• Tidak ada hasil yang ditemukan

ART Bistok HS Studi Alih Fungsi Lahan Hutan Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ART Bistok HS Studi Alih Fungsi Lahan Hutan Full text"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI ALIH FUNGSI LAHAN HUT AN MENJADI LAHAN PERTANIAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK TANAH (STUDI KASUS DAS KALI TUNDO, MALANG)

STUDY OF FOREST LAND USE CANGE TO FARMING LAND USE TOWARDS SOIL PHYSICAL CHARACTERISTIC

(CASE STUDY OF ALI TUNDO WATERSHED, MALANG)

Bistok Hasiholan Simanjuntak 1

ABSTACT

Recently, Kali Tundo watershed in south Malang Regency, was changed in land utiliy to become banana plantation, banana and cofee plantation, cofee plantation, clove plantation, mix-garden, and. annual crop cultivation. This condition gave a serious problem, such as loods in around Kali Tundo river. Aim of the research to see the efect of forest landuse change towards soil physical characteristic, which had been carried out in December 2004 until January 2005 in Kali Tundo watershed, Tirtoyudo sub district, Malang. The research layout design used the Completely Randomized Block Design (CRBD). The treatment consist of 6 land use stems, i.e. the land forest; cofee mixture plantation; cofee-banana plantation; banana plantation; clove plantation; maize cultivation. Every land use ystem had 3 times replication. Statisticaly data analysis was used by Analysis of Variance ANOVA) with F 5% test, Signficantly Honestly Test at 5 % level and regression test.

Results of the research showed the forest land use change become monoculture plantation, agroforestry and annual crop monoculture cultivation can inluence towards physical characteristic of soil, especially to the total soil pore, micro and macro soil pore, soil bulk densiy and total soil organic material. Coee mixture plantation, cofee-banana plantation (agroforestry) and forest /anduse, didn't give signiicantly different in soil bulk densiy. The banana plantation havg�highest total soil pore, meanwhile the land forest, cofee mixture plantation and cofee-banana plantation did not give significant dfferent in total soil pore. The .maize cultivation (conventionally processed), the clove plantation and the land forest didn 't have signiicant dfferent in macro soil pore. The forest had lowest micro soil pore than other landuse cultivation.

Keywords: Kali Tundo watersheds, physic characteristic of soil, landuse change

1 Fults Pertanian Universitas Kristn Satya Wacana, n. Diponegoro 52-60 Salatiga.

(2)

AGRIC Vol.18 No.1 Juli 2005: 85 -101

BSK

Akhir-akhir ini, hampir seluruh wilayah DAS Kali Tundo terjadi peralihan penggunaan /ahan menjadi ebun pisang monokultur dan pisang dengan opi, ebun kopi monokultur, kebun cengeh, ebun campuran, dan tanaman semusim, yang menimbulkan permasalahan lingkungan cukup serius, antara lain terjadinya banjir di sekitar wilayah. 0/eh arena itu dipandang penting penelitian dampak alih fungsi /ahan hutan menjadi /ahan pertanian ini, yang dilakukan Desember 2004 sampai Januari 2005, di Daerah A/iran Sungai (DAS) Kali Tundo, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, menggunakan desain pene/itian rancangan acak elompok AK). Perlakuan terdiri alas 6 petak sistem penggunaan lahan (SPL) yaitu: 1. hutan; 2. kopi campuran; 3. kopi pisang; 4. pisang; 5. cengkeh dan 6. )agung. Ana/isis statistik data dilakukan dengan Uji F pada taraf 5 %, uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %, serta uji regresi.

Hasi/ penelitian menunjukkan bahwa perubahan lahan hutan menjadi perkebunan monokultur, agroforesty, dan tanaman semusim monokultur, mempengaruhi karakteristik isik tanah terutama total pori, pori makro dan mikro, bobot isi dan bahan organil� :anah total. Lahan perkebunan kopi campuran dan kopi-pisang (agroforestry) serta hutan, memberikan bobot isi tanah yang tidak berbeda. Lahan untuk pisang memberikan pori total tanah tertinggi, sedangkan lahan hutan, kopi campuran dan kopi-pisang memiliki total pori yang tidak saling berbeda nyata.

Lahan penanaman )agung monokultur diolah secara onvensional, /ahan cengkeh monoku/tur dan hutan memberikan pori makro tidak saling berbeda nyata. Lahan hutan mempunyai nilai terendah untuk pori mikro dibandingkan dengan penggunaan /ahan /ainnya.

Kat a kunci : daerah a/iran sungai Kali Tun do, karakteristik isik tanah, alih fungsi

�® .

PENDAHULUAN

(3)

Studi Alih Fungsi Lahan Hutan menjadi Lahan Pertanian Bistok H. Smanjuntak)

tersebut maka dapat dikatakan hutan memiliki 'lingkungan yang stabil' dan menjadikan hutan memiliki keragaman lora dan fauna yang tinggi.

Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Tundo yang berada di wilayah Kabupaten Malang bagian Selatan, yaitu-di Kecamatan Tirtoyudo merupakan salah satu DAS yang mengalami permasalahan sangat serius. Sebelum 1997_ DAS Kali Tundo merupakan kawasan hutan lindung (di atas

70%)

dalam pengelolaan Perum Perhutani. Kondisi lahan yang didominasi kemiringan lereng

25%

hingga di atas

60%,

jenis tanah asosiasi ypic hapludolls, ypic dystrud:pts, ypic hapludolls serta ypic dystrudepts. Luas DAS adalah 2.Y15 ha. Jumlah hujan per tahun rata-rata dapat mencapai

2.051

mm/tahun d�ngan intensitas hujan 1,9 mm/menit dan hal ini merupakan intensitas yang tinggi dan potensial menimbulkan kerusakan lapisan atas tanah dan menimbulkan limpasan permukaan.

Pada kondisi sekarang, han1pir seluruh wilayah DAS Kali Tundo telah terjadi alih guna lahan. Pada tahun

2004,

lahan hutan hanya sekitar

2%

dari luas lahan yang ada, bahkan pada tahun

2005

sangat sulit ditemukan hutan di kawasan DAS Kali Tundo karena telah berganti menjadi kebun pisang (pisang monokultur dan pisang dengan kopi), kebun kopi (monokultur dan kopi dengan pisang), cengkeh, kebun campuran, dan tanaman semusim. Perubahan kondisi tersebut menimbulkan terjadinya degradasi ungsi DAS, terutama penurunan ungsi resapan air, peningkatan erosi, limpasan pem1U­ kaan, dan debit sungai, longsor, penurunan luasan penutupan lahan, dan penurunan biodiversitas (baik di atas maupun di bawah permukaan tanah). Fa yang ada, pada tahun 1999,

2000

dan

2003 telah tejadi banjir bandang

• di Kali Tundo yang menimbulkan kerusakan pemukiman, sawah, kebun di sekitamya. Berdasar hasil penelitian Pusat Kajian Pertanian Sehat n Mana­ jemen Sumberdaya Alm Sa Terpadu, Juuan Tah, Universitas Brawijaya

(2004),

data terakhir tahun

2004,

telah dinyatakan bahwa tanah di DAS Kali Tundo memiliki luas lahan agak kritis mencapai 51,4% dari luas lahan yang ada, bahkan sebagin besar telah masuk kategori kritis; sekitar

25% dari luas

lahan telah masuk kategori tejadi erosi berat.

(4)

AGRIC Vol.18 No.1 Juli 2005:85-101

Perubahan i hutan menjadi kebun pisang (pisang monokultur n pisang dengan kopi), kebun kopi (monokultur dan kopi dengan pisang), cengkeh, kebun campuran, n naman semusim menyebabkan peruban struktur vegetasi n komposisi spesies yang tumbuh, serta lapisan seresah y�g ada di permukn h. Kondisi ini ditengarai berdampak terhadap hilangnya habiat asli bidiversias di tas permukaan tanah, maupun pada biodiversitas di dalam tanah terutama karena pengaruh pemadatan dan penurunan pori makro akibat penebangan pohon n praktek pengeloln yang dilakukan di sana.

(5)

Studi Alih Fungsi Lahan Hutan menjadi La han Pertanian (Bistok H. Simanjuntak)

permukaan n meningkat. Erosi dipercepat akan tejadi, sehingga akan menghilangkan sejumlh besar top soil, bahan organik, serta unsur hara.

Karakteristik tanah yang kompleks, yakni karakteristik isik, kimia dan biologi, yang tidak dapat berdiri sendiri tetapi saling berhubungan agar mampu menopang kehidupan organisme (hewan dan tanaman) yang ada. Dengan adanya teristik tersebut maka tanah memiliki struktur tanah yng s, porositas dn lus area permukaan tanah tertentu, adanya suplai bahan organik, unsur hara, air dan gas sehingga tanah kan mempunyai arti bagi kehidupan hewan dan tanaman diatasnya. Aktivitas manusia di dalam bidang petanian dengan berbagai teknologi dan manajemen terhadap tanah akan membawa dampak pada karakteristik tanah.

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakng yang dipaparkn, perlu dilakukan kajin tentng dampk alih ungsi lahan hutn menjadi lhan penian terhadap karkteristik isik nh di DAS Kali Tundo.

METODE DAN MATERI

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2004 mpai dengan Januari 2005, lokasi penelitian di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Tundo, Keca­ matn Titoyudo, Kabupaten Malang bagian Selatan, kemudian dilnjutkan

analisis laboratotium di Laboratorium Fisika dn Kimia Tanah, Jurun Tnah, Fakultas Pernin Universitas Brawijaya, Malang. Alat yang dibu­ tuhkan dalam penelitian ini meliputi bingkai besi (monolith) ukuran 20 x 20 x

10 cm3, binkai au ukurn 50 x 50 cm2, clinometer, jngka sorong, alti­ meter, kompas, mten 30m, ngkul, ctok, pisau, n ing sample nh

utuh.

Penelitin dilakukan dengan rncngan ack kelompok (RAK) yang terdiri atas 6 petak sistem penggunaan lahn (SPL) yaitu 1. hutan; 2. kopi campurn (multistrata); 3. kopi pisng; 4. pisang; 5. cengkeh dan 6. jagung. Pe­ ngambilan sampel tanah pada setiap petak penggunaan lahan menggunakan cara modiikasi dari protokol yang ditetapkan ICF yaitu setiap petak penggunaan laban yang terpilih dibuat petak transek berukuran 120 m x 5 m,

(6)

AGRIC Vol.18 No.1 Juli 2005:85-101

dimana dalam transek tersebut dibagi menjadi 3 subtnsek yang merupakan sebagai ulangan atau kelompok. Arah transek dibuat searah lereng sehingga subtransek selalu terdiri atas subtransek 1 bagian atas, subtransek 2 bagian tengah n subtransek 3 bagian bawah. Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 1.

SPL (Sistem Penggunaan aban)

Sm

40m 40m 40m

as

engah bawah

Gambar 1. Tansek n ulanga/kelompok (sub ransek) pengamatan

Pengambilan sampel pengamatan tanah dilakukan pada setiap ulangan pada setiap SPL (Sistem Penggunaan Lahan) yang telah ditetapkn. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada area 50 x 50 cm2 pada setiap ulangan. Pemilihan lokasi setiap SPL 1. hutan; 2. kopi campuran (multistrata); 3. kopi pisang; 4. pisa.ng; 5. cengkeh dan 6. jagung yang menyebar di berbagai lokasi dengan berbagai kondisi lahan didasarkan kriteria luasan minimal 1,0 ha, kemiringan lahan antara 30% - 60% yang merupakan kondisi kemiringan berpotensi besar menimbulkan aliran permukaan n degradasi tmah, persen penutupan kanopi vegetasi utaina diatas 75%. Berdasarkan kriteria tersebut, maka SPL yahg mewakili hanya diambil satu lokasi SPL yang dianggap dapat mewakili setiap SPL yang ada.

(7)

Studi Alih Fungsi Lahan Hutan menjadi Lahan Petanian Bistok H. Simanjuntak)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Lokasi Penelitian

Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Tundo, pada awalnya sebelum tahun 1997 hampir 80% wilayahnya adalah.hutan lindung dengan keragaman hayati yang sangat tinggi. Hnpir seluruh wilayah DAS Kali Tundo didominasi daerah dengan kelerengan diatas 25%, bahkan banyak juga daerah dengan kelerengan mencapai lebih dari 60%. Dengan kondisi kelerengan yang ada, maka daerah aliran sungai Kali Tundo diperuntukkan untuk hutan lindung atau daerah penanaman tanaman keras/pohon. Namun sejak tahun 1997 telah tejadi alih ungsi lahan hutan tersebut menjadi lahan pertanian yang diusahakan oleh masyarakat setempat. Vegetasi hutan yang ada berubah menjadi beragn tanaman budidaya, yakni jagung, ketela, pisang, kopi, cengkeh. Pertanaman pisang mendominasi wilayah DAS Kali Tundo, diikuti petannan tannan kopi.

Tabel 1 . Karakteristik Tanah Lokasi DAS Kali Tundo

Perlakuan PH %Penutupan

Kanopi % Kemiringan Tekstur

Rutan 6.00 95 60 Lempung Liat Berpasir

Kopi Campuran 6.60 95 35 Lempung Liat Berpasir Kopi Pisang 6.50 90 35 Lempung berliat

Pi sang 6.80 60 65 Liat Bepasir

Cengkeh 6.70 75 60 Liat Berpasir

Jagung 6.85 75 32 Lempung Berpasir

Pene1itian dilakukan pada enam sistem penggunaan lahan (spl) yang saat ini mendominasi di wi1ayah DAS Kali Tundo yaitu sistem penggunaan lahan hutan, kopi campuran multi strata, kopi-pisang, pisang, cengkeh, dan jagung. Pada mulanya keenam satuan penggunaan lahan tersebut adalah hutan. Tabel 1 menunjukkan bahwa lokasi penelitian memiliki pH tanah yang hampir sna yaitu pada tingkatan netral dengan nilai berkisar dari pH 6,00 hingga

6,85. Lahan penelitian memiliki kemiringan lahan diatas 30% hingga 65%.

Tekstur tanah lokasi penelitian bervariasi dari liat berpasir, lempung liat berpasir n lempung berpasir.

(8)

AGRICVol.18 No.1 Juli 2005:85-101

Alih guna lban secara nyata mempengaruhi total bahan organik tanah. Hal ini nampak pada Tabel

2,

secara nyata penggunaan lahan untuk tanaman monokultur jagung yang dikelola secara intensif memiliki kandungan bahan organik tanah yang terendah. Sementara itu, penggunaan lahan untuk hutan memiliki bahan organik tanah total yang secara nyata tertinggi dibandingkan dengan penggunaan tanah untuk kebun kopi campuran multistrata, kebun kopi pisang, kebun pisang, n cengkeh.

Tabel

2.

Karakteristik Bahan Organik Tanah Total, N total dan CN pada Berbagai Penggunaan Lahan

Perlakun BOT Total% NTotal% CN

Rutan 3.75 0.29 7.92

KopiCampan 2.84 0.30 5.46

Kopi Pisang 2.53 0.23 6.63

Pi sang 2.92 0.24 7.31

Cengkeh 2.77 0.23 7.10

Jagung 2.27 0.21 6.42

Pada penggunaan lahan untuk penanaman kopi pisang, pisang, dan cengkeh memiliki persentase kandungan bahan organik tanah total yang tidak berbeda nyata dengan penanaman jagung secara monokultur. Kondisi rendahnya bahan organik tanah pada lahan budidaya (pertanian) dibandingkan lahan hutan, terkait dengan keragaman dan jumlah vegetasi dan timbunan seresah di permukaan tanah, dimana hutan akan memiliki keragaman dan jumlah

vegetasi yang lebih tinggi dibandingkan lahan yang digunakan untuk budi­ daya pertanian. Alih guna lahan hutan menjadi lahan berbasis kopi campuran multistrata, serta bentuk lahan penggunaan tanaman lainnya secara bertahap akan menimbulkan penurunan kandungan bahan organik tanah (BOT), yang diukur dari kandungan total C-organik.

(9)

Studi Alih Fungsi Lahan Hutan menjadi Lahan Pertanian Bistok H. Smanjuntak)

seresah ditentukan oleh kualitasnya yaitu nisbah C:N, kandungan linin dan polifenol. Seresah dikategorikan berkualitas tinggi apabila nisbah C:N <25, kandungan lignin <15 % dan polifenol <3 %, sehingga cepat lapuk.

Tabel 2 juga menunjukkan bahwa karakteristik nitrogen total tanah pada berbagai penggunaan lahan cenderung tidak berbeda. Walaupun sumber nitrogen terbesar adalah dari bahan organik, tetapi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berbagai penggunaan lahan akan memiliki kandungan nitrogen total yang sama atau tidak saling berbeda nyata. Hal ini diduga berhubungan dengan kualitas bahan organik (rasio C:N bahan organik) dan kecepatan dekomposisi bahan organik. Kandungan N yang saling tidak berbeda nyata pada berbagai penggunaan lahan maka juga akan mempe­ ngaruhi rasio C:N tanah yang akhimya juga memiliki nilai sama pada ber­ bagai penggunaan lahan.

Pengaruh Alih Guna Lahan Terhadap Karakteristik Fisik Tanah

Sehubungan dengan alih ungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian maka sifat isik tanah yang perlu mendapat perhatian adalah bobot isi, total pori dan pori makro. Bobot isi serta porositas merupakan indikator isik yang sangat mudah berubah dengan adanya perubahan penggunaan tanah. Bobot isi dan porositas dapat menggambarkan dan berhubungan dengan keadaan iniltrasi, permeabilitas, kekompakan-pemadatan tanah, tekstur tanah, kan­ dungan bahan organik tanah. Kondisi dari karakteristik tersebut di atas akan berhubungan dengan ungsi tata udara dan air yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, organisme lainnya serta konservasi tanah dan air. Pada tabel 3 terlihat bahwa penggunaan lahan hutan, kopi campuran multi­ strata, kopi-pisang mempunyai bobot isi yang secara nyata lebih tinggi diban­ dingkan dengan penanaman pi sang, cengkeh dan jagung.

Bobot isi pada lahan penanaman cengkeh memiliki bobot isi yang secara nyata paling rendah dibandingkan dengan lahan lainnya. Bobot isi tanah setiap penggunan tnah sangat beragam tergantung pada keadaan tekstur dan struktur h, khususnya dalam hubungannya dengan proses pemadatan

(10)

AGRIC Vol.18 No.1 Juli 2005:85-101

tanah dan porositas tanah (Chen,

1993)

serta keberadaan bahan organik tanah yang mampu menurunkan bobot isi (Herrick,

1995).

Tabel

3.

Pengaruh Alih Guna Lahan terhadap Karakterisitik Bobot lsi n

Bobot isi tanah digunakan sebagai indeks kepadatan tanah. Keragaman bobot isi tanah mencerminkan derajat kepadatan tanah. Tanah yang padat akan mempunyai ruang pori berkurang serta berat tiap satuan is/volume bertam­ bah sehingga bobot isi meningkat. Lahan penanaman pisang memiliki bobot isi yang rendah, disebabkan keberadaan total pori yang lebih tinggi dimana kondisi ini dipengaruhi oleh tekstur nya yaitu liat berpasir (lihat Tabel l ).

(11)

Studi Alih Fungsi Lahan Hutan menjadi Lahan Pertanian Bistok H. Simanjuntak)

menjadi lebih sederhana sehingga secara nyata akan menyum-bangkan bahan organik tanab. B1anchart

et a!. (1999 dalam

Hairiab, 2004) melaporkan babwa aktivitas pergerakan spesies

endogeic (Milsonia anomala)

dan beberapa spesies

anecic dapat memperbaiki struktur tanah.

Kteristik sistem pori penting artinya dalam pergerakan air n udara,

perkembangan sistem perakaran tanaman, aliran resistensi panas serta kekuaan

tanab. Di dalam sistem pori tanab terdiri atas pori mikro (diameter dibawab 8,6

ll)

dan pori makro (diameter diatas 8,6

ll).

Pori mikro berguna untuk

memegang air anah sehingga terjadi pergerakan air kapiler di dalam tanah, dan pori makro berguna untuk aliran udar/gas serta air perkolasi/drainase, sehingga sering disebut pori non kapiler atau pori drainase. Pori makro umumnya terletak dianara butir-butir agregat. Oleh karena itu, agregasi, stabilitas agregat, struktur dan teksture tanab, serta bobot isi adalab faktor yang

san gat mempengaruhi keadaan pori makro (Rose,

1991;

Chen,

1993).

Perbaikan porositas tanab sangat ditentukan oleh besanya masukan bahan organik setiap tahunnya. Porositas tanah adalab suatu indeks volume pori relatif dalam tanah, yaitu bagian volume tanah yang tidak terisi baban padat seperti mineral maupun bahan organik tanah. Nilai porositas tanah dipe­ ngaruhi bobot isi dan berat jenis partikel tanah dimana bobot isi dan berat jenis partikel sangat dipengaruhi baban organik, tekstur ni, dan kondisi agregat serta struktur tanab (Rose,

1991;

Bruand,

199 5).

Hal ini dapat tetjadi karena bahan organik tanah mampu secara nyata menurunkan bobot isi tanah, dengan turunnya bobot isi tanah akan meningkatkan porositas total.

Hasil penelitian menunjukkan penggunaan laban di DAS Kali Tundo untuk tanaman cengkeh dan hutan memiliki pori makro tanab yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem penggunaan laban berbasis kopi campuran multistrata, kopi-pisang, dan pisang saja. Penggunaan tanab untuk hutan (lihat Tabel 2) memiliki total baban organik tanab yang paling tinggi, demikian halnya baban organik ukuran partikel seresab, dugaan jumlah cacing, serta

understorey

juga memiliki tingkat tertinggi. Sementara itu, pada laban untuk penanaman cengkeh memiliki baban organik yang lebih rendah dibandingkan hutan, tetapi memiliki tekstur tanab liat berpasir, serta memiliki

(12)

AGRIC Vol.18 No.1 Juli 2005:85-101

seresh tertinggi, begitu pula tingkat understorey. Tingkat seresah yang tinggi diduga karena pohon cengkeh merontokkan �aun cukup banyak. Kondisi demikian menyebabkan laban untuk peruntukan hutan dan cengkeh memiliki pori makro tertinggi. Selain adanya masukan bahan organik, ktivitas cacing tanah dan akar tanaman juga sangat berpengaruh dalam mempertahankan porositas anah. Kelompok cacing yang dapat memperta­ hankan porositas tanah adalah cacing dari kelompok soil engineers atau ecosystem engineers yang tinggal dan aktif di dalam tanah, mengkonsumsi seresah yang ada di dalam nah maupun di permukaan tanah.

Tingginya jumlah pori makro tanah tampaknya berhubungan cukup erat dengan bahan organik tanah total dan bobot isi. Tingginya ketebalan bahan organik tanah dan rendahnya bobot isi tanah (lihat Gam bar 2 dan 3) diikuti oleh meningkainya jumlah pori makro. Secara teori bahwa pori makro sangat dipengaruhi tivitas fauna tanah .terutama cacing dan rayap, namun dalam penelitian ini bel un nampak nyata hubungan antara jumlah cacing dan rayap terhadap pori makro. Hal ini secara tidak langsung membuktikan bahwa di hutan selain fauna tanah masih ada faktor lain yang besar pengaruhnya terhadap jumlah pori makro tanah, misalnya sebaran akar tanaman yang beragam n kandungan bahan organik tanah.

0

Gambar 2. Hubungan antara Bobot lsi dan Pori makro

(13)

Studi Alih Fungsi Lahan Hutan menjadi Lahan Pertanian Bistok H. Simanjuntak)

banyak liang dalam tanah yang ditinggalkan maka jumlah porositas meningkat. Pada tanah hutan dengan diversitas tanaman yang cukup tinggi, maka pola sebaran akar dalam tanah juga cukup bervariasi. Akar anaman yang telah mati, akan membusuk dan meninggalkan liang. Liang bekas akar mati terse but sangat bermanfaat bagi pertumbuhan akar tanaman lain (Hairiah dan van Noordwijk,

1989

dalam Suprayogo

2004)

dan meningkatkan iniltrasi air sehingga dapat mengurangi besamya limpasan permukaan.

45

Gambar 3. Hubungan antara Bahan Organik Total dan Pori makro

Pada Tabel 3 ditunjukkan bahwa pori mikro pada penggunaan laban untuk hutan secara nyata terendah dibandingkan dengan penggunaan laban lainnya. Diduga babwa pada hutan, walaupun memiliki bahan organik tanah total tertinggi, namun jumlah bahan organik ukuran partikel halus (seukuran fraksi liat

< 2 ll)

yang lebih sedikit dibandingkan pada penggunaan laban lainnya. Laban lainnya (selain hutan) yang telab dibuka akan memacu dekomposisi baban organik tanab yang ada sehingga pada laban budidaya pertanian memiliki pori mikro lebih tinggi.

Gambar

4

menunjukkan bahwa semakin tinggi total baban organik tanab justru akan menurunkan jumlah pori mikro tanah. Hubungan antara baban organik tanab dan pori mikro bukan hanya sekedar berhubungan dengan total dari baban organik tanab namun adalah ukuran partikel baban organik tanab. Vadari et a/

(1995)

menyatakan babwa baban organik tanab yang beraa ,�,. didalam sistem liat lebih berpengaruh terhadap pori yang kecil dibandingk�\

.:

pori besar. Hal ini juga dinyatakan Rose

(1991) babwa baban organik tanah

(14)

AGRIC Vo1.18 No.1 Juli 2005:85-101

bentuk humus (seukuran fraksi liat) mampu meningkatkan jumlah ukuran pori berdiameter kecil sehingga kemampuan tanah memegang air lebih tinggi tetapi di sisi lain porositas total tetap meningkat. Hal ini sesuai pemyataan Kosmas dan Mustakas

(dalam

Baohua dan Doner,

1993)

bahwa, dispersi bahan organik tanah akan mengisi pori makro tanah, sehingga pori berukuran kecil akan meningkat bahkan dapat membatasi pori ukuran besar. Disamping itu pori mikro juga berhubungan dengan persentase kandungan liat, semakin besar liat yang memiliki luas permukaan spesifik tinggi maka juga akan meningkatkan nilai pori mikro.

50 45 - 40 � 35 e 30 :: 25 � 20

·�

15 � 10

Hubungan BOT dengan Pori Mikro

BOT(%)

y = 102.38 X -1.0835

R2 = 0.59

Gambar 4. Hubungan antara BOT dan Pori Mikro

Berdasarkan Gambar 4, tampak secara umum partikel bahan organik tanah lahan di DAS Kali Tundo ukuran seresahnya masih mendominasi dibanding­ kan ukuran partikel halus (seukuran partikel liat < 2 I). Hal ini dikarena­ kan masih adanya pengaruh bahan organik ukuran seresah di atas 2 mm dari sisa-sisa pembukaan hutan yang belum terdekomposisi secara sempuma membentuk bahan organik seukuran partikel liat.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan:

(15)

Studi Alih Fungsi Lahan Hutan menjadi Lahan Pertanian Bistok H. Sinanjuntak)

total pori, pori makro n mikro, bobot isi serta yang terutama adalah mengubah kandungan bahan organik tanah total.

2. P"enggunaan lahan untuk kopi campuran dan kopi pisang

(agroforesty)

memberikan bobot isi tanah yang tidak berbeda dengan penggunaan hutan.

3. Total pori tanah tertinggi terdapat pada penggunaan lahan untuk penanaman pisang, sementara itu total pori tanah pada hutan, system

agroforesty

yaitu kopi campuran dan kopi pisang memiliki total pori yang tidak salingberbeda nyata.

4. Pori makro antara lahan penanaman jagung monokultur yang diolah secara konvensional, cengkeh monokultur dan hutan tidak saling berbeda nyata.

5. Pori mikro pada penggunaan lahan hutan memberikan nilai terendah

dibandingkan dengan penggunaan lahan budidaya lainnya.

U cap an T erimakasih

Diucapkan terimaksih kepada Prof Dr. r. Kin Hairiah MSc.; Dr. r. Didk

Suprayoga, MSc.; . Cahyo Prayoga MP, s n n bimbingannya selama

pengambilan data dan penulisan laporan. Diucapkan terimakasih juga kepada rekan peneliti pasca sjana S2 Universitas Brawijaya Malang program studi Pengelolaan Tanah dan Air yaitu Teguh Harjono, Gatot SAF, Syahrul K,

Masna Manurung, Maimuna La Habi, serta Ruly W yang bersama penulis

telah meln survey, pengambilan data lapangan n pekejaan laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Pekejaan ui konservasi li Tundo i Kabupten Malang.

Pusat ajian Pertanian Sehat dan Manajemen Sumberdaya Alam Secara Terpadu, Jurusan Tanah, Fak. Pertanian UB.Univeritas Brawijaya-Malang.

(16)

AGRIC Vol.18 No.1 Juli 2005: 85 -101

Baohua, G. and H.E. Doner. 1993. Dispersion and Aggregation of Soils as

Inluenced by Organic and Inorganic Polymers. Soil Science Society of

American Jounal. 57 : 709- 716.

Bruand, A. and I. Cousin. 1995. Variation of textural porosity of a clay­

loam soil during compaction. European Jounal of Soil Science. 46 :

377- 385.Rose, 1991.

Chen, C., D.M. Thomas, R.E. Green and R.J. Wagnet. 1993. Two-domain estimation of hydraulic properties in macro-pore soil. Soil Science Society of American Jounal. 57 : 680 -686.

Hairiab, Kuniatun, Didik Suprayogo, Widianto, Berlian, Erwin Suhara, Aris Mardiastuning, Rudy Harto Widodo, Cabyo Prayogo, dan Subekti Rahayu. 2004. Alih guna laban hutan menjadi laban agroforestri berbasis kopi: Ketebalan seresab, populasi cacing tanab dan makro­ porositas tanab. Junal Pertanian Agrivita. Universitas Brawijaya, Malang

Herrick, J .E. and R. Lal. 1995. Soil physical property changes during dung decomposition in a tropical pasture. Soil Science Society of American Jounal. 59: 908-912.

Henry Lamb, and Michael S. Coman. 1994. Global Biodiversity Assess­ ment Section 10. Measures for Conservation of Biodiversity and Sustainable Use of Its Components. UNEP Coordinator: Ivar Baste, GBA Tsk Manager, UNEP, P.O. Box 30552, Nairobi, Kenya.

Rose, D.A. 1991. The efect of long-continued organic manuring on some

physical properties of soil. In: Wilson , W.S. (Ed). 1991. Advances in

Soil Organic Matter Research: The Impact on Agriculture and The Environment . Redwood Press. Wiltshire.

Suprayogo Didik, Widianto, Pratiknyo Pumomosidi, Rudy Harto Widodo, Fisa Rusiana, Zulva Zauhara Aini, Ni'matul Khasanab, dan Zaenal

Kusuma. 2004. Degradasi sifat fisik tanah sebagai akibat alih guna

laban hutan menjadi system kopi monokultur: Kajian perubaban

makroporosis tnah. Jumal Pertanian Agrivita. Universitas Brawijaya,

Malng

Vadari, T.A. Dariab, Suwajo, Sudarmo, L. Setyawati. 1995. Pengaruh

(17)

Studi Alih Fungsi Lahan Hutan menjadi Lahan Pertanian Bistok H. Simanjuntak)

Lampiran

LEGENDA DAS KALI TUNDO 1981

::I:h���:-�11•

�-s��

a.r.;, .. :r��:��: · D"...,,· ·. �':(�,-�-n·

LEGENDA DAS KALI TUNDO 204

Gambar

Gambar 1. Tansek n ulanga/kelompok (sub ransek) pengamatan
Tabel 1. Karakteristik Tanah Lokasi DAS Kali Tundo
Gambar 2. Hubungan antara Bobot lsi dan Pori makro
Gambar 3. Hubungan antara Bahan Organik Total dan Pori makro
+2

Referensi

Dokumen terkait

Variabel lama terapi merupakan variabel yang 95 % tidak patuh dari 21 pasien hanya 1 pasien yang patuh, pasien DM di Puskesmas Candi Sidoarjo hanya mendapatkan

Usia Fakultas pertanian yang masih muda tidak menjadi kendala dalam mencapai rencana-rencana catur darma melainkan dapat menjadi motivasi dosen- dosen yang berada di

Bank Rakyat Indonesia Cabang Sidoarjo, prosedur tersebut sesuai dengan ketentuan. dan SOP yang berlaku apabila tidak berdasarkan ketentuan yang berlaku

It supports collaboration between the School of Education at Indiana University Bloomington (IUB) and the department of Civic Education at the State University of Padang

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan terbuka hijau yang terjadi di kabupaten Gresik pada tahun 2010 dan 2013, Citra dari

data penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan prinsip kerja sama yang dilakukan siswa dalam percakapan di kelas dapat berupa tindak tutur yang mematuhi maksim

Dari hasil perhitungan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa variabel nilai tukar rupiah (X 1 ) memiliki nilai positif dan pengaruh yang signifikan

Dewan Kehortmatan IAI Jakarta layak mendapat apresiasi akan diumumkan pada Malam Penghargaan IAI Jakarta 2018 pada bulan Maret 2018  Karya dalam kategori Anugerah harus sudah