• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS KINERJA SUPERVISI PEMBELAJARAN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU DI MTS DARUL ULUM WARU SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFITAS KINERJA SUPERVISI PEMBELAJARAN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU DI MTS DARUL ULUM WARU SIDOARJO."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

SONY ANGGRAJAYA NIM. D03211032

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

▸ Baca selengkapnya: contoh sk supervisi guru madrasah doc

(2)

EFEKTIFITAS KINERJA SUPERVISI PEMBELAJARAN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU

DI MTS DARUL ULUM WARU SIDOARJO

Skripsi Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

SONY ANGGRAJAYA NIM. D03211032

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Sony Anggrajaya

Nim : D03211032

Judul : Efektifitas kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah dalam meningkatkan profesionalisme guru di MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo

Fakultas : Tarbiyah Dan Keguruan

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya tulis merupakan hasil karya sendiri bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil jiplakan maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Surabaya, 8 Juni 2015

Yang membuat pernyataan

(4)

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi oleh:

Nama : SONY ANGGRAJAYA NIM : D03211032

Judul :EFEKTIFITAS KINERJA SUPERVISI PEMBELAJARAN

KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN

PROFESIONALISME GURU DI MTS DARUL ULUM WARU SIDOARJO.

Ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Surabaya, 8 Juni 2015 Pembimbing

(5)

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi oleh Sony Anggrajaya ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Surabaya, 05 Februari 2015

Mengesahkan, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya

Dekan,

Prof. Dr. H. Ali Mudhofir, M.Ag NIP. 196311161989031003

Ketua,

Drs. H. M. Musthofa Huda, SH. M.Ag NIP. 195702121986031004

Sekertaris,

Agus Prasetyo Kurniawan, M.Pd NIP. 1983608212011011009

Penguji I,

Drs. Ahmad Zaini, MA NIP. 197005121995031002

Penguji II,

(6)

ix

ABSTRAKSI

SONY ANGGRAJAYA, NIM. D03211032. Efektifitas Kinerja Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo. Skripsi Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya.

Maju tidaknya suatu lembaga pendidikan islam terletak pada kinerja kepala madrasah. Di samping menjadi seorang pemimpin, kepala madrasah juga menjadi seorang supervisor, terutama supervisi dalam pembelajaran. Proses belajar mengajar bisa berjalan lebih efektif dan efisien apabila gurunya professional. Untuk meningkatkan profesionalisme guru banyak hal yang dilakukan diantranya yaitu bagaimana kepala madrasah dalam meningkatkan profesionalisme guru yang salah satunya melalui supervisi pembelajaran. Dari hal tersebut peneliti ingin mengetahui bagaimana efektifitas antara kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah dengan profesionalisme guru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya efektifitas kinerja supervisi pembelajaran kepala madarasah dalam meningkatkan profesionalisme guru di MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan model korelasi, metode pengumpulan datanya menggunakan interview (wawancara) dan kuesioner (angket). Teknik samplingnya menggunakan sampel jenuh atau sampel total dengan jumlah seluruh responden 60. Dan teknik analisis datanya menggunakan korelasi Product Moment. Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat efektifitas antara kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah dengan profesionalisme guru, dengan bukti nilai hasil korelasi product moment sebesar 0.979 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (p < 0,05) artinya terima Ha dan tolak Ho. Kesimpulannya yaitu terdapat adanya efektifitas antara kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah dengan profesionalisme guru.

(7)

DAFTAR ISI

COVER DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

H.Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II KAJIAN TEORI ... 16

A. Kinerja Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah ... 16

1. Pengertian kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah .. 16

2. Tujuan supervisi pembelajaran ... 18

3. Fungsi supervisi pembelajaran ... 21

(8)

5. Teknik-teknik supervisi pembelajaran ... 26

6. Tipe-tipe supervisi pembelajaran ... 28

B. Profesionalisme Guru ... 30

1. Pengertian profesionalisme guru ... 30

2. Ruang lingkup profesionalisme guru ... 32

3. Kriteria profesionalisme guru ... 37

4. Faktor peningkatan profesionalisme guru ... 38

C. Peran Supervisi Pembelajaran Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru ... 39

BAB III METODE PENELITIAN... 45

A.Lokasi Penelitian ... 45

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 56

A.Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 56

1. Sejarah singkat dan letak geografis MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo ... 56

2. Visi, misi, tujuan, target, dan strategi MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo ... 57

3. Keadaan guru MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo ... 59

4. Keadaan siswa MTs. Darul Ulum Waru Sidoarjo ... 65

(9)

B. Penyajian Data Hasil Interview (Data Kualitatif) ... 70

C. Penyajian Data dan Analisis Hasil Angket (Data Kuantitatif) ... 73

D. Analisis Data ... 79

BAB V PENUTUP ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran-Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1: Kriteria Reliabilitas ... 52

Tabel 3.2: Interpretasi Product Moment ... 54

Tabel 4.1: Keadaan Guru ... 60

Tabel 4.2: Data Guru di MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo Tahun Ajaran 2014/2015 ... 62

Tabel 4.3: Keadaan Siswa ... 66

Tabel 4.4: Data Fasilitas Madrasah ... 69

Tabel 4.5: Sarana dan Prasarana ... 70

Tabel 4.6: Validitas Instrumen Uji Coba tentang Kinerja Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah ... 74

Tabel 4.7: Reliabilty Statistic ... 75

Tabel 4.8: Reliabilitas Instrumen Alpha ... 76

Tabel 4.9: Validitas Instrumen Uji Coba tentang Profesionalisme Guru ... 76

Tabel 4.10: Reliability Statistic ... 78

Tabel 4.11: Reliabilitas Instrumen Alpha ... 78

Tabel 4.12: Product Moment Corelation ... 79

(11)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman interview kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah dan profesionalisme guru

Lampiran 2 : Kuesioner tentang kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah

Lampiran 3 : Kuesioner tentang profesionalisme guru

Lampiran 4 : hasil skor jawaban kuesioner terhadap kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah

Lampiran 5 : hasil skor jawaban kuesioner terhadap profesionalisme guru

Lampiran 6: hasil skor jawaban kuesioner valid terhadap kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah

Lampiran 7 : hasil skor jawaban kuesioner valid terhadap profesionalisme guru

Lampiran 8 : Output reliabilitas dan validitas variable kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah sebagai organisasi yang menjalankan proses pendidikan dengan segala fungsi dan hasilnya, mempunyai perangkat yang mewujudkan fungsi dan tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana manajerial sekaligus leader dalam organisasi sekolah adalah kepala sekolah. Kepala sekolah adalah kunci sukses dan tidaknya dalam terlaksananya proses pendidikan.

Kepala sekolah merupakan pimpinan pada lembaga yang dipimpinnya, maju dan berkembangnya suatu lembaga tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab

kepala sekolah. Pemimpin adalah orang yang melakukan kegiatan dalam usaha

mempengaruhi orang lain yang ada dilingkungannya pada situasi tertentu agar

orang lain mau bekerja dengan rasa penuh tanggung jawab demi tercapainya

tujuan yang telah ditetapkan.1

Dalam era globalisasi sekarang ini, sekolah harus mampu eksis dengan segala konsekuensinya melalui proses yang dilakukan. Keberadaan kepala sekolah sebagai kunci sukses pelaksanaan proses harus mampu memahami fungsi dan tugas serta tanggung jawab yang melekat yaitu, fungsi leader, manager, educator,

supervisor, administrator, inovator, dan monitor.

1

(13)

Keberadaan kepala sekolah dalam menjalankan fungsi, tugas dan tanggung jawabnya dalam manajemen tidak bisa terlepas dari peran pembantunya. Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sekolah peran yang sangat menonjol dilakukan oleh kepala sekolah adalah peran supervisi memegang peranan penting, karena berhasil tidaknya program pengajaran di sekolah banyak ditentukan oleh kepala sekolah sebagai pemimpinnya. Karena kunci keberhasilan pendidikan di sekolah pada dasarnya bergantung pada kinerja

supervisi kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalitas guru dan di dalam

melaksanakan suatu kepemimpinan pendidikan dan cara bertindak.2

Demikian pula, keberhasilan itu tentu saja tidak dapat dilepaskan dari

keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah. Supervisi kepala sekolah dalam

proses meningkatkan profesionalitas guru termasuk upaya kepala sekolah untuk

mengetahui kemampuan dan perilaku setiap para pengajar yang dipengaruhi tidak

hanya oleh ilmu, melainkan keterampilan yang diperoleh selama peserta didik

mengalami proses belajar mengajar, motivasi kerja, sikap, latar belakang budaya

dan pengaruh lingkungan. Supervisi kepala sekolah dalam meningkatkan

profesionalitas guru harus berupaya mengembangkan visi, tujuan, dan sasaran

yang ditetapkan sebelumnya.

Secara umum, kepala sekolah yang efektif memfokuskan

tindakan-tindakannya pada penetapan tujuan sekolah dan memberikan sumber-sumber yang

2

(14)

diperlukan untuk terjadinya proses belajar mengajar.3 Tindakan-tindakannya juga

untuk mensupervisi, mengevaluasi guru, mengkoordinasi program-program

pengajaran, dan memberikan dorongan kepada guru dilakukan secara aktif.

Dukungan atau dorongan terhadap guru akan menciptakan iklim sekolah yang

positif, dan memberikan semangat serta motivasi bagi guru untuk meningkatkan

prestasinya. Peranan guru professional ialah bagaimana seorang pendidik dapat

menciptakan serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam

situasi tertentu, serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku, dan

perkembangan siswa yang menjadi tujuan yaitu meningkatkan prestasi belajar

siswa dalam proses belajar mengajar.4

Sebagai leader kepala sekolah dalam mewujudkan kinerja yang maksimal dengan hasil yang optimal, mempunyai salah satu peran yang melekat pada dirinya adalah mensupervisi perjalanan kegiatan organisasi baik individu guru maupun staf dan melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.

Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.5 Supervisi juga dimaknai sebagai usaha memberi layanan kepada guru-guru baik secara kelompok maupun individual dalam memperbaiki pengajaran.6

3Ibid,… h. 217

4

Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996), h. 4

5

M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2004), h. 76

6

Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Dalam Rangka Pengembangan

(15)

Menurut Piet A. Sahertian,7 supervisi digunakan untuk: a) membangkitkan semangat dan merangsang guru-guru dan staf sekolah lainnya untuk menjalankan tugas dengan baik; b) berusaha mengadakan dan melengkapi kebutuhan sekolah untuk kelancaran proses belajar mengajar; c) bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari dan menggunakan metode-metode baru dalam proses belajar mengajar yang lebih baik; d) membina kerja sama yang baik dan harmonis antara, guru, murid dan staf sekolah lainnya; dan e) berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan staf sekolah, antara lain dengan mengadakan

workshop, inser-vice training, atau up-grading.

Peningkatan kinerja guru melalui supervisi dan monitoring pengawas bukan sekedar diarahkan kepada pembinaan yang lebih bersifat aspek-aspek administratif kepegawaian tetapi harus lebih kepada peningkatan kemampuan keprofesionalannya dan komitmen sebagai seorang guru.8 Supervisi terhadap guru dimaksudkan untuk melakukan pembinaan dan pengembangan terhadap guru sebagai salah satu komponen sekolah.9

Hasil penelitian Liphan sebagaimana yang dikutip oleh Syaiful menyatakan bahwa kepala sekolah yang berhasil adalah kepala yang memiliki komitmen yang kuat terhadap peningkatan kualitas pengajaran. Komitmen yang kuat menggambarkan adanya kemauan dan kemampuan melakukan monitoring pada

7

Ibid, 8

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,

(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), h. 13. 9

(16)

semua aktivitas personel sekolah. Misalnya dalam pengajaran dilakukan dengan cara memonitor waktu-waktu dan proses pengajaran di kelas.10

E. Mulyasa mengemukakan bahwa guru memegang peranan utama dalam pembangunan pendidikan khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik terutama kaitannya dengan proses belajar mengajar.11 Apalagi pekerjaan dan tanggung jawab guru makin hari bukan makin ringan. Sejalan dengan meningkatnya pengakuan dan penghargaan masyarakat dan pemerintah terhadap profesi guru, maka ekspektasi mereka pun makin tinggi. Guru diharapkan bekerja sungguh-sunguh dan professional. Maka salah satu untuk meningkatkan profesionalitas guru perlu adanya bantuan dan bimbingan kepala sekolah salah satu di antaranya melalui bentuk supervisi pembelajaran.

Supervisi pembelajaran adalah bantuan dalam wujud layanan professional yang diberikan oleh orang yang lebih ahli dalam rangka peningkatan kemampuan professional terutama dalam proses belajar mengajar.12 Dengan tujuan terbaikinya proses belajar mengajar yang di dalamnya melibatkan guru dan siswa, melalui serangkaian tindakan, bimbingan dan arahan.13 Dalam pelaksanaannya, supervisi pembelajaran bukan semata-mata mengawasi para guru atau tenaga kependidikan

10

Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.

134 11

Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 5

12

Ali Imron, Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 23

13

(17)

menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan, tetapi juga berusaha bersama guru-guru mencari solusi bagaimana cara memperbaiki proses pembelajaran. Ini berarti bahwa dalam kegiatan supervisi pengajaran, guru-guru tidak dianggap sebagai subyek pasif, melainkan diperlakukan sebagai partner bekerja yang memiliki ide-ide, pendapat-pendapat, dan pengalaman-pengalaman yang perlu didengar dan dihargai serta diikutsertakan di dalam usaha-usaha perbaikan pendidikan, terutama perbaikan proses pembelajaran di sekolah.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara sekilas di MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo bahwa kinerja supervisi pembelajaran kepala madarasah di MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo cukup baik. Kepala madrasah menfasilitasi guru dalam proses belajar mengajar, mengawasi tugas-tugas guru untuk persiapan proses pembelajaran, dan membuat program-program terkait pembelajaran untuk meningkatkan profesionalisme guru. Selain itu, Kepala madrasah membentuk tim supervisi senior yang dinamakan Penilaian Kinerja Guru (PKG) dengan dibantu Wakil Kepala (WAKA) Kurikulum untuk memperhatikan dan memantau guru-guru yang sudah atau pun yang belum mengerjakan tugas-tugasnya terkait perangkat pembelajaran dan pengajaran di kelas. Kepala madrasah memberikan reward bagi guru yang sudah melaksanakan tugasnya dan memberikan punishment bagi yang belum mengerjakan tugasnya sebagai guru yang profesional.

(18)

pembelajaran serta dapat mengembangkan materi pembelajaran dengan baik seperti melalui program pelatihan-pelatihan guru, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), diklat, workshop, dan sebagainya.

Berkaitan dengan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian, “Efektifitas Kinerja Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru Di MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah di MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo?

2. Bagaimana profesionalisme guru di MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo?

3. Bagaimana efektifitas kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah dalam meningkatkan profesionalisme guru di MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah di MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo.

b. Mengetahui profesionalisme guru di MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo.

(19)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini secara garis besar terbagi menjadi 2, yaitu :

a. Secara Teoritis

Diharapkan setelah penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan mengenai efektivitas kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah dalam meningkatkan profesionalisme guru, khususnya bagi kepala sekolah/madrasah dan guru.

b. Secara Praktis

1. Sebagai sumbangan ilmiah kepada kepala madrasah MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo dalam kinerja kepala madrasah sebagai supervisor pembelajaran. 2. Sebagai bahan masukan kepada semua guru dan staf di MTs Darul Ulum

Waru Sidoarjo dalam meningkatkan profesionalannya.

3. Sebagai telaah pustaka kepada peneliti lain yang berminat untuk mengembangkan penelitian ini pada masa-masa yang akan datang.

E. Definisi Operasional

(20)

1. Efektifitas

Efektifitas berasal dari kata "efektif" yang berarti tepat guna atau berhasil guna.14 Efektifitas membentuk kata yang mengandung arti ketepatgunaan, menunjang tujuan.15 Juga dikemukakan oleh Saliman dalam Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum; efektifitas menunjukkan suat u tahapan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan.16 Jadi, Efektifitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) dari pada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya.

Sedang yang dimaksud efektifitas disini adalah ketepatgunaan yang timbul dari penerapan kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah dalam meningkatkan profesionalisme guru.

2. Kinerja Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah

Kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah terdiri dari tiga kata yakni kinerja, supervisi pembelajaran, dan kepala madrasah. Sebelum mengetahui makana kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah terlebih dahulu harus mengetahui makna kinerja, supervisi pembelajaran, dan kepala madrasah.

14

Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : Arkola, 1994), h. 128.

15Ibid ., 128. 16

(21)

Istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance yang sering diartikan

sebagai “penampilan”, “unjuk kerja”,atau “prestasi”.17

Supervisi pembelajaran secara terminologis, diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru. Terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas serta supervisor lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.18

Sedangkan Kepala sekolah/madrasah merupakan pimpinan pada lembaga yang dipimpinnya, maju dan berkembangnya suatu lembaga tersebut merupakan

tugas dan tanggung jawab kepala sekolah. Pemimpin adalah orang yang

melakukan kegiatan dalam usaha mempengaruhi orang lain yang ada

dilingkungannya pada situasi tertentu agar orang lain mau bekerja dengan rasa

penuh tanggungjawab demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.19

Dengan demikian, kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah adalah kemampuan atau unjuk kerja kepala madrasah dalam meningkatkan kemampuan profesional guru dengan meningkatkan proses hasil belajar melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan professional kepada guru.

17

Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Op.Cit, h. 130 18

Ali Imron, Op.Cit, h. 8

19

(22)

3. Profesionalisme Guru

Istilah profesionalisme berasal dari profession. Dalam Kamus Inggris Indonesia, “profession berarti pekerjaan”.20 Dalam buku yang ditulis oleh Kunandar yang berjudul Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disebutkan pula bahwa profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu.21

Kunandar mengemukakan profesi guru adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan. Guru sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi (keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil guna.22 Jadi, guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan-

20

Desy Anwar, Kamus Inggris-Indonesia 1 Milliard, (Surabaya: Karya Utama, 2003). h. 115

21

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan

Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Cet. Ke-1, h. 45. 22

(23)

keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal.23

Adapun mengenai pengertian profesionalisme itu sendiri adalah, suatu pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan khusus. Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.24

Jadi yang dimaksud dengan judul diatas adalah suatu telaah deskripsi (paparan) yang menerangkan tentang ketepatgunaan kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah dalam meningkatkan profesionalisme guru.

F. Kajian Terdahulu

Menurut sepengetahuan peneliti ada beberapa penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan pembahasan yang peneliti kaji, di antaranya yaitu:

Akhmad Muzakki, yang meneliti tentang Peranan Supervisi Pendidikan Islam dalam Peningkatan Mutu Guru di MTsN Rungkut Surabaya ditemukan bahwa” Supervisi yang yang dilakukan bertujuan untuk memberikan bantuan dan pelayanan terhadap guru. Bantuan dan pelayanan itu diberikan secara menyeluruh dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan oleh para guru. Supervisi yang digunakan adalah teknik kunjungan kelas, terkait itu pengawas

23

Usman, M. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006, Cet. Ke-20,

h. 14-15. 24

(24)

juga sudah memberikan pelayanan dan bantuan kepada guru yang bermasalah dengan proses belajar mengajarnya, dengan memberikan bantuan berupa pengelolaan kelas, penggunaan metode pembelajaran dan sebagainya.25

Izzatin Mafruhah, yang meneliti tentang Peranan Supervisi Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Pembelajaran PAI di SMA GIKI 3 Surabaya di temukan bahwa” supervisi yang dilakukan adalah memberikan bantuan kepada guru yang mengalami kesulitan dalam belajar mengajar dengan supervisi kunjungan kelas setiap hari yang bertujuan untuk memantau proses belajar mengajar yang dilakukan oleh para guru. Dengan gaya kepemimpinan situasional dan kondisional kepala sekolah memberikan bimbingan kepada guru melalui workshop yang di dalamnya diberi pelatihan mengenai penyusunan perangkat pembelajaran, penggunaan metode, pengelolaan kelas dan sebagainya.26

Perbedaan penelitian kami dengan penelitian terdahulu terletak pada kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah di MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo. Yang mana hasil pengamatan dan wawancara sekilas di MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala madrasah adalah memberikan bantuan kepada guru terkait pembelajaran melalui pelatihan guru, MGMP, diklat, workshop, dan menfasilitasi apa yang dibutuhkan guru dalam proses belajar

25

Ahmad Muzakki, “Peranan Supervisi Pendidikan Islam dalam Peningkatan Mutu Guru di MTsN

Rungkut Surabaya”, Skripsi Tarbiyah, Kependidikan Islam, (Surabaya: Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, 2010).

26

Izzatin Mafruhah, “Peranan Supervisi Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Pembelajaran

(25)

mengajar. Kepala madrasah membentuk tim supervisi senior yang dinamakan Penilaian Kinerja Guru (PKG) untuk mengawasi kinerja guru dalam pengajaran di kelas. Kepala madrasah hanya mengawasi dan memantau guru yang dibantu oleh wakil kepala madrasah dalam proses pembelajaran, selain itu, kepala madrasah selalu memberikan reward pada guru yang sudah membuat perangkat pembelajaran dan melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan memberikan punishment bagi guru yang tidak professional dalam tugasnya. Oleh itu, peneliti ingin mengetahui Efektifitas Kinerja Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo.

G. Hipotesisa

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis dua arah yaitu Hipotesis alternative (Ha) dan hipotesis nol (Ho). Hipotesis benar jika Hipotesis alternative terbukti kebenarannya.

Ha: Adanya efektifitas kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah dalam meningkatkan profesionalisme guru.

Ho: Tidak ada efektifitas kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah dalam meningkatkan profesionalisme guru.

H. Sistematika Pembahasan

(26)

Bab I : Pendahuluan. Pada bab ini berisi langkah-langkah penelitian yang berkaitan dengan rancangan pelaksanaan penelitian secara umum. Yang terdiri dari: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Operasional, Kajian Terdahulu, Hipotesisa, dan Sistematika Pembahasan

Bab II : Landasan teori. Pada bab ini berisi landasan teori yang diperoleh dari hasil telaah dari berbagai pustaka, dimana terdiri dari 3 sub bab. Pertama, berisi kajian teori tentang kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah. Kedua, berisi tentang profesionalisme guru. Kemudian yang ketiga, berisi tentang peran supervisi pembelajaran dalam meningkatkan profesionalisme guru.

Bab III : Metode penelitian. Pada bab ini akan membahas tentang metode yang digunakan untuk penelitian skripsi ini. Di bab ini akan menguraikan tentang lokasi penelitian, jenis penelitian, variabel penelitian, rancangan penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, uji validitas dan reabilitas, serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.

Bab IV : Laporan hasil penelitian. Pada bab ini berisi tentang paparan sejumlah data empiris yang diperoleh melalui studi lapangan, yang meliputi: Gambaran umum obyek penelitian, penyajian data hasil interview, penyajian data hasil angket, dan analisis data.

(27)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kinerja Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah

1. Pengertian kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah

Kinerja artinya sama dengan prestasi kerja atau dalam bahasa Inggrisnya disebut performance. Secara etimologis kinerja (performance) berarti unjuk kerja. Kinerja adalah suatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja.

Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.27 Kinerja erat kaitannya dengan prestasi yang dicapai seseorang atau lembaga dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu kinerja ada hubungannya dengan pencapaian tujuan organisasi, jika tujuan organisasi tercapai dengan baik maka dapat dikatakan bahwa kinerja dari organisasi tersebut baik dan sebaliknya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kinerja berkaitan dengan hasil kerja, prestasi kerja, pencapaian target yang telah ditentukan secara kuantitatif maupun kualitatif, baik yang dilakukan secara individual sebagai pekerjaan

27

(28)

maupun oleh organisasi. Ukuran kinerja selalu dibandingkan dengan target bahkan melebihinya, maka dapat dikatakan pegawai/organisasi tersebut memiliki kinerja yang baik yang harus didukung oleh sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dibidangnya dan lingkungan yang kondusif.

Sedangkan istilah supervisi berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari akar kata yaitu superyang artinya “di atas”, dan visionmempunyai arti “melihat”, maka

secara keseluruhan supervisi di artikan sebagai melihat dari atas. Dengan pengertian itulah supervisi di artikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah sebagai pejabat yang berkedudukan di atas untuk melihat dan mengawasi pekerjaan guru.28

Kegiatan pokok supervisi adalah melakukan pembinaan kepada sekolah pada umumnya dan guru pada khususnya agar kualitas pembelajarannya meningkat. Sebagai dampak meningkatnya kualitas pembelajaran tentu dapat meningkat pula prestasi belajar siswa dan itu berarti meningkatlah kualitas lulusan sekolah itu.29

Secara terminologis, supervisi pembelajaran sering di artikan sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru. Terutama bantuan yang berwujud layanan professional yang dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas serta supervisor lainnya untu meningkatkan proses dan hasil belajar.30

28

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi,( Jakarta: PT Reneka Cipta, 2004), h. 4

29

Ibid.., h. 5 30

(29)

Banyak pakar yang memberikan batasan supervisi sebagai bantuan kepada staf untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Adam memberikan batasan sebagai perencanaan program perbaikan pembelajaran.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, nyatalah bahwa supervisi pembelajaran adalah

1. serangkaian bantuan yang berwujud layanan professional.

2. layanan professional tersebut diberikan oleh orang yang lebih ahli (kepala sekolah, pemilik sekolah, pengawas, dan ahli lainnya) kepada guru. 3. maksud layanan professional tersebut adalah agar dapat meningkatkan

kualitas proses dan hasil belajar sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan dapat dicapai.

Dengan demikian, kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah adalah kemampuan atau unjuk kerja kepala madrasah dalam meningkatkan kemampuan profesional guru dengan meningkatkan proses hasil belajar melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan professional kepada guru.

2. Tujuan supervisi pembelajaran

(30)

demikian, rangkaian usaha supervisi akan memperlancar pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar.31

Secara umum, supervisi pembelajaran bertujuan untuk memberikan bantuan dalam mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik, melalui usaha peningkatan professional mengajar, menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereka melakukan perbaikan dan bila mana diperlukan dengan menunjukkan kekurangan-kekurangan untuk diperbaiki sendiri.32

Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut sangatlah jelas, bahwa supervisi pembelajaran bertujuan untuk:33

1. memperbaiki proses belajar mengajar

2. perbaikan tersebut dilaksanakan melalui supervisi 3. yang melakukan supervise adalah supervisor

4. sasaran supervisi tersebut adalah guru atau orang lain yang ada kaitannya dalam rangka memberikan layanan supervisi kepada guru.

5. secara jangka panjang maksud supervisi tersebut adalah memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan pendidikan.

31

Ibid., h. 10 32

Ali Imron…, h. 11

(31)

Secara khusus tujuan supervisi pembelajaran disajikan berikut ini:34

1. Meningkatkan mutu kinerja guru

a. Membantu guru membangkitkan intuisi dan seni dalam proses pembelajaran.

b. Membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan pembelarjaran.

c. Membanu guru memahami esensi layanan pembelajaran sejati bagi siswa.

d. Membantu guru memahami peran dan fungsi sekolah dalam mencapai tujuan tersebut.

e. Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerja sama secara akrab dan bersahabat serta saling menghargai satu dengan lainnya.

f. Meningkatkan kualitas pengajaran guru baik dari segi strategi, keahlian dan alat pengajaran.

g. Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan prestasi siswa.

h. Menyediakan sebuah system yang berupa penggunaan teknologi yang dapat membantu guru dalam pengajaran.

34

(32)

i. Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi administrator sekolah untuk reposisi guru.

2. Meningkatkan keefektifan implementasi kurikulum secara efektif dan efisien bagi kemajuan siswa dan generasi mendatang.

3. Meningkatkan keefektifan dan keefesienan sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa.

4. Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal untuk dikemudiam siswa dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.

5. Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang tenang dan tenteram secara kondusif yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan.

3. Fungsi supervisi pembelajaran

(33)

ketrampilan guru serta staf, mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru.35 Nyatalah bahwa fungsi supervisi pembelajaran adalah menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya supervisi terhadap guru-guru dalam wujud layanan professional.

Selain itu, ada tiga fungsi dari supervisi, yaitu (1). sebagai kegiatan meningkatkan mutu pembelajaran, (2). sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsur-unsur yang terkait dengan pembelajaran, dan (3). sebagai kegiatan memimpin dan memimbing.36 Fungsi-fungsi supervisi itu dijalankan oleh pengawas ketika dia memposisikan diri sebagai supervisor. Made Pidarta merumuskan fungsi supervisor seperti berikut ini:

1. Sebagai perantara dalam menyampaikan minat para siswa orang tua, dan program sekolah kepada pemerintah dan badan-badan kompeten lainnya. 2. Memantau penggunaan dan hasil-hasil sumber belajar.

3. Merencanakan program pendidikan untuk generasi selanjutnya.

4. Mengembangkan program baru untuk jabatan baru yang diperkirakan dapat muncul.

5. Mengintegrasikan program yang diajukan pemerintah, ekonomi, perdagangan, dan industri.

35

Ali Imron, Op.Cit, h. 12

36

(34)

6. Menilai dan meningkatkan atas makna gaya hidup 7. Memilih inovasi yang konsisten dengan masa depan.

Agar supervisor tetap mengembangkan profesi guru dengan tidak mengabaikan politik negara supaya tetap profesional. Supervisor jangan sampai terlibat intrik-intrik kepentingan politik tertentu. Jangan semata-mata memandang politik negara saja, karena nanti supervisor, administrator sekolah, dan guru hanya akan menjadi alat negara, sehingga profesionalitas mereka akan hilang dan tidak ahli lagi di bidangnya.37

4. Prinsip-prinsip supervisi pembelajaran

Depdikbud mengemukakan prinsip-prinsip supervisi pembelajaran sebagai berikut:

1. dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru

2. hubungan antar guru dengan supervisor didasarkan atas kerabat kerja. 3. supervisor ditunjang sifat keteladanan dan terbuka.

4. dilakukan secara terus menerus

5. dilakukan melalui berbagai wadah yang ada.

6. diperlancar melalui peningkatan kordinasi dan singkronisasi horizontal dan vertical baik di tingkat pusat maupun daerah.38

37

Sudarwan Danim dan Khairil, Op.Cit, h. 158

38

(35)

Prinsip supervisi pembelajaran dapat digolongkan menjadi prinsip positif dan negatif. Prinsip positif berisi anjuran untuk memedomani sesuatu yang baik dalam pelaksanaan supervisi, sementara prinsip negatif berisi anjuran untuk meninggalkan sesuatu yang tidak baik, yang berakibat terhalangnya pencapaian tujuan pendidikan.

Adapun prinsip-prinsip positif tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Ilmiah, yaitu dilaksanakan secara sistematis, objektif dan menggunakan instrumen.

2. Kooperatif, artinya terdapat kerja sama yang baik antara supervisor dan guru.

3. Konstruktif, artinya dalam melaksanakan supervisi hendaknya mengarah kepada perbaikan, apapun perbaikannya dan seberapun perbaikannya.

4. Realistik, sesuai dengan keadaan, tidak terlalu idealistic.

5. Progresif, artinya dilaksanakannya maju selangkah demi selangkah namun tetap mantap.

6. Inovatif, yang berarti mengikhtiyarkan pembaharuan dan berusaha menemukan hal-hal baru dalam supervisi.

(36)

8. Memberikan kesempatan kepada supervisor dan guru untuk mengevaluasi diri mereka sendiri, dan menemukan jalan pemecahan atas kekurangannya.39

Adapun prinsip-prinsip negatif supervisi pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Supervisi pembelajaran tidak boleh dilaksanakan dengan otoriter. 2. Supervisi pembelajaaran tidak boleh mencari-cari kesalahan guru. 3. Supervisi pembelajaran tidak boleh dilaksanakan berdasarkan

tingginya pangkat.

4. Supervisi pembelajaran tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil. 5. Supervisi pembelajaran tidak boleh dilepaskan dari tujuan pendidikan

dan pembelajaran.

6. Supervisi tidak boleh merasa dirinya lebih tahu dibandingkan dengan guru.

7. Supervisi pembelajaran tidak boleh terlalu memperhatikan hal-hal yang terlalu kecil dalam mengajar sehingga membelokkan maksud supervisor.

8. Supervisor tidak boleh lekas kecewa jika mengalami kegagalan.40

39

Suharsimi Arikunto, Op.Cit, h. 14

40

(37)

5. Teknik-teknik supervisi pembelajaran

Supervisor professional bekerja dengan kemampuan dan ketrampilan teknis tingkat tinggi dalam melaksanakan tugas-tugas supervisi. Supervisi pembelajaran dapat dilakukan dengan multipendekatan dan multimode. Sahertian dan Mataheru membagi teknik supervisi pembelajaran menjadi dua jenis, yaitu bersifat individual (individual devices) dan bersifat kelompok (group devices). Teknik supervisi yang bersifat individual antara lain:41

1. kunjungan kelas 2. observasi kelas 3. percakapan pribadi 4. saling mengunjungi kelas 5. menilai diri sendiri

Teknik supervisi yang bersifat kelompok antara lain:42

1. diskusi panel

2. laboratorium kurikulum 3. pembaca terbimbing 4. demonstrasi mengajar 5. perpustakaan profesional 6. buletin supervisi

41

Sudarwan Danim dan Khairil, Op.Cit, h. 170

42

(38)

7. pertemuan atau rapat guru 8. organisasi profesi guru 9. kelompok kerja

10. musyawarah kerja

11. forum bersama, dan lain-lain.

Sejalan dengan pendapat Sahertian dan Mataheru di atas, Evan dan Neagly menyebutkan teknik supervisi terdiri dari teknik individual dan teknik kelompok. Teknik individual terdiri atas penugasan guru, kunjungan atau observasi kelas, eksperimentasi kelas, kursus-individual, konferensi-individual, demonstrasi mengajar, evaluasi, bacaan profesional, penulisan profesional, buletin supervisi, dan kontak informal. Tenik kelompok antara lain adalah orientasi bagi guru baru atau induksi secara kelompok, bimbingan kelompok, pengembangan perpustakaan profesional, saling mengunjungi antar guru, musyawarah kerja, dan lain-lain.

(39)

guru untuk mengatasi masalah yang dialaminya dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran, baik proses maupun hasilnya.43

6. Tipe-tipe supervisi pembelajaran

a. Supervisi sebagai inspeksi

Tipe supervisi pembelajaran ini hanya ingin mencari kesalahan gurunya, tanpa dimaksudkan untuk melakukan pembinaan. Bahkan dia bukan membina melainkan membinasakan. Tipe supervisor pembelajaran seperti ini biasanya dilakukan oleh pengawas atau administrator sekolah yang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain, bertindak sebagai inspektur yang bertugas mengawasi pekerjan guru.44

b. Supervisi yang laisses faire

Tipe supervise pembelajaran semacam ini dijalankan oleh pengawas atau supervisor secara tanpa pendirian alias serba boleh. Dengan tipe ini guru dan staf di biarkan bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar.45

c. Supervisi yang coersive

Tipe supervisi pembelajaran ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi di atas. Sifatnya memaksakan kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai

43

Ibid.., h. 171 44

Ibid.., h. 169 45

(40)

sesuatu yang baik, meskipun tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang di supervise tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian. 46

d. Supervisi yang bertipe training dan guidance

Tipe supervisi pembelajaran ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan kepada guru dalam rangka peningkatan dan pengembangan kemampuan profesionalnya. Hal yang positif dari supervise pembelajaran ini adalah guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan bimbingan dari administrator sekolah dan pengawas. Dari sisi negatifnya kurang adanya kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa mereka mampu mengembangkan diri tanpa harus selalu diawasi, dilatih, dan dibimbing oleh atasannya.47

e. Supervisi demokratis

Tipe supervisi yang demokratis memerlukan kondisi dan situasi yang khusus untuk menjalankan tugasnya. Penampilannya berbeda dengan beberapa tipe yang dikemukakan sebelumnya. Bagi supervisor pembelajaran yang demokratis, dialog, diskusi, kesepakatan bersama, menjadi sangat penting. Tanggung jawab bukan hanya seorang administrator sebagai pemimpin saja

46

Ibid.., 47

(41)

yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau didelegasikan kepada guru dan staf sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.48

B. Profesionalisme Guru

1. Pengertian profesionalisme guru

Untuk memahami profesionalisme guru, maka kita harus mengerti terlebih dahulu maksud dari kata profesi. Profesi berasal dari kata profession yang berarti pekerjaan. Professional artinya orang yang ahli atau tenaga ahli, sedangkan

profesinalisme artinya sifat professional.49

Menurut Arifin, Profession mengandung arti sama dengan kata occupation

atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. Profesionalisme berarti suatu pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang keahlian itu hanya diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan.50

Profesionalisme dalam pendidikan tidak lain ialah seperangkat fungsi dan tugas dalam lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus di bidang pekerjaan yang mampu menekuni bidang profesinya selama hidupnya. Mereka itu para guru yang profesional yang memiliki

48

Ibid.., 49

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1990), h. 449

50

(42)

kompetensi keguruan berkat pendidikan atau latihan di lembaga pendidikan guru dalam jangka waktu tertentu.

Secara formal untuk menjadi profesional guru, kepala sekolah, pengawas, dan beberapa jenis tenaga kependidikan lainnya dipersyaratkan memenuhi kualifikasi akademik minimum dan bersertifikat pendidik atau sertifikat lainnya yang relevan. Guru-guru yang memenuhi kriteria profesional yang akan mampu menjalankan fungsi utamaya secara efektif dan efisien untuk mewujudkan proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan naioanl, yakni berkembangnya potensi peserta didik agar manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.51

Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur penddikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional dimaksud berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.52

51

Sudarwan Danim dan Khairil, Op.Cit, h. 6

52

(43)

Dengan demikian, guru yang berkualifikasi profesional yaitu guru yang tahu secara mendalam tentang apa yang diajarkannya, cakap dalam cara mengajarkannya secara efektif dan efisien dan guru tersebut memiliki kepribadian yang mantap.53

2. Ruang lingkup profesionalisme guru

Pasal 28 ayat 3 Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Stándar Nasional Pendidikan secara tegas dinyatakan bahwa “Ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai agen pembelajaran. Keempat kompetensi tersebut adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,kompetensi profesional dan kompetensi sosial ”

Dalam kompetensi pedagogik ini seorang guru harus mampu mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.54 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru telah menggarisbawahi 10 kompetensi inti yang harus dimiliki oleh guru yang terkait dengan standar kompetensi pedagogis, yaitu:

53

A. Samana, Profesionalisme Keguruan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), h. 21

54

(44)

1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, kultural, emosional, dan intelektual.

2. Menguasai teori-teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu.

4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.

6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. 8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.55

55

(45)

Kompetensi kepribadian menunjuk pada kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.56 Ada beberapa ciri kepribadian yang mestinya dimiliki seorang guru yaitu- kemampuan interaksi sosial yang hangat; memiliki rasa tanggung jawab; memiliki kejujuran, objektif, tegas dan adil; serta demokratis. Menurut Permendiknas No. 16/2007, kemampuan dalam standar kompetensi ini mencakup lima kompetensi utama yaitu:

1. Bertindak sesuai dengan norma-norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.57

56

Ibid.., h. 28 57

(46)

Kompetensi profesional menunjuk pada kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.58 Kemapuan mengajar merupakan kemampuan esensial yang harus dimiliki oleh seorang guru. Kemampuan mengajar guru sebenarnya mencerminkan guru atas kompetensi profesional sebagai pengajar dan pendidik. Kemamp uan menguasai bahan bidang studi atau bahan mata pelajaran adalah kemampuan mengetahui, memahami, mengimplikasikan, menyintentiskan dan menguasai sejumlah pengetahuan keahlian yang akan diajarkan. Penguasaan ini akan menjadi landasan pokok seorang guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Sebelum melaksanakan pembelajaran maka terlebih dahulu membuat silabus dan rencana pelaksanaan pelajaran (RPP) sebagai acuan dalan pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan kemampuan melaksanakan program belajar mengajar adalah kemampuan menciptakan interaksi belajar mengajar sesuai dengan situasi dan kondisi serta program yang dibuatnya. Kemampuan ini merupakan penerapan secara nyata rencana pengajaran yang telah dibuat saat perencanaan pengajaran. Menurut Permendiknas No. 16/2007, standar kompetensi ini dijabarkan ke dalam lima kompetensi inti, yakni:

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola piker keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

2. Menguasai standar kompetensi, dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu.

58

(47)

3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.59

Kompetensi sosial menunjuk pada kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.60 Menurut Permendiknas No. 16/2007, kemampuan dalam standar kompetensi ini mencakup empat kompetensi utama yakni:

1. Bersikap inklusif dan bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.

2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

3. Beradaptasi ditempat bertugas diseluruh wilayah Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.61

(48)

3. Kriteria profesionalisme guru

Kecakapan dan kemampuan khusus yang harus dimiliki guru, sebagai kriteria bahwa guru tersebut professional, adalah sebagai berikut:

a. Guru menguasai bahan ajar.

b. Guru mampu mengelola program belajar mengajar. c. Guru mampu mengelola kelas.

d. Guru mampu menggunakan media dan sumber pelajaran. e. Guru menguasai landasan-landasan kependidikan.

f. Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar.

g. Guru mampu menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan pengajaran.

h. Guru mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan.

i. Guru mengenal dan mampu ikut menyelenggarakan administrasi sekolah. j. Guru memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan mampu

menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan pengajaran.62

62

(49)

Dari sepuluh kompetensi yang disebutkan di atas lebih diarahkan pada kompetensi guru sebagai pengajar. Dapat disimpulkan bahwa kompetensi tersebut di atas hanya mencakup dua bidang kompetensi guru, yakni kompetensi kognitif dan kompetensi perilaku.

4. Faktor peningkatan profesionalisme guru

Faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru dalam hal ini yang menjadi fokus kajian adalah guru sebagai manusia biasa, sehingga berbicara profesionalitas guru berarti berbicara manusia. Sedangkan keberadaan manusia itu dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor intern dan ekstern. Kedua-duanya sama dominan dalam hal ikut menentukan profesionalitas manusia.

Adapun faktor-faktor intern yang dapat meningkatkan profesionalitas guru adalah:

1. Dorongan untuk bekerja 2. Tanggung jawab terhadap tugas 3. Minat

4. Penghargaan atas tugas 5. Peluang untuk berkembang.63

63

(50)

Adapun faktor-faktor ekstern yang dapat meningkatkan profesionalitas guru antara lain:

1. Perhatian dari kepala sekolah

2. Hubungan interpersonal sesama guru 3. MGMP dan KKG

4. Layanan kepustakaan64

C. Peran Supervisi Pembelajaran Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru

Menurut Kimball Wiles supervisi berfungsi membantu (assisting), memberi support (supporting), dan mengajak mengikutsertakan (sharing).65 Dilihat dari fungsinya, tampak dengan jelas peran supervisi itu. Peran itu tampak dalam kinerja supervisor yang melaksanakan tugasnya.

Tugas kepala madrasah sebagai supervisor ialah membantu guru-guru memperbaiki situasi belajar mengajar dalam arti luas. Seorang supervisor dapat dilihat dari tugas yang dikerjakannya, suatu tugas yang dilaksanakan memberi status dan fungsi sesorang. Dalam berfungsi akan nampak peranan seseorang. Seorang pemimpin pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor nampak dengan

64

Ibid.., h. 108 65

Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Bandung: Rineka Cipta, 2000),

(51)

jelas peranannya, sesuai dengan pengertian hakiki dari supervisi itu sendiri, maka peranan supervisor ialah memberi support, membantu, dan mengikutertakan.66

Beberapa peran supervisi dalam meningkatkan profesionalisme guru dapat diliahat dari berbagai segi dan kegiatan sebagai berikut:67

1. Supervisi sebagai kepemimpinan 2. Supervisi sebagai inspeksi 3. Supervisi sebagai penelitian

4. Supervisi sebagai latihan dan bimbingan 5. Supervisi sebagai sumber dan pelayanan 6. Supervisi sebagai kordinasi

7. Supervisi sebagai evaluasi

Penjelasan masing-masing item tersebut di atas adalah sebagai berikut:

1. Supervisi sebagai kepemimpian

Supervisi sebagai kepemimpinan ialah kemapuan pendidikan yang membantu perkembangan pendidikan. Supervisor sebagai pemimpin mendapat kepercayaan guru-guru dan mempunyai pengaruh terhadap guru-gurunya. Sebagai supervisor yang berpengaruh, ia berusaha agar nasihatnya, sarannya, dan jika perlu perintahnya dituruti oleh para guru-guru. Dengan demikian ia dapat menimbulkan

66

Piet A. Suhertian dan Mataheru Frans, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Surabaya: Usaha

Nasional, 1992). h. 31 67

(52)

perubahan dalam cara berfikir, sikap, dan tingkah laku yang dipimpinnya. Dengan kelebihan yang dimilikinya, baik kemampuan dan pengalamannya, ia membantu guru agar dapat berkembang menjadi guru yang lebih baik, lebih percaya diri, lebih bertanggung jawab dan lebih mampu melaksanakan tugasnya.

2. Supervisi sebagai inspeksional

Supervisi inspeksional adalah ciri-ciri supervisi pada masa sekolah dan akademi yang mana para anggota mengunjungi sekolah-sekolah. Kunjungan mereka hanya melaksanakan inspeksi terhadap aktivitas dan hasil pengajaran. Inspeksional supervisi dibarengi dengan perlakuan otokratis terhadap guru-guru.

3. Supervisi sebagai penilaian

Penilaian disini merupakan tindak lanjut dari hasil inspeksi yaitu upaya untuk memperoleh data-data yang lebih lengkap, obyektif, dan relevan dalam:

a. Menemukan sebab-sebab yang menghambat proses belajar.

b. Mencari dan menemukan cara yang dapat mengurangi kesalahan serta meningkatkan proses hasil belajar.

(53)

4. Supervisi sebagai latihan dan bimbingan

Bertitik tolak dengan hasil penelitian diatas maka kegiatannya adalah memberikan latihan kepada guru-guru sebagai salah satu usaha menngkatkan kemampuan profesionalnya. Setelah latihan mereka perlu mendapat dorongan dan bimbingan untuk menerapkan hasil latihan yang mereka peroleh. Dorongan dan bimbingan ini, harus selalu diberikan baik secara kelompok maupun perorangan.

5. Supervisi sebagai sumber dan pelayanan

Konsep supervisi ini mengandung kooperatif dan bekerja bersama guru dan supervisor untuk memecahkan problema pengajaran.68 Supervisor adalah sumber bagi merekan yang di supervisi. Ia merupakan sumber nasihat, sumber petunjuk, dan sumber pengetahuan. Apabila guru-guru belum menguasai kurikulum maka supervisor harus berusaha membantu mencari sumber lain yang dapat memenuhi kebutuhan itu. Sebagai sumber tentu memerlukan kesungguhan, kemampuan, dan pengetahuan yang luas tentang masalah-masalah pendidikan dan administrasi. Disamping pengetahuan dan minat, supervisor harus cukup memiliki kesediaan membantu untuk melayani guru-guru dalam usaha meningkatkan kemampuan mereka.

68

Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Bina

(54)

6. Supervisi sebagai koordinasi

Fungsi koordinatif dalam supervisi terutama diperankan oleh kepala madrasah. Ia harus memimpin jumlah anggota staf yang masing-masing harus di bantu dan ditingkatakan sasuai dengan kebutuhannya.

Kepala madrasah harus membagi perhatiannya secara merata kepada semua guru-guru, ia harus dapat mengatur cara kerja mereka, pembagian tugas yang adil dan merata, sehingga terpelihara sikap kooperatif dan terbentuk pula fungsi koordinasi dalam supervisi.

7. Supervisi sebagai evaluasi

Sebagai evaluator ia dapat membantu guru-guru dalam menilai hasil dan proses belajar dan dapat menilai kurikulum yang sedang dikembangkan.69 Dengan tujuan supervisi yang telah diungkap sebelumnya adalah untuk meningkatkan dan menembangkan situasi belajar mengajar lebih baik. Untuk mengetahui tujuan supervisi tersebut perlu diadakan evaluasi. Karena itu supervisi tidak dapat dilakukan tanpa evaluasi. Evaluasi yang dimaksud untuk mengetahui apa yang telah dilaksanakan oleh guru dalam situasi dan kondisi tertentu dalam mencapai kegiatan belajar mengajar yang maksimal.

69

(55)
(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian. Oleh karena itu, apapun bentuk dan jenis penelitian yang hendak dilakukan pasti menimbulkan rancangan.

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs Darul Ulum yang berada dinaungan yayasan

AMANU, yang berstatus terakreditasi A terletak di Jl. Kol. Sugiono No. 101-103

telp. 031-8540767, Kureksari Waru Sidoarjo.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan model korelasi, yaitu sebuah penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada dan tidaknya hubungan atau efektifitas antara variabel yang satu dengan variabel yang lain.

Peneliti menggunakan penelitian diskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang berusaha untuk menjawab masalah yang ada berdasarkan angka-angka dan analisis menggunakan statistik70. Maka dari itu peneliti akan menganalisis data yang telah diperoleh dari MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo yang berkaitan dengan efektifitas

70

(57)

kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah dalam meningkatkan profesionalisme guru di MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titk perhatian suatu penelitian. Variabel penelitian sering dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.71

Berangkat dari masalah yang dikemukakan diatas, maka dapat dikenali variabel-variabel sebagai berikut:

1. Variabel bebas

Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependent (terikat).

Dalam hal ini yang menjadi variabel independent yaitu Efektivitas kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah sebagai variabel bebas yang diberi notasi (simbol) X.

2. Variabel terikat

Variabel terikat (dependent variabel) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (independent).72

71

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV. Rajawali, 1998), h. 72

72

(58)

Dalam hal ini yang menjadi variabel dependent yaitu Profesionalisme Guru sebagai variabel yang diberi notasi (simbol) Y.

D. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap sebagai berikut:

1. Tahap pertama : penulis menentukan masalah yang akan diteliti dengan observasi ke tempat yang akan diteliti.

2. Tahap kedua : penulis mengumpulkan data dengan wawancara dan angket, serta mengumpulkan buku-buku atau teori-teori.

3. Tahap ketiga : penulis menganalisis dan mengkaji data yang diperoleh kemudian menarik kesimpulan.

E. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan populasi dan sampel untuk mendapatkan data-data dari angket/kuesioner.

1. Populasi

Populasi adalah seluruh obyek penelitian, apabila seseorang ingin meneliti

(59)

populasi.73 Adapun yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah 1 kepala

madrasah dan 60 guru di MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.74 Dalam

pengambilan sampel ada ketentuan apabila kurang dari 100 lebih baik diambil

semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika

jumlah subyek atau obyeknya lebih dari 100 dapat diambil dengan ketentuan 10%

- 15 %, atau 20%-25% atau lebih penting bisa mewakili populasi yang ada.75 Dan

untuk menentukan sampel ini, peneliti menggunakan seluruh populasi dijadikan sampel dengan jumlah seluruh populasi 60. Dengan demikian, penelitian ini dinamakan penelitian populasi, karena jumlah populasi dijadikan sampel penelitian, maka jenis sampelnya adalah sampel total.

F. Teknik Pengumpulan data

Merupakan sebuah cara yang digunakan dalam rangka mencari data-data

yang diperlukan. Adapun teknik yang penulis lakukan dalam pengumpulan data

antara lain menggunakan menggunakan metode sebagai berikut:

73

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta : Rineka Cipta, 1993),

h. 102. 74

Ibid, h. 104 75

(60)

1. Interview (wawancara)

Wawancara merupakan sebuah dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh data dan informasi dari yang diwawancarai.76 Dengan teknik ini penulis mengadakan tanya jawab dengan kepala madrasah, guru pembimbing, dan guru mata pelajaran mengenai efektifitas kinerja supervisi pembelajaran dalam meningkatkan profesionalisme guru.

2. Kuesioner (angket)

Kuesioner dalah instrumen penelitian yang berupa daftar pertanyaan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden (sumber yang diambil datanya melalui angket). Kuesioner penelitian ini adalah kuesioner tertutup, karena peneliti menyediakan beberapa alternatif jawaban yang cocok bagi responden. Sedangkan pemberian skor dalam kuesioner tersebut menggunakan tiga jawaban alternatif yaitu dengan kode (a), (b), dan (c). ketiga alternatif jawaban masing-masing memiliki skor yaitu jawaban (a) memiliki skor 3, jawaban (b) memiliki skor 2, dan jawaban (c) memiliki skor 1.

Teknik ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan pencatatan menyangkut kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah dan profesionalisme guru.

76

(61)

3. Observasi

Observasi adalah salah satu pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap peristiwa atau fenomena yang sedang diteliti.

Teknik ini digunakan penulis untuk mengumpulkan data tentang kinerja supervisi pembelajaran kepala madrasah dan kemapuan guru dalam mengajar setelah dilakukan supervisi pembelajaran oleh kepala madrasah.

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda, dan

lain sebagainya.77 Metode ini digunakan memperkuat data sebelumnya dengan

mengumpulkan bukti-bukti tertulis.

Dari dokumentasi ini penulis bermaksud untuk memperoleh data tentang

profil sekolah, daftar nama guru mata pelajaran, dan perangkat pembelajaran.

G. Uji Validitas dan Reabilitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur.78 Penulis akan akan menggunakan SPSS 16.0 untuk menguji validitas dan reabilitas instrumen.

77

Ibid.., h. 149 78

(62)

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.79 Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas akan penulis lakukan pada setiap butir pernyataan. Dan untuk mengujinya penulis menggunakan bantuan program SPSS for windows versi 16.0.

Terhadap pertanyaan mengenai berapa tinggi koefisien validitas yang dianggap memuaskan, Cronbach dalam Azwar mengatakan koefisien yang berkisar antara 0,30 sampai dengan 0,50 telah dapat dikatakan memberikan kontribusi yang baik terhadap efisiensi suatu pelatihan.80 Selanjutnya dalam bukunya reliabilitas dan validitas, Azwar mengemukakan bahwa item yang baik adalah item yang memiliki daya beda di atas 0,3 sedangkan item dengan daya beda kurang dari 0,3 menunjukkan item tersebut tidak baik. Namun nilai daya beda item dapat ditoleransi menjadi 0,25.81

Reliabitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauhmana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih.82 Rumus yang digunakan dalam menganalisis hasil reliabilitas skala reward adalah rumus Alpha. Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai (misalnya 10 atau

79

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),

hal. 168. 80

Saifuddin Azwar, Tes Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal. 103.

81

Azwar, Reliabilitas dan Validitas, (Yogyakarta: Pelajar Offiset, 2006), hal. 14.

82

Gambar

Tabel 3.1 Kriteria Reliabilitas
Tabel 3.2 Interpretasi Product Moment
Tabel 4.1 Keadaan Guru
Tabel 4.2 Data Guru di MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apakah terdapat pengaruh supervisi kepala madrasah terhadap

Berdasarkan fokus penelitian adalah kegiatan supervisi akademik kepala madrasah di MIN 2 Lamongan yaitu, pada supervisi kepala madrasah dalam mewujudkan profesional guru melalui

1. Tingkat supervisi kepala madrasah di MTs Negeri 2 Makassar, yang dilihat dari hasil penilaian 80 responden tentang Supervisi Kepala Madrasah dalam kategori

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kontribusi supervisi kepala madrasah, iklim kerja, dan pemahaman kurikulum terhadap kinerja guru. Metode

Secara bersama-sama variabel supervisi akademik kepala madrasah dan iklim organisasi madrasah memberikan pengaruh positif yang cukup terhadap kinerja inovatif guru nilai

Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas guru, dilakukan melalui supervisi kepala madrasah untuk meningkatkan kinerja guru.Kepala sekolah merupakan figur

Penerapan Supervisi Akademik Kepala Madrasah Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Penilaian Hasil Pembelajaran Siswa Hasil penerapan supervisi akademik yang telah

SUPERVISI AKADEMIK KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU PADA MTS NU BANAT DI KUDUS TAHUN PELAJARAN 2017/2018 TESIS Dibuat guna memenuhi salah satu persyarat untuk