1
Warta Limnologi
–
No. 46/Tahun
XXIVJuli 2011
Peran Pusat Penelitian Limnologi LIPI Dalam Mencerdaskan
Kehidupan Bangsa :
Sebuah Otokritik dari Dimensi Modal Sosial
Dede Irving Hartoto, PhD
Email: dirvingh@yahoo.com; lhartoto@indo.net.id
Sejarah Ke le mbagaan P2L-LIPI
Pada tahun 1986 dengan Keputusan Presiden No. 1 Tahun 1986 lahirlah PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN LIMNOLOGI, sebuah lembaga penelitian di bawah LIPI untuk melakukan kajian-kajian ilmiah tentang seluruh aspek pada sistem perairan darat Indonesia dengan pendekatan multidisiplin keilmuan secara terintegrasi untuk pengelolaan dan pendayagunaannya. Namanya
kemudian berubah menjadi PUSAT PENELITIAN LIM NOLOGI-LIPI (P2L-LIPI) dan para pimpinannya
telah berganti berkali-kali, tetapi ada pertanyaan besar apakah sejauh ini P2L-LIPI sebagai institusi riset berskala nasional ini sudah menjalankan fungsi keilmuannya dalam mencerdaskan kehidupan dan meningkatkan kesejahteraan bangsa seperti yang diamanatkan oleh pembukaan UUD 1945?
Sebagai lembaga pemerintah, tugas P2L-LIPI seperti yang tersurat dalam Keputusan Kepala
LIPI Nomor 1151/M/2001 adalah melaksanakan penelitian dan penyiapan kebijakan, penyusunan pedoman, pemberian bimbingan teknis, penyusunan rencana dan program, pelaksanaan penelitian bidang limnologi, serta evaluasi dan penyusunan laporan. Bila dirujuk pada web site P2L-LIPI, institusi ini mempunyai visi menjadi pusat rujukan (new frontiers, policy, goods and services) di bidang limnologi dalam upaya melestarikan, memperbaiki serta memanfaatkan sumber daya perairan darat untuk meningkatkan kemakmuran bangsa Indonesia melalui pengembangan kompetensi inti yang berlandaskan etika keilmuan. Visi yang sangat indah dalam kata-kata ini kemudian dilengkapi dengan misi yang tak kalah cantiknya yaitu:
a. Mengembangkan P2L LIPI menjadi lembaga yang efisien dan efektif berdasarkan
konsep-konsep pengelolaan kelembagaan yang baik (good institutional governance),
b. Menguasai konsep- konsep (sistem dan proses) limnologis, untuk mengatasi persoalan
sistem biotik perairan, sistem kualitas air, hidrodinamika perairan, kebijakan pengelolaan perairan serta konservasi biota asli Indonesia,
c. Memperkuat jaringan dan kerjasama penelitian dalam dan luar negeri, serta
pemasyarakatan IPTEK dengan mengoptimalkan kinerja jasa dan informasi,
d. Berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya menjaga
keseimbangan ekosistem dalam mendayagunakan dan mengelola sumberdaya perairan darat yang berpotensi menimbulkan konflik.
Pada proses pengembangannya dan tuntutan masyarakat untuk dicerdaskan, sekitar tahun 2005 berdirilah bangunan Stasiun Limnologi dan Alih Teknologi-LIPI yang terletak ditepi Danau Maninjau (A=9737.5 Ha), Sumatera Barat. Berdasarkan SK Kepala LIPI No. 659/M/2011 tanggal 12 Juli 2011, stasiun ini sebagai sarana penelitian, pegembangan ilmu limnologi dan pemberdayaan masyarakat di sekitarnya dalam pengelolaa danau yang dikelola oleh Puslit Limnologi -LIPI. Sebenarnya secara geografis, posisi stasiun ini sangat strategis ditengah persaingan dalam kontribusi
untuk bangsa dengan institusi pengkajian ilmiah serumpun dengan P2L-LIPI yang sudah ada di Pulau
Sumatera, yang berasal dari Kementerian Kelautan Perikanan dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jadi sebenarnya posisi geografis SLAT-LIPI di Maninjau harus dimanfaatkan dengan baik agar tidak tersisihkan dalam proses kontribusi sains untuk pengelolaan perairan darat di Sumatera.
Ke pe mimpinan dan manaje men modal pe mbangunan P2L-LIPI
2
Warta Limnologi
–
No. 46/Tahun
XXIVJuli 2011
manajemen organisasi yang bersangkutan. Kejernihan dan ketulusan niat, ketaj aman analisis dan kemampuan membangun sinergi dari seluruh modal yang ada untuk berkontribusi dalam pembangunan melalui disiplin keilmuan limnologi mempunyai posisi yang strategis. Sistem manajemen P2L-LIPI pada tahun 2009 telah merumuskan tujuan satu-satunya pusat penelitian di Indonesia yang mengkhususkan diri dalam bidang perairan darat yaitu memelihara kelestarian sumberdaya perairan darat untuk kesejahteraan masyarakat melalui pemahaman proses -proses kunci yang menentukan daya dukung perairan darat sehingga perairan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Sasaran-sasaran yang ditetapkan agar dapat dicapai dalam kurun waktu lima tahun yaitu:
a. Terkumpulnya data dasar limnologi,
b. Diketahuinya status perairan darat,
c. Terpahaminya proses- proses lingkunga n perairan darat melalui pemodelan,
d. Tersedianya rekomendasi mengenai pengelolaan perairan darat,
e. Tersedianya teknologi peningkatan produktivitas perairan darat,
f. Tersedia konsep teknologi pengolahan air,
g. Terbentuknya jaringan informasi sumber daya perairan darat,
h. Tersedianya sarana dan prasarana pendukung kompetensi inti di bidang limnologi
serta terlaksananya ketatausahaan Puslit Limnologi-LIPI,
i. Terbangunnya pendidikan dan penyadaran masyarakat ter hadap perairan darat.
Logisnya, perlu dilakukan proses evaluasi yang jujur dan bebas kepentingan pencitraan untuk menilai apakah sasaran-sasaran tersebut di atas sudah benar-benar tercapai. Evaluasi yang berimbang
selayaknya dilakukan oleh kelompok independen dengan memfokuskan aspek rasio nilai input
terhadap nilai output dari suatu institusi. Tak boleh dilupakan untuk dikaji apakah sains limnologi sebagai kajian hubungan timbal balik antara komponen biotik dan abiotik di perairan daratan
Indonesia sudah berkembang semakin baik dengan adanya P2L-LIPI. Dengan perkataan lain kita
selayaknya bertanya apakah kontribusi P2L-LIPI untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia selama 25 tahun ini sudah sebanding dengan biaya yang dikeluarkan bangsa ini untuk mendukung keberadaan institusi ini?
Untuk mencapai cita-cita berkehidupan bangsa yang bebas, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, semua modal pembangunan bangsa Indonesia harus disinergikan. Modal untuk pembangunan Indonesia yang terkait bidang limnologi meliputi paling tidak enam modal yaitu (1) modal sumber daya alam, (2) modal ilmu pengetahuan dan teknologi, (3) modal kelembagaan, (4) modal sumber daya manusia, (5) modal finansial dan (6) modal sosial. Kelemahan dalam mensinergikan m odal-modal tersebut, seperti halnya sektor-sektor pembangunan lainnya di Indonesia, khususnya pengembangan modal
sosial di P2L-LIPI sangat terasa kesenjangannya, sehingga pencapaian visi yang diangankan seakan
semakin jauh.
3
Warta Limnologi
–
No. 46/Tahun
XXIVJuli 2011
pustakawan) dan kelompok pasukan bantuan administrasi (arsiparis, kesekretariatan, satpam dan staf
tata usaha lainnya). Semua mereka sama-sama Prajurit TNI-AD (untuk P2L-LIPI sama-sama PNS) dan
seyogyanya mereka bekerja sama untuk berkontribusi terhadap pencapaian visi melalui penerapan misi-misi organisasi. Modal sosial yang sifatnya mengikat pada tingkat moderat memang merupakan landasan untuk mengembangkan modal sosial yang sifatnya saling menjembatani. Ukuran kematangan organisasi yang sudah matang adalah dari kemampuannya mengembangkan modal sosial yang menjembatani.
Tidak adil bila dikatakan bahwa sejauh ini dalam pengembangan P2L sama sekali tidak
terbentuk modal sosial yang menjembatani. Fasilitasi proses pengembangan Asia Pacific Centre for
Ecohidrology (APCE) oleh P2L-LIPI adalah salah satu contoh keberhasilan pengembangan modal sosial yang menjembatani. Mungkin sejauh ini sudah terlalu banyak dana, tena ga dan fokus perhatian pimpinan P2L-LIPI untuk proses fasilitasi gagasan ini. Yang perlu diperjelas adalah apa kontribusi tujuan dan manfaat APCE bagi proses pencerdasan kehidupan bangsa Indonesia. Tergelitik untuk bertanya, apakah ada mandat nasional instistusional yang terkorbankan, bila konsep pengembangan dua institusi serumpun terbenam dalam alur pikir para pimpinan P2L-LIPI?.
Pengembangan APCE secara regional mungkin lebih menarik dan merupakan “niche” yang lebih
menjanjikan di masa datang untuk kepastian posisi dan karir. Apapun situasi dan motivasinya
pengembangan jejaring kerjasama-kerjasama nasional atau internasional dengan institusi klien,
institusi riset serumpun dan masyarakat tetap harus dilakukan. Pengembangan jejaring kerjasama yang seharusnya dilandasi semangat saling memberi dan bukan sekadar memanfaatkan kesempatan dari sisi material, finansial atau karir, adalah sesuatu yang dicita-citakan dapat terwujud dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Learned from the past, looking to the future
Saat ini sudah semakin banyak peneliti dan perekayasa berusia muda yang bekerja di P2
L-LIPI. Mereka ini sebenarnya berpotensi untuk kapabel, sudah berpendidikan tinggi dan mungkin secara genetis memang pintar. Ini adalah sumber daya manusia yang sangat berharga yang harus disinergikan dengan modal-modal pembangunan lainnya agar lebih berkontribusi secara nyata bagi bangsa sesuai keahliannya masing-masing. Di sisi lain, perkembangan disiplin limnologi sebagai sains dan ilmu-ilmu yang terkait mengisyaratkan perlunya perluasan cakupan kegiatan litbang yang beberapa contohnya disajikan pada Tabel 1. Tentu saja apa yang disajikan pada Tabel 1 belum mewakil aspirasi semua pemangku amanah bidang limnologi di Indonesia, tetapi setidaknya ini
adalah suatu kontribusi pemikiran untuk pengembangan limnologi dan P2L-LIPI. Pada akhirnya,
setelah berlalu 25 tahun dari berdirinya P2L-LIPI, untuk mengukur kinerja pengembangan P2L-LIPI dalam proses pencerdasan kehidupan bangsa, maka perlu disepakati bersama oleh semua pemangku amanah, kriteria evaluasi mana yang akan dipakai untuk menilai kinerja dan capaian institusi ini di masa depan. Wallahualam.
Tabe l 1. Ke lompok- ke lompok kajian limnologi yang mungkin per lu dilakukan dimasa datang
No. Ke lompok kajian Topik-topik riset tentatif
1. Ekologi sistem sungai dan drift Riset–riset terkait dinamika dan fungsi debris berkayu;
dispersal nimfa serangga akuatik; pola drift spasial dan temporal; dsb.
2. Planktonologi Virioplankton; plankton riverin dan perifiton; pengaruh
berbagai karbon organik pada komunitas plankton; dsb.
3. Makrofita akuatik yang menjadi
dasar proses rehabilitasi habitat.
Alokasi biomasa terkait perubahan habitat; fungsi riparian sungai sebagai sumber benih makrofita akuatik;
4. Mikrobiologi akuatik Hubungan kelimpahan bakteri dengan karbon organic;
mineralisasi biogenik besi; produksi bakterioplankton di
ekosistem paparan banjir (floodplain); inventarisasi
4
Warta Limnologi
–
No. 46/Tahun
XXIVJuli 2011
5. Ekologi detritus akuatik Kontrol hidrologis bahan organik terlarut; efek
makrokonsumer pada detritivora; dekomposisi serasah makrofita akuatik dan vegetasi riparian; dsb.
6 Biogeokimia sistem perairan
daratan
Degradasi anoksik debris organic; hubungan kelimpahan bakteri dengan bahan organik partikulat; pelepasan zat hara pada habitat litoral dan profundal; biogeokimia senyawa humat akuatik; peran asam humat sebagai agen detoksifikasi; bioakumulasi senyawa toksik; dsb.
7. Kajian integritas dan konektivitas
ekologis sistem perairan daratan
Pendefinisian pada tataran operasional tentang integritas dan konektivitas ekologis; sistem pengindeksan integritas sistem aquatic; riset konektivitas longitudinal, lateral, vertikal dan temporal sistem akuatik; aliran hirodrologis penghilangan zat hara berlebih; dsbnya
8. Societal services of inland waters Tautan skala ekologis dan kerangka kelembagaan dalam
manajemen perairan daratan; valuasi ekonomi sumber daya perairan daratan; jasa kemasyarakatan yang diberikan biota akuatik dan drift dari debris tumbuhan; pengembangan skenario bisnis kerakyatan berbasis perairan daratan; dsbnya.
9. Ekoturisme perairan daratan Kajian pengembangan ekoturisme yang berbeda dengan
turisme masal di alam; skenario pengembangan bisnis ekoturisme sebagai insentif ekonomi kegiatan konservasi perairan daratan; kajian fenologi di sistem perairan daratan sebagai dasar pengembangan penjadwalan bisnis ekoturisme; dsb.
10. Rekayasa ekologis sistem akuiatik Pengembangan konsep penyeimbangan antara human
values dengan environmental values, environmental flows dan environmental weeds; riset terkait pengelolaan sistem riparian; teknologi aerasi hipolimnion, teknologi pemindahan sedimen; dsb.
11. Ekotoksikologi Riset-riset terkait dampak limbah perkebunan dan
pengolahan kelapa sawit terhadap sistem perairan daratan; pencemaran karena pertambangan illegal; dsb.
12. Ekologi fungsional sistem perairan
daratan
Riset-riset yang terkait hubungan keragaman jenis
dengan berfungsinya sistem akuatik; pengaruh water
borne metal pada osmoregulasi makroinvertebrata
akuatik; pengaruh of flooding dan timing pada perombakan bahan organik; model dinamik neraca energy; dsb.
13. Kesehatan lingkungan perairan
daratan
Pengembangan konsep sistem perairan daratan yang
“sehat’ dan yang “sakit”; pengembangan indeks dan
indikator kesehatan lingkungan akuatik; dsb.
14. Pengembangan sistem kawasan
dan perangkat manajemen
konser vasi perairan daratan
Riset–riset yang terkait kebijakan dan pengembangan
perangkat manajemen sistem Taman Nasional Perairan Daratan, Suaka Alam Perairan Daratan, Taman Wisata Perairan Daratan dan Suaka Perikanan Perairan Daratan
(PP 60 Tahun 2007); pendefinisian no disturb zone;
implementasi konsep metapopulasi dalam tindakan konservasi perairan daratan; dinamika neraca massa dalam kawasan konservasi; dampak tepi area proteksi
perairan daratan; protokol penetapan prioritas
konservasi; teknik optimalisasi konservasi
keanekaragaman genetik biota akuatik; riset terkait
konsep penetapan 1/7 luas perairan sebagai no disturb
zone untuk langkah proteksi dalam sistem konservasi;
5
Warta Limnologi
–
No. 46/Tahun
XXIVJuli 2011
pemanfaatan, proteksi, mitigasi dan rehabilitasi dalam sistem konservasi perairan daratan nasional; dsb.
15. Ekologi paparan banjir (Floodplain
ecology)
Riset-riset ter kait deskripsi integritas ekologis habitat paparan banjir, proses simultan terjadinya denitrifikasi dan nitrifikasi; fotoproduksi dari senyawa karbon inorganic terlar ut; fluktuasi tinggi muka air sebagai driver proses invasi; kekeringan dan resiliensi komunitas akuatik; dsb.
16. Geomorfologi sistem akuatik Klasifikasi sistem sungai dan danau ber dasarkan
kondisi Indonesia; dinamika geomor fologis sistem danau dan sungai Indonesia; proses geomor fologis untuk manajemen per airan daratan, morfodinamika
sungai dan danau Indonesia; paleolimnologi
sedimen danau Indonesia; dsbnya.
17. Advances Ichthyology Riset-riset terkait pencirian spawning dan rearing sites;
kemoekologi ikan dan kaitannya dengan habitat; model modul habitat sebagi peramal kesesuaian habitat; kelimpahan ikan sebagai fungsi struktur spasial dan kelimpahan pakan; penggunaan alometri dan ukuran ikan sebagai estimator rasio P/B; alterasi enzim metabolik pada ikan yang terdedah pencemar; dsb.
18. Ekologi avertebrata bentik Disformasi organ pada makroavertebrata akuatik sebagai
indikator polusi kronis; struktur dan profil tepian sebagai penentu komunitas makroavertebrata akuatik; faktor penentu kekayaan spesies makroavertebrata lotik; serangga dewasa akuatik sebagai kontributor sistem riparian, peran ekologis dari shredders; dsb.
19. Ekologi landskap perairan daratan Keragaman landskap riverin; fauna lanskap riverin yang