SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN
ANAK-ANAK MUHYIDDIN GEBANG PUTIH SUKOLILO
SURABAYA 1994-2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh
Muhammad Nadhif Sanani NIM : A0.22.12.008
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
viii ABSTRAK
Skripsi ini berjudul ”Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren
Anak-anak Muhyiddin Gebang Putih Sukolilo Surabaya 1994-2015”. Adapun fokus
penelitian yang dibahas dalam skripsi ini meliputi: 1) Bagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren anak-anak Muhyiddin? 2) Apa saja aktivitas di dalam pondok pesantren anak-anak Muhyiddin? 3) Bagaimana perkembangan pondok pesantren anak-anak Muhyiddin pada tahun 1994-2015?
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah, dengan menggunakan beberapa langkah yaitu, heuristik mengumpulkan sumber-sumber sejarah dengan cara wawancara dan arsip-arsip berupa akta pendirian pondok pesantren, verifikasi (kritik terhadap data), penafsiran dan historiografi. Adapun pendekatan dalam skripsi ini menggunakan pendekatan historis dan menggunakan teori continuity and change.
ix ABSTRACT
The title of this thesis is The History of Developement Children’s Boarding School Muhyiddin Gebang Putih Surabaya 1994-2015. The focus of the research that discussed in this thesis includes: 1) How is the history of children’s boarding school Muhyiddin? What are the activities in children’s boarding school muhyiddin? How is the history of development children’s boarding school muhyiddin Gebang Putih Surabaya 1994-2015?
This study uses historical research, using several steps, ie, heuristic collecting historical sources through interviews and archival form of the deed boarding schools, verification (criticism of the data), interpretation and historiography. The approach in this paper takes a historical approach and using the theory of continuity and change.
xiii DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN PENGUJI ... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ... 9
F. Penelitian Terdahulu ... 11
G. Metode Penelitian ... 11
H. Sistematika pembahasan ... 16
BAB II PONDOK PESANTREN ANAK-ANAK MUHYIDDIN A. Letak Geografis Pondok Pesantren Anak-Anak Muhyidin ... 17
B. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Anak-Anak Muhyiddin ... 21
xiv
BAB III AKTIVITAS PONDOK PESANTREN ANAK-ANAK MUHYIDDIN
A. Bidang Keagamaan ... 33
B. Bidang Kesenian ... 42
C. Bidang Ekonomi ... 43
D. Bidang Sosial ... 45
BAB IV PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN ANAK-ANAK MUHYIDDIN A. Periode Awal tahun 1994-2005 ... 47
B. Periode Kedua tahun 2005-2015 ... 67
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 75
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah pendidikan di Indonesia mencatat, bahwa pondok pesantren
adalah bentuk lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Pondok pesantren
sudah dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka, bahkan sejak Islam masuk ke
Indonesia ini terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan dunia pendidikan
pada umumnya.
Pondok pesantren mempunyai arti asrama, atau tempat mengaji,1
sedangkan secara etimologi kata pesantren berasal dari kata “santri”, yaitu
istilah yang digunakan bagi orang-orang yang menuntut ilmu agama di
lembaga pendidikan Islam tradisional di Jawa. Kata “santri” mendapat awalan
“pe” dan akhiran “an”, yang berarti tempat tinggal para santri menuntut ilmu.2
Santri merupakan gabungan dari kata “sant” (manusia baik) dengan kata “tra”
(suka menolong). Jadi pondok pesantren adalah tempat tinggal orang-orang
baik (santri) yang suka menolong.3 Adapun CC Berg berpendapat bahwa istilah
tersebut berasal dari kata shastri yang dalam bahasa India adalah orang-orang
yang mengetahui buku-buku suci agama Hindu.4 Di luar pulau Jawa lembaga
1 Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), 764.
2 Hanun Asrohah, Pelembagaan Pesantren Asal-Usul Perkembangan Pesantren di Jawa (Jakarta: Departemen Agama RI, 2004), 30.
3 Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013), 87.
2
pendidikan Islam pesantren disebut dengan nama lain seperti surau di Sumatra
Barat dan Rangkah di Aceh.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tumbuh dan
berkembang di kalangan masyarakat serta berperan dalam upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa dan negara, tidak hanya dari segi moral tapi juga ikut
memberikan sumbangsih yang cukup signifikan dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Sistem pembelajaran dan tatacara berkehidupan di pondok pesantren
menekankan nilai-nilai kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian dan
pengendalian diri agar dapat meningkatkan jiwa kemandirian, mendekatkan
diri serta selalu meningkatkan cinta dan keimanan kepada Allah Swt.
Sebagai pusat pengajaran ilmu-ilmu agama Islam, pondok pesantren
telah banyak melahirkan ulama, tokoh masyarakat, mubaligh dan guru agama
yang dibutuhkan masyarakat. Sebelum Indonesia merdeka, model pendidikan
pondok pesantren atau surau-surau telah membuktikan kiprahnya di pentas
nasional dengan melahirkan para pejuang-pejuang kemerdekaan seperti KH.
Hasyim Asy’ari, KH. Mas Mansur, dan pejuang-pejuang lainnya.
Dalam kancah keilmuan Internasional, sebagai lembaga pendidikan
pesantren telah melahirkan ulama-ulama besar dan berpengaruh seperti Shaikh
Nawawi Al-Bantani, Shaikh Yusuf Al Makassari dan ulama lainnya. Di era
kemerdekaan, terdapat banyak tokoh nasional yang juga menimba keilmuan di
pesantren selain menimba keilmuan di lembaga pendidikan formal seperti KH.
3
tokoh lainnya. Pondok pesantren sampai saat ini tetap konsisten melaksanakan
fungsinya dengan baik, bahkan sebagian telah mengembangkan fungsi dan
perannya sebagai pusat pengembangan dakwah Islam dalam mewujudkan
masyarakat madani di Indonesia yang bermacam-macam suku, ras, bahasa,
budaya serta keyakinan dan mewujudkan perdamaian dunia pada umumnya.
Adapun tujuan umum pesantren adalah membina masyarakat Islam
Indonesia agar berjiwa dan memiliki kepribadian muslim sesuai ajaran Islam.
Dalam bukunya Dr Mujamil Qomar disimpulkan bahwa tujuan pesantren
adalah membentuk kepribadian muslim yang menguasai ajaran-ajaran Islam
dan mengamalkannya sehingga bermanfaat bagi agama, masyarakat dan
negara.5
Dalam sistem pesantren, ada tiga unsur yang saling terkait: pertama
adalah kiai, faktor utama yang olehnya sistem pesantren dibangun. Ia adalah
orang yang memberi landasan sistem pada sebuah pondok pesantren. Unsur
kedua adalah santri, yakni para murid yang belajar pengetahuan keislaman dari
kiai. Sedangkan unsur ketiga adalah pondok sebuah sistem asrama yang
disediakan oleh kiai untuk mengakomodasi para muridnya.6
Secara garis besar, lembaga-lembaga pesantren dewasa ini dapat
dikelompokkan sebagai berikut:7
1. Pesantren Salaf yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam
klasik sebagai inti pendidikan di pesantren. Sistem madrasah diterapkan
5 Mujamil Qomar, Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi (PT Gelora Aksara Pratama), 7.
6 Endang Turmudi, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan (Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara, 2004), 35.
4
untuk memudahkan sistem sorogan yang dipakai dalam lembaga-lembaga
pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran-pengajaran
pengetahuan umum.
2. Pesantren Khalaf yang memasukkan pelajaran-pelajaran umum dalam
madrasah-madrasah yang dikembangkannya, atau membuka pendidikan
formal seperti sekolah-sekolah umum dalam lingkungan pesantren.
Adapun tipologi pesantren berdasarkan model pendekatan pendidikan
yang dilakukan, apakah tradisional atau modern, juga ada tipologi berdasarkan
konsentrasi ilmu-ilmu agama yang diajarkan. Di sini dikenal pesantren
al-Qur’an, yang lebih berkonsentrasi pada pendidikan al-al-Qur’an, mulai qira’ah
sampai tahfizh. Ada pesantren hadits, yang lebih berkonsentrasi pada
pembelajaran hadits. Terdapat pula pesantren fiqih, pesantren tasawuf, dan lain
sebagainya.8 Dalam hal ini pondok pesantren anak-anak Muhyiddin termasuk
pondok pesantren Qur’an yang lebih berkonsentrasi pada pendidikan
al-Qur’an.
Pendidikan di dalam pesantren bertujuan untuk memperdalam
pengetahuan tentang al-Qur'an dan Sunnah Rasul. Pada umunya pesantren
merupakan lembaga pendidikan agama yang awalnya hanya mengajarkan
al-Qur’an sebelum selanjutnya juga mempelajari kitab-kitab Islam klasik. Segala
tingkah laku umat muslim harus selalu berdasarkan Qur’an, karena
al-Qur’an merupakan sumber pokok ajaran Islam. Setiap muslim memiliki
kewajiban untuk mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an. Oleh karena itu,
5
pendidikan al-Qur’an harus dikenalkan dan diajarkan kepada anak sedini
mungkin. Hal ini dimaksudkan agar anak kelak nanti menjadi muslim yang
sempurna dan mampu mengaktualisasikan ajaran-ajaran yang terkandung
dalam al-Qur’an untuk kehidupan sehari-hari di tengah pekembangan zaman
yang semakin maju.
Pada umumnya pondok pesantren lebih memfokuskan pada kajian
kitab-kitab klasik dari pada memperhatikan secara khusus terhadap kajian
al-Qur’an dari cara membaca dengan baik dan benar hingga mendalaminya,
sedikit sekali pondok pesantren yang memberikan pengajaran secara khusus
dalam mendalami al-Qur’an secara menyeluruh tanpa meninggalkan
kajian-kajian kontemporer didalamnya.
Salah satu pondok pesantren yang kompeten dalam upaya tersebut
adalah pondok pesantren anak-anak Muhyiddin yang berdiri di tengah
glamournya kota metropolitan Surabaya tepatnya berada di kelurahan Gebang
Putih, kecamatan Sukolilo Surabaya. Kecamatan Sukolilo merupakan salah
satu kecamatan dari kota Surabaya yang mayoritas penduduknya bekerja
sebagai pegawai swasta atau pegawai negeri. Selain itu Sukolilo merupakan
kecamatan yang memiliki lingkungan padat penduduk yang jarang terdapat
pondok pesantren yang secara khusus mengkaji terhadap al-Qur’an dan mampu
bertahan dalam arus modernisasi hingga saat ini.
Pada awal rintisannya sekitar tahun 1970, pendiri pondok yaitu KH.
Achmad Thobib Husnaini tidak serta merta langsung dapat membangun
6
diadakan di rumah-rumah penduduk dengan cara bergiliran dari rumah satu ke
rumah lainnya serta dilakukan di beberapa musala. Pengajian ini berjalan rutin,
kondusif dan mendapat respon positif dari masyarakat sekitar. Pada akhirnya
atas berbagai saran dan pertimbangan dari para sesepuh dan tokoh masyarakat
setempat meminta KH. Achmad Thobib Husnaini agar segera membangun
pondok pesantren. Berkat dukungan dari masyarakat tersebut pada tahun 1994
KH. Achmad Thobib mendirikan pondok pesantren anak-anak Muhyiddin yang
secara khusus memiliki program pendidikan Tarbiyatut Tilawatul Qur’an bin
Nadhor wal Ghoibi (Pendidikan al-Qur’an dengan membaca dan menghafal).9
Pada perkembangan selanjutnya, aktivitas yang dilakukan santri tidak
hanya terbatas membaca dan menghafalkan al-Qur’an saja tetapi juga mengkaji
kitab-kitab klasik seperti yang dilakukan di pesantren-pesantren besar lainnya.
Hal ini dilakukan agar semakin menguatkan dasar pemahaman Islam atau
al-Qur’an pada khususnya. Pondok pesantren anak-anak Muhyiddin juga
mengadakan ekstrakulikuler sebagai penunjang untuk mengasah bakat dan
minat para santri. Kegiatan ekstrakulikuler yang disediakan diantaranya qiraah,
hadrah al-banjari, selawat, komputer dan lain-lain.
Semakin lama pondok pesantren anak-anak Muhyiddin yang selalu
menjunjung tinggi kajian al-Qur’an tersebut mengikuti perkembagan zaman
dengan mengadakan sekolah formal tingkat dasar madrasah Ibtidaiyah dan non
formal madrasah diniyah.
7
Salah satu keunikan dari pondok pesantren anak-anak Muhyiddin
adalah di samping secara khusus memperhatikan kajian al-Qur’an dari mulai
belajar membaca, menghafal, memahami, dan mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu pondok pesantren anak-anak Muhyiddin juga
tidak meninggalkan kajian kitab-kitab Islam klasik dan kebudayaan Islam
dalam kegiatan pondok sehari-hari. Berangkat dari sinilah, penulis mulai
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengangkat judul “Sejarah
Perkembangan Pondok Pesantren Anak-anak Muhyiddin Gebang Putih
Sukolilo Surabaya 1994-2015.”
Penulis akan menjelaskan sejarah, perkembangan dan aktifitas yang
diselenggarakan di pondok pesantren anak-anak Muhyiddin tersebut sekaligus
perubahan dan perkembangan yang terjadi di pesantren tersebut dalam kurun
waktu dari awal tahun berdirinya hingga tahun 2015
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas, maka
penulis akan menguraikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren anak-anak Muhyiddin
Gebang Putih Surabaya?
2. Apa saja aktivitas di dalam pondok pesantren anak-anak Muhyiddin?
3. Bagaimana perkembangan pondok pesantren anak-anak Muyiddin Gebang
8
C. Tujuan Penelitian
Melihat dari rumusan masalah yang telah di sebutkan di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah awal berdirinya pondok pesantren anak-anak
Muhyiddin Gebang Putih Surabaya.
2. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang keberadaan
pondok pesantren anak-anak Muhyiddin Gebang Putih dan berbagai aktfitas
yang dilakukan di dalamnya.
3. Untuk mengetahui perkembangan pondok pesantren anak-anak Muhyiddin
Gebang Putih Surabaya.
D. Kegunaan Penelitian
Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi peneliti pada khususnya dan bagi semua pihak yang terkait maupun
pembaca pada umumnya. Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Aspek Akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
bagi masyarakat tentang keberadaan pondok pesantren anak-anak
Muhyiddin Gebang Putih Surabaya yang mana terkait dengan sejarah dan
aktivitasnya.
2. Aspek Praktis, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat menambah dan
memperluas khazanah keilmuan Islam, khususnya tentang Sejarah Islam di
9
3. Untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Strata Satu (S1) dibidang Sejarah
Fakultas Adab Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam UIN Sunan Ampel
Surabaya.
E. Pendekatan dan Kerangka Teori
Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini, yaitu memakai
pendekatan historis. Melalui pendekatan historis ini penulis berusaha
menguraikan dan mendeskripsikan sejarah berdirinya pondok pesantren
Muhyiddin Gebang Putih Sukolilo Surabaya, mulai dari latar belakang, tujuan
berdirinya serta visi dan misinya.
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
continuity and change yang menguraikan secara rinci masalah-masalah
kesinambungan ditengah perubahan yang terjadi lingkungan pondok pesantren
anak-anak Muhyiddin. Suatu perubahan akan terjadi di dalam pondok
pesantren anak-anak Muhyiddin, ketika tradisi baru yang datang mepunyai
kekuatan dan dorongan yang kuat yang telah ada dan baik sebelumnya. Jika
tradisi baru yang datang mempunyai kekuatan dan daya dorong yang kuat
maka akan terjadi perubahan, perubahan yang terjadi tidak akan serta merta
menggeser dan menghilangkan tradisi serta keilmuaan yang lama dan telah ada
pada sebelumnya. Masih ada kesinambungan yang berkelanjutan dengan tradisi
keilmuan yang lama, meskipun telah muncul paradigma baru.10 Dengan
demikian proses kesinambungan dan perubahan masih tetap terlihat dalam
10
ilmu-ilmu agama, pola-pola perbedaan yang ada antar satu periode ke periode
berikutnya.
Adapun perubahan yang terjadi di pondok pesantren anak-anak
Muhyiddin terlihat pada periode pertama dan periode kedua yang mempunyai
persamaan dan perbedaan dalam memimpin dan aktivitas pondok. Dari sinilah
elemen-elemen lama dibuang kemudian diganti dengan elemen baru mulai
diperkenalkan. Bentuk persamaan antara periode yang pertama dengan yang
kedua yaitu tentang menjaga keutuhan pengajaran al-Qur’an sebagai salah satu
ciri pondok pesantren anak-anak Muhyiddin.
Sedangkan perbedaan yang terjadi antara periode pertama dan kedua
mengenai pendidikan, jika pada periode pertama pengajaran al-Qur’an masih
menggunakan metode baca tulis al-Qur’an metode tradisional atau metode
turutan al-Baghdadi yang hanya diajarkan kepada santri yang menetap di
pesantren, maka periode kedua sangat berbeda jauh mengenai pendidikan
dengan banyak terobosan-terobosan baru yang menjadikan pondok pesantren
Anak-anak Muhyiddin semakin maju. Pada periode ini pengajaran al-Qur’an
sudah menggunakan metode Qiro’ati yang tidak hanya diajarkan kepada santri
yang menetap di pesantren tetapi juga kepada santri non mukim atau tidak
menetap di pesantren. Selain itu pesantren juga membuka asrama mahasiswa
bagi mahasiswa yang ingin menetap dan menghafalkan al-Qur’an di pesantren.
Dengan menggunakan teori continuity and change diharapkan dapat
mengungkap perubahan yang terjadi di dalam pondok terutama di bidang
11
F. Penelitian Terdahulu
Sebelum peneliti memilih judul tersebut, terlebih dahulu
memperhatikan beberapa karya penelitian dari beberapa peneliti sebelumnya,
diantaranya yaitu:
1. Lhatifah, Hubungan antara Kegiatan Pondok Pesantren Muhyiddin dengan
Prestasi Belajar al-Qur’an Hadits Siswa-siswi di Madrasah Ibthidaiyah
Muhyiddin Surabaya, 2013. Skripsi ini lebih menitik beratkan pada
hubungan antara kegiatan Pondok Pesantren Muhyiddin dengan peningkatan
hasil prestasi belajar al-Qur’an Hadits Siswa-siswi di Madrasah Ibthidaiyah
Muhyiddin Surabaya.
Sedangkan dalam penelitian ini penulis memfokuskan pembahasannya
pada sejarah perkembangan pondok pesantren Anak-anak Muhyiddin Gebang
Putih Surabaya. Pembahasan tersebut adalah seputar perkembangan yang
terjadi didalamnya serta segala aktivitas yang dilakukan pondok pesantren
anak-anak Muhyiddin baik dari sisi kelembagaan, maupun dalam pendidikan
al-Qur’an.
G. Metode Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan bersifat studi historis. Oleh karena itu
metode yang dianggap relevan untuk membahas penelitian ini adalah metode
12
1. Heuristik
Heuristik adalah pengumpulan sumber-sumber, data-data, atau
jejak sejarah yang diperoleh dengan melalui proses yang dilakukan oleh
peneliti untuk mendapatkan sumber dalam penulisan sejarah.11 Sumber yang
digunakan penulis diantaranya terdiri dari sumber tulisan dan sumber lisan.
Adapun dalam pengumpulan sumber ini penulis memperolehnya
melalui:
a. Sumber Tulisan
Sumber tulisan yaitu data-data yang diperoleh melalui studi
kepustakaan dengan berbagai macam buku, majalah, dokumen dan
cetakan-cetakan yang ada hubungannya dengan skripsi ini. Sumber
tulisan berbentuk dokumen-dokumen yang didapat penulis diantaranya
sebagaimana terlampir yang terdiri dari fotokopi piagam Pendirian
Madrasah oleh Departemen Agama Kota Surabaya, piagam Izin
Operasional Madrasah Ibtidaiyah (MI) oleh Kementerian Agama, Surat
Keputusan Pendirian Badan Hukum Yayasan Pondok Pesantren
Anak-Anak Muhyiddin oleh Kementerian Hukum & HAM Republik Indonesia.
Selain sumber tulisan berupa dokumen, penulis juga
menggunakan sumber kepustakaan berupa buku-buku literatur yang
mendukung dalam melakukan penelitian terkait sejarah perkembangan
pondok pesantren Anak-anak Muhyiddin diantaranya buku Tradisi
Pesantren karya Zamakhsyari Dhofier, Pesantren dari Transformasi
13
Metodogi Menuju Demokrasi Institusi karya Mujammil Qomar,
Pelembagaan Pesantren: Asal-Usul dan Perkembangan Pesantren di Jawa
karya Harun Asrohah dan lain-lain
b. Sumber Lisan
Sumber lisan yang diperoleh dengan cara interview atau
wawancara yaitu teknis dalam upaya menghimpun data yang akurat
untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu yang
sesuai dengan data.
Sumber lisan di bagi menjadi dua yaitu pertama, sumber lisan
sampai warisan dari tradisi lisan yang di sampaikan secara turun temurun
dan generasi kegenerasi. Kedua, sumber lisan yang berasal dari orang
sezaman, pelaku peristiwa atau saksi mata.
Adapun sumber lisan yang di gunakan penulis dalam penelitian
ini adalah sumber lisan yang berasal dari orang sezaman, pelaku atau
saksi mata. Maka merupakan sumber yang sangat berharga yang
objektifitasnya lebih bisa di pertanggung jawabkan. Sumber lisan
tersebut di peroleh melalui hasil wawancara langsung kerena sumber
lisan yang di gunakan oleh penulis adalah wawancara dengan orang
sezaman Wawancara dapat diartikan teknik pengumpulan data melalui
proses tanya jawab, dan dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara
fisik. Wawancara dilakukan dengan saksi sejarah yang masih hidup,
seperti wawancara kepada K.H. Ali Sirojuddin Thobib, Ustadz H.
14
(Sekretaris pondok), para ustadz, dan alumni. Penulis juga menggunakan
sumber visual yang merupakan benda-benda peninggalan atau sesuatu
yang berbentuk dan berwujud yang dapat membantu sejarawan dalam
menjelaskan peristiwa pada masa lampau. Sumber visual yang dapat
digunakan penulis diantaranya prasasti peresmian pondok pesantren
Anak-anak Muhyiddin, bangunan pondok pesantren anak-anak
Muhyiddin, musala dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhyiddin.
2. Kritik sumber
Setelah data diperoleh peneliti berusaha melakukan kritik sumber.
Kritik sumber adalah suatu kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yang
diperoleh guna mengetahui kejelasan tentang kredibilitasnya. Dalam
meneliti dan menilai data yang diperoleh dengan melalui dua cara, yaitu:
a. Kritik Intern
Kritik intern adalah upaya yang dilakukan untuk melihat apakah
isi sumber tersebut cukup layak untuk dipercaya kebenarannya.12 Kritik
intern dilakukan untuk mengetahui kebenaran dan keabsahan sumber.
Informasi yang didapat penulis bersifat kredibel, salah satunya yakni
perolehan hasil wawancara dengan pelaku sejarah yakni K.H. Ali
Sirojuddin Thobib.
b. Kritik Ekstern
Kritik Ekstern adalah kegiatan yang dilakukan peneliti untuk
mendapatkan sumber yang autentik dengan melihat siapa yang
15
mengatakan atau menulis sumber tersebut.13 Adapun sumber yang
didapat penulis dari hasil wawancara juga dapat dibuktikan
keauntetikannya karena termasuk orang yang sezaman dan ikut terlibat
dalam peristiwa tersebut. Dalam penetian ini penulis melakukan
wawancara dengan putra K.H. Achmad Thobib yakni K.H. Ali
Sirojuddin Thobib.
3. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran adalah suatu upaya sejarawan untuk
melihat kembali tentang sumber yang didapatkan, apakah
sumber-sumber yang didapatkan dan yang telah diuji autentisitasnya terdapat
hubungan yang satu dengan yang lainnya.
Berkaitan dengan itu dalam penelitian ini peneliti bisa memperoleh
kredibilitas data yang diperlukan dengan melakukan interpretasi atau
penafsiran dari hasil wawancara yang didapatkan dengan responden tentang
pondok pesantren anak-anak Muhyiddin untuk kepentingan keabsahan
kredibilitas data.
4. Historiografi
Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan
hasil penelitian yang telah dilakukan. Penulis berusaha menulis atau
merekonstruksi fakta-fakta yang telah tersusun yang didapatkan dari
penafsiran terhadap sumber-sumber sejarah dalam bentuk tertulis. Hal ini
diaktualisasikan dengan penulisan skripsi.
16
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini, yaitu
tentang cara runtut yang terdiri dari lima bab yang dijabarkan dalam garis
besarnya sebagai berikut:
Bab pertama berisi bab pendahuluan. bab ini terdiri dari beberapa sub
bab yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teori,
penelitian terdahulu, metode penelitian, sistematika penulisan.
Bab kedua berisi tentang pondok pesantren anak-anak Muhyiddin.
Bab ini menguraikan letak geografis pondok pesantren anak-anak Muhyiddin
Gebang Putih Sukolilo Surabaya, sejarah berdirinya pondok pesantren
anak-anak Muhyiddin, tujuan, visi dan misi pondok pesantren anak-anak-anak-anak Muhyiddin.
Bab ketiga berisi tentang aktivitas di pondok pesantren anak-anak
Muhyiddin yaitu dalam bidang keagamaan, kesenian, ekonomi dan sosial.
Bab keempat berisi tentang perkembangan pondok pesantren
anak-anak Muhyiddin berisi tentang perkembangan pada periode awal tahun
1994-2005, perkembangan pada periode kedua tahun 2005-2015.
Bab kelima merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran
17
BAB II
PONDOK PESANTREN ANAK-ANAK MUHYIDDIN GEBANG PUTIH SURABAYA
A.Letak Geografis Pondok Pesantren Anak-anak Muhyiddin Gebang Putih Sukolilo Surabaya
Letak geografis adalah letak suatu daerah dilihat dari posisi daerah
pada bola bumi dibandingkan dengan posisi daerah lain. Letak geografis juga
ditentukan oleh letak astronomis, geologis, fisiografis dan sosial budaya.1 Kota Surabaya merupakan ibu kota provinsi Jawa Timur sekaligus menjadi kota
metropolitan terbesar di provinsi tersebut. Surabaya terletak di tepi pantai utara
provinsi Jawa Timur. Surabaya berbatasan dengan Selat Madura di sebelah
utara dan timur, Kabupaten Sidoarjo di sebelah selatan, serta Kabupaten
Gresik di sebelah barat.2
Surabaya secara geografis berada pada 07˚09`00“ – 07˚21`00“ Lintang
Selatan dan 112˚36`- 112˚54` Bujur Timur. Luas wilayah Surabaya meliputi
daratan dengan luas 333,063 km² dan lautan seluas 190,39 km². Kota Surabaya
terdiri atas 31 kecamatan dan 163 kelurahan. Kecamatan di Surabaya yang
dibagi dalam 5 wilayah Surabaya pusat, Surabaya barat, Surabaya timur,
Surabaya utara, dan Surabaya selatan.3
1 Geoku indo, “Arti dan Pengertian Letak Geografis Indonesia”, dalamhttp://indo geografi.blogspot.co.id/2011/11/arti-dan-pengertian-letak-geografis.html (25 April 2016) 2 http://www.surabaya.go.id/berita/8224-profil-surabaya (25 April 2016)
18
Kecamatan Sukolilo terletak di Wilayah Surabaya bagian Timur.
Kecamatan Sukolilo memiliki luas wilayah 23,71 km² dengan jumlah
penduduk sebanyak 111.268 jiwa. Adapun letak geografis kecamatan Sukolilo
yakni sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Mulyorejo, sebelah Timur
berbatasan dengan Selat Madura, sebelah selatan berbatasan dengan
Kecamatan Rungkut, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gubeng.
Kecamatan Sukolilo terbagi menjadi tujuh kelurahan, yaitu Kelurahan Nginden
Jangkungan, Semolowaru, Medokan Semampir, Keputih, Gebang Putih,
Klampis Ngasem, dan Menur Pumpungan.4
Penduduk Kecamatan Sukolilo sebagian besar beragama Islam yaitu
sebanyak 79.929 orang, selainnya beragama prostestan sebanyak 12.270 orang,
yang beragama katolik sebanyak 8.898 orang, yang beragama Hindu sebanyak
3.314 orang, yang beragama Budha 3.563 orang, dan yang beragama selain
lima agama tersebut yaitu sebanyak 15 orang.5
Kelurahan Gebang Putih merupakan salah satu kelurahan yang berada
di kecamatan Sukolilo yang memiliki luas wilayah 1,33 km² dengan jumlah
penduduk 7.712. Sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk menuju
kelurahan Gebang Putih menggunakan transportasi kendaraan roda empat dan
sepeda motor atau ojek. Penduduk kelurahan Gebang Putih kebanyakan
pendatang dari luar daerah yang mayoritas bekerja di perusahaan swasta.
19
Dibawah ini merupakan tabel mata pencaharian penduduk kelurahan Gebang
Putih:6
Tabel 2.1 Mata Pencaharian Pokok Penduduk Kelurahan Gebang Putih Sukolilo Surabaya
Mata Pencaharian Pokok
No Jenis Pekerjaan Jumlah Jiwa
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 70
2. TNI 4
3. Polri 2
4. Swasta 2003
5 Guru/ Tenaga Pengajar 47
6. Pensiunan/Purnawirawan 56
7. Wiraswasta 565
8. Pedagang 101
9. Buruh Tani 18
9. Ibu Rumah Tangga 300
JUMLAH 3166
20
Di kecamatan Sukolilo tercatat ada empat buah pondok pesantren
yang masing-masing terletak di kelurahan Nginden Jangkungan terdapat
pondok pesantren Mahasiswa Khoirul Huda, di kelurahan Keputih terdapat
yayasan pondok pesantren Hidayatullah, pondok pesantren Darussalam, dan di
kelurahan Gebang Putih terdapat pondok pesantren anak-anak Muhyiddin.
Selain mendapatkan pelajaran agama di bangku sekolah, penduduk di
Kecamatan Sukolilo maupun luar Sukolilo, dapat memperdalam ilmu agama
melalui kegiatan di pesantren.
Pondok pesantren anak-anak Muhyiddin terletak di Jalan Gebang
Kidul No. 66-67 kelurahan Gebang Putih kecamatan Sukolilo kota Surabaya
dengan batas utara kecamatan Mulyorejo, selatan berbatasan dengan kelurahan
Keputih, sebelah barat kelurahan Manyar dan sebelah timur berbatasan dengan
kampus ITS yang masuk wilayah kelurahan Keputih.
Untuk mempermudah menemukan lokasi menuju pondok pesantren
Anak-anak Muhyiddin, maka penulis menyajikan denah lokasi. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara teoritis denah adalah gambar yang
menunjukkan letak kota, jalan, rumah, bangunan dan lain-lain. maka fungsi
denah adalah membantu seseorang menemukan suatu tempat, lokasi atau
bangunan yang dituju. Berikut denah lokasi pondok pesantren anak-anak
21
Gambar 2.2 Peta Lokasi Pondok Pesantren Anak-anak Muhyiddin7
B.Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren anak-anak Muhyiddin Gebang Putih Surabaya
KH. Achmad Thobib Husaini merupakan pendiri pondok pesantren
anak-anak Muhyiddin kelurahan Gebang Putih kecamatan Sukolilo Kota
Surabaya. Nama kecil beliau adalah Husaini yang lahir di desa Tanjung Anom
Jombang pada tanggal 8 Mei 1936. Beliau merupakan putra dari KH. Abdul
Hamid dan Ibu Nyai Siti Fathimah. Ayah beliau merupakan ulama dan tokoh
agama di desa Tanjung Anom Jombang. Sejak kecil Husaini hidup di
lingkungan keluarga yang taat beragama. Husaini dididik langsung oleh
22
ayahnya dengan disiplin yang tinggi agar kelak menjadi orang yang agamis dan
berakhlakul karimah. Kiai Hamid memberikan pengajaran ilmu agama seperti
akhlak, al-Qur’an, Tajwid dan fasholatan kepada Husaini. Setelah dirasa cukup
menimba ilmu agama kepada ayahnya sendiri Husaini dikirim oleh Kiai Hamid
untuk melanjutkan menuntut ilmu agama di pondok pesantren Tebuireng
Jombang yang diasuh langsung oleh Hadhrotus Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari.
Pada saat mondok Husaini tinggal satu kamar dengan Gus Dur cucu dari KH.
Hasyim Asy’ari.8
Pada tahun 1957 beliau pergi ke kota Surabaya untuk berdakwah dan
mencari pengalaman selama di kota Surabaya. Aktivitas dakwah beliau di
mulai dari Departemen Agama Jawa Timur dengan diangkat sebagai pengawas
di sekolah-sekolah di wilayah kecamatan Sukolilo. Pada tahun 1961 Kiai
Husaini menikahi seorang wanita cantik, santun dan sholihah yang berasal dari
Gebang Putih yang bernama Achdad Zubaidah putri dari H. Syamsuddin
Bunari dan Nyai Hj. Sukarsih. Pada saat itu beliau berusia 25 tahun sedangkan
istrinya berusia 19 tahun. Kiai Husain menunaikan ibadah haji bersama istrinya
pada tahun 1975 dan mengganti namanya menjadi K.H. Achmad Thobib
Husaini. Pada tahun 1968 Kiai Husain mendirikan sebuah Madrasah di
kelurahan Gebang Putih yang bernama Madrasah Ibtidaiyah Mabadiul Ulum,
beliau juga menjadi pengajar di madrasah tersebut. Kemudian pada tahun 1970
23
Kiai Husain bersama Kiai Ibrahim mendirikan sebuah sekolah yang bernama
Yayasan Pendidikan Islam Tarbiyatul Aulad (YAPITA) di kelurahan Keputih.9 K.H. Achmad Thobib Husaini dikaruniai 9 anak yakni 4 anak putra
dan 5 anak putri yang diantaranya Hj. Zakiyah binti Sulthonah, Hj. Muallifah,
H. Ali Sirojuddin, H. Muhammad Saifur Rijal, Tholiatul Izzah, H. Agus
Achmad Tajuddin, Hj. Hijjatul Mabruroh, Hj. Badrotus Saidah, dan H.
Muhammad Hasan Badri. K.H. Achmad Thobib dikenal memiliki hati yang
lembut, sopan santun serta solidaritas yang tinggi pada semua orang. Selain itu,
KH. Achmad Thobib memiliki sikap loyalitas yang tinggi terhadap sesama
bahkan banyak tetangga merasa senang dengan kedatangan K.H. Achmad
Thobib di Gebang Putih guna menyebarkan ilmu dan berjuang di jalan Allah.
Rintisan pondok pesantren pada tahun 1970 yang awalnya merupakan
rumah tinggal Kiai Achmad Thobib beserta keluarga dan hanya ada musala
sebagai tempat sholat dan mengaji al-Qur’an dan berbagai kitab-kitab klasik,
sama seperti halnya musala pada umumnya. Kiai Achmad Thobib mengadakan
pengajian di musala yang berada di sebelah rumah beliau setiap hari Jum’at
setelah sholat subuh dan hari Ahad setelah maghrib. Pelajaran mengaji
disampaikan pada malam hari setelah sholat Maghrib berjama’ah yaitu belajar
ubudiyah (tata cara beribadah) dan do’a-do’a pendek yang sering digunakan
dan diamalkan sehari-hari, seperti: do’a berwudhu, do’a sholat lima waktu dan
lain sebagainya. Beliau juga mengkaji kitab-kitab kuning yang berkaitan
dengan masalah ilmu dasar agama dan ibadah seperti kitab Safinat an-Najah,
24
Mabadiul Fiqhiyyah, dan Sullam at-Taufiq. Kiai Achmad Thobib juga
mengajarkan al-Qur’an kepada anak-anak kecil di sekitar Gebang Putih setiap
sore setelah sholat Ashar di musala.
Pada awal perintisan pesantren, santri yang menuntut ilmu di sini
masih berupa “santri kalong/jama’ah” yakni santri yang tidak tinggal menetap
di pondok pesantren atau asrama, mereka bolak-balik (nglajor) dari rumah
sendiri.10 Para santri berasal dari masyarakat sekitar Gebang Putih seperti Keputih, Mulyorejo dan Klampis Ngasem. Pada tahun 1980 sudah ada puluhan
santri kalong/jama’ah yang mengaji secara rutin pada Kiai Achmad Thobib.
Kiai Achmad Thobib juga mengadakan Manaqib setiap tanggal 11
bulan hijriyah di musala. Lambat laun jumlah jamaah yang mengikuti manaqib
semakin bertambah banyak bahkan ada jamaah yang berasal dari luar kota
seperti Gresik, Sidoarjo dan Lamongan. Sudah ada jama’ah sebanyak puluhan
orang akan tetapi masih belum menetap atau mukim untuk tinggal di rumah
Kiai Achmad Thobib.
Seiring berjalannya waktu pada tahun 1988 para jamaah dan tokoh
masyarakat sekitar ada yang mengusulkan kepada kiai Thobib untuk
mendirikan sebuah pondok pesantren. Pada saat itu ada jama’ah pengajian dari
kalangan akademisi yang bernama Dr. Elly dan Dr. Murad yang datang ke
rumah beliau memberikan saran untuk mendirikan sebuah kampus atau
universitas Islam yang pada saat itu di Gebang Putih masih belum ada lembaga
pendidikan Islam. Kiai Achmad Thobib berfikir sejenak dan melakukan sholat
25
Istikhoroh. Kiai Achmad Thobib bermimpi yang dalam mimpinya beliau
melihat anak-anak kecil mengaji al-Qur’an. Melihat tanda-tanda demikian kiai
Achmad Thobib memantapkan hati untuk mendirikan sebuah pondok pesantren
anak-anak dengan niat ikhlas dan semata-mata untuk mencari ridho Allah
SWT.11 Setelah melewati musyawarah dengan para ulama, tokoh masyarakat, dan keluarga akhirnya mereka bersepakat untuk mendirikan pondok pesantren
yang bernama pondok pesantren anak-anak Muhyiddin dan memilih KH.
Achmad Thobib Husaini sebagai pengasuhnya.
Akhirnya pada tanggal 19 Dzulhijjah 1410 H/ 12 Juni 1990 M KH.
Achmad Thobib meletakkan batu pertama untuk mendirikan sebuah pondok
pesantren anak-anak Muhyidin Gebang Putih Sukolilo Surabaya. Sebagai
perwujudan cita-cita luhur dari KH. Achmad Thobib, pada mulanya
angan-angan untuk mendirikan lembaga pendidikan dan pengajaran Islam belum
terwujud, namun setelah ada dorongan dan dukungan dari para tokoh
masyarakat sekitar dan para kiai diantaranya Kiai Muchith Jangkungan, Kiai
Ibrahim dan Kiai Hasyim Keputih, agar segera didirikan sebuah lembaga
pendidikan Islam.
Pondok pesantren anak-anak Muhyiddin diresmikan pada tanggal 11
Rabi’ul Akhir 1415 H/ 16 September 1994 oleh KH. Zainuddin Jazuli dari
pondok pesantren Al-Falah Ploso Kediri yang disaksikan oleh pendiri atau
26
pengasuh pondok pesantren anak-anak Muhyiddin yaitu K.H. Achmad Thobib
dan Istri Nyai Hj. Achdad Zubaidah beserta sembilan putra-putri beliau.12 Pondok pesantren ini diberi nama pondok pesantren anak-anak
Muhyiddin oleh KH. Achmad Thobib. Arti dari kata Muhyiddin sendiri adalah
menghidup-hidupkan agama Islam. Harapannya dengan adanya pondok
pesantren ini nantinya dapat menghidup-hidupkan atau mensyiarkan agama
Islam dengan cara berdakwah melalui al-Qur’an yang menjadi ciri khas dari
pondok pesantren anak-anak Muhyiddin Gebang Putih Sukolilo Surabaya.13 Keadaan pondok pesantren anak-anak Muhyiddin pada awal
berdirinya masih cukup memprihatinkan, terutama dalam bidang sarana dan
prasarana yang ada yaitu belum memiliki gedung sendiri dan dana serta segala
fasilitas untuk hidupnya pondok pesantren anak-anak Muhyiddin belum dapat
terpenuhi. Sehingga dari tempat yang satu ketempat yang lain senantiasa terjadi
perpindahan, hal tersebut dapat dimaklumi karena disamping usianya yang
masih bayi juga saat itu belum ada dana yang dapat menunjangnya.
Lambat laun keadaan yang demikian dapat diatasi dengan sedikit demi
sedikit. Dorongan untuk meneruskan dan mempercepat bangunan pesantren
semakin kuat. Meski dengan tantangan dan godaan tidak kecil. Hanya dengan
modal kepasrahan dan berikhtiyar kepada Allah Swt segala sesuatunya
diserahkan-Nya. Tirakat dan riyadhah sudah dijalani dengan tiap malam berdoa
dan kerja keras di siang harinya.
12 Buku Dasar Pedoman Kepemimpinan dan Pengelolaan Pondok Pesantren Anak-anak Muhyiddin, 10.
27
Kiai Thobib mulai membeli tanah di sekitar rumahnya sedikit demi
sedikit. Melihat kondisi yang demikian ada seorang jamaah pengajian yang
bernama H. Mukhtar yang merupakan tetangga dari Kiai Thobib dengan rela
mewakafkan tanahnya untuk dijadikan pondok pesantren. Dengan modal tanah
wakaf tersebut, pondok pesantren anak-anak Muyiddin bisa membeli dan
memperluas tanah disekitarnya dengan cara gotong royong diantara para
pengurus, jamaah pengajian dan para donatur/dermawan.
Pada tahun 1990 dibangunlah pondok pesantren yang didanai oleh
para dermawan, sumbangan masyarakat dan para jamaah pengajian. Tahap
pertama pembangunan pondok pesantren ini hanya terdiri 9 kamar asrama
putra dan 4 kamar di ndalem pengasuh serta musala untuk pengajaran
al-Qur’an. Pembangunan ini berkat dorongan masyarakat sekitar dan saran para
tokoh masyarakat yang ikut serta membantu tenaga dan pikiran demi
kelancaran pembangunan pondok pesantren anak-anak Muhyiddin. Bangunan
pondok dapat diselesaikan dan diresmikan pada tahun 1994. Pondok pesantren
anak-anak Muhyiddin dapat berkembang dengan baik hingga saat ini sudah
memiliki gedung sendiri yang termasuk kategori sudah memenuhi persyaratan
pendidikan yaitu: gedung berlantai tiga dan juga perlengkapan-perlengkapan
lainnya. Adapun denah pondok pesantren anak-anak Muhyiddin Gebang Putih
Sukolilo Surabaya sebagai berikut:14
28
Gambar 2.3 Denah Pondok Pesantren Anak-anak Muhyiddin
Jalan Gebang Kidul No. 66-67
Komplek 1
Musalah Koperasi
Rumah Komplek 3
Ndalem
Pengasuh Komplek 2
Dapur & Rumah
Kantin H. Agus
Saifurrijal
Komplek 4 Lapangan Komplek 5 Komplek 6
Komplek 7 Gudang
Keterangan:
1. Komplek 1 adalah musala yang digunakan sebagai tempat untuk para santri
beribadah, mengaji, dan belajar kitab-kitab yang diajarkan di pondok pesantren
29
2. Komplek 2 adalah gedung dua tingkat yang terdiri dari lantai pertama
dipergunakan sebagai ruang laboratorium Komputer, ruang kantor pondok, dan
garasi mobil. Sedangkan lantai dua digunakan sebagai ruangan kelas mengaji
bin nadhor metode Qiro’ati.
3. Komplek 3 adalah gedung dua tingkat yang dipergunakan sebagai asrama
mahasiswa putra yang memiliki 6 kamar.
4. Komplek 4 adalah gedung tiga tingkat yang terdiri dari lantai pertama dan dua
digunakan sebagai asrama santri putri yang memiliki 12 kamar dan 6 kamar
mandi. Lantai tiga digunakan sebagai kantor madrasah Ibtidaiyah Muhyiddin
dan ruang perpustakaan.
5. Komplek 5 adalah gedung tiga tingkat yang terdiri dari lantai pertama dan dua
digunakan sebagai asrama santri putra yang memiliki 12 kamar dan 6 kamar
mandi. Lantai tiga digunakan sebagai ruangan kelas madrasah Ibtidaiyah
Muhyiddin yang memiliki 6 ruang kelas.
6. Komplek 6 adalah gedung dua tingkat yang digunakan sebagai asrama
mahasiswa putri yang memiliki 6 kamar.
7. Komplek 7 adalah gedung tiga tingkat yang terdiri dari lantai pertama
digunakan sebagai tempat wudhu. Sedangkan lantai dua dan tiga digunakan
30
D. Tujuan, Visi dan Misi Pondok Pesantren Anak-anak Muhyiddin
Tujuan pendidikan yang ada di pondok pesantren anak-anak
Muhyiddin antara lain;
1. Sesuai dengan fungsi al-Qur’an terhadap orang-orang yang bertaqwa,
pondok pesantren anak-anak Muhyiddin sebagai suatu institusi pendidikan
dan pengajaran ingin membentuk dan menjadikan manusia (pribadi) muslim
yang muttaqin melalui al-Qur’an.
2. Membentuk Insan Islam yang Hamilil Qur’an yang mampu membaca,
menulis, mengerti dan memahami isi kandungan al-Qur’an serta mampu
mengamalkan ajarannya “Muslim Hamilil Qur an Lafdhan wa Ma’anan wa
Amalan”.
3. Mencetak ulama yang saleh yang serba guna dan serba bisa..
Adapun visi dan misi pondok pesantren anak-anak Muhyiddin sebagai
berikut:
1. Visi
a. Mencetak “Insan Hamilil Qur’an Lafdhan, Ma’nan Wa ‘Amalan”
(manusia yang hafal lafadz al-Qur’an, memahami ma’nanya dan
melakukan isi kandungannya)
b. Mencetak Insan mulia yang mampu dan suka membaca, menghafal,
menjaga dan mengamalkan al-Qur’an dalam kesehariannya.
c. Menjadi manusia yang beruntung di dunia dan akhirat.
31
2. Misi
a. Memenuhi target pengajaran al-Qur’an di pondok pesantren anak-anak
Muhyiddin.
1) Bin Nadhor
a) Lulus metode Qiraati dalam empat semester pengajaran (2 tahun)
b) Mendapat syahadah guna persyaratan masuk ke jenjang Tahfidh.
2) Tahfidhul Qur’an
a) Hafal 8 Juz dalam satu semester pengajaran (6 bulan) bagi murid non
sekolah formal
b) Hafal 5 Juz dalam satu semester pengajaran (6 bulan) bagi murid
sekolah formal.
3) Tahfidhul Qur’an Qira-at Sab’ah
a) Tuntas Tahfidhul Qur’an dalam tujuh semester pengajaran (3,5 tahun)
32
BAB III
AKTIVITAS PONDOK PESANTREN ANAK-ANAK MUHYIDDIN
GEBANG PUTIH SUKOLILO SURABAYA
Secara garis besar usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh pesantren
dapat dibedakan menjadi dua yaitu pelayanan kepada para santri dan pelayanan
kepada masyarakat. Pesantren menjanjikan sarana dan fasilitas bagi
perkembangan pribadi muslim para santri, selain itu juga berusaha membimbing
masyarakat agar lebih maju sesuai dengan cita-cita dan kemampuan yang
dimiliki.1 Dalam hal ini, pondok pesantren anak-anak Muhyiddin mempunyai
berbagai aktivitas yang menjadi suatu kebutuhan pesantren untuk menjaga
eksistensi pesantren dan masyarakat, karena keberadaan pondok pesantren
memiliki tempat yang cukup baik di hati masyarakat. Dengan adanya segala
bentuk kegiatan yang bersifat terus menerus, maka hal ini sangat berpengaruh
pada masyarakat sekitar pondok pesantren, karena masyarakat sekitar langsung
menjadi bagian aktivitas dan sekaligus sebagai obyek (sasaran) dari aktivitas yang
ada di pondok pesantren anak-anak Muhyiddin.
Pondok pesantren anak-anak Muhyiddin merupakan lembaga pendidikan
Islam sekaligus sebagai bentuk dari fenomena kebudayaan Islam. Hal ini terlihat
pada segala bentuk aktivitas dan kreativitas para santri yang belajar di pondok
pesantren tersebut. Para santri tidak hanya diajarkan tentang ilmu agama saja
melainkan juga diajarkan tentang keterampilan sekaligus sebagai penumbuh minat
1 M. Dawam Rahardjo, Pergulatan Dunia Pesantren Membangun dari Bawah (Jakarta: P3M,
33
dan bakat para santri untuk meningkatkan potensi daya kemampuan yang
dimiliknya. Para santri diharapkan mampu berperan dalam masyarakat sesuai
dengan kebudayaan yang ada di pondok pesantren.
Adapun bentuk aktivitas yang terdapat di pondok pesantren anak-anak
Muhyiddin meliputi bidang keagamaan, kesenian, ekonomi dan sosial
kemasyarakatan.
A.Bidang Keagamaan
Eksistensi pesantren di era sekarang, tidak luput dari integrasi
komunikasi yang terjalin antara masyarakat dan pihak pesantren baik santri,
pengurus maupun kiai. Adanya hubungan yang harmonis menghasilkan situasi
yang kondusif. Untuk meramaikan dunia pesantren dan terjalinnya komunikasi
antara masyarakat, kiai dan santri maka diadakanlah aktivitas keagamaan
secara rutin.
Aktifitas keagamaan sangatlah berpengaruh bagi keberlangsungan
hidup masyarakat baik dalam sekup sempit maupun luas, karena pada dasarnya
di dalam kehidupan bermasyarakat yang dibutuhkan adalah keseimbangan
hidup baik secara sosial maupun moral dan dengan bekal keimanan yang kuat
dan kokoh. Hal ini juga dilakukan oleh pondok pesantren anak-anak
Muhyiddin Gebang Putih Sukolilo Surabaya. Berikut akan dibahas tentang
kegiatan keagamaan di pondok pesantren anak-anak Muhyiddin dalam
34
1. Pengajian Kitab Tafsir Jalalain
Kajian kitab ini adalah kajian tentang bagaimana mempelajari dan
memahami al-Qur’an, baik secara makna maupun tata bahasanya. Kitab
tafsir ini terdiri atas 2 jilid, masing-masing ditulis oleh seorang ulama. Kitab
ini dinamakan Kitab Tafsir Jalalain karena ditulis oleh dua orang yang nama
depannya sama-sama "Jalaluddin" yaitu Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan
Imam Jalaluddin As Suyuti. Jalaluddin memiliki arti orang yang
mengagungkan agama, yaitu gelar yang diberikan kepada seorang ulama
yang dianggap sangat ahli dalam beberapa ilmu.2
Pengajian kitab Tafsir Jalalain ini diselenggarakan setiap minggu dua
kali yaitu setiap hari sabtu siang setelah sholat dhuhur pukul 12.30 sampai
pukul 14.00 yang di ikuti oleh para santri putri dan ibu-ibu masyarakat
sekitar pondok serta setiap hari minggu pagi setelah sholat subuh pukul
06.00 sampai pukul 08.00 yang di ikuti oleh para santri putra dan
bapak-bapak masyarakat sekitar pondok. Pengajian ini dipimpin langsung oleh
pengasuh pondok pesantren anak-anak Muhyiddin yaitu KH. Achmad
Thobib Husnaini.3 Diharapkan para santri dapat lebih memahami al-Qur’an
sebelum para santri tersebut terjun langsung di masyarakat.
2. Manaqib
Pada dasarnya manaqib sering disebut dengan istilah manaqiban
yang berarti membaca sejarah atau riwayat hidup seseorang,4 seperti
2 “Pengarang Kitab Tafsir Jalalain”, dalam
http://kitabpedia.wordpress.com/category/biografi-ulama/jalaluddin-as-suyuti/ (07 April 2016).
3 Muhammad Hasan Badri, Wawancara, Surabaya, 20 Juni 2016.
35
membaca manaqib Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani. Manaqiban merupakan
salah satu amalan dikalangan para santri pondok pesantren, mereka
memperbanyak dzikir, istighfar, sholawat atas nabi dan berkirim doa kepada
Nabi Muhammad SAW.
Manaqiban ini bertujuan mempebanyak dzikir dalam rangka
taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT, melatih secara
terus-menerus berusaha membersihkan diri dari pengaruh hawa nafsu, meneladani
para ulama’ dan waliyullah, sehingga dapat mencontoh perilaku mereka
dalam beribadah maupun dalam kehidupan kemasyarakatan.
Adapun kegiatan membaca manaqib ini di laksanakan setiap bulan
sekali yakni tepatnya pada tanggal 11 bulan hijriyah yang di mulai pukul
22.00 sampai pukul 03.00. Kegiatan ini di ikuti oleh para santri dan para
jamaah, masyarakat sekitar bahkan jamaah dari luar kota.5
3. Peringatan Hari Besar Islam
Peringatan hari besar Islam merupakan agenda tahunan yang
dilakukan oleh umat Islam secara umum. Jika kita melihat pada pelaksanaan
kegiatan ini, partisipasi yang di tunjukkan oleh seluruh umat Islam di dunia,
terutama umat Islam di Indonesia sangatlah meriah. Akan tetapi bukan
kemeriahan yang menjadi perhatian utama. Namun lebih dari itu, kegiatan
peringatan hari besar Islam diadakan dengan tujuan untuk memeberikan
uswatun khasanah kepada siapapun untuk lebih mengenal ajaran agama
Islam beserta kebudayaannya. Dalam hal ini, pondok pesantren anak-anak
36
Muhyiddin turut serta berperan untuk menjadikan peringatan-peringatan
hari besar Islam tersebut sebagai bagian dari dakwah Islam yang pada
akhirnya dapat menghasilkan mutu yang baik bagi umat Islam, khususnya di
daerah Gebang Putih dan sekitarnya. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut
biasanya meliputi, perayaan Idul Fitri, Idul Adha, pengajian dalam rangka
peringtan tahun baru Islam yang diadakan setiap bulan Muharram,
pengajian dalam rangka peringtan maulid nabi Muhammad yang diadakan
setiap bulan Rabiul Awal.
4. Istighatsah
Istighatsah adalah rangkaian do’a yang mempunyai makna
spiritual. Istighatsah ini penting dalam rangka mengembangkan tauhid,
sehingga tauhid seorang hamba tidak akan kering. Oleh karena itu hubungan
dan keyakinan kita kepada Allah SWT harus ditingkatkan. Cara
meningkatkan tauhid itu salah satunya dengan cara berdzikir, sedangkan
istighatsah itu sendiri merupakan bagian dari ibadah berdzikir. Mengingat
pentingnya istighatsah ini bagi kepribadian santri, maka pondok pesantren
anak-anak Muhyiddin secara rutin menyelenggarakan kegiatan ini yang
setiap satu bulan sekali pada hari Jum’at legi setelah sholat Isya’.
Pada dasarnya istighatsah merupakan ajaran terdahulu yang dibawa
oleh ulama-ulama nahdliyin. Didalamnya terkandung kalimat-kalimat suci.
37
tersebut, selain bertujuan untuk meningkatkan keimanan serta ketakwaan
kepada Allah dapat mempererat hubungan tali silaturahmi antar jamaah. 6
Pondok pesantren Anak-anak Muhyiddin Gebang Putih melakukan
interaksi dengan masyarakat sekitar melalui kegiatan Istighatsah ini.
Masyarakat merasa mendapat banyak manfaat dari pelaksanaan istighatsah
yang diadakan oleh pihak pondok pesantren baik manfaat secara dhohiriyah
maupun batiniyah. Jumlah para jamaah tiap hari semakin bertambah, hal ini
dikarenakan adanya rasa nyaman dan kesejukan hati yang dirasakan para
jamaah ketika melakukan istighatsah di pondok pesantren Anak-anak
Muhyiddin Gebang Putih Sukolilo Surabaya.7
5. Khotmil Qur’an bil ghoib
Khotmil Qur’an bil ghoib adalah membaca al-Qur’an dengan
mengkhatamkan (menyelesaikan) 30 juz. Kegiatan ini dilaksanakan setiap
bulan sekali yakni pada hari Kamis malam Jum’at legi dan satu tahun sekali
pada saat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul Syaikh
Abdul Qodir al-Jailani. Khotmil Qur’an bulanan di ikuti oleh para santri
yang sudah hafal 30 juz atau yang sudah menyelesaikan setengahnya.
Teknis yang digunakan dalam pelaksanaan khotmil Qur’an yaitu pertama:
Tawasul yang dipimpin oleh KH. Achmad Thobib sebagai pengasuh pondok
pesantren anak-anak Muhyiddin dan juga tokoh agama di masyarakat.
kemudian dilanjutkan dengan pembacaan al-Qur’an mulai awal hingga akhir
secara bergiliran dan di tutup dengan do’a. Dalam hal ini semua santri
38
diharuskan membaca al-Qur’an yang dibagi dalam beberapa kelompok
secara bergiliran dengan cara disimak oleh rekan mereka sendiri. Sedangkan
khotmil Qur’an tahunan di ikuti oleh para alumni santri pondok pesantren
anak-anak Muhyiddin dan para undangan jamaah huffadz se-Jawa.8
Khotmil Qur’an ini bertujuan untuk melatih para santri agar
semakin lancar dalam menghafalkan al-Qur’an dan sekaligus membiasakan
santri agar nantinya setelah pulang kembali ke rumah masing-masing sudah
terbiasa membaca, menghafalkan dan mengamalkan isi kandungan
al-Qur’an. al-Qur’an adalah kitab suci yang dijamin keasliannya oleh Allah
sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW hingga sekarang yang
sampai kepada kita. Maka dari itu mempelajari al-Qur’an adalah wajib bagi
kaum muslimin, begitu juga bagi siapa yang membaca al-Qur’an akan
mendapatkan pahala disisi Allah.
6. Diba’iyah
Kegiatan pembacaan maulid Diba’ ini diadakan rutin setiap hari
Kamis malam Jum’at setelah sholat Isya’ yang diikuti oleh semua santri
pondok pesantren anak-anak Muhyiddin. Selain dilaksanakan di dalam
lingkungan pondok, mereka juga ada yang diutus oleh pengasuh mengikuti
diba’iyah di kampung. Masing-masing santri putra-putri 3-5 utusan, untuk
berbaur dengan masyarakat sekitar. Ini menunjukkan bahwa para santri
pondok pesantren anak-anak Muhyiddin dan pengasuh pondok dapat
menjalin dan mempererat ukhuwah Islamiyah dalam dakwah Islam.
39
Adapun kegiatan diba’iyah ini di isi dengan membaca sholawat
kepada Nabi Muhammad sebagai suatu bentuk ungkapan cinta kepada Nabi
Muhammad SAW. Di dalam pelaksanaan diba’iyah ini setiap santri diberi
kebebasan untuk memilih lagu yang mereka sukai asal sesuai dengan
bacaannya dan dibaca secara bergantian.9
Kitab yang dibaca oleh para santri adalah kitab maulid Diba’ yang
dikarang oleh Syekh Wajihudin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad
al-Syaibani al-Yamani al-Zabidi al-Syafi’i. Ia dikenal dengan nama
ad-Diba’i.10 Karena kitab yang dibaca itu bernama al-Diba’i, lalu dimudahkan
lagi menjadi diba’. Di tengah bacaan diba’ terdapat kisah penyambutan
rombongan para sahabat Muhajirin yang tengah memasuki kota Madinah.
Para peserta diba’an biasanya turut berdiri dan membayangkan turut serta
menyambut kedatangan Rasulullah SAW, disaat membaca Mahallul Qiyam.
7. Haul
Acara Haul ini di adakan setiap satu tahun sekali yaitu pada tanggal
11 Rabiul Tsani untuk memperingati Haul Syaikh Abdul Qodir al-Jailani
dan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Acara Haul ini diawali
dengan Khotmil Qur’an bil ghoib se-Jawa dan di akhiri dengan membaca
istighosah, Manaqib, Tahlil dan doa bersama. Sebelum di selenggarakan
acara tersebut satu hari sebelumnya di adakan pembacaan Sholawat bersama
ibu-ibu Muslimat untuk memeriahkan acara haul ini.
9 Hakim, Wawancara, Surabaya, 15 April 2016.
10Sya’roni As-Samfuriy,“Maulid ad-Diba’i al-Imam Hafidz Wajihuddin”, dalam
40
8. Mudarosah
Mudarosah adalah sebuah istilah yang berarti belajar bersama.
Dalam perspektif pondok pesantren Muhyiddin Mudarosah berarti membaca
Al-Qur’an satu kelompok yang terdiri dari beberapa orang, salah satu dari
mereka membaca dan lainnya menyimak. Pondok pesantren mempunyai
andil besar dalam upaya memperkenalkan al-Qur’an kepada masyarakat
dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan metode Mudarosah.
Kegiatan menyimak Al-Qur’an antara santri satu dengan yang lainnya
merupakan hal yang biasa dilakukan di pondok pesantren anak-anak
Muhyiddin, akan tetapi kegiatan menyimak al-Qur’an apabila dilakukan di
luar pondok merupakan sesuatu yang jarang sekali dilakukan.
Apabila masyarakat sekitar pondok mempunyai sebuah hajatan
biasanya sebelum dimulai acara tersebut terlebih dahulu mengadakan
khotmil Qur’an. Adanya pondok pesantren anak-anak Muhyiddin
menjadikan masyarakat di sekitarnya berkehidupan Islami, jadi terkadang di
saat mempunyai hajatan tak lupa pula menyertakan sebuah yang Islami,
salah satunya adalah hataman al-Qur’an, yang pertama kali dimintai tolong
untuk melaksanakan hataman tersebut seringkali santri dari pondok
pesantren anak-anak Muhyiddin. Permintaan hataman al-Qur’an bukan
hanya di sekitar kelurahan Gebang Putih saja, akan tetapi banyak yang
meminta seperti dari keurahan Keputih, Kejawan Putih, Klampis, Mulyorejo
dan sekitarnya.11
41
Dengan semakin banyaknya santri yang melaksanakan hataman di
rumah penduduk sekitar tanpa disadari hal tersebut merupakan salah satu
penyebab terjadinya hubungan sosial yang baik dengan masyarakat.
9. Wisata Religi & Ziarah Wali Sanga
Umat Islam biasa melakukan perjalanan ziarah kubur wali sanga.
Wali 9 sangat dikenal di Jawa. Mereka dianggap sebagai penyiar agama
Islam di tanah Jawa. Ke sembilan wali itu, mendapat gelar “Sunan”
diantaranya adalah Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim), Sunan Ampel,
Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus,
Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati. Disamping wali yang 9 orang itu ada
juga berbagai tokoh penyiar Islam di Jawa yang dianggap sebagai wali atau
sunan. Hanya mereka itu berkuasa di suatu daerah kecil saja dan diakui oleh
masyarakat di daerah itu saja. Oleh karenanya mereka tidak mengubah
jumlah sembilan tadi.12
Ziarah wali 9 merupakan acara rutinan Pondok Pesantren
Anak-anak Muhyiddin, acara ini dilakukan setiap tahun yakni pada bulan Sya’ban
dan merupakan agenda yang memiliki arti penting bagi pendirian pondok
pesantren. Kegiatan ini pada umumnya di ikuti oleh seluruh santri dan
masyarakat disekitar pesantren. Kegiatan ziarah wali 9 memiliki banyak
manfaat diantaranya dapat mengingatkan kematian dan kehidupan di akhirat
kelak sehingga menumbuhkan rasa semangat untuk giat beribadah kepada
42
Allah, mendoakan keselamatan sesama muslim yang sudah meninggal dan
memohon ampunan atas segala amalan yang dilakukan di dunia.
B.Bidang Kesenian
Adapun bentuk kesenian yang ada di pondok pesantren anak-anak
Muhyiddin Gebang Putih Sukolilo Surabaya sebagai media menyalurkan
aspirasi dan kreatifitas para santri terhadap seni serta sebagai pengembangan
minat dan bakat nilai seni yang ada pada diri santri. Bentuk kesenian yang ada
di pondok pesantren anak-anak Muhyiddin antara lain:
1. Seni Kaligrafi (Khot)
Seni ini adalah sebagai ungkapan tulisan firman Allah yang ditulis
sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan yang begitu indah, dalam hal
ini santri senior yang memimpin kegiatan ini. Seni kaligrafi yang ada di
pondok pesantren anak-anak Muhyiddin bertujuan untuk menyalurkan bakat
yang dimiliki oleh santri.
Seni kaligrafi ini adalah seni suci karena dengan kaligrafi inilah
al-Qur’an sebagai wahyu Allah diturunkan kepada Nabi Muhammad. Dengan
demikian kaum muslim memilih seni kaligrafi sebagai media utama atas
pernyataan rasa keindahan sebagai wujud dari kebudayaan Islam. Adapun
kaligrafi yang ada di pondok pesantren anak-anak Muhyiddin ditulis pada
43
2. Seni Qiro’atil Qur’an
Seni Qiro’atil Qur’an atau seni baca al-Qur’an baik dalam lagu
atau tartil, dalam hal ini pengasuh mempercayakan kepada santri senior.
Seni Qiro’at ini sangat baik sekali dikembangkan di pondok pesantren
anak-anak Muhyiddin. Adapun seni Qiro’ah yang diajarkan di pondok pesantren
anak-anak Muhyiddin ini adalah seni baca al-Qur’an bittartil dan bit
taghonni yang dilaksanakan setiap hari jum’at pagi jam 07.00-08.00.
3. Seni Hadrah al-Banjari dan Nasyid
Seni Hadrah al-Banjari atau terbangan ini diadakan setiap hari
Jum’at pagi mulai pukul 08.00-09.00. Dalam seni Hadrah al-Banjari ini
mengandung nilai-nilai keindahan yang diungkapkan dalam bentuk gerak
dan perasaan yang mendalam. Seni Hadrah al-Banjari ini diadakan sebagai
tempat menyalurkan bakat dan minat santri. Kegiatan ini dipimpin oleh para
santri senior. Grup seni Hadrah Al-Banjari pondok pesantren anak-anak
Muhyiddin yang bernama ”Permata Muhyiddin” telah banyak mengikuti
event-event di tingkat lokal maupun regional dan telah meraih beberapa
penghargaan.
C.Bidang Ekonomi
Latar belakang kehadiran koperasi pondok pesantren adalah sangat
berkaitan dengan sistem perekonomian Islam yang harus dikembangkan oleh
44
adalah pondok pesantren yang merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di
Indonesia.
Pada dasarnya perekonomian Islam yang berpijak adanya saling
menguntungkan terhadap semua pihak, dan adanya saling ridho dan tidak
adanya eksploitasi oleh pihak lain, baik secara terselubung maupun
terang-terangan, sehingga ada pihak yang merasa dirugikan dan ada pihak yang
mengeruk keuntungan. Disisi lain, Islam menganjurkan adanya sikap saling
tolong menolong atau gotong royong dan berusaha mewujudkan kesejahteraan
bersama (Kooperatif).13
Berkenaan dengan gambaran tersebut, maka kehadiran koperasi di
pondok pesantren atau yang sering dengan Kopontren (Koperasi pondok
pesantren), bukan hanya merupakan kegiatan yang sesuai dengan hukum alam
pesantren. Namun lebih dari itu koperasi merupakan kebutuhan dan keharusan,
hal ini disebabkan karena wadah tersebut sesuai dengan perekonomian Isalm.
Untuk memenuhi kebutuhan para santri dengan berdasarkan azaz
kebersamaan, tolong menolong serta kedisiplinan (tidak berbisnis untuk
mendapatkan keuntungan di Muhyiddin) dibentuk badan koperasi pondok
pesantren anak-anak Muhyiddin. Koperasi ini dikelola oleh pengurus pondok
pesantren dengan melibatkan para santri.