum kelas elite daiam berpolitik. Jika pada masa Abad Pertengahan
(abad ke-5-15), kebebasan
individu
dan kebebasan berpikir banyak didominasioleh kekuasaan dan otoritas agama (gereja), maka sesudah renaisans, timbullah cita-cita kemerdekaary lepas dari segala bentuk dominasi, dan pula dari
domi-nasi dogma agama (A- Daliman,2006:5f . Dari sinilah makna kata nation meniadi
seperti sekarang yang rnerujukpada bangsa atau kelompok manusia yang
menja-di penduduk resmi suatu negara.
Dinamika nasionalisme sebagai sebuah konsep yang merepresentasikan sebuah politik, bagaimanapun jauh lebih kompleks dari transformasi semantik
yang mewakilinya. Begitu rumiir,ya pemahaman tentang nasionalisme membuat
ilmuwan sekaliber Max Weber punnyaris lrustrasi manakala harus memberjkan
terminologi sosiologis tentangmakna nasionalisme. Bagaimarlapun bentuk
pen-jelasan tentang nasionalisme, baik itu dari dimensi kekerabatan biologis, etnisitas, bahasa, maupun nilai-nilai
kultur,
menurut Weber, hanya akan berujung padapemahaman yang tldak komprehensi{. Kekhawatiran Weber ini wajar mengingat
komitmermva terhadap epistemologi modemisme yang mencari pengetahuan universai. Termasuk dua bapak ilmu soslal Karl Marx dan Emile Durkheim pun
tidak menaruh perhatian serius pada lsu nasionalisme walau tentu saja pernikiran
mereka banyak mengilhami penjelasan tentangfenomena nasionalisme (Sulfikar
Amir,
200f . Tetapi,itu
tak berarti nasionallsme harus disikapi secara taken forgranted dan diletakkan jauh-jauh dari telaah teoritis.
Besamya implikasi nasionalisme dalam berbagai dimensi sosial
mengun-dang para sarlana berusaha memaharni sekaligus mencermati secara kritis konsep
bangsa dan kebangsaan (nasionalisme), seberapa pun besamya paradoks dan
ambivalensi yang dikandungrya. Tentu saja upaya memecahkan
teka-tekinasio-nalisme tidaklah mudah mengingat, begitu beragam faktor yang membentuk
bangunan nasionaiisme, sehingga indikatomya tidak dapat diidenti{ikasi secara
pasti.
Hans Kohn, sejarawan yang
cukup
terkenal danpaling
banl'ak karya tulisnya mengenai nasionalisme, mernberikan terminologi yang sampai saatini
masih tetap digunakan secara
relevar
dalam pembelajarandi
sekolah, yakni:" nationnlism is a state of mind in which tlrc supreme loyalty of indixidual is felt to be
due the natian siaie". Nasionalisme merupakan suatu faham
yalg
memandang bahwa kesetiaan tertinggiindividu
harus diserahkan kepada negara kebangsaan-ni dihadapkan pada ,ut merijadi medan
h positif dan menjadi Parlemen Revolusi
ang menandai
hanya diperuntukkan
:elas meraih hak yang
la
masa Abad Pberpikir banyak
did
:sudah renaisans, ninasi, dalr pula dari d r makna kata nation
dai
transformasilang nasionalisme
r walau tentu saja pemikiran
nena nasionalisme (Sulfikar
r:s disikapi secara taken for
Lcermati secara kritis konsep un besamya paradoks dan emecahkan teka-teki
nasio-n
faktor yang membentuk: dapat diidenti{ikasi secara
dan
paling
banyak karya rologi yang sampai saatini
elajaran
di
sekolah, yakni: alty of indiaidual isfell
to ber faham yang memandang
kepada negara kebangsaan
Eformctif: Menuju lndone{io Berdoutdt,
Kohl, 1965: 9). Korsep nasionalisme temebut menunj-*kkar bahwa selama
-abad silam kesetiaan orang
iidak
ditujukan kepada nation siate ataukebangsaan, melainkan kepada berbagai benfuk kekuasaan sosial,
politik,
raja feodal, suku, negara kota, kerajaan dinasti, golongan atau gereja.r.,:
,
Menurut Muhammad Imarah (1998: 281), cinta tanah air atau nasionaLismeidalah fitrah asli manusia dan sama dengan kehidupar; sedangkan kehilangan
rasa cinta tanah air sama dengan kematian. Hasan al-Barma (1906-1949) dalam
Imarah (1998: 282-283), berbicara tentang nasionalisme serta kedudukannya
pada kebangkitan Islam modern mengemukakan, ".., sesungguhlya Ikhwanul
Muslimin mencintai negeri mereka; menginginkan persatuan dan kesatuan; tidak
menghalangi siapapun untuk loyal kepada negerinya,lebur dalam
cita-citabang-ianya, dan mengharapkan kemakmuran dan kejayaan negednya. Kita bersama
rmpok manusia yang para pendukung nasionalisme, bahkan juga bersama mereka yang berhaluan
.
nasionalis ekstrim sejauh menyangkut kemaslahatan bagi negeriini
danrak-rP yang yatnra..
"
Dalam konsepsi
politik,
terminologi nasionalisme sebagai ideologi yang mencakup prinsip kebebasan, kesatuan, kesamarataan, serta kepribadian selaku orientasinilai
kehidupan kolektif suatu kelompok dalam usahanyamerealisa-sikan tujuan polltik yalcei pembentukan dan pelestarian negara nasional. Dengan demikian pembahasan masalah nasionalisme pada awal pergerakan nasional
dapat di{okuskan pada masalah kesadaran identitas, pembentllkan solidadtas
melalui proses integrasi dan mobiiisasi lewat organisasi (Sartono Kartodirdjo,
1994: 4).
Naslonallsme sebagai sebuah
produk
modernitas, perkembangannyaberada di
titik
percinggungan antara politik, teknologi, dan transformasi sosial.Tetapi nasionalisme tidak sekedar
dilihat
sebagai sebuah proses dari atas kebawah di marra kelas dominan memiliki peranan lebih penting dalam
pernbentuk-annasionalisme daripada kelas yang terdorninasi. Ini berarti bahwa pemahaman
komprehensi{ tentang nasionalisme sebagai produk modernitas hanya dapat
dilakukan tentunya iuga dengan melihat apa yang terjadl pada masyarakat
di
lapisan paling bawah ketika asumsi, harapan, kebutuhan, dan kepentingan
ma-syarakat pada umumnya terhadap ideologi nasionalisme memungkinkan
ideo-logi
tersebut meresap dan berakar secara kuat. Pada tingkatinilah
eiemen-elemen sosial seperti bahasa, kesamaan sejarah, identitas masa lalu, dan soli-daritas sosial menjadi pengikat erat kekuatan nasionalisnie.Benedict Anderson (1991) memandang nasionalisme sebagai sebuah ide
atas komunitas yartg dibayangkan, imagined communities. Dibayangkan karena
setiap anggota dari suatu bangsa, bahkan bangsa yang terkecil sekalipun, tidak
mengenal seluruh anggota dari bangsa tersebut. Nasionalisme
hidup
dariba-yangan tentang komunitas yang senantiasa
hadir
di
pikiran
setiap anggotabangsa yang menjadi referensi identitas sosial. Pandangan konstruktivis yang rartakala harus
Bagaimanapun bentuk
kerabatan biologis, etnl
hanya akan berujung
r Weber ini wajar
Tang mencari pengetah x dan Emile Durkheim pun
;ai dimensi sosial
dianut Anderson menarik karena meietakkan nasionalisme sebagai sebuah hasil imajinasi koiektif dalam membangun batas antara kita dan mereka, sebuah bat3s
yang dikonstruksi secara budaya melalui kapitalisme percetakan, bukan
semata-mata fabrikasi ideologrs dad kelompok ciominan (Sulfikar
Amir,
2007).Konsep Anderson sangat
unik
rian selanjutnya dapatdltarik
lebih jauhuntuk menjelaskan kemunculan nasionaiisme di negara-negara pascakolonial. Tidaklah suatu hal yang kebetulan apabila konsep Anderson sebagian besar
didasarkan atas pengamatan terhadap dinamika sejarah pertumbuhan dan
per-kembangan nasionalisme di Indonesia. Namun demikiarL, karya Anderson yang
dapat menjadi sumber
kdtik
orientalisme seperti yang ditengarai oleh EdwardSaid terhadap cara pandang
ilmuwan
Barat dalam merepresentasikanmasya-rakat non-Barat (Anderson dalam Sui{ikar
Amir,
2002).Dalam bukunya, Imagined Communities, Anderson berpendapat bahwa
nasionalisme masyarakat pascakolonial
di
Asia danAfrika
merupakan hasiiemulasi
dari
apa yang telah disediakan oleh sejarah nasionalismedi
Eropa.Para elite nasionalis di masyarakat pascakolonial hanya mengimporbentuk
mo-dular nasionalisme bangsa Eropa.
Di
sini letak problematika dari pandangan Anderson karena menafikan proses-proses apropriasi dan imajinasiitu
sendiriyang dilakukan oleh masyarakat pascakolonial dalam menciptakan bangunan
nasionalisme yang berbeda dengan Eropa.
Anderson juga mengikuti perkembangan nasionalisme pasca Perang Dunia
II
yang melanda negara-negara jajahandi
Asia danAfrika,
yang karaktemva ditandai oleh penyebaran nasionalisme melaluibahasa penjajah baik di sekolah-sekolah, media massa, maupun birokrasi yang menghasilkan golongan terpelajarputera, kesatuan administrasi pemerintahan; dan karena kemajuan
di
bidangt'ansportasi dan komunikasi membentuk kecenderungan sentralisasi pada
pe-merintahan pusat
di
ibukota, yarrg sedang berkembang menjadi mebopolitan(Benedict Anderson, 1983: 49).
Berdasarkan hal
itu
dapat dltesiskan bahwa nasionalisme merupakanpe-nemuan bangsa Eropa yang diciptakan untuk mengantisipasi keterasingan yang
merajalela dalam masvarakat modem. Sebagai sebuah ideologi, nasionalisme
memiliki kapasltas memobilisasi massa melalui janji-janji kemajuanyang meru-pakan teleologi modernitas. Kondisi-kondisi yang terbentuk
ini
tak lepas dariRevolusi
Industri
ketika urbanisasi dalam skala besar memaksa masyarakatpada saat
itu
untuk
membentuk sebuah identitas bersama Dengan kata lain,nasionalisme dibentuk oleh kematerian industrialisme yarg membawa
perubah-an sosial dperubah-an budaya dalarn masyarakat. Meskipun demikian, harus diingat
bahwa nasionalisme tidak harus terbatas pada nasionallsme
politik.
Bahkandalam sebuah negara bangsa pun masih ada kesadaran akan nasionali.sme
berda-sarkan kesamaan suku, etnis, agama, atau pulau terientu.
Ini
adalah bagiandari nasionalisme
kultural
yang tidak perlu ditakuti. Di lndonesla pun halse-macam
ini
dapatte{adi.
Kesadaran kebangsaan orang Aceh, orang Makassar,70 seminor Nasjonol "Men<ori Model kepemimpinon profetih Tronsformqtif: Menuju tndone3io Berdoutot,,
alisme sebagai sebuah
la dan rhereka, sebuah
: percetakan, bukan
iulfikar Amir,
2007). r'a dapatditarik
lebihrgara-negara pascakol
r
Alderson
sebagianrrah pertumbuhan dan
per-ikian, karya Anderson yang ng ditengarai oleh Edward
merepresentasikan
masya-)07).
lerson berpendapat bahwa
n
Afrika
merupakan hasilah nasionalisme
di
Eropa.rya mengimpor bentuk mo,
blematika dari pandangan
si dan imajinasi
itu
sendiriLm menciptakan bangunan
Lalisme pasca Perang
Dulia
rAfrika,
yang karakternyasa penjajah baik di sekolah-iasilkan golongan terpelajar
arena kemajuan
di
bidangtngan senkalisasi pada pe-rang menjadi mebopolitan
sionalisme merupakan pe-ntisipasi keterasingan yang rah ideologi, nasionalisme
janji kemajuan yang
meru-erbentuk
ini
tak lepas dari:sar memaksa masyarakat
rcrsama Dengan kata lain,
e yang membawa
perubah-n demikian, harus diingat
;ionalisme
politik.
Bahkann akan nasionalisme
berda-:rtentu.
Ini
adalah bagian. Di Indonesia pun hal
se-ng Aceh, orase-ng Makassar,
Eformotifi Menuju Indonerio Berdouloti,
Madura, Jawa, Papu4 atau Sunda, dapai dipaharni sebagai kesadaran
kultural. Negara tidak perlu takut bahwa kesadaran semacam in.i
berkembang ke arah separatisme dan upaya melepaskan
diri
dari NegaraRepublik Indonesia (NKRI). Yang penting negara sungguh-sunggrh
tugas dan tanggung jawabnya secara baik dan benar.
Jika kita simak beberapa pendapat tentang nasionalisme maka nasionalisme
pertahanan keamanan, dan policy kebudayan; (2) kebebasan (Iiberty, fteedom,
indepmdence), dalam beragama, berbicara dan berpendapat lisan dan tertulis, berkelompok dan berorganisasi; (3) k esunaan (equalify), dalam kedudukan hukum, hak dan kewajiban; (4) kepribadian (personality) dan identitas (ituntity),
yaitu
aremiliki hargadiri
(seJf estreem), rasa bangga (pide) dan rasa sayang (depotior) terhadap kepribadian dan identitas bangsanya yang tumbuh dari dan sesuaidengan sejarah dan kebudayaannya; (5) prestasi (achinemmt), yaitu clta-cita untuk
mewutudkan kesej ahtemart (uselt'are) serta kebesaran dan kemanusiaan (the greatnees
adn tlu glorifcatiorz) dari bangsanya (Sartono Kartodirdjo, 1999:7-8).
Amerika Serikat merupakan negara kebangsaan modem (the modern nation
slale) pertama yang dibangun tidak berdasarkan keturunan dan persamaan agama,
tidak pula didasarkan pada bahasa dan tradisi-tradisi kesustraan atau hukum
yang sama dari suatu bangsa. Bangsa dan negara tersebut dilahirkan dari suatu
usaha bersama, dalam suatu revolusi perjuangan untuk memperoleh hak-hak politik, kemerdekaan perseorangan dan toleransi mengenai asal-usul ras dalam
s:.latu "melting-pof". Bangsa ini dipersatukan oleh cita-cita, cita-cita kemerdekaan
di bawah undang-undan& seperti dinyaiakan dalam konstitusi. Konstitusi
Ameri-ka mulai berlaku pada tahun 1789, tahun meletusnya revolusi Perancis. Konstitusi
tersebut mampu mempertahankan diri dari berbagai ujian jaman melebihi konsti-tusi-konstitusi negara maaapun di seluruh dunia (Hans Kohn, 1965: 26-27).
Demikian pula halnya dengan negara republik Indonesia yang
didirikan
bersama dalam bentuk bangunan negara kebalgsaan menurut teori-teori dan
prinsip-prinslp nasionalisme modem yang sangat
mirip
dengan yang dianut Amerika Serikat. Konstruksi kesatuan bangsa yang dibangun berdasarkankonsep bhinrreka tunggal ika (pluralisme) menurutpola dan kriterla-kriterianya
merupakan produk sejarah. Demikian pula untuk membangun tekad kesatuan
(unity), bangsa
kita
memerlukanwaktu lebih dari
seperempat abad dengandipancangkannya tiga tonggak sejarah, yakni kebangkitan bangsa dengan
ber-dirinya
Boedi Oetomo pada 20Mei
1908, dicaaangkannya manifestopolitik
oleh Perhimpunan Indonesia (1925) dan diikrarkannya Sumpah Pemuda pada
28 Okiober 1928. Baru kemudian pada 17 Agustus 1945 diikrarkanlah proldamasi
kemerdekaan yang menuajukkan bahwa bangsa lndonesia telah terlepas dari
belenggu asing (A. Daliman, 2006: 62).
Perturnbuhan Nasionarisme dalaan
Kepemimpinan profetik
rransf ormatifDalam sejarah Indonesia dibuktikan bairwa kebangkitan rasa nasionalisqp
didaur
ulang kembaii oteh para generasi muda, karena mereka merasa ads yang menyimpang dari perjalanaa nasionalisme bangsanya. Dalam konsepsihi,
paling tidak ada delapanfase pertumbuhan nasionalisme di Indonesiayalqlsebagai
berikut
:P efiama; Nasional isme akan teritori. Wilayah lndonesia dari Sabang sampai
Merauke yang
diduduki
dan dieksploitasi Belanda untuk kepentingamya teiahmelahlrkan kesadaran akan sebuah tanah air (teritori)
yarg
harus dibebaskansupaya masyarakatnya bisa membangun kehidupan bersama yang adil, damai,
dan sejahtera. Kesadaran akan
teritori ini
tidak
bersifat regional atau lokalterbatas pada wilayah tertentu saja yang dihuni oleh kelompok suku atau etnis
yang
sama-tetapi
kesadaran ke-Indonesia-an. Karenaitu,
arti
,,taaah airku,, dalam nasionalisme Indonesia bukan terbatas tanahair
(lokalitas) tempatse-seorang
dilahirkan-desa
tertentu ataupulau
tertentu-
tetapi sebuah tanahair Indonesia. Akibatnya, masyarakat Indonesia yang mengidentifikasi
diri
se-bagai berbangsa Indonesia sungguh menyadari
diri
sebagai beraneka ragamsuku, agama, ras, bahkan wilayah (territory).
Kedua; Kebagkit:rn Budi Utomo. pada abad )(X di panggung politik interna_
sional terjadilah pergolakan dunia timur dengar suatu kesadaran akan kekuatan sendiri. Republik Philipina (1898), yang dipelopori Jose Rizal, kemenangan
Je_
pang atas Rusia di Tunisia (1905), gerakan Sun yat Sen dengan Republik Cina
(1911). Pariai Kongres di
lndia
dengan tokoh tilak dan Gandhi (Kaelan, 2002).Sedangkan di Indonesia gerakan kebangkitan nasionalisme Indonesia dimotori
oleh para mahasiswa kedokteran Stovia, sekolahaa anak para priyayi Jawa, di
sekolah yang disediakan Belanda di Jakarta. Kemudian pasca perang Dunia I, filsafat nasionalisme abad pertengahan mulai merambat ke negara_negarajajahan
melalui para mahasiswa negara jajahan yang belajar ke negara penjajah. Filsafat nasionallsme itu banyak memengaruhi kalangan terpelajar indonesii, nrisalnya,
Soepomo ketika merumuskan konsep negara integralistik banyak
-".,y"rup
pikiran Hegel. Bahkan, Soepomo terang-terangan mengutip beberapa pemikiran
Hegel tentang
prinsip
persatuan antara pimpinan dan ral<yat dan persatuan dalam negara seluruhnya. Begitu pula pada masa kini banyak diciptakan lagu-lagu kebangsaan yang sarat dengan mudLan semangat nasionalisme seperti Inio_nesia Raya, Dari Sabang Sampai Merauke, padamu Negeri, dan sebagainya (A.
Fanar Sy.ukri, dalam hftp:/ /ppi-jepang.org/article.php.ia=t, dlakses tanggul
Z
Agustus 2004.
Kefzga; Kebangkitan
talun
192g. Kebangkitan nasionalisme tahun 192g,yakni 20 tahun pasca kebangkitar nasional, di mana kesadaran untuk menvatu,
kar
negar4 bangsa dan bahasa ke dalam satu negara, bangsa dan bahasa Indo_nesia, telah disadari oieh para pemuda yang sudah mulai terkotak_kotak dengan
organisasi kedaerahan seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong Sumatera, Jong
nan
Profetik
Transfbangkitan rasa nasi dan lain sebagainya, kemudian diwujudkan secara nvata dengan
me-karena mereka metasa Sumpah Pemoeda di tahun 1928. Dasar iniiah yar.g seianjutnya
ralgsanya. Dalam pijakan dan filosofi perjuangaa menuju kemerdekaan.
:onalisme di Indonesia Keempat; Revolusi Fisik Kemerdekaan. Peranan nyata para pemuda pada
masa revolusi fisik kemerdekaan, nampak ketika mereka menyandra
Soekamo-flafta ke Rengas-Dengklok agar segera memproklamirkan kemerdekaan
Indo-rdonesia dari Sabang
1esia. Mereka sarrgat bersemangat untuk mewujudkan nation stateyangberdat:rlat un tuk kepentingarulya telah
:ori) yang harus dibebaskan
n bersama yang adil, damai,
rersifat regional atau lokal
h kelompok suku atau etnis
rena
ifu,
arti
"tanah airku',fi
air
(lokalitas) tempat se-ientu-
tetapi sebuah tanahng mengidentilikasi
diri
se-iri
sebagai beraneka ragamCi panggung politik
interna-tu kesadaran akan kekuatan
Jose Rizal, kemenangan
Je-Sen dengaa Republik Cina
lan
Gandhi (Kaelan, 2002).ralisme Indonesia dimotori
anak para priyayi Jawa,
di
Jian pasca Perang Dunia I,bat ke negara-negara jajahan
ke negara penjajah. Filsa{at rclajar Indonesia, misalnya,
;ralistik
banyak menyerap .ngutip beberapa pemikirandan rakyat dan persatuan ni banyak diciptakan
lagrr-t nasionalisme seperti
Indo-\Iegeri, dan sebagainya (A. rhp.id=1, diakses tanggal 2
nasionalisme tahun 1928,
kesadaran unfuk
menyafu-r, bangsa dan bahasa
Indo-ulai terkotak-kotak dengan
:bes, Jong Sumatera, Jong
Eformotif: Menuju lndonesio Berdoutdt,,
dalam kerangka kemerdekaan. Hasrat darr cita-cita mengisi kemerdekaan yang s1d6h banyak didiskusikan oleh Soekamo, Hatta, Soepomo, Syahrir, dan lain
sebagainya sejak mereka masih berstatus mahasiswa, harus mengalami
pembe-lokan implementasi
di
lapangan, karena Soekamo yang semakin otoriter dankeras kepala dengan cita-cita dan cara yang diyakininya.
Akhimya
Soekamobanyak ditinggalkan teman-teman seperjuangan
yalg
masih memegang idealis-menya, dan mencapai puncaknya ketika Hatta, sebagai salah seorangprokla-mator, harus mengundurkan
diri
dari jabatanWakil
Presiden, karenatidak
'
kuat menahan dit:i untuk terus menyetujui sikap dan kebijakan presidenSoekar-no yang semakin otoriter.
Kelima; Kebangkttan tahun 1965. Perkembangan nasionalisme tahun 1966
yang menardai tatanaa baru dalam kepemeriatahan Indonesia. Selama 20 tahun pasca kemerdekaan, te4adi huru-hara pemberontakan Gestapu dan eksesnya.
Tampaknya tanpa peran besar mahasiswa dan organisasi pemuda serta organi_ sasi sosial kemasyarakatan
di
tahun 1956, Soeharto dan para tentara terasasulit memperoleh kekuasaar dari penguasa Orde Lama
di
bawah kekuasaanPresiden Soekarno. Angkatan '66 yang dipelopori kaum muda mamou
meroboh-kan demokrasi terpimpin ala Soekamo dan
politik
kekuasaan yang condongpada sosialis. Angkatan muda dengan sokongan militer melahirkan rezim orde
bam. Tetapi sayang beribu sayan& penguasa Orde Baru mencampakkan para
pemuda dan mahasiswa yang telah menjadi motor utama pendorong
terbentuk-nya NKR maupun pernuda dalam menumbang penguasa orde lama.
Keenam; Kebagkiian angkaian
talun
1970-an. Cerakan atau kebagkitannasionalisme pada tahun 1974 dikenal dengan peristiwa
Majari
(MalapatekaLima Belas Januari). Gerakalr ini merupakan klimaks kekesalan para tokoh dan
gerakan muda atas kebijakan negara
di
bawah komando pemetintahan OrdeBaru yang sangat pro atau sudah dikuasai oleh pemodal asing, mereka meng_
anggap negara tidak iagi mempunyai kemandiriaan di bidang ekonomi,
politik,
hukum, pendidikan, dan keamanan. Gerakan ini sekaligus mengirim pesan pada
penguasa orde baru agar tidak lupa pada cita-cita awal kelahiran orde baru,
yahri mewujudkan kemandiiian sebagai.Negara bedaulat menuju kesejahteraan rakyat. Bila pemeritah yang telah diberi mandat oleh rakyat sudah melakukan tindakan di luar rel maka bersiap-siaplah berhadapan dengan kekuatar rakyat.
Tahun 1970-ar mahasiswa juga dfiadapkan pada kekuatan yangmembelenggu
kekebasan akademis di kalangan kampus. Mereka memperjuangkan kebebasan
akademik dan membebaskan kampus dari kebijakan Normalisasi Kehidupal Kampus (NKK). Mahasiswa menolak keras pembatasan geraknya dalam
ber-politik, dimana malLasiswa dikungkung hanya dalam ruang
kdiah
di lingkungan kampus. Sementara di sisi lain para tentara semakin menggurita ke dalam tatatal masyarakat sipii lewat dwifungsi ABRI (Indra dala m Kompas , 31 Oktober 2011) . Ketujuh; Kebagkitan angkatan 1980-an. Setelah gerakan pemuda sempatmengalami kefakuman akibat tindakan permerintah yang represif,mengancaq
keselamatan iiwa kalangan pergerakan dari kaum pemuda dan mahasiswa, maka
mulai tahun 1980 sampai awal tahun 1990 pemuda dan mahasiswa kembali
bang-kit dengan cara melakukan gerakan-gerakan perubahan menuju kebebasan
berfi-kir,
demokratisasi dan perjuangan }jrak Azazi Manusia. Gerakan-gerakanke-lompok
ini
ditandai dengan munculnya kelomok studi di kampus maupun diluar
kampus, lembaga pers aitemati{,forum
komunikasi atau komite rakyatbersamaan dengan munculnya LSM- Berbeda dengan gerakan sebelumnya,
inti
kekuatan gerakan
ini
bukan hanyadi
kampus, namundi
temPat-tempat-yangsederhana seperti di sekretariat organisasi kepemudaan dan mahasiswa, rumah
kos, gubuk petani korban penggrsurar; dan di barak-barak buruh pabrik.
Pen-dewasaan
intelektual
generaslini
bersifat"organik"
dan jauh lebih matangkarena mempunyai sarana pers. Mahasiswa, kelompok diskusi, dan aksi
soii-daritas terhadap warga masyarakat yang paling tidak diuntungkan oleh
kebi-jakan pengusa Orde Baru.
Kedelapan; Angkatan 1990-an. Pada dekade tahun 1990-an mahasiswa dite-kan dan yang berdem<i akan ditahan. Pada masa itu, gerakan mahasiswa lebih bersifat politis dan fisik. Pembentukan opini atau pembangunan wacana tidak
diperlukan lagi, karena pada saat
itu harya
ada dua pertarungan yakni perta-rungan artara rezim penguasa dengan mahasiswa. Angkatan ini hadir sebagaiaktor perubaharL yang menumbangkan rezim oioriter di bawah penguasa Orde
Baru. Gerakan mahasiswa tahurL sembilan puluhan mencapai klimaksnya pada
tahun L998,
diawali
dengan terjadinya krisis moneterdi
pertengahan tahun1997. Harga-hatga kebutuhan melambung tinggi, daya beli masyarakat pun
berkurang. Mahasiswa pun mulai gerah dengal penguasa Orba, tuntutan
mun-dumya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa.
Ibarat gayrng bersambut, gerakan mahasiswa dengan agenda reformasinya
mendapat simpati dan dukungan yang luar biasa dari rakyat. Mahasiswa menjadi tumpuan rakyat dalam mengubah kondisi yang ada, yakni kondisi rakyat yang sudah bosan dengan pemerintahan yang terlalu lama" 32 tahun.
Pottisi
di luarkekuasaan pun menjadi tumpul karena terlalu kuahrya lingkar kekuasaan, dan
dikenal dengan sebutan
jalur ABG
(ABRI,Birokraf
dan Golkar). Walaupunkalangan muda di bawah komando mahasiswa berbeda wama, berbeda
alma-mater, berbeda ideologi, keyakinan, tetapi mereka punya kesamaan yang
disatu-kan oleh rasa nasionalisme dan semangat membara untuk membebaskan
diri
dari kekuasaan yang otoriter.
akan Normalisasi Kehid
Lbatasan geraknya dalam am ruang kuliah di
li
rt menggurita ke dalam lam Kompas,31 Oktober 2011
:lah gerakan pemuda tah yang represif,mengancam
remuda dan mahaslswa, maka
dan mahasiswa kembali
bang-rahan menu.ju kebebasan
berfi-lanusia. Gerakan-gerakan
ke-: stucli di kampus maupun di
munikasi atau komite rakyat
gan gerakaa sebelumnya,
inti
rmun
di
iempat-tempatJangrdaan dan mahasiswa, rumah rak-barak buruh pabrik.
pen-nik"
dan jauh lebih matang rmpok diskusi, dan aksisoli-idak
diuntungkan olehkebi-.hun 1990-an mahasiswa
dite-tu, gerakan mahasiswa lebih
pembangunan wacana tidak
ua pertarungan yakni
perta-i. Aagkatan rni hadir sebagai
lter di bawah penguasa Orde
r mencapai klimaksnya pada
net€r
di
pertengahan tahun,
claya beli masyarakat punnguasa Orba, tunhltan
mun-r
mahasiswa.dengan agenda ref ormasinya
ri rakyat. Mahasiswa menjadi a, yakni kondisi rakyat yang ma, 32 tahun. Politisi di luar
tnya lingkar kekuasaar, dan
at, dan Golkar). Walaupun
rbeda wama, berbeda
alma-unya kesamaan yang
disatu-ra untuk membebaskan
diri
ansformqt'fi Menuju lndonerio Berdoutor"
rbebaskan negara dari kekuasaan yang otoriteriaa menuju negara demokrasi,
kaum muda kembali mendapat sorotan, kaum muda diang-gap telah terje_
:..,.
t"*5*
pada penguatankultur
radikalisme pasar bebas yang dipandulogiia
kapitalisme, terkontaminasi
kultur
atau kebudayaan barat yang acuh tak acuh,kurang
peduli
terhadap masalah-masalah sosial kemasyarakatan, sedaagkankaum muda yang masuk ke ranah
politik
dan menjadi pengendalikek,luruL di
jajaran elite pemeritahaa temyata
larut
ctalam kenikmatan kekuasaanpolitik
fiansaksional yang
dipardu
oleh juragan pemilik modal, pembelaanteriadap
rakyat kecil yag selama ini nyaring disuarakan, lambat laun sudair mulai
redui,
diibaratkaa ular piton yang kekenyangan sehabis menelarr mangsaya.
Kritis
terhadap Nasionalisme
Kalau pada subpokok bahasan sebelumnya kita telah memoahas semangat
kaum muda dalam memperjuangkan nilai_nilai kebenaran dalam
Fohultor llftu so5iol, Ltniv€rsitoe Nege.i vostohortq, t3 Apdt2Ot3
Selain sorotan terhadap kaum muda, pemimpin negara juga
tidak
lepasdari kritikan pedas baik dari kelompok muda yang masih mempuyai idealisme
maupun dari tokoh masyarakat dan dari tokoh lintas agama. Mereka mengangap
bahwa bangsa lndonesia sudah mendekati negara gagal, akibat
pemimpi";"g;
yang tidak mandiri, lemah, tidak berdaya dalam menghadapi intervensi asing.Kondisi
ini
diperparah dengaa perlakuaan diskriminatif dari pemerintah pusatterhadap pemerintah daerah.
Gugatan kritis
inl
hendaknya membuat kita merenung ulang dan belajardari perjalanan sejarah masa lalu. pemerintah tidak boleh skeftis, alergi terhadap
kritikan dan gugatan yang mempertanyakan ketegasan pemerintah dalam
me_
fn$nlmafan
masalah kebagsaan. pemerintah hendaknya bersikap ari{ meng_hindari tindakan-tindakan rekati{ seperti menyera,'g barik tokoh tintas
agamla
dengan tuduhan, "Tokoh agama yLng bersuara lanlang diidentikkan
de"ngan
burung gagak pemakan bangkai yang berbulu putih,,. istilah seperti
ini
tentumenyakitkan dan akan memancing reaksi dari jutaaa rakyat yang merasa pe_
lt1pirurla
dilecehkarg yang ujung-ujungnya menimbulkan perpecahan dan kebencian terhadap pejabat pemerintah.Sudah saatnya krta, termasuk pemerintah,
mulai
sadar dan mawasdiri
sekaligus bertanya, apakah mungkin seluruh persoalan kebangsaan dan nasio_
nalisme dari perkumpulan etnik yang berbeda_bed a warld_z:iew, karakter, buda_
ya, agama. setelah mereka bersedia dan rela bergabung dalam sebuah negara
lndonesia, lantas segala persoalan bisa dianggap sJlesai b'egitu saja....?
Bukankah kita seharusnya juga menyadari buhwu
p"riJt
rur,"tnis
di
teritorial yang telahberhasil
dibangur
di
awal kemerdekaan hingga saatini,
baru hanya sebatas persatuan awal yarrg maslh sangat simbolis sifat dan tingkat kesadaran nasional_lsmenya, yang tentu saja masih sangat rentan terhadap perpecahan (fagile).
76 Seminor Nosionot .M€ncori Modet Kep€mimpinon profetjh Tronsformsrif:
Menuju tndonejio Berdoutdt,,
1.
:if.at kedaerahar yang 'cerlebiran atau primordialisme
Primordialime adalai
sikrongan berdasark". td";_1.."1
lil"8";?+i:,H*i:l:,1:rrT:lgili:
Secara etimologi, primordialismef"r"rJt
auri t uin t_u Li.,
irimu
otrupri.nr,
yang artinya "yang utama.,,,primordialisme
_"_put
ri_l sikap atau pan-dangaa yang sempit karena lebihme"grtr*"k;;;";iti
atau kepentinp,l
daerah, suku, atau
budaya.lok"f"y""aifu"ai"gk";
ll,lgurl
t"p"r,ti.,g*.,
umum atau barrgsa.salah satu
contoh yang palirig sederhlna adalah akibsi otonomi.daerah muncul raja
nia
ke"
,ai-""""
y"""g;";lgang
posisi stra_tegis
di
jajaran birokrasi adalahkelompot
u""g
i"k"r;.ngan
penguasa
daerah, dan isu putrah daerah non
p"o"
a^".uf_,'t*"slnlggelincling
dan
kadang-kadang menjadi pertimbu.gun
p".tu-u
lurl"rrrp'"rr"*pu,url
."r"-orang dalam jaiaran birokrasi. Kondisiini
bila tidakairiupi
"".uru
,"riu,
tentu akan sangat berbahaya bagr kelansung""
tJiJa"p*
berbagsa dan
bernegara.
Kebodohaa dan Isolasi
Kebodohan dan isolasi atau ketertutupan
_adalah juga faktor_faktor yang
menghambat integrasi. Masyarakat. yang bodoh
dr"1""1,"'rn"-Uit,
p"n-dangan yang sempit. Mereka me.neio]asi
diri
dalam lingkungantempat
tinggalnya. Mereka memandang dLrma inihanya
tJuauliuou
r*gO,rrrgun sosialnya. Di
luar
Lhgkungan ro5ial."r"t
,
ulutrt
o*ifiu_
r,r,
orung
asing yang dipandang berbeda dengan mereka.
Kondisi m'asyarakat seperh
r1u melupakan faktor penghambai
integrasi
k"r;;-"k;:r"gat
mudahdipecah-pecah oleh golongan yang
bemift
untukm""f"a"I".
p".p"""nm
ilil
"1:
::11._^.-TyTy
ar ira n_a r.i ran y"
^s
". ";;i,;,
;ian
kei o mpo k,du, qdn menganggap kelompok mereka yang
palingiuci
dan bersih.
Kemiskjnan dan Keseniangar Soslal Ekonomi
Kemiskhan dalr kesenjangan sosial ekonomi adalah
faktor yangmengham_
bat integrasi. Kesenjangan
sosialeto""-i
U_L
t"."nffiri
L,ru. goto.,gu.,masyarakat a taupun keseniangan antar daerah,
adalut-,
tj_ryung
*"rr,p"r-Iemah inregrasi. apabila kemi'skinrn
arn
l"r"n;rngu;
";;;;i,
anrarayangfI1
O."
^:kl T
te4adi, yang muncut adatah sikap prasangka danke_
cemburuan dari golongan yang miskLn
t".irArp
yung.Jr r.
opuO,,o f"U"_rulan,yang,misUn d.rn yang
kala
Lersebut
U"rrr"f
?"ri,
_r",s alau suku yang berbeda, isu yang muncul dim.r.rrttu.,t"
p".r'r.rO"_
i"U_"1,
-"r"_
lah kesenjangan sosial_ekonominya m"luinkurr ,oul
"ol*lii,i
rrrO,, ,ur,gru.l:lilf_:l
,r"trra
yang.diskriminaril
rerhadap,ro""l.
-'-"
..ebrrakan Negara terhadap daerah sering di Iuar baias kepatutan, daerah
I":s
'lib:i
daya
atamnyamelimpah"dan
,"br;;;
;;';"rg
ApBN
tertinggi bagi \egara Repu blik Indonesia,iurt
,
t*,a"i"i
,t*,ri
"f.onorn,r,y"
berada di bawah garis kerniskrnan. Contoh
tongt.i*yu
rdingkan dengan kepentingan
paling sederhana adalah akibat
na yang memegang posisi stra_
yang dekat dengan penguasa
,erah terus menggelinding dan
mordia,lisme
iementingkan kepentingan
a, ras, suku, atau
Lri kata Latin prima atau
re merupakan sikap atau
akan identitas atau
,ama dalam penempatan sese_ ila tidak disikapi secara serius
3an kehiddupaa berbagsa dan
dalah juga faktor-faktor yang
rdoh
biasanyamemiliki
panlliri
dalam lingkungan tempatmya terbatas pada lingkungan
adalah orang lain atau orang
:a. Kondisi masyarakat seperti
i
karena akart sangat mudah ttuk mengadakan perpecahanarg
mengkafirkan kelompokLg paling suci dar bersih. Li
rdalah faktor yang mengham_
k kesenjangal antar golongan r, adalah faktor yang memter_
njangan ekonomi antara yang rlah sikap prasangka dan ke_ 1ap yang kaya. Apabila
kebe-berasal
dati
etnis atau suku: permukaan bukanlah masa_
r soal etnis atau suku bangsa.
ap rakyat.
luar batas kepatutan, daerah
l
sebagai penopangApBN
u kondisi sosial ekonominya ngkritnya adalah Kabupaten
onsformotif: Menuju lndonerio Berdoutor,,
Sumbawa Barat. Negara setiap tahumya menerima ro;r,.lh dari pT
Ney.non
Nusa Teggara (perusahaan pengelola tambang
emas terbesar di Indonesia) sebesar Rp5,B9
triliun.
Dari;umiah.itu,
pem-dapropinsi-i.rru
T"r,ggu.u Barat hanya men erima 4,87 % atau sekitar Rp260miiar
Da,..a 260 mniarini
didistribusikan kembali ke 10 kabupaten kota yang ada
ai propinsi Nusa
Tenggara Barat, sehingga praktis kabupaten Sumblwa Baral selaku
kabu-patenpenghasii hanya memperoleh dana bagi hasil sekitar 65 miliar.
Yang lebih menyakiikan ragi ketika pembaha"san Dana Alokasi
umum di
DePartemen Keuangan
ru
Yo:p-r*l
Sumbawa Baratjustru
mendapatalokasiDana Alokasi Umum
pALf
terkeciljika dibandingkandaerah lain_ nya
di
Indonesia, termasuk daerah vang tirt
_"_prniui
sumber daya alam. Alasan
yarg
diberikan pemerintah prrsat sangat_slngattidak logis
dan merendahkan harkat dan martabat masvarakat
S'umbawa Barat, ibarat
fupu,*,.
sudahjatuh
tertimpa- tangga. pemerintah beraaggapan bahwadana alokasi umum yarrg diberikan mlmang relatif
k".it
turLu
aunuy_g
diberikan dikurangi besaran dana royalti y-ang diberikan
oleh negara ke-pada daerah penghasil. Kondisi ini;uga teriadi
Ii
Kahmurrtar,, l,apuu, Riou,
-d,":.PO*"!"
daerah penghasil sumber daya alamfrir_f"
ii
Indonesia.Kebijakan ekonomi negara neolibralisme.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa pemimpin nagara dalam membuat
kebijakan-kebijakan strategis terutama
di
bidang"ionomi
tidak pernahiepas dari intervensi asing terutama regulasi pem"erintah di
bidang perda_
gangan dan
pertambalgal.
Sering dengan semakin cerdasnyamasyara-kat, suara-suara
kiritis
sudah mulaimorrlU rc
p"r_rrt*rl.
Contoh yang paring sederhana adarah
-uryurukut
dan femerintah Kab.Sumbawa Barat. Mereka sudah mulai b"rsrr^ra lurrturrg
,i"-p"rtanyakan
manfaat perusahaaa tambang emas-tembaga yang me.,g?krploitu.l utu*r,yu
melalui
konsersium pT NeymonNr"u
iungg"u.u,yl*g'."luglu.,
U"ru,sahamnya
dimiliki
asing. Keberaduurrp"*ruhfi.,
r#uruLi
tu.,,lyututiaut
llmbawa
efek buat masyarakat, baikdi
sekitartu_U*g ;uupun
rakyat Indonesia secara keseluruhan. Masyarakat hanya diyadikarr"tumbalsekaligrs menjadi penonton ketika alarnnya dieksploitasi. Ma.yurakut
,ukitu,
tum-bang kondisinya tetap miskin, sementara para bule berambut pirangber-pesta pora menghambur-hamburkaa dolar, pejabat_pejabat
pusat yang keci_
pratan hidup bermewah-mewah
Pemerintah pusat dibuat tidak berdaya dan takluk
di
dalam kungkunganT,Tr*^I:Yr:ll^t
yar,g mulai gerah dengan tindakan kaum imperialismeuu, remyata drbenturkan dengan preman_preman berambut
cepak yang
seharusnya meiindungi
ralTat
Bil;
halini
L-r
a$a*r.,
,idak mustahil
ilT#:Ti"t"T:i-a
Barat mensikuti jejak saudara-saudamva vang adaFshultos ltmu Soriot, UniveBitos Neseri Vogyoharto,
t3 April 2ol3
Penutup
Nasionalisrne dalam dimensi historisitas dan normativitas, merupakan
se-buah penemuan sosial yang paling menakjubkan dalam perjalanan sejarah
manu-sia, paling tidak dalam dasa warsa seratus tahun terakhir' Tidak ada satu pun
ruang geogra{is-sosial
di
mukabumi
yang lepas sepenuhnya dari pengaruhideollgi
id.
Tanpa ideologi nasionalisme, dinamika sejarah manusiaakanberbe-da sama sekali. Meskipun sering dianggap usang
urtuk
dikaji darL diperdebatkandalam komunikasi ilmiah, namun sejatinya nasionalisme tidak sekedar cukup
untuk
diperbincangkan dan. dipertentangkan sebagaimana konsepsinya yangsering dianggap bias, melainkan
perlu
suatu penghayatan yang tulus untukditanamkan dalam kehldupan berbangsa, dan terinternalisasi serta terintegrasi
dalam
kultur
kehidupan bemegara. Apalagi dalam konteks kebangsaanIndo-nesiayang plutal atau heterogen, maka diperlukan ikatan ideologis yangmenjadi rasa
milik
bersama yang bersifatkolekfif
Untuk mencegah agar masalah disintegrasi bangsa tidak terus meluas dan
mencegah terjadinya nasionalisme semu, dibutuhkan kreatifitas pemerintah
dalam mengelaborasi secara dinamis
melalui
pendekatan-pendekatancross-aLlture understtmding and accommodafinS, nasionalisme haruslah didasarkan pada kesediaan dan hubungan timbal-balik, saling menghargai dan sikap-sikap ramah
penuh persaudaraan dan berkeadilan. Semua
itu
merupakan materi' esensi'substansi dan metodologi yang dibutuhkan dalarn mengisl tuntutan cita-cita
kebangsaan dan
ilmu-ilmu
pengetahuan sosial-kemanusiaan, yang perlu terusdigalilecara kreatif dari
semboyan berbangsa dan bemegara kita: bhinneka tunggal ika.Daftar
PustakaAdam, Asviwarm an.2007 . P elurusan Sejarah lndonesia. Yogyakarta: Ombak Press ' Maarif,
Ahmad
Syafii.2A02. ReJleksi 50 Tahun Indonesia Merdeka Yogyakarta:UNY.
Amin,
SM. 1967 . lndonesia di Bawah Rezim Demokrasi Teryimpin' Jakarta: Bulan Bintartg.Dahm, B. 1969. Sukarno and the Struggle
for
Indonesia IndEendence' Ithaca andLondon: Comell UniversitY Press.
Frances Gouda. 2002. Indonesia Merdeka karena Amerika' Jakarta: Serambi
Ilmu
Semesta.Hans
Kohn.
1965. N ationalism: Its Meaning andHistary
New York:
D
VanNostrand CornPanY.
Hatta, Moh. L974. Detik-Detik Sekilar Proklamasi 1945. lakarta: Yapema'
Kahio
G.McT. 1963. Nationalism and Reuolutiot't in Indonesia.Ithaca, New York :Come1l UniversitY Press
Koentjaraningrat . 1.964. Tokoh-lokoh Antropologi. Universitas Indonesia Press' 1990. Pengantar llmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta Press.
normativitas, merupakan se-rlam perjalanan sejarah manu-terakhir. Tidak ada satu pun
; sepenuhnya dari pengaruh
a sejarah manusia akan
berbe-rtuk dikaji dan diperdebatkan
nalisme tidak sekedar cukup
,agaimana konsepsinya yang
rghayatan yang
tulus
untukntemalisasi serta terintegrasi
m konteks kebangsaan
Indo-ikatan ldeologis yang menjadi
angsa tidak terus meluas dan
hkan kreatifitas pemedntah
rndekatan-pendekatan
cross-ne haruslah didasarkan pada
hargai dan sikap-sikap ramah
r
merupakan materi, esensi,m mengisi hlntutan cita-cita manusiaan, yang perlu terus
an bemegara kita: bhirrLeka
;ia. Yogyakarta: Ombak Press. lonesi a Mer deka. Yo gyakarta:
'asi Terpimpin- Jakarta: Bulan
esia lndependmce. Ithaca and
rcika. Jakafia: Serambi
Ilmu
Hlsiory.
New
York:D
Van45. Jakafta: Yapema.
[ndonesia- Ithaca, New York :
aiversitas Indonesia Press.
.karta: Rineka Cipta Press.
ronrformotif: Menuju lndonesio Berdoulot,,
Block. 1961. Social Sociefy. Chicago: University o{ Ci:;,icago.
Slamet. 1986. Nasianalisme Sebagai Modnl Perjuangan Bangsa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka.
As'yari
dalam Sarbini 2005. Islam TEicn Rnolusi;Idiologi panikiran d.an::i':t
Gerakan.Yogyakarta : Pilar Media.':i.
Rickl"f, M.C.
1993. Sejarah Indonesia Modern,Yogyakarta
: Gadjah MadaUniversity Press.
Rukiyati. 2008. Pendidikan Pancasila.Yogyakarta : UNY Press.
Soekamo. L960. Manusic dan Masyarakat Baru lndonesia, Jakarta PP dan K.
Tunggul Alam, Wawan. 2003. Demi Bangsaku Pertentangan Sukamo Vs. Hatta.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wineburg. 2006. B erpikir Historis: Memetakan Masa Depan, Mmgajarkan Masa Ltlu,
te!.
Masd Maris, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.Zulkarnain. 2009. Jumal Isfor':ia Vo1.7.No.1.09.(2009),Yogyakarta: Pendidikan
Sejarah.
Ihza Mahendra, dalam
http/
/setneg.go.id, diakses tanggal 24 Oktober 2011,.