• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN ANAK-ANAK MUHYIDDIN GEBANG PUTIH SUKOLILO SURABAYA 1994-2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN ANAK-ANAK MUHYIDDIN GEBANG PUTIH SUKOLILO SURABAYA 1994-2015."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN

ANAK-ANAK MUHYIDDIN GEBANG PUTIH SUKOLILO

SURABAYA 1994-2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh

Muhammad Nadhif Sanani NIM : A0.22.12.008

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

viii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul ”Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren

Anak-anak Muhyiddin Gebang Putih Sukolilo Surabaya 1994-2015”. Adapun fokus

penelitian yang dibahas dalam skripsi ini meliputi: 1) Bagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren anak-anak Muhyiddin? 2) Apa saja aktivitas di dalam pondok pesantren anak-anak Muhyiddin? 3) Bagaimana perkembangan pondok pesantren anak-anak Muhyiddin pada tahun 1994-2015?

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah, dengan menggunakan beberapa langkah yaitu, heuristik mengumpulkan sumber-sumber sejarah dengan cara wawancara dan arsip-arsip berupa akta pendirian pondok pesantren, verifikasi (kritik terhadap data), penafsiran dan historiografi. Adapun pendekatan dalam skripsi ini menggunakan pendekatan historis dan menggunakan teori continuity and change.

(7)

ix ABSTRACT

The title of this thesis is The History of Developement Children’s Boarding School Muhyiddin Gebang Putih Surabaya 1994-2015. The focus of the research that discussed in this thesis includes: 1) How is the history of children’s boarding school Muhyiddin? What are the activities in children’s boarding school muhyiddin? How is the history of development children’s boarding school muhyiddin Gebang Putih Surabaya 1994-2015?

This study uses historical research, using several steps, ie, heuristic collecting historical sources through interviews and archival form of the deed boarding schools, verification (criticism of the data), interpretation and historiography. The approach in this paper takes a historical approach and using the theory of continuity and change.

(8)

xiii DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN PENGUJI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ... 9

F. Penelitian Terdahulu ... 11

G. Metode Penelitian ... 11

H. Sistematika pembahasan ... 16

BAB II PONDOK PESANTREN ANAK-ANAK MUHYIDDIN A. Letak Geografis Pondok Pesantren Anak-Anak Muhyidin ... 17

B. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Anak-Anak Muhyiddin ... 21

(9)

xiv

BAB III AKTIVITAS PONDOK PESANTREN ANAK-ANAK MUHYIDDIN

A. Bidang Keagamaan ... 33

B. Bidang Kesenian ... 42

C. Bidang Ekonomi ... 43

D. Bidang Sosial ... 45

BAB IV PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN ANAK-ANAK MUHYIDDIN A. Periode Awal tahun 1994-2005 ... 47

B. Periode Kedua tahun 2005-2015 ... 67

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 75

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah pendidikan di Indonesia mencatat, bahwa pondok pesantren

adalah bentuk lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Pondok pesantren

sudah dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka, bahkan sejak Islam masuk ke

Indonesia ini terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan dunia pendidikan

pada umumnya.

Pondok pesantren mempunyai arti asrama, atau tempat mengaji,1

sedangkan secara etimologi kata pesantren berasal dari kata “santri”, yaitu

istilah yang digunakan bagi orang-orang yang menuntut ilmu agama di

lembaga pendidikan Islam tradisional di Jawa. Kata “santri” mendapat awalan

“pe” dan akhiran “an”, yang berarti tempat tinggal para santri menuntut ilmu.2

Santri merupakan gabungan dari kata “sant” (manusia baik) dengan kata “tra”

(suka menolong). Jadi pondok pesantren adalah tempat tinggal orang-orang

baik (santri) yang suka menolong.3 Adapun CC Berg berpendapat bahwa istilah

tersebut berasal dari kata shastri yang dalam bahasa India adalah orang-orang

yang mengetahui buku-buku suci agama Hindu.4 Di luar pulau Jawa lembaga

1 Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), 764.

2 Hanun Asrohah, Pelembagaan Pesantren Asal-Usul Perkembangan Pesantren di Jawa (Jakarta: Departemen Agama RI, 2004), 30.

3 Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013), 87.

(11)

2

pendidikan Islam pesantren disebut dengan nama lain seperti surau di Sumatra

Barat dan Rangkah di Aceh.

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tumbuh dan

berkembang di kalangan masyarakat serta berperan dalam upaya mencerdaskan

kehidupan bangsa dan negara, tidak hanya dari segi moral tapi juga ikut

memberikan sumbangsih yang cukup signifikan dalam penyelenggaraan

pendidikan.

Sistem pembelajaran dan tatacara berkehidupan di pondok pesantren

menekankan nilai-nilai kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian dan

pengendalian diri agar dapat meningkatkan jiwa kemandirian, mendekatkan

diri serta selalu meningkatkan cinta dan keimanan kepada Allah Swt.

Sebagai pusat pengajaran ilmu-ilmu agama Islam, pondok pesantren

telah banyak melahirkan ulama, tokoh masyarakat, mubaligh dan guru agama

yang dibutuhkan masyarakat. Sebelum Indonesia merdeka, model pendidikan

pondok pesantren atau surau-surau telah membuktikan kiprahnya di pentas

nasional dengan melahirkan para pejuang-pejuang kemerdekaan seperti KH.

Hasyim Asy’ari, KH. Mas Mansur, dan pejuang-pejuang lainnya.

Dalam kancah keilmuan Internasional, sebagai lembaga pendidikan

pesantren telah melahirkan ulama-ulama besar dan berpengaruh seperti Shaikh

Nawawi Al-Bantani, Shaikh Yusuf Al Makassari dan ulama lainnya. Di era

kemerdekaan, terdapat banyak tokoh nasional yang juga menimba keilmuan di

pesantren selain menimba keilmuan di lembaga pendidikan formal seperti KH.

(12)

3

tokoh lainnya. Pondok pesantren sampai saat ini tetap konsisten melaksanakan

fungsinya dengan baik, bahkan sebagian telah mengembangkan fungsi dan

perannya sebagai pusat pengembangan dakwah Islam dalam mewujudkan

masyarakat madani di Indonesia yang bermacam-macam suku, ras, bahasa,

budaya serta keyakinan dan mewujudkan perdamaian dunia pada umumnya.

Adapun tujuan umum pesantren adalah membina masyarakat Islam

Indonesia agar berjiwa dan memiliki kepribadian muslim sesuai ajaran Islam.

Dalam bukunya Dr Mujamil Qomar disimpulkan bahwa tujuan pesantren

adalah membentuk kepribadian muslim yang menguasai ajaran-ajaran Islam

dan mengamalkannya sehingga bermanfaat bagi agama, masyarakat dan

negara.5

Dalam sistem pesantren, ada tiga unsur yang saling terkait: pertama

adalah kiai, faktor utama yang olehnya sistem pesantren dibangun. Ia adalah

orang yang memberi landasan sistem pada sebuah pondok pesantren. Unsur

kedua adalah santri, yakni para murid yang belajar pengetahuan keislaman dari

kiai. Sedangkan unsur ketiga adalah pondok sebuah sistem asrama yang

disediakan oleh kiai untuk mengakomodasi para muridnya.6

Secara garis besar, lembaga-lembaga pesantren dewasa ini dapat

dikelompokkan sebagai berikut:7

1. Pesantren Salaf yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam

klasik sebagai inti pendidikan di pesantren. Sistem madrasah diterapkan

5 Mujamil Qomar, Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi (PT Gelora Aksara Pratama), 7.

6 Endang Turmudi, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan (Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara, 2004), 35.

(13)

4

untuk memudahkan sistem sorogan yang dipakai dalam lembaga-lembaga

pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran-pengajaran

pengetahuan umum.

2. Pesantren Khalaf yang memasukkan pelajaran-pelajaran umum dalam

madrasah-madrasah yang dikembangkannya, atau membuka pendidikan

formal seperti sekolah-sekolah umum dalam lingkungan pesantren.

Adapun tipologi pesantren berdasarkan model pendekatan pendidikan

yang dilakukan, apakah tradisional atau modern, juga ada tipologi berdasarkan

konsentrasi ilmu-ilmu agama yang diajarkan. Di sini dikenal pesantren

al-Qur’an, yang lebih berkonsentrasi pada pendidikan al-al-Qur’an, mulai qira’ah

sampai tahfizh. Ada pesantren hadits, yang lebih berkonsentrasi pada

pembelajaran hadits. Terdapat pula pesantren fiqih, pesantren tasawuf, dan lain

sebagainya.8 Dalam hal ini pondok pesantren anak-anak Muhyiddin termasuk

pondok pesantren Qur’an yang lebih berkonsentrasi pada pendidikan

al-Qur’an.

Pendidikan di dalam pesantren bertujuan untuk memperdalam

pengetahuan tentang al-Qur'an dan Sunnah Rasul. Pada umunya pesantren

merupakan lembaga pendidikan agama yang awalnya hanya mengajarkan

al-Qur’an sebelum selanjutnya juga mempelajari kitab-kitab Islam klasik. Segala

tingkah laku umat muslim harus selalu berdasarkan Qur’an, karena

al-Qur’an merupakan sumber pokok ajaran Islam. Setiap muslim memiliki

kewajiban untuk mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an. Oleh karena itu,

(14)

5

pendidikan al-Qur’an harus dikenalkan dan diajarkan kepada anak sedini

mungkin. Hal ini dimaksudkan agar anak kelak nanti menjadi muslim yang

sempurna dan mampu mengaktualisasikan ajaran-ajaran yang terkandung

dalam al-Qur’an untuk kehidupan sehari-hari di tengah pekembangan zaman

yang semakin maju.

Pada umumnya pondok pesantren lebih memfokuskan pada kajian

kitab-kitab klasik dari pada memperhatikan secara khusus terhadap kajian

al-Qur’an dari cara membaca dengan baik dan benar hingga mendalaminya,

sedikit sekali pondok pesantren yang memberikan pengajaran secara khusus

dalam mendalami al-Qur’an secara menyeluruh tanpa meninggalkan

kajian-kajian kontemporer didalamnya.

Salah satu pondok pesantren yang kompeten dalam upaya tersebut

adalah pondok pesantren anak-anak Muhyiddin yang berdiri di tengah

glamournya kota metropolitan Surabaya tepatnya berada di kelurahan Gebang

Putih, kecamatan Sukolilo Surabaya. Kecamatan Sukolilo merupakan salah

satu kecamatan dari kota Surabaya yang mayoritas penduduknya bekerja

sebagai pegawai swasta atau pegawai negeri. Selain itu Sukolilo merupakan

kecamatan yang memiliki lingkungan padat penduduk yang jarang terdapat

pondok pesantren yang secara khusus mengkaji terhadap al-Qur’an dan mampu

bertahan dalam arus modernisasi hingga saat ini.

Pada awal rintisannya sekitar tahun 1970, pendiri pondok yaitu KH.

Achmad Thobib Husnaini tidak serta merta langsung dapat membangun

(15)

6

diadakan di rumah-rumah penduduk dengan cara bergiliran dari rumah satu ke

rumah lainnya serta dilakukan di beberapa musala. Pengajian ini berjalan rutin,

kondusif dan mendapat respon positif dari masyarakat sekitar. Pada akhirnya

atas berbagai saran dan pertimbangan dari para sesepuh dan tokoh masyarakat

setempat meminta KH. Achmad Thobib Husnaini agar segera membangun

pondok pesantren. Berkat dukungan dari masyarakat tersebut pada tahun 1994

KH. Achmad Thobib mendirikan pondok pesantren anak-anak Muhyiddin yang

secara khusus memiliki program pendidikan Tarbiyatut Tilawatul Qur’an bin

Nadhor wal Ghoibi (Pendidikan al-Qur’an dengan membaca dan menghafal).9

Pada perkembangan selanjutnya, aktivitas yang dilakukan santri tidak

hanya terbatas membaca dan menghafalkan al-Qur’an saja tetapi juga mengkaji

kitab-kitab klasik seperti yang dilakukan di pesantren-pesantren besar lainnya.

Hal ini dilakukan agar semakin menguatkan dasar pemahaman Islam atau

al-Qur’an pada khususnya. Pondok pesantren anak-anak Muhyiddin juga

mengadakan ekstrakulikuler sebagai penunjang untuk mengasah bakat dan

minat para santri. Kegiatan ekstrakulikuler yang disediakan diantaranya qiraah,

hadrah al-banjari, selawat, komputer dan lain-lain.

Semakin lama pondok pesantren anak-anak Muhyiddin yang selalu

menjunjung tinggi kajian al-Qur’an tersebut mengikuti perkembagan zaman

dengan mengadakan sekolah formal tingkat dasar madrasah Ibtidaiyah dan non

formal madrasah diniyah.

(16)

7

Salah satu keunikan dari pondok pesantren anak-anak Muhyiddin

adalah di samping secara khusus memperhatikan kajian al-Qur’an dari mulai

belajar membaca, menghafal, memahami, dan mengamalkannya dalam

kehidupan sehari-hari. Selain itu pondok pesantren anak-anak Muhyiddin juga

tidak meninggalkan kajian kitab-kitab Islam klasik dan kebudayaan Islam

dalam kegiatan pondok sehari-hari. Berangkat dari sinilah, penulis mulai

tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengangkat judul “Sejarah

Perkembangan Pondok Pesantren Anak-anak Muhyiddin Gebang Putih

Sukolilo Surabaya 1994-2015.”

Penulis akan menjelaskan sejarah, perkembangan dan aktifitas yang

diselenggarakan di pondok pesantren anak-anak Muhyiddin tersebut sekaligus

perubahan dan perkembangan yang terjadi di pesantren tersebut dalam kurun

waktu dari awal tahun berdirinya hingga tahun 2015

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas, maka

penulis akan menguraikan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren anak-anak Muhyiddin

Gebang Putih Surabaya?

2. Apa saja aktivitas di dalam pondok pesantren anak-anak Muhyiddin?

3. Bagaimana perkembangan pondok pesantren anak-anak Muyiddin Gebang

(17)

8

C. Tujuan Penelitian

Melihat dari rumusan masalah yang telah di sebutkan di atas, maka

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejarah awal berdirinya pondok pesantren anak-anak

Muhyiddin Gebang Putih Surabaya.

2. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang keberadaan

pondok pesantren anak-anak Muhyiddin Gebang Putih dan berbagai aktfitas

yang dilakukan di dalamnya.

3. Untuk mengetahui perkembangan pondok pesantren anak-anak Muhyiddin

Gebang Putih Surabaya.

D. Kegunaan Penelitian

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi peneliti pada khususnya dan bagi semua pihak yang terkait maupun

pembaca pada umumnya. Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Aspek Akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

bagi masyarakat tentang keberadaan pondok pesantren anak-anak

Muhyiddin Gebang Putih Surabaya yang mana terkait dengan sejarah dan

aktivitasnya.

2. Aspek Praktis, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat menambah dan

memperluas khazanah keilmuan Islam, khususnya tentang Sejarah Islam di

(18)

9

3. Untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Strata Satu (S1) dibidang Sejarah

Fakultas Adab Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam UIN Sunan Ampel

Surabaya.

E. Pendekatan dan Kerangka Teori

Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini, yaitu memakai

pendekatan historis. Melalui pendekatan historis ini penulis berusaha

menguraikan dan mendeskripsikan sejarah berdirinya pondok pesantren

Muhyiddin Gebang Putih Sukolilo Surabaya, mulai dari latar belakang, tujuan

berdirinya serta visi dan misinya.

Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori

continuity and change yang menguraikan secara rinci masalah-masalah

kesinambungan ditengah perubahan yang terjadi lingkungan pondok pesantren

anak-anak Muhyiddin. Suatu perubahan akan terjadi di dalam pondok

pesantren anak-anak Muhyiddin, ketika tradisi baru yang datang mepunyai

kekuatan dan dorongan yang kuat yang telah ada dan baik sebelumnya. Jika

tradisi baru yang datang mempunyai kekuatan dan daya dorong yang kuat

maka akan terjadi perubahan, perubahan yang terjadi tidak akan serta merta

menggeser dan menghilangkan tradisi serta keilmuaan yang lama dan telah ada

pada sebelumnya. Masih ada kesinambungan yang berkelanjutan dengan tradisi

keilmuan yang lama, meskipun telah muncul paradigma baru.10 Dengan

demikian proses kesinambungan dan perubahan masih tetap terlihat dalam

(19)

10

ilmu-ilmu agama, pola-pola perbedaan yang ada antar satu periode ke periode

berikutnya.

Adapun perubahan yang terjadi di pondok pesantren anak-anak

Muhyiddin terlihat pada periode pertama dan periode kedua yang mempunyai

persamaan dan perbedaan dalam memimpin dan aktivitas pondok. Dari sinilah

elemen-elemen lama dibuang kemudian diganti dengan elemen baru mulai

diperkenalkan. Bentuk persamaan antara periode yang pertama dengan yang

kedua yaitu tentang menjaga keutuhan pengajaran al-Qur’an sebagai salah satu

ciri pondok pesantren anak-anak Muhyiddin.

Sedangkan perbedaan yang terjadi antara periode pertama dan kedua

mengenai pendidikan, jika pada periode pertama pengajaran al-Qur’an masih

menggunakan metode baca tulis al-Qur’an metode tradisional atau metode

turutan al-Baghdadi yang hanya diajarkan kepada santri yang menetap di

pesantren, maka periode kedua sangat berbeda jauh mengenai pendidikan

dengan banyak terobosan-terobosan baru yang menjadikan pondok pesantren

Anak-anak Muhyiddin semakin maju. Pada periode ini pengajaran al-Qur’an

sudah menggunakan metode Qiro’ati yang tidak hanya diajarkan kepada santri

yang menetap di pesantren tetapi juga kepada santri non mukim atau tidak

menetap di pesantren. Selain itu pesantren juga membuka asrama mahasiswa

bagi mahasiswa yang ingin menetap dan menghafalkan al-Qur’an di pesantren.

Dengan menggunakan teori continuity and change diharapkan dapat

mengungkap perubahan yang terjadi di dalam pondok terutama di bidang

(20)

11

F. Penelitian Terdahulu

Sebelum peneliti memilih judul tersebut, terlebih dahulu

memperhatikan beberapa karya penelitian dari beberapa peneliti sebelumnya,

diantaranya yaitu:

1. Lhatifah, Hubungan antara Kegiatan Pondok Pesantren Muhyiddin dengan

Prestasi Belajar al-Qur’an Hadits Siswa-siswi di Madrasah Ibthidaiyah

Muhyiddin Surabaya, 2013. Skripsi ini lebih menitik beratkan pada

hubungan antara kegiatan Pondok Pesantren Muhyiddin dengan peningkatan

hasil prestasi belajar al-Qur’an Hadits Siswa-siswi di Madrasah Ibthidaiyah

Muhyiddin Surabaya.

Sedangkan dalam penelitian ini penulis memfokuskan pembahasannya

pada sejarah perkembangan pondok pesantren Anak-anak Muhyiddin Gebang

Putih Surabaya. Pembahasan tersebut adalah seputar perkembangan yang

terjadi didalamnya serta segala aktivitas yang dilakukan pondok pesantren

anak-anak Muhyiddin baik dari sisi kelembagaan, maupun dalam pendidikan

al-Qur’an.

G. Metode Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan bersifat studi historis. Oleh karena itu

metode yang dianggap relevan untuk membahas penelitian ini adalah metode

(21)

12

1. Heuristik

Heuristik adalah pengumpulan sumber-sumber, data-data, atau

jejak sejarah yang diperoleh dengan melalui proses yang dilakukan oleh

peneliti untuk mendapatkan sumber dalam penulisan sejarah.11 Sumber yang

digunakan penulis diantaranya terdiri dari sumber tulisan dan sumber lisan.

Adapun dalam pengumpulan sumber ini penulis memperolehnya

melalui:

a. Sumber Tulisan

Sumber tulisan yaitu data-data yang diperoleh melalui studi

kepustakaan dengan berbagai macam buku, majalah, dokumen dan

cetakan-cetakan yang ada hubungannya dengan skripsi ini. Sumber

tulisan berbentuk dokumen-dokumen yang didapat penulis diantaranya

sebagaimana terlampir yang terdiri dari fotokopi piagam Pendirian

Madrasah oleh Departemen Agama Kota Surabaya, piagam Izin

Operasional Madrasah Ibtidaiyah (MI) oleh Kementerian Agama, Surat

Keputusan Pendirian Badan Hukum Yayasan Pondok Pesantren

Anak-Anak Muhyiddin oleh Kementerian Hukum & HAM Republik Indonesia.

Selain sumber tulisan berupa dokumen, penulis juga

menggunakan sumber kepustakaan berupa buku-buku literatur yang

mendukung dalam melakukan penelitian terkait sejarah perkembangan

pondok pesantren Anak-anak Muhyiddin diantaranya buku Tradisi

Pesantren karya Zamakhsyari Dhofier, Pesantren dari Transformasi

(22)

13

Metodogi Menuju Demokrasi Institusi karya Mujammil Qomar,

Pelembagaan Pesantren: Asal-Usul dan Perkembangan Pesantren di Jawa

karya Harun Asrohah dan lain-lain

b. Sumber Lisan

Sumber lisan yang diperoleh dengan cara interview atau

wawancara yaitu teknis dalam upaya menghimpun data yang akurat

untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu yang

sesuai dengan data.

Sumber lisan di bagi menjadi dua yaitu pertama, sumber lisan

sampai warisan dari tradisi lisan yang di sampaikan secara turun temurun

dan generasi kegenerasi. Kedua, sumber lisan yang berasal dari orang

sezaman, pelaku peristiwa atau saksi mata.

Adapun sumber lisan yang di gunakan penulis dalam penelitian

ini adalah sumber lisan yang berasal dari orang sezaman, pelaku atau

saksi mata. Maka merupakan sumber yang sangat berharga yang

objektifitasnya lebih bisa di pertanggung jawabkan. Sumber lisan

tersebut di peroleh melalui hasil wawancara langsung kerena sumber

lisan yang di gunakan oleh penulis adalah wawancara dengan orang

sezaman Wawancara dapat diartikan teknik pengumpulan data melalui

proses tanya jawab, dan dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara

fisik. Wawancara dilakukan dengan saksi sejarah yang masih hidup,

seperti wawancara kepada K.H. Ali Sirojuddin Thobib, Ustadz H.

(23)

14

(Sekretaris pondok), para ustadz, dan alumni. Penulis juga menggunakan

sumber visual yang merupakan benda-benda peninggalan atau sesuatu

yang berbentuk dan berwujud yang dapat membantu sejarawan dalam

menjelaskan peristiwa pada masa lampau. Sumber visual yang dapat

digunakan penulis diantaranya prasasti peresmian pondok pesantren

Anak-anak Muhyiddin, bangunan pondok pesantren anak-anak

Muhyiddin, musala dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhyiddin.

2. Kritik sumber

Setelah data diperoleh peneliti berusaha melakukan kritik sumber.

Kritik sumber adalah suatu kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yang

diperoleh guna mengetahui kejelasan tentang kredibilitasnya. Dalam

meneliti dan menilai data yang diperoleh dengan melalui dua cara, yaitu:

a. Kritik Intern

Kritik intern adalah upaya yang dilakukan untuk melihat apakah

isi sumber tersebut cukup layak untuk dipercaya kebenarannya.12 Kritik

intern dilakukan untuk mengetahui kebenaran dan keabsahan sumber.

Informasi yang didapat penulis bersifat kredibel, salah satunya yakni

perolehan hasil wawancara dengan pelaku sejarah yakni K.H. Ali

Sirojuddin Thobib.

b. Kritik Ekstern

Kritik Ekstern adalah kegiatan yang dilakukan peneliti untuk

mendapatkan sumber yang autentik dengan melihat siapa yang

(24)

15

mengatakan atau menulis sumber tersebut.13 Adapun sumber yang

didapat penulis dari hasil wawancara juga dapat dibuktikan

keauntetikannya karena termasuk orang yang sezaman dan ikut terlibat

dalam peristiwa tersebut. Dalam penetian ini penulis melakukan

wawancara dengan putra K.H. Achmad Thobib yakni K.H. Ali

Sirojuddin Thobib.

3. Interpretasi

Interpretasi atau penafsiran adalah suatu upaya sejarawan untuk

melihat kembali tentang sumber yang didapatkan, apakah

sumber-sumber yang didapatkan dan yang telah diuji autentisitasnya terdapat

hubungan yang satu dengan yang lainnya.

Berkaitan dengan itu dalam penelitian ini peneliti bisa memperoleh

kredibilitas data yang diperlukan dengan melakukan interpretasi atau

penafsiran dari hasil wawancara yang didapatkan dengan responden tentang

pondok pesantren anak-anak Muhyiddin untuk kepentingan keabsahan

kredibilitas data.

4. Historiografi

Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan

hasil penelitian yang telah dilakukan. Penulis berusaha menulis atau

merekonstruksi fakta-fakta yang telah tersusun yang didapatkan dari

penafsiran terhadap sumber-sumber sejarah dalam bentuk tertulis. Hal ini

diaktualisasikan dengan penulisan skripsi.

(25)

16

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini, yaitu

tentang cara runtut yang terdiri dari lima bab yang dijabarkan dalam garis

besarnya sebagai berikut:

Bab pertama berisi bab pendahuluan. bab ini terdiri dari beberapa sub

bab yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teori,

penelitian terdahulu, metode penelitian, sistematika penulisan.

Bab kedua berisi tentang pondok pesantren anak-anak Muhyiddin.

Bab ini menguraikan letak geografis pondok pesantren anak-anak Muhyiddin

Gebang Putih Sukolilo Surabaya, sejarah berdirinya pondok pesantren

anak-anak Muhyiddin, tujuan, visi dan misi pondok pesantren anak-anak-anak-anak Muhyiddin.

Bab ketiga berisi tentang aktivitas di pondok pesantren anak-anak

Muhyiddin yaitu dalam bidang keagamaan, kesenian, ekonomi dan sosial.

Bab keempat berisi tentang perkembangan pondok pesantren

anak-anak Muhyiddin berisi tentang perkembangan pada periode awal tahun

1994-2005, perkembangan pada periode kedua tahun 2005-2015.

Bab kelima merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran

(26)

17

BAB II

PONDOK PESANTREN ANAK-ANAK MUHYIDDIN GEBANG PUTIH SURABAYA

A.Letak Geografis Pondok Pesantren Anak-anak Muhyiddin Gebang Putih Sukolilo Surabaya

Letak geografis adalah letak suatu daerah dilihat dari posisi daerah

pada bola bumi dibandingkan dengan posisi daerah lain. Letak geografis juga

ditentukan oleh letak astronomis, geologis, fisiografis dan sosial budaya.1 Kota Surabaya merupakan ibu kota provinsi Jawa Timur sekaligus menjadi kota

metropolitan terbesar di provinsi tersebut. Surabaya terletak di tepi pantai utara

provinsi Jawa Timur. Surabaya berbatasan dengan Selat Madura di sebelah

utara dan timur, Kabupaten Sidoarjo di sebelah selatan, serta Kabupaten

Gresik di sebelah barat.2

Surabaya secara geografis berada pada 07˚09`00“ – 07˚21`00“ Lintang

Selatan dan 112˚36`- 112˚54` Bujur Timur. Luas wilayah Surabaya meliputi

daratan dengan luas 333,063 km² dan lautan seluas 190,39 km². Kota Surabaya

terdiri atas 31 kecamatan dan 163 kelurahan. Kecamatan di Surabaya yang

dibagi dalam 5 wilayah Surabaya pusat, Surabaya barat, Surabaya timur,

Surabaya utara, dan Surabaya selatan.3

1 Geoku indo, “Arti dan Pengertian Letak Geografis Indonesia”, dalamhttp://indo geografi.blogspot.co.id/2011/11/arti-dan-pengertian-letak-geografis.html (25 April 2016) 2 http://www.surabaya.go.id/berita/8224-profil-surabaya (25 April 2016)

(27)

18

Kecamatan Sukolilo terletak di Wilayah Surabaya bagian Timur.

Kecamatan Sukolilo memiliki luas wilayah 23,71 km² dengan jumlah

penduduk sebanyak 111.268 jiwa. Adapun letak geografis kecamatan Sukolilo

yakni sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Mulyorejo, sebelah Timur

berbatasan dengan Selat Madura, sebelah selatan berbatasan dengan

Kecamatan Rungkut, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gubeng.

Kecamatan Sukolilo terbagi menjadi tujuh kelurahan, yaitu Kelurahan Nginden

Jangkungan, Semolowaru, Medokan Semampir, Keputih, Gebang Putih,

Klampis Ngasem, dan Menur Pumpungan.4

Penduduk Kecamatan Sukolilo sebagian besar beragama Islam yaitu

sebanyak 79.929 orang, selainnya beragama prostestan sebanyak 12.270 orang,

yang beragama katolik sebanyak 8.898 orang, yang beragama Hindu sebanyak

3.314 orang, yang beragama Budha 3.563 orang, dan yang beragama selain

lima agama tersebut yaitu sebanyak 15 orang.5

Kelurahan Gebang Putih merupakan salah satu kelurahan yang berada

di kecamatan Sukolilo yang memiliki luas wilayah 1,33 km² dengan jumlah

penduduk 7.712. Sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk menuju

kelurahan Gebang Putih menggunakan transportasi kendaraan roda empat dan

sepeda motor atau ojek. Penduduk kelurahan Gebang Putih kebanyakan

pendatang dari luar daerah yang mayoritas bekerja di perusahaan swasta.

(28)

19

Dibawah ini merupakan tabel mata pencaharian penduduk kelurahan Gebang

Putih:6

Tabel 2.1 Mata Pencaharian Pokok Penduduk Kelurahan Gebang Putih Sukolilo Surabaya

Mata Pencaharian Pokok

No Jenis Pekerjaan Jumlah Jiwa

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 70

2. TNI 4

3. Polri 2

4. Swasta 2003

5 Guru/ Tenaga Pengajar 47

6. Pensiunan/Purnawirawan 56

7. Wiraswasta 565

8. Pedagang 101

9. Buruh Tani 18

9. Ibu Rumah Tangga 300

JUMLAH 3166

(29)

20

Di kecamatan Sukolilo tercatat ada empat buah pondok pesantren

yang masing-masing terletak di kelurahan Nginden Jangkungan terdapat

pondok pesantren Mahasiswa Khoirul Huda, di kelurahan Keputih terdapat

yayasan pondok pesantren Hidayatullah, pondok pesantren Darussalam, dan di

kelurahan Gebang Putih terdapat pondok pesantren anak-anak Muhyiddin.

Selain mendapatkan pelajaran agama di bangku sekolah, penduduk di

Kecamatan Sukolilo maupun luar Sukolilo, dapat memperdalam ilmu agama

melalui kegiatan di pesantren.

Pondok pesantren anak-anak Muhyiddin terletak di Jalan Gebang

Kidul No. 66-67 kelurahan Gebang Putih kecamatan Sukolilo kota Surabaya

dengan batas utara kecamatan Mulyorejo, selatan berbatasan dengan kelurahan

Keputih, sebelah barat kelurahan Manyar dan sebelah timur berbatasan dengan

kampus ITS yang masuk wilayah kelurahan Keputih.

Untuk mempermudah menemukan lokasi menuju pondok pesantren

Anak-anak Muhyiddin, maka penulis menyajikan denah lokasi. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara teoritis denah adalah gambar yang

menunjukkan letak kota, jalan, rumah, bangunan dan lain-lain. maka fungsi

denah adalah membantu seseorang menemukan suatu tempat, lokasi atau

bangunan yang dituju. Berikut denah lokasi pondok pesantren anak-anak

(30)

21

Gambar 2.2 Peta Lokasi Pondok Pesantren Anak-anak Muhyiddin7

B.Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren anak-anak Muhyiddin Gebang Putih Surabaya

KH. Achmad Thobib Husaini merupakan pendiri pondok pesantren

anak-anak Muhyiddin kelurahan Gebang Putih kecamatan Sukolilo Kota

Surabaya. Nama kecil beliau adalah Husaini yang lahir di desa Tanjung Anom

Jombang pada tanggal 8 Mei 1936. Beliau merupakan putra dari KH. Abdul

Hamid dan Ibu Nyai Siti Fathimah. Ayah beliau merupakan ulama dan tokoh

agama di desa Tanjung Anom Jombang. Sejak kecil Husaini hidup di

lingkungan keluarga yang taat beragama. Husaini dididik langsung oleh

(31)

22

ayahnya dengan disiplin yang tinggi agar kelak menjadi orang yang agamis dan

berakhlakul karimah. Kiai Hamid memberikan pengajaran ilmu agama seperti

akhlak, al-Qur’an, Tajwid dan fasholatan kepada Husaini. Setelah dirasa cukup

menimba ilmu agama kepada ayahnya sendiri Husaini dikirim oleh Kiai Hamid

untuk melanjutkan menuntut ilmu agama di pondok pesantren Tebuireng

Jombang yang diasuh langsung oleh Hadhrotus Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari.

Pada saat mondok Husaini tinggal satu kamar dengan Gus Dur cucu dari KH.

Hasyim Asy’ari.8

Pada tahun 1957 beliau pergi ke kota Surabaya untuk berdakwah dan

mencari pengalaman selama di kota Surabaya. Aktivitas dakwah beliau di

mulai dari Departemen Agama Jawa Timur dengan diangkat sebagai pengawas

di sekolah-sekolah di wilayah kecamatan Sukolilo. Pada tahun 1961 Kiai

Husaini menikahi seorang wanita cantik, santun dan sholihah yang berasal dari

Gebang Putih yang bernama Achdad Zubaidah putri dari H. Syamsuddin

Bunari dan Nyai Hj. Sukarsih. Pada saat itu beliau berusia 25 tahun sedangkan

istrinya berusia 19 tahun. Kiai Husain menunaikan ibadah haji bersama istrinya

pada tahun 1975 dan mengganti namanya menjadi K.H. Achmad Thobib

Husaini. Pada tahun 1968 Kiai Husain mendirikan sebuah Madrasah di

kelurahan Gebang Putih yang bernama Madrasah Ibtidaiyah Mabadiul Ulum,

beliau juga menjadi pengajar di madrasah tersebut. Kemudian pada tahun 1970

(32)

23

Kiai Husain bersama Kiai Ibrahim mendirikan sebuah sekolah yang bernama

Yayasan Pendidikan Islam Tarbiyatul Aulad (YAPITA) di kelurahan Keputih.9 K.H. Achmad Thobib Husaini dikaruniai 9 anak yakni 4 anak putra

dan 5 anak putri yang diantaranya Hj. Zakiyah binti Sulthonah, Hj. Muallifah,

H. Ali Sirojuddin, H. Muhammad Saifur Rijal, Tholiatul Izzah, H. Agus

Achmad Tajuddin, Hj. Hijjatul Mabruroh, Hj. Badrotus Saidah, dan H.

Muhammad Hasan Badri. K.H. Achmad Thobib dikenal memiliki hati yang

lembut, sopan santun serta solidaritas yang tinggi pada semua orang. Selain itu,

KH. Achmad Thobib memiliki sikap loyalitas yang tinggi terhadap sesama

bahkan banyak tetangga merasa senang dengan kedatangan K.H. Achmad

Thobib di Gebang Putih guna menyebarkan ilmu dan berjuang di jalan Allah.

Rintisan pondok pesantren pada tahun 1970 yang awalnya merupakan

rumah tinggal Kiai Achmad Thobib beserta keluarga dan hanya ada musala

sebagai tempat sholat dan mengaji al-Qur’an dan berbagai kitab-kitab klasik,

sama seperti halnya musala pada umumnya. Kiai Achmad Thobib mengadakan

pengajian di musala yang berada di sebelah rumah beliau setiap hari Jum’at

setelah sholat subuh dan hari Ahad setelah maghrib. Pelajaran mengaji

disampaikan pada malam hari setelah sholat Maghrib berjama’ah yaitu belajar

ubudiyah (tata cara beribadah) dan do’a-do’a pendek yang sering digunakan

dan diamalkan sehari-hari, seperti: do’a berwudhu, do’a sholat lima waktu dan

lain sebagainya. Beliau juga mengkaji kitab-kitab kuning yang berkaitan

dengan masalah ilmu dasar agama dan ibadah seperti kitab Safinat an-Najah,

(33)

24

Mabadiul Fiqhiyyah, dan Sullam at-Taufiq. Kiai Achmad Thobib juga

mengajarkan al-Qur’an kepada anak-anak kecil di sekitar Gebang Putih setiap

sore setelah sholat Ashar di musala.

Pada awal perintisan pesantren, santri yang menuntut ilmu di sini

masih berupa “santri kalong/jama’ah” yakni santri yang tidak tinggal menetap

di pondok pesantren atau asrama, mereka bolak-balik (nglajor) dari rumah

sendiri.10 Para santri berasal dari masyarakat sekitar Gebang Putih seperti Keputih, Mulyorejo dan Klampis Ngasem. Pada tahun 1980 sudah ada puluhan

santri kalong/jama’ah yang mengaji secara rutin pada Kiai Achmad Thobib.

Kiai Achmad Thobib juga mengadakan Manaqib setiap tanggal 11

bulan hijriyah di musala. Lambat laun jumlah jamaah yang mengikuti manaqib

semakin bertambah banyak bahkan ada jamaah yang berasal dari luar kota

seperti Gresik, Sidoarjo dan Lamongan. Sudah ada jama’ah sebanyak puluhan

orang akan tetapi masih belum menetap atau mukim untuk tinggal di rumah

Kiai Achmad Thobib.

Seiring berjalannya waktu pada tahun 1988 para jamaah dan tokoh

masyarakat sekitar ada yang mengusulkan kepada kiai Thobib untuk

mendirikan sebuah pondok pesantren. Pada saat itu ada jama’ah pengajian dari

kalangan akademisi yang bernama Dr. Elly dan Dr. Murad yang datang ke

rumah beliau memberikan saran untuk mendirikan sebuah kampus atau

universitas Islam yang pada saat itu di Gebang Putih masih belum ada lembaga

pendidikan Islam. Kiai Achmad Thobib berfikir sejenak dan melakukan sholat

(34)

25

Istikhoroh. Kiai Achmad Thobib bermimpi yang dalam mimpinya beliau

melihat anak-anak kecil mengaji al-Qur’an. Melihat tanda-tanda demikian kiai

Achmad Thobib memantapkan hati untuk mendirikan sebuah pondok pesantren

anak-anak dengan niat ikhlas dan semata-mata untuk mencari ridho Allah

SWT.11 Setelah melewati musyawarah dengan para ulama, tokoh masyarakat, dan keluarga akhirnya mereka bersepakat untuk mendirikan pondok pesantren

yang bernama pondok pesantren anak-anak Muhyiddin dan memilih KH.

Achmad Thobib Husaini sebagai pengasuhnya.

Akhirnya pada tanggal 19 Dzulhijjah 1410 H/ 12 Juni 1990 M KH.

Achmad Thobib meletakkan batu pertama untuk mendirikan sebuah pondok

pesantren anak-anak Muhyidin Gebang Putih Sukolilo Surabaya. Sebagai

perwujudan cita-cita luhur dari KH. Achmad Thobib, pada mulanya

angan-angan untuk mendirikan lembaga pendidikan dan pengajaran Islam belum

terwujud, namun setelah ada dorongan dan dukungan dari para tokoh

masyarakat sekitar dan para kiai diantaranya Kiai Muchith Jangkungan, Kiai

Ibrahim dan Kiai Hasyim Keputih, agar segera didirikan sebuah lembaga

pendidikan Islam.

Pondok pesantren anak-anak Muhyiddin diresmikan pada tanggal 11

Rabi’ul Akhir 1415 H/ 16 September 1994 oleh KH. Zainuddin Jazuli dari

pondok pesantren Al-Falah Ploso Kediri yang disaksikan oleh pendiri atau

(35)

26

pengasuh pondok pesantren anak-anak Muhyiddin yaitu K.H. Achmad Thobib

dan Istri Nyai Hj. Achdad Zubaidah beserta sembilan putra-putri beliau.12 Pondok pesantren ini diberi nama pondok pesantren anak-anak

Muhyiddin oleh KH. Achmad Thobib. Arti dari kata Muhyiddin sendiri adalah

menghidup-hidupkan agama Islam. Harapannya dengan adanya pondok

pesantren ini nantinya dapat menghidup-hidupkan atau mensyiarkan agama

Islam dengan cara berdakwah melalui al-Qur’an yang menjadi ciri khas dari

pondok pesantren anak-anak Muhyiddin Gebang Putih Sukolilo Surabaya.13 Keadaan pondok pesantren anak-anak Muhyiddin pada awal

berdirinya masih cukup memprihatinkan, terutama dalam bidang sarana dan

prasarana yang ada yaitu belum memiliki gedung sendiri dan dana serta segala

fasilitas untuk hidupnya pondok pesantren anak-anak Muhyiddin belum dapat

terpenuhi. Sehingga dari tempat yang satu ketempat yang lain senantiasa terjadi

perpindahan, hal tersebut dapat dimaklumi karena disamping usianya yang

masih bayi juga saat itu belum ada dana yang dapat menunjangnya.

Lambat laun keadaan yang demikian dapat diatasi dengan sedikit demi

sedikit. Dorongan untuk meneruskan dan mempercepat bangunan pesantren

semakin kuat. Meski dengan tantangan dan godaan tidak kecil. Hanya dengan

modal kepasrahan dan berikhtiyar kepada Allah Swt segala sesuatunya

diserahkan-Nya. Tirakat dan riyadhah sudah dijalani dengan tiap malam berdoa

dan kerja keras di siang harinya.

12 Buku Dasar Pedoman Kepemimpinan dan Pengelolaan Pondok Pesantren Anak-anak Muhyiddin, 10.

(36)

27

Kiai Thobib mulai membeli tanah di sekitar rumahnya sedikit demi

sedikit. Melihat kondisi yang demikian ada seorang jamaah pengajian yang

bernama H. Mukhtar yang merupakan tetangga dari Kiai Thobib dengan rela

mewakafkan tanahnya untuk dijadikan pondok pesantren. Dengan modal tanah

wakaf tersebut, pondok pesantren anak-anak Muyiddin bisa membeli dan

memperluas tanah disekitarnya dengan cara gotong royong diantara para

pengurus, jamaah pengajian dan para donatur/dermawan.

Pada tahun 1990 dibangunlah pondok pesantren yang didanai oleh

para dermawan, sumbangan masyarakat dan para jamaah pengajian. Tahap

pertama pembangunan pondok pesantren ini hanya terdiri 9 kamar asrama

putra dan 4 kamar di ndalem pengasuh serta musala untuk pengajaran

al-Qur’an. Pembangunan ini berkat dorongan masyarakat sekitar dan saran para

tokoh masyarakat yang ikut serta membantu tenaga dan pikiran demi

kelancaran pembangunan pondok pesantren anak-anak Muhyiddin. Bangunan

pondok dapat diselesaikan dan diresmikan pada tahun 1994. Pondok pesantren

anak-anak Muhyiddin dapat berkembang dengan baik hingga saat ini sudah

memiliki gedung sendiri yang termasuk kategori sudah memenuhi persyaratan

pendidikan yaitu: gedung berlantai tiga dan juga perlengkapan-perlengkapan

lainnya. Adapun denah pondok pesantren anak-anak Muhyiddin Gebang Putih

Sukolilo Surabaya sebagai berikut:14

(37)

28

Gambar 2.3 Denah Pondok Pesantren Anak-anak Muhyiddin

Jalan Gebang Kidul No. 66-67

Komplek 1

Musalah Koperasi

Rumah Komplek 3

Ndalem

Pengasuh Komplek 2

Dapur & Rumah

Kantin H. Agus

Saifurrijal

Komplek 4 Lapangan Komplek 5 Komplek 6

Komplek 7 Gudang

Keterangan:

1. Komplek 1 adalah musala yang digunakan sebagai tempat untuk para santri

beribadah, mengaji, dan belajar kitab-kitab yang diajarkan di pondok pesantren

(38)

29

2. Komplek 2 adalah gedung dua tingkat yang terdiri dari lantai pertama

dipergunakan sebagai ruang laboratorium Komputer, ruang kantor pondok, dan

garasi mobil. Sedangkan lantai dua digunakan sebagai ruangan kelas mengaji

bin nadhor metode Qiro’ati.

3. Komplek 3 adalah gedung dua tingkat yang dipergunakan sebagai asrama

mahasiswa putra yang memiliki 6 kamar.

4. Komplek 4 adalah gedung tiga tingkat yang terdiri dari lantai pertama dan dua

digunakan sebagai asrama santri putri yang memiliki 12 kamar dan 6 kamar

mandi. Lantai tiga digunakan sebagai kantor madrasah Ibtidaiyah Muhyiddin

dan ruang perpustakaan.

5. Komplek 5 adalah gedung tiga tingkat yang terdiri dari lantai pertama dan dua

digunakan sebagai asrama santri putra yang memiliki 12 kamar dan 6 kamar

mandi. Lantai tiga digunakan sebagai ruangan kelas madrasah Ibtidaiyah

Muhyiddin yang memiliki 6 ruang kelas.

6. Komplek 6 adalah gedung dua tingkat yang digunakan sebagai asrama

mahasiswa putri yang memiliki 6 kamar.

7. Komplek 7 adalah gedung tiga tingkat yang terdiri dari lantai pertama

digunakan sebagai tempat wudhu. Sedangkan lantai dua dan tiga digunakan

(39)

30

D. Tujuan, Visi dan Misi Pondok Pesantren Anak-anak Muhyiddin

Tujuan pendidikan yang ada di pondok pesantren anak-anak

Muhyiddin antara lain;

1. Sesuai dengan fungsi al-Qur’an terhadap orang-orang yang bertaqwa,

pondok pesantren anak-anak Muhyiddin sebagai suatu institusi pendidikan

dan pengajaran ingin membentuk dan menjadikan manusia (pribadi) muslim

yang muttaqin melalui al-Qur’an.

2. Membentuk Insan Islam yang Hamilil Qur’an yang mampu membaca,

menulis, mengerti dan memahami isi kandungan al-Qur’an serta mampu

mengamalkan ajarannya “Muslim Hamilil Qur an Lafdhan wa Ma’anan wa

Amalan”.

3. Mencetak ulama yang saleh yang serba guna dan serba bisa..

Adapun visi dan misi pondok pesantren anak-anak Muhyiddin sebagai

berikut:

1. Visi

a. Mencetak “Insan Hamilil Qur’an Lafdhan, Ma’nan Wa ‘Amalan”

(manusia yang hafal lafadz al-Qur’an, memahami ma’nanya dan

melakukan isi kandungannya)

b. Mencetak Insan mulia yang mampu dan suka membaca, menghafal,

menjaga dan mengamalkan al-Qur’an dalam kesehariannya.

c. Menjadi manusia yang beruntung di dunia dan akhirat.

(40)

31

2. Misi

a. Memenuhi target pengajaran al-Qur’an di pondok pesantren anak-anak

Muhyiddin.

1) Bin Nadhor

a) Lulus metode Qiraati dalam empat semester pengajaran (2 tahun)

b) Mendapat syahadah guna persyaratan masuk ke jenjang Tahfidh.

2) Tahfidhul Qur’an

a) Hafal 8 Juz dalam satu semester pengajaran (6 bulan) bagi murid non

sekolah formal

b) Hafal 5 Juz dalam satu semester pengajaran (6 bulan) bagi murid

sekolah formal.

3) Tahfidhul Qur’an Qira-at Sab’ah

a) Tuntas Tahfidhul Qur’an dalam tujuh semester pengajaran (3,5 tahun)

(41)

32

BAB III

AKTIVITAS PONDOK PESANTREN ANAK-ANAK MUHYIDDIN

GEBANG PUTIH SUKOLILO SURABAYA

Secara garis besar usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh pesantren

dapat dibedakan menjadi dua yaitu pelayanan kepada para santri dan pelayanan

kepada masyarakat. Pesantren menjanjikan sarana dan fasilitas bagi

perkembangan pribadi muslim para santri, selain itu juga berusaha membimbing

masyarakat agar lebih maju sesuai dengan cita-cita dan kemampuan yang

dimiliki.1 Dalam hal ini, pondok pesantren anak-anak Muhyiddin mempunyai

berbagai aktivitas yang menjadi suatu kebutuhan pesantren untuk menjaga

eksistensi pesantren dan masyarakat, karena keberadaan pondok pesantren

memiliki tempat yang cukup baik di hati masyarakat. Dengan adanya segala

bentuk kegiatan yang bersifat terus menerus, maka hal ini sangat berpengaruh

pada masyarakat sekitar pondok pesantren, karena masyarakat sekitar langsung

menjadi bagian aktivitas dan sekaligus sebagai obyek (sasaran) dari aktivitas yang

ada di pondok pesantren anak-anak Muhyiddin.

Pondok pesantren anak-anak Muhyiddin merupakan lembaga pendidikan

Islam sekaligus sebagai bentuk dari fenomena kebudayaan Islam. Hal ini terlihat

pada segala bentuk aktivitas dan kreativitas para santri yang belajar di pondok

pesantren tersebut. Para santri tidak hanya diajarkan tentang ilmu agama saja

melainkan juga diajarkan tentang keterampilan sekaligus sebagai penumbuh minat

1 M. Dawam Rahardjo, Pergulatan Dunia Pesantren Membangun dari Bawah (Jakarta: P3M,

(42)

33

dan bakat para santri untuk meningkatkan potensi daya kemampuan yang

dimiliknya. Para santri diharapkan mampu berperan dalam masyarakat sesuai

dengan kebudayaan yang ada di pondok pesantren.

Adapun bentuk aktivitas yang terdapat di pondok pesantren anak-anak

Muhyiddin meliputi bidang keagamaan, kesenian, ekonomi dan sosial

kemasyarakatan.

A.Bidang Keagamaan

Eksistensi pesantren di era sekarang, tidak luput dari integrasi

komunikasi yang terjalin antara masyarakat dan pihak pesantren baik santri,

pengurus maupun kiai. Adanya hubungan yang harmonis menghasilkan situasi

yang kondusif. Untuk meramaikan dunia pesantren dan terjalinnya komunikasi

antara masyarakat, kiai dan santri maka diadakanlah aktivitas keagamaan

secara rutin.

Aktifitas keagamaan sangatlah berpengaruh bagi keberlangsungan

hidup masyarakat baik dalam sekup sempit maupun luas, karena pada dasarnya

di dalam kehidupan bermasyarakat yang dibutuhkan adalah keseimbangan

hidup baik secara sosial maupun moral dan dengan bekal keimanan yang kuat

dan kokoh. Hal ini juga dilakukan oleh pondok pesantren anak-anak

Muhyiddin Gebang Putih Sukolilo Surabaya. Berikut akan dibahas tentang

kegiatan keagamaan di pondok pesantren anak-anak Muhyiddin dalam

(43)

34

1. Pengajian Kitab Tafsir Jalalain

Kajian kitab ini adalah kajian tentang bagaimana mempelajari dan

memahami al-Qur’an, baik secara makna maupun tata bahasanya. Kitab

tafsir ini terdiri atas 2 jilid, masing-masing ditulis oleh seorang ulama. Kitab

ini dinamakan Kitab Tafsir Jalalain karena ditulis oleh dua orang yang nama

depannya sama-sama "Jalaluddin" yaitu Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan

Imam Jalaluddin As Suyuti. Jalaluddin memiliki arti orang yang

mengagungkan agama, yaitu gelar yang diberikan kepada seorang ulama

yang dianggap sangat ahli dalam beberapa ilmu.2

Pengajian kitab Tafsir Jalalain ini diselenggarakan setiap minggu dua

kali yaitu setiap hari sabtu siang setelah sholat dhuhur pukul 12.30 sampai

pukul 14.00 yang di ikuti oleh para santri putri dan ibu-ibu masyarakat

sekitar pondok serta setiap hari minggu pagi setelah sholat subuh pukul

06.00 sampai pukul 08.00 yang di ikuti oleh para santri putra dan

bapak-bapak masyarakat sekitar pondok. Pengajian ini dipimpin langsung oleh

pengasuh pondok pesantren anak-anak Muhyiddin yaitu KH. Achmad

Thobib Husnaini.3 Diharapkan para santri dapat lebih memahami al-Qur’an

sebelum para santri tersebut terjun langsung di masyarakat.

2. Manaqib

Pada dasarnya manaqib sering disebut dengan istilah manaqiban

yang berarti membaca sejarah atau riwayat hidup seseorang,4 seperti

2 “Pengarang Kitab Tafsir Jalalain”, dalam

http://kitabpedia.wordpress.com/category/biografi-ulama/jalaluddin-as-suyuti/ (07 April 2016).

3 Muhammad Hasan Badri, Wawancara, Surabaya, 20 Juni 2016.

(44)

35

membaca manaqib Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani. Manaqiban merupakan

salah satu amalan dikalangan para santri pondok pesantren, mereka

memperbanyak dzikir, istighfar, sholawat atas nabi dan berkirim doa kepada

Nabi Muhammad SAW.

Manaqiban ini bertujuan mempebanyak dzikir dalam rangka

taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT, melatih secara

terus-menerus berusaha membersihkan diri dari pengaruh hawa nafsu, meneladani

para ulama’ dan waliyullah, sehingga dapat mencontoh perilaku mereka

dalam beribadah maupun dalam kehidupan kemasyarakatan.

Adapun kegiatan membaca manaqib ini di laksanakan setiap bulan

sekali yakni tepatnya pada tanggal 11 bulan hijriyah yang di mulai pukul

22.00 sampai pukul 03.00. Kegiatan ini di ikuti oleh para santri dan para

jamaah, masyarakat sekitar bahkan jamaah dari luar kota.5

3. Peringatan Hari Besar Islam

Peringatan hari besar Islam merupakan agenda tahunan yang

dilakukan oleh umat Islam secara umum. Jika kita melihat pada pelaksanaan

kegiatan ini, partisipasi yang di tunjukkan oleh seluruh umat Islam di dunia,

terutama umat Islam di Indonesia sangatlah meriah. Akan tetapi bukan

kemeriahan yang menjadi perhatian utama. Namun lebih dari itu, kegiatan

peringatan hari besar Islam diadakan dengan tujuan untuk memeberikan

uswatun khasanah kepada siapapun untuk lebih mengenal ajaran agama

Islam beserta kebudayaannya. Dalam hal ini, pondok pesantren anak-anak

(45)

36

Muhyiddin turut serta berperan untuk menjadikan peringatan-peringatan

hari besar Islam tersebut sebagai bagian dari dakwah Islam yang pada

akhirnya dapat menghasilkan mutu yang baik bagi umat Islam, khususnya di

daerah Gebang Putih dan sekitarnya. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut

biasanya meliputi, perayaan Idul Fitri, Idul Adha, pengajian dalam rangka

peringtan tahun baru Islam yang diadakan setiap bulan Muharram,

pengajian dalam rangka peringtan maulid nabi Muhammad yang diadakan

setiap bulan Rabiul Awal.

4. Istighatsah

Istighatsah adalah rangkaian do’a yang mempunyai makna

spiritual. Istighatsah ini penting dalam rangka mengembangkan tauhid,

sehingga tauhid seorang hamba tidak akan kering. Oleh karena itu hubungan

dan keyakinan kita kepada Allah SWT harus ditingkatkan. Cara

meningkatkan tauhid itu salah satunya dengan cara berdzikir, sedangkan

istighatsah itu sendiri merupakan bagian dari ibadah berdzikir. Mengingat

pentingnya istighatsah ini bagi kepribadian santri, maka pondok pesantren

anak-anak Muhyiddin secara rutin menyelenggarakan kegiatan ini yang

setiap satu bulan sekali pada hari Jum’at legi setelah sholat Isya’.

Pada dasarnya istighatsah merupakan ajaran terdahulu yang dibawa

oleh ulama-ulama nahdliyin. Didalamnya terkandung kalimat-kalimat suci.

(46)

37

tersebut, selain bertujuan untuk meningkatkan keimanan serta ketakwaan

kepada Allah dapat mempererat hubungan tali silaturahmi antar jamaah. 6

Pondok pesantren Anak-anak Muhyiddin Gebang Putih melakukan

interaksi dengan masyarakat sekitar melalui kegiatan Istighatsah ini.

Masyarakat merasa mendapat banyak manfaat dari pelaksanaan istighatsah

yang diadakan oleh pihak pondok pesantren baik manfaat secara dhohiriyah

maupun batiniyah. Jumlah para jamaah tiap hari semakin bertambah, hal ini

dikarenakan adanya rasa nyaman dan kesejukan hati yang dirasakan para

jamaah ketika melakukan istighatsah di pondok pesantren Anak-anak

Muhyiddin Gebang Putih Sukolilo Surabaya.7

5. Khotmil Qur’an bil ghoib

Khotmil Qur’an bil ghoib adalah membaca al-Qur’an dengan

mengkhatamkan (menyelesaikan) 30 juz. Kegiatan ini dilaksanakan setiap

bulan sekali yakni pada hari Kamis malam Jum’at legi dan satu tahun sekali

pada saat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul Syaikh

Abdul Qodir al-Jailani. Khotmil Qur’an bulanan di ikuti oleh para santri

yang sudah hafal 30 juz atau yang sudah menyelesaikan setengahnya.

Teknis yang digunakan dalam pelaksanaan khotmil Qur’an yaitu pertama:

Tawasul yang dipimpin oleh KH. Achmad Thobib sebagai pengasuh pondok

pesantren anak-anak Muhyiddin dan juga tokoh agama di masyarakat.

kemudian dilanjutkan dengan pembacaan al-Qur’an mulai awal hingga akhir

secara bergiliran dan di tutup dengan do’a. Dalam hal ini semua santri

(47)

38

diharuskan membaca al-Qur’an yang dibagi dalam beberapa kelompok

secara bergiliran dengan cara disimak oleh rekan mereka sendiri. Sedangkan

khotmil Qur’an tahunan di ikuti oleh para alumni santri pondok pesantren

anak-anak Muhyiddin dan para undangan jamaah huffadz se-Jawa.8

Khotmil Qur’an ini bertujuan untuk melatih para santri agar

semakin lancar dalam menghafalkan al-Qur’an dan sekaligus membiasakan

santri agar nantinya setelah pulang kembali ke rumah masing-masing sudah

terbiasa membaca, menghafalkan dan mengamalkan isi kandungan

al-Qur’an. al-Qur’an adalah kitab suci yang dijamin keasliannya oleh Allah

sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW hingga sekarang yang

sampai kepada kita. Maka dari itu mempelajari al-Qur’an adalah wajib bagi

kaum muslimin, begitu juga bagi siapa yang membaca al-Qur’an akan

mendapatkan pahala disisi Allah.

6. Diba’iyah

Kegiatan pembacaan maulid Diba’ ini diadakan rutin setiap hari

Kamis malam Jum’at setelah sholat Isya’ yang diikuti oleh semua santri

pondok pesantren anak-anak Muhyiddin. Selain dilaksanakan di dalam

lingkungan pondok, mereka juga ada yang diutus oleh pengasuh mengikuti

diba’iyah di kampung. Masing-masing santri putra-putri 3-5 utusan, untuk

berbaur dengan masyarakat sekitar. Ini menunjukkan bahwa para santri

pondok pesantren anak-anak Muhyiddin dan pengasuh pondok dapat

menjalin dan mempererat ukhuwah Islamiyah dalam dakwah Islam.

(48)

39

Adapun kegiatan diba’iyah ini di isi dengan membaca sholawat

kepada Nabi Muhammad sebagai suatu bentuk ungkapan cinta kepada Nabi

Muhammad SAW. Di dalam pelaksanaan diba’iyah ini setiap santri diberi

kebebasan untuk memilih lagu yang mereka sukai asal sesuai dengan

bacaannya dan dibaca secara bergantian.9

Kitab yang dibaca oleh para santri adalah kitab maulid Diba’ yang

dikarang oleh Syekh Wajihudin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad

al-Syaibani al-Yamani al-Zabidi al-Syafi’i. Ia dikenal dengan nama

ad-Diba’i.10 Karena kitab yang dibaca itu bernama al-Diba’i, lalu dimudahkan

lagi menjadi diba’. Di tengah bacaan diba’ terdapat kisah penyambutan

rombongan para sahabat Muhajirin yang tengah memasuki kota Madinah.

Para peserta diba’an biasanya turut berdiri dan membayangkan turut serta

menyambut kedatangan Rasulullah SAW, disaat membaca Mahallul Qiyam.

7. Haul

Acara Haul ini di adakan setiap satu tahun sekali yaitu pada tanggal

11 Rabiul Tsani untuk memperingati Haul Syaikh Abdul Qodir al-Jailani

dan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Acara Haul ini diawali

dengan Khotmil Qur’an bil ghoib se-Jawa dan di akhiri dengan membaca

istighosah, Manaqib, Tahlil dan doa bersama. Sebelum di selenggarakan

acara tersebut satu hari sebelumnya di adakan pembacaan Sholawat bersama

ibu-ibu Muslimat untuk memeriahkan acara haul ini.

9 Hakim, Wawancara, Surabaya, 15 April 2016.

10Sya’roni As-Samfuriy,“Maulid ad-Diba’i al-Imam Hafidz Wajihuddin”, dalam

(49)

40

8. Mudarosah

Mudarosah adalah sebuah istilah yang berarti belajar bersama.

Dalam perspektif pondok pesantren Muhyiddin Mudarosah berarti membaca

Al-Qur’an satu kelompok yang terdiri dari beberapa orang, salah satu dari

mereka membaca dan lainnya menyimak. Pondok pesantren mempunyai

andil besar dalam upaya memperkenalkan al-Qur’an kepada masyarakat

dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan metode Mudarosah.

Kegiatan menyimak Al-Qur’an antara santri satu dengan yang lainnya

merupakan hal yang biasa dilakukan di pondok pesantren anak-anak

Muhyiddin, akan tetapi kegiatan menyimak al-Qur’an apabila dilakukan di

luar pondok merupakan sesuatu yang jarang sekali dilakukan.

Apabila masyarakat sekitar pondok mempunyai sebuah hajatan

biasanya sebelum dimulai acara tersebut terlebih dahulu mengadakan

khotmil Qur’an. Adanya pondok pesantren anak-anak Muhyiddin

menjadikan masyarakat di sekitarnya berkehidupan Islami, jadi terkadang di

saat mempunyai hajatan tak lupa pula menyertakan sebuah yang Islami,

salah satunya adalah hataman al-Qur’an, yang pertama kali dimintai tolong

untuk melaksanakan hataman tersebut seringkali santri dari pondok

pesantren anak-anak Muhyiddin. Permintaan hataman al-Qur’an bukan

hanya di sekitar kelurahan Gebang Putih saja, akan tetapi banyak yang

meminta seperti dari keurahan Keputih, Kejawan Putih, Klampis, Mulyorejo

dan sekitarnya.11

(50)

41

Dengan semakin banyaknya santri yang melaksanakan hataman di

rumah penduduk sekitar tanpa disadari hal tersebut merupakan salah satu

penyebab terjadinya hubungan sosial yang baik dengan masyarakat.

9. Wisata Religi & Ziarah Wali Sanga

Umat Islam biasa melakukan perjalanan ziarah kubur wali sanga.

Wali 9 sangat dikenal di Jawa. Mereka dianggap sebagai penyiar agama

Islam di tanah Jawa. Ke sembilan wali itu, mendapat gelar “Sunan”

diantaranya adalah Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim), Sunan Ampel,

Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus,

Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati. Disamping wali yang 9 orang itu ada

juga berbagai tokoh penyiar Islam di Jawa yang dianggap sebagai wali atau

sunan. Hanya mereka itu berkuasa di suatu daerah kecil saja dan diakui oleh

masyarakat di daerah itu saja. Oleh karenanya mereka tidak mengubah

jumlah sembilan tadi.12

Ziarah wali 9 merupakan acara rutinan Pondok Pesantren

Anak-anak Muhyiddin, acara ini dilakukan setiap tahun yakni pada bulan Sya’ban

dan merupakan agenda yang memiliki arti penting bagi pendirian pondok

pesantren. Kegiatan ini pada umumnya di ikuti oleh seluruh santri dan

masyarakat disekitar pesantren. Kegiatan ziarah wali 9 memiliki banyak

manfaat diantaranya dapat mengingatkan kematian dan kehidupan di akhirat

kelak sehingga menumbuhkan rasa semangat untuk giat beribadah kepada

(51)

42

Allah, mendoakan keselamatan sesama muslim yang sudah meninggal dan

memohon ampunan atas segala amalan yang dilakukan di dunia.

B.Bidang Kesenian

Adapun bentuk kesenian yang ada di pondok pesantren anak-anak

Muhyiddin Gebang Putih Sukolilo Surabaya sebagai media menyalurkan

aspirasi dan kreatifitas para santri terhadap seni serta sebagai pengembangan

minat dan bakat nilai seni yang ada pada diri santri. Bentuk kesenian yang ada

di pondok pesantren anak-anak Muhyiddin antara lain:

1. Seni Kaligrafi (Khot)

Seni ini adalah sebagai ungkapan tulisan firman Allah yang ditulis

sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan yang begitu indah, dalam hal

ini santri senior yang memimpin kegiatan ini. Seni kaligrafi yang ada di

pondok pesantren anak-anak Muhyiddin bertujuan untuk menyalurkan bakat

yang dimiliki oleh santri.

Seni kaligrafi ini adalah seni suci karena dengan kaligrafi inilah

al-Qur’an sebagai wahyu Allah diturunkan kepada Nabi Muhammad. Dengan

demikian kaum muslim memilih seni kaligrafi sebagai media utama atas

pernyataan rasa keindahan sebagai wujud dari kebudayaan Islam. Adapun

kaligrafi yang ada di pondok pesantren anak-anak Muhyiddin ditulis pada

(52)

43

2. Seni Qiro’atil Qur’an

Seni Qiro’atil Qur’an atau seni baca al-Qur’an baik dalam lagu

atau tartil, dalam hal ini pengasuh mempercayakan kepada santri senior.

Seni Qiro’at ini sangat baik sekali dikembangkan di pondok pesantren

anak-anak Muhyiddin. Adapun seni Qiro’ah yang diajarkan di pondok pesantren

anak-anak Muhyiddin ini adalah seni baca al-Qur’an bittartil dan bit

taghonni yang dilaksanakan setiap hari jum’at pagi jam 07.00-08.00.

3. Seni Hadrah al-Banjari dan Nasyid

Seni Hadrah al-Banjari atau terbangan ini diadakan setiap hari

Jum’at pagi mulai pukul 08.00-09.00. Dalam seni Hadrah al-Banjari ini

mengandung nilai-nilai keindahan yang diungkapkan dalam bentuk gerak

dan perasaan yang mendalam. Seni Hadrah al-Banjari ini diadakan sebagai

tempat menyalurkan bakat dan minat santri. Kegiatan ini dipimpin oleh para

santri senior. Grup seni Hadrah Al-Banjari pondok pesantren anak-anak

Muhyiddin yang bernama ”Permata Muhyiddin” telah banyak mengikuti

event-event di tingkat lokal maupun regional dan telah meraih beberapa

penghargaan.

C.Bidang Ekonomi

Latar belakang kehadiran koperasi pondok pesantren adalah sangat

berkaitan dengan sistem perekonomian Islam yang harus dikembangkan oleh

(53)

44

adalah pondok pesantren yang merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di

Indonesia.

Pada dasarnya perekonomian Islam yang berpijak adanya saling

menguntungkan terhadap semua pihak, dan adanya saling ridho dan tidak

adanya eksploitasi oleh pihak lain, baik secara terselubung maupun

terang-terangan, sehingga ada pihak yang merasa dirugikan dan ada pihak yang

mengeruk keuntungan. Disisi lain, Islam menganjurkan adanya sikap saling

tolong menolong atau gotong royong dan berusaha mewujudkan kesejahteraan

bersama (Kooperatif).13

Berkenaan dengan gambaran tersebut, maka kehadiran koperasi di

pondok pesantren atau yang sering dengan Kopontren (Koperasi pondok

pesantren), bukan hanya merupakan kegiatan yang sesuai dengan hukum alam

pesantren. Namun lebih dari itu koperasi merupakan kebutuhan dan keharusan,

hal ini disebabkan karena wadah tersebut sesuai dengan perekonomian Isalm.

Untuk memenuhi kebutuhan para santri dengan berdasarkan azaz

kebersamaan, tolong menolong serta kedisiplinan (tidak berbisnis untuk

mendapatkan keuntungan di Muhyiddin) dibentuk badan koperasi pondok

pesantren anak-anak Muhyiddin. Koperasi ini dikelola oleh pengurus pondok

pesantren dengan melibatkan para santri.

Gambar

Tabel 2.1 Mata Pencaharian Pokok Penduduk Kelurahan Gebang
Gambar 2.2  Peta Lokasi Pondok Pesantren Anak-anak Muhyiddin7
Gambar 2.3 Denah Pondok Pesantren Anak-anak Muhyiddin
Tabel 4.1 Daftar Guru Madrasah Ibtidaiyah Muhyiddin
+3

Referensi

Dokumen terkait

sopan dari warga desa Cemengkalang tidak menyurutkan semangat kiai Saifuddin Midhal untuk mendirikan sebuah pondok pesantren Raudlatul ‘Ulum Cemengkalang. Setelah

(3) Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo berdiri pada tahun 1991 dan mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, khususnya pada tahun 2007 pondok pesantren ini

Pada periode kedua kepemimpinan pondok pesantren, perkembangan lembaga pendidikan mulai di rintis lagi, hal ini merupakan sebuah upaya untuk menghadirkan lingkungan

Pada tahun 2016, Yayasan Pondok Pesantren Ismul Haq mendirikan Pondok khusus yang digunakan untuk mengobati santri yang menggunakan narkoba. Santri yang direhabilitasi atau

Mencermati dari penjelasan di atas, pondok pesantren Al- Iman Bulus Purworejo adalah salah satu pondok pesantren yang mencoba menginovasi pendidikan dengan

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an “Al-Hadi” dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional pondok pesantren dan membebaskan biaya pendidikan serta biaya hidup para

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di MTs Pondok Pesantren Darel Hikmah Pekanbaru, Pondok Pesantren tersebut merupakan salah satu pondok pesantren yang memiliki

Pengaruh Pondok Pesantren Yasinat dalam meningkatkan perekonomian masyarakat salah satunya adalah santri yang berdomisili di pondok membutuhkan beberapa keperluan khususnya makanan dan