• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN AUDIT MUTU EKSTERNAL TERHADAP KINERJA LEMBAGA TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR'AN (TPQ) DI KORWIL VI KECAMATAN TAMAN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN AUDIT MUTU EKSTERNAL TERHADAP KINERJA LEMBAGA TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR'AN (TPQ) DI KORWIL VI KECAMATAN TAMAN SIDOARJO."

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

ALFAN AFRIGH RIZAL NIM : D03212001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam

Menyelesaikam Program Strata Satu (S-1) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

ALFAN AFRIGH RIZAL NIM : D03212001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Alfan Afrigh Rizal, 2016. NIM : D03212001. Hubungan Audit Mutu Eksternal Terhadap Kinerja Lembaga Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) di Korwil IV Kecamatan Taman Sidoarjo. Skripsi. Progam Studi Manajemen

Pendidikan Islam. Jurusan Kependidikan Islam. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Audit Mutu, Kinerja Lembaga TPQ

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara audit mutu eksternal terhadap kinerja lembaga taman pendidikan al-qur’an (TPQ) di Korwil VI Kecamatan Taman Sidoarjo. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, sampel dalam penelitian ini adalah 23 Kepala TPQ yang berada di Korwil VI Kecamatan Taman sidoarjo. Metode pengambilan sampel adalah Simple Rondom Sampling,Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 16.0.

Hasil pengujian yang telah dilakukan dengan menggunakan pengujian korelasi Product Moment Pearson (r), dapat dikorelasika antara audit mutu eksternal dengan kinerja lembaga adalah 0.716. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara audit mutu eksternal terhadap kinerja lembaga TPQ. Oleh karena nilai t Hitung > t Tabel (3,167 > 2,085) dan P value (0,004 < 0,05) maka Ho ditolak,artinya bahwa ada hubungan secara signifikan antara audit mutu eksternal terhadap kinerja lembaga TPQ.Karena t hitung nilainya

positif,maka berarti audit mutu eksternal berhubungan positif dan signifkan terhadap kinerja lembaga TPQ. Jadi dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa audit mutu eksternal berhubungan positif terhadap kinerja lembaga TPQ Korwil VI Kecamatan Taman Sidoarjo.

(8)

DAFTAR ISI

COVER DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAKSI ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR...xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Hipotesis Penelitian... 9

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Penegasan Istilah Judul ... 12

G..Sistematika pembahasan ... 13

BAB II KAJIAN TEORI ... 16

A. Kinerja Lembaga TPQ ... 16

1.Kinerja ... 16

1.1.Pengertian Kinerja ... 16

1.2.Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ... 18

1.3.Penilaian Kinerja ... 23

(9)

2. Lembaga TPQ ... 26

2.1.Pengertian TPQ ... 26

2.2.Mutu Lembaga TPQ ... 29

2.3.Target Lembaga TPQ ... 33

B. Audit Mutu Eksternal ... 35

1. Pengertian Audit ... 35

2. Jenis-jenis Audit ... 36

2.1.Audit Keuangan ... 36

2.2.Audit Mutu ... 37

2.3.Audit Operasional ... 37

3. Tipe Audit ... 39

3.1.Audit Mutu Internal ... 39

3.2.Audit Eksternal ... 40

3.3.Audit Pihak Ketiga ... 40

C.Penelitian Releven ... 41

D. Hubungan Audit Mutu Eksternal Terhadap Kinerja Lembaga TPQ ... 45

E. Hipotesis ... 46

BAB III METODE PENELITIAN... 49

A. Jenis Penelitian ... 49

B. Identivikasi Variabel ... 50

C. Rancangan Penelitian ... 51

D. Populasi dan Sampel ... 52

1. Populasi ... 52

2. Sampel... 52

3. Besar Sampel ... 53

E. Instrumen Penelitian ... 54

1. Audit Mutu Eksternal ... 55

1.1. Definisi ... 55

(10)

1. 3. Reabilitas dan Validitas Uji Coba ... 60

2. Kinerja Lembaga TPQ ... 65

2.1. Definisi ... 65

2. 2. Alat Ukur ... 66

2. 3. Reabilitas dan Validitas Uji Coba ... 68

F. Metode Pengumpulan Data... 72

G. Teknik Analisis Data ... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 78

A.Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 78

B. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 81

1. Persiapan Awal ... 81

2. Penyusunan Skala ... 81

3. Pelaksanaan Penelitian ... 82

C. Analisis Data Audit Mutu Eksternal... 83

D. Analisis Data Kinerja Lembaga TPQ ... 84

E. Pengujian Hipotesis ... 85

F. Uji Signifikasi Koefisien Korelasi ... 88

G. Pembahasan ... 89

BAB V PENUTUP ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 97

(11)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1

Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Dengan Taraf

Kesalahan 1%,5%, dan 10 % ... 53 2. Tabel 3.2.

Blue Print Skala Audit Mutu Eksternal ... 56 3. Tabel 3.3.

Distribusi Aitem Skala Audit Mutu Eksternal ... 62 4. Tabel 3.4.

Blue Print Skala Kinerja Lembaga TPQ ... 67 5. Tabel 3.5.

Distribusi Aitem Skala Kinerja Lembaga TPQ ... 70 6. Tabel 3.6.

Rumus Perhitungan Prosentase (Frekuensi Relatife) ... 75 7. Tabel 3.7.

Rumus Perhitungan Product Moment ... 76 8. Tabel 3.8.

Interprestasi Nilai “r” ... 77 9. Tabel 4.1.

Pelaksanaan Penelitian ... 83 10.Tabel 4.2.

Rumus Perhitungan Prosentase Audit Mutu Eksternal ... 84 11.Tabel 4.3.

Rumus Perhitungan Prosentase Kinerja Lembaga TPQ ... 85 12.Tabel 4.4.

Kriteria Penilaian Korelasi ... 86 13.Tabel 4.5.

(12)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1.

Keramgka Pemikiran Penelitian ... 48 2. Gambar 3.1.

Variabel Penelitian ... 51 3. Gambar 4.1.

Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 83 4. Gambar 4.2.

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh banyak hal, salah satunya adalah pendidikan. Semua ini dikarenakan garapan bidang pendidikan yang pada hakikatnya untuk mencerdaskan generasi bangsa. Seperti bangsa Indonesia yang mempersiapkan bangsanya sebagai pelaksana dan penerus pembangunan nasional dalam segala bidang, baik di masa sekarang maupun di masa mendatang. Oleh karena itu wajar apabila masalah pendidikan tidak akan pernah ada habisnya untuk dibicarakan oleh siapapun dan dimanapun.

Lembag pendidikan merupakan suatu wadah yang mempunyai peranan penting dalam era globalisasi saat ini.Tidak cukup hanya dengan terselenggaranya pendidikan formal saja,pendidikan non formal merupakan elemen yang sangat penting untuk tercapainya cita-cita Bangsa.

Lembaga pendidikan Al-Qur’an merupakan salah satu wadah yang perlu untuk diberikan perhatian khusus mutu pendidikannya.Kehadirannya diharapkan mampu membawa perubahan dan kontribusi yang berarti bagi perbaikan generasi muda baik pada tataran intelektual,teoritis,maupun praktis.1

Taman pendidikan Al-Qur’an yang lebih dahulu disingkat dengan TPA dan sekarang menjadi TPQ adalah sebuah system pendidikan dan sarana pelayanan

keagamaan non formal yang dirancang khusus bagi anak-anak dan remaja

1

(14)

muslim.2Menurut As’ad Humam, Taman Pendidikan Al

-Qur'an (TPQ) adalah “lem baga pendidikan dan pengajaran Al-Qur'an untuk anak usia SD (7-12 tahun)”.3

Sedangkan menurut Wikipedia bahasa Indonesia Taman Pendidikan Al-Qur’an (disingkat TPA/TPQ) adalah lembaga atau kelompok masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan nonformal jenis keagamaan Islam yang bertujuan untuk memberikan pengajaran membaca Al Qur’an sejak usia dini, serta memahami dasar-dasar agama Islam pada anak usia taman kanak-kanak, sekolah dasar dan atau madrasah ibtidaiyah (SD/MI) atau bahkan yang lebih tinggi.4

Taman Pendidikan Al-Qur’an,melalui Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 Pada Bab VI, Bagian Kelima, Pasal 26,5sesungguhnya telah memeperoleh payung hukum dalam penyelenggaraanya. Termasuk pengakuan pemerintah terhadap peranannya sebagai bagian pendidikan pada umumnya yang memiliki fungsi strtegis dalam meningkatkan sumberdaya manusia Indonesia yang menjiwai Pancasila.

Dalam Bab II, Pasal 5, item 1 Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 dijelaskan bahwa : Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan bermutu. Selanjutnya dalam Bab VI,Bagian Kelima,Pasal 26, Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 dijelaskan bahwa

2

Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji,proyek Peningkatan Keagamaan,Pedoman Pembinan TPQ,(Jakarta 1995),hl.2

3As’ad Humam,

Pedoman Pengelolaan Pembinaandan Pengembangan; Membaca, menulis, memahami al-Qur'an, (Yogyakarta: Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus AMM, 1995), 4

Pengertian TPQ,https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Pendidikan_Al-Qur’an,di unduh pada hari Selasa 17 Mei 2016 pukul 20.17 wib.

5

(15)

TPA/TPQ menempati bagian dari peran strategis pendidikan non-formal yakni:

a) Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

b) Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

c) Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

d) Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.6

Pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan A-Qur’an cukup pesat di Indonesia khususnya di Kabupaten Sidoarjo. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya sambutan dan dukungan yang cukup baik dari masyarakat dan juga menunjukkan kepedulian pelaku pendidikan dalam penanaman nilai keimanan dan ketaqwaan demi tercapainya tujuan pendidikan bersama.Namun hal tersebut tidak akan berjalan dengan sempurna apabila suatu lembaga pendidikan tidak diimbangi dengan mutu pendidikan yang berkualitas, padahal dengan mutu pendidikan yang berkualitas suatu lembaga akan mendapatkan apresiasi dan antusiasme dari publik yang luar biasa,karna dengan kualitas yang unggul lembaga tersebut akan menjadi lembaga yang favorit.

6

(16)

Mutu dapat diartikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang dan jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuasakan kebutuhan pelanggan.Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output suatu pendidikan. Dan disandarkan pada Undang-undang Sikdiknas tahun 2003 pada Bab VI Bagian Kelima, Pasal 26,7 memiliki potensi untuk menjadi mitra sekolah dalam meningkatkan membaca dan menulis serta pemahaman Al-Qur’an melalui Muatan Lokal Baca Tulis Al-Qur’an yang wajib diajarkan kepada peserta didik yang beragama islam sebagai mata pelajaran tersendiri sebagaimana mata pelajaran lain.

Dalam perjalannya lembaga pendidikan Al-Qur’an di Sidoarjo,dalam peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo 17 tahun 2006,yang kemudian dijelaskan dalam peraturan Bupati nomor 36 tahun 2007 tentang kewajiban lembaga formal untuk menyelenggarakan muatan lokal baca tulis Al-Qur’an akan memberi peluang seluas-luasnya dan sekaligus ancaman bagi keberadaan lembaga pendidikan Al-Qur’an,yang telah diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan pendidikan Keagamaan Republik Iidonesia8

Peluang diatas dapat dicapai apabila setiap lembaga pendidikan Al-Qur’an memiliki komitmen yang sama dalam menyelenggarakan pendidikan keagamaan yang bermutu, memiliki stndart mutu yang menjamin keberlangsungan lembaga, serta mampu memberikan jaminan mutu

7

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional. (Bandung: Fokusmedia, 2005),

8

(17)

penyelengggaraan kepada masyarakat dan atau sebagai penguatan jasa pendidikan.

Sebaliknya peraturan tersebut diatas bisa menjadikan ancaman bagi lembaga pendidikan Al-Qur’an.Ancaman tersebur diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain : Jika masih memepertahankan system lama/tradisional maka disatu sisi lembag pandiaikan Al-Qur’an lambat laun akan ditinggalkan santrinya, dikarena mereka telah memperoleh pelajaran Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) di sekolah. Di sisi lain sekolah enggan menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan Al-Qur’an karena terbentur oleh PP No.55 tahun 2007 pasal 4 ayat 4 yang menyatakan kerjasama tentang penyelenggaraan pendidikan agama dengan penyelenggaraan pendidikan agama di masyarakat memperhatikan kurikulum tingkat satuan pendidikan.9

TPQ sebagai lembaga pendidikan keagamaan non-formal dalam rangka mencetak peserta didik yang memiliki pengetahuan tentang Al-Qur’an dan mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sudah selayaknya dikelola dengan baik sebagai wujud akuntabilitas (melaksanakan amanah) atas kepercayaan masyarakat untuk mendidik putra-putrinya,melatih kognitifnya dengan memberikan pengetahuan baca tulis Al-Qur’an dan merangsang afektifnya,dengan menanamkan sikap yang baik (akhlakul karimah) kepada anak,dan melatih psikomotoriknya dengan prilaku yang di dasarkan pada nilai-nilai Al-Qur’an,dan tentunya dengan tidak meninggalkan aspek psikologis anak, namun selama ini pendidikan Al-Qur’an dibiarkan tumbuh

9

(18)

dan berkembang secara sporadis tanpa ada pedoman standat penyelenggaraan pendidikan keagamaan non formal dari pemerintahan.10

Tercapainya suatu lembaga pendidikan Al-Qur’an yang mempunyai mutu pendidikan yang berkualitas,tidaklah hanya cukup dengan proses pendidikan yang dilakukan secar tertib dan profesional,namun banyak hal yang terkait antara yang satu dengan yang lain yang menjadi system dalam suatu dunia pendidikan yang wajib kita urai.Sehingga dalam penerapan system penjaminan mutu untuk mewujudkan suatu lembaga pendidikan yang berkualitas maka perlu adanya pengecekan secara berkala oleh pihak internal dan eksternal, pengecekan harus dilakukan secara berkala, sistematis dan mandiri untuk meningkatkan kompetensi dalam melakukan tindakan perbaikan, serta menjaga tata asas lingkungan organisasi.11

Pengecekan secara berkala oleh pihak internal/eksternal atau yang biasa di sebut audit sangat bermanfaat bagi lembaga untuk menjaga konsistensinya terhadap efesiensi yang harus dipertahankan, karena dengan audit eksternal atau internal maka akan didapatkan masukan yang sangat berguna bagi lembaga tersebut. Melalui audit , dapat diketahui sampai sejauh mana para penanggung jawab melaksanakan ketentuan kerja, setandar yang ditetapkan, prosedur dan instruksi kerja yang nyata dan kondisi lingkungan kerja yang harus dipatuhi serta disiplin terhadap dokumen-dokumen yang digunakan, serta untuk meningkatkan mutu pendidikan non formal yang dalam hal ini

10

Salahudin,Tipologi Penyelenggaraan Pendidikan Al-Qur’an.Jurnal Edukasi Edisi 3,Vol 2 Tahun 2013,Sidoarjo ,UMSIDA.

11

(19)

dikhususkan kepada pendidikan Al-Qur’an maka pengecekan secara berkala atau audit mutu haruslah dilakukan oleh pihak yang memiliki kompetensi sesuai bidangnya,sehingga akan dapat terpetakan kesesuaian dan ketidak sesuaian penerapan sistem mutu pendidikan yang ada.

Oleh karena itu dalam rangka mengimplentasikan kebijakan tata kelola pengembangan dan peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan Al-Qur’an terdapat dua langkah yang dilakukan oleh Kementerian Agama yakni Sertifikasi dan Akreditasi penyelenggaraan pendidikan Al-Qur’an.12 Dua hal yang menjadi perhatian utama dikeluarkannya kebijakan sertifikasi dan akreditasi TPQ oleh Kementerian Agama kabupaten Sidoarjo yakni : pertama, pemutaakhiran dan pengukuran data Taman Pendidikan Al-Qur’an di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sidoarjo. Untuk melaksanakan fungsi ini tentunya harus dibarengi dengan standarisasi penyelenggaraan pendidikan Al-Qur’an. yakni kelayakan minimal sebuah lembaga penyelenggaraan

pendidikan Al-Qur’an untuk bisa disebut sebagai lembaga pendidikan Al -Qur’an. Kelayakan minimal tersebut bisa dilihat dari pengorganisasian

lembaga pengelola, adminitrasi lembaga, kelengkapan kegiatan belajar-mengajar, kopentesi Kepala TPQ ustadz dan kegiatan belajar mengajar.Kedua, selama ini Taman Pendidikan Al-Qur’an dibawah pembinaan Kementerian Agama Kabupaten Sidoarjo,belum menemukan standar system penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tolak ukur meningkatkan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pendidikan Al-Qur’an kepada

12

(20)

masyarakat.Oleh karena itu kebijakan kedua ini diarahkan kepada penerapan stndar penyelenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan Al-Qur’an.

Menurut data EMIS (Education Management Information System) yang berada di Kantor Kementerian Agam Kabupaten Sidoarjo diketahui jumlah lembaga pendidikan Al-Qur’an di Kabupaten Sidoarjo cukup besar yakni : 2299 lembaga pendidikan Al-Qur’an dari 18 Kecamatan.13 Dari data tersebut bisa disimpulkan bahwasannya kepedulian dan antusias para pelaku pendidikan akan pentingnya pendidikan non formal yakni pendidikan Al-Qur’an sangatlah besar dan di butuhkan oleh masyarakat. Dan disandarkan

pada Undang-undang Sikdiknas tahun 2003 pada Bab VI Bagian Kelima, Pasal 26 ,memiliki potensi untuk menjadi mitra sekolah dalam meningkatkan membaca dan menulis serta pemahaman Al-Qur’an melalui Muatan Lokal Baca Tulis Al-Qur’an yang wajib diajarkan kepada peserta didik yang beragama islam sebagai mata pelajaran tersendiri sebagaimana mata pelajaran lain.

Upaya untuk meperbaiki tata kelola pengembangan dan peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan Al-Qur’an,Pemerintah menerapkan dua kebijakan yang mengupayakan keberhasilan suatu sitem pendidikan non-formal dengan cara sertifikasi dan akreditasi penyelenggaran pendidikan Al-Qur’an.Keberhasilan dari kebijakan yang di buat oleh pemerintah tersebut

tidak lepas dari kinerja suatu lembaga TPQ dan sumberdaya yang tersedia.

13

(21)

Bedasarkan hal tersebut,dengan alasan-alasan yang di sebutkan di atas,maka penulis ingin meneliti tentang : Hubungan Audit Mutu Eksternal Terhadap Kinerja Lembaga Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) di Korwil

VI Kecamatan Taman Sidoarjo dalam meningkatkan tata kelola pengembangan dan peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan Al-Qur’an yang dilakukan oleh Kementerian Agama Kabupaten Sidoarjo dan Forum Kominikasi Kepala TPQ (FKK TPQ) Sidoarjo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah hubungan audit mutu eksternal terhadap Kinerja Lembaga TPQ di Korwil VI Kecamatan Taman Sidoarjo ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan adalah merupakan target yang hendak dicapai dalam melakukan suatu kegiatan berdasarkan rumusan masalah yang di rumuskan penulis di atas, tujuannya adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan audit mutu eksternal terhadap Kinerja Lembaga TPQ di Korwil VI Kecamatan Taman Sidoarjo.

D. Hipotesis penelitian

(22)

hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.14

Menurut A. Hamid Syarif, hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.

Sedangkan Sutrisno Hadi, hipotesa statistik adalah suatu dugaan yang merupakan suatu pernyataan tentang keadaan parameter yang didasarkan atas probabilitas distribusi sampling dari parameter itu.15

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data16 yang perlu dibuktikan kebenarannya yaitu:

1. Hipotesis Kerja (Ha) atau disebut hipotesis alternatif yang menyatakan hubungan antara variable X dan variable Y atau adanya perbedaan antara dua kelompok.17 Dalam penelitian ini hipotesis kerja (Ha) adalah ada

14

Suharsimi Arikunto, Preosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 110.

15

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), 316. 16

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,2010), 96.

17

(23)

Hubungan Audit Mutu Eksternal Terhadap Kinerja Lembaga TPQ di Korwil VI Kecamatan Taman Sidoarjo.

2. Hipotesis Nihil (Ho) atau Hipotesis yang sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.18 Dalam penelitian ini hipotesis nihil (Ho) adalah tidak ada Hubungan Audit Mutu Eksternal Terhadap Kinerja Lembaga TPQ di Korwil VI Kecamatan Taman Sidoarjo.

E. Manfaat Penelitian

Sesuai rumusan masalah dan tujuan masalah yang telah di sebutkan, maka dalam penelitian ini diharapkan berguna bagi lembaga (baik almamater maupun obyek penelitian), bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan bagi penulis :

1. Secara Teoritis

a. Untuk menambah khazanah keilmuan terutama yang berkaitan dengan audit eksternal lembaga pendidikan yang berfokus dalam meningkatkan mutu suatu lembaga pendidikan Al-Qur’an,dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

18

(24)

2. Secara Praktis

a. Penelitian yang dilakukan penulis dengan segala prosesnya akan menjadi pengalaman yang berarti bagi peneliti dalam mengarungi dunia pendidikan selanjutnya .

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai alat analisis lembaga pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu suatu lembaga pendidikan Al-Qur’an, khususnya pada lembaga yang saat ini sedang diteliti oleh penulis.

F. Penegasan Istilah dalam Judul

Untuk menjaga dari perbedaan atau kekeliruan pemahaman judul maka dalam penelitian ini, penulis jelaskan maksud yang terkandung di dalam judul penelitian ini adalah : “Hubungan Audit Mutu Eksternal Terhadap Kinerja Lembaga Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) di Korwil VI Kecamatan

Taman Sidoarjo” yaitu Audit yang dilakukan dalam suatu organisasi/lembaga untuk menentukan dari penerapan sistem mutu yang mereka gunakan di

lembaga pendidikan Al-Qur’an tersebut dalam hal mengetehui sejauh mana tata kelola pengembangan dan peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan

Al-Qur’an dan kinerja lembaga Al-Qur’an di Korwil VI Kecamatan Taman Sidoarjo”.

Dalam skripsi ini yang penulis maksud adalah untuk mengetahui

sejauhmanakah audit dan hasil audit yang dilakukan oleh Kementrian Agama

Kabupaten Sidoarjo dan Forum Komunikasi Kepala TPQ Kecamatan Taman

(25)

Komunikasi Kepala Taman Pendidikan Al-Qur’an Kecamatan Taman Sidoarjo.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai isi penelitian ini maka pembahasan dalam skripsi ini dibagi menjadi V BAB. Uraian sistematika pembahasan yang terkandung dalam masing-masing BAB disusun sebagai berikut:

Untuk memberikan gambaran umum mengenai susunan skripsi ini, maka perlu dikemukakan sistematika pembahasan yang secara garis besar terdiri dari lima bab yang terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN:

Terdiri dari : Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis,manfaat penelitian, ruang lingkup pembahasan, dan sistematika pembahasan. Adapun fungsinya adalah untuk menertibkan dan mempermudah pembahasan karena hubungan antara sub-sub sangat erat kaitannya dengan yang lain dan mengandung arti yang saling berkaitan.

BAB II KAJIAN TEORI :

A. Penjelasan tentang Kinerja,pengertian kinerja,factor yang mempengaruhi kinerja,pinilaian kinerja,indikator kinerja,pengertian lembaga dan mutu TPQ.

(26)

C. Penjelasan tentang hubungan audit mutu eksternal terhadap kinerja lembaga TPQ.

Adapun fungsi dalam BAB II ini adalah sebagai dasar pengetahuan ilmiah yang sangat memerlukan penyusunan secara sistematis, metodis, karena ini merupakan jembatan yang akan menghasilkan bukti-bukti yang konkrit terhadap obyek yang hendak diteliti.

BAB III : METODE PENELITIAN

Menggambarkan secara utuh tentang metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini meliputi pendekatan dan jenis penelitian,variabel, indikator dan instrumen penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN :

Hasil penelitian dan analisis data. Bab ini secara khusus akan memaparkan temuan-temuan data di lapangan atau yang sering disebut dengan laporan hasil penelitian yang meliputi gambaran umum atau latar belakan, penyajian data, analisis data.Sedangkan dari hasil penelitian dan analisis data berisi tentang deskripsi responden, deskripsi hasil penelitian, pengukuran hasil uji validitas, uji releabilitas, uji normalitas, uji hipotesis dan pembahasan mengenai

Hubungan Audit Mutu Eksternal Terhadap Kinerja Lembaga Taman

(27)

disesuaikan dengan jawaban yang dibutuhkan sebagaimana tercantum dalam rumusan masalah diatas.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN :

A. Kesimpulan sebagai pengertian terakhir yang diambil berdasarkan pemahaman sebelumya, baik secara teoritis maupun praktis.

(28)

BAB II KAJIAN TEORI

A.KINERJA LEMBAGA TPQ 1. Kinerja

1.1. Pengertian Kinerja

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,kata kinerja mempunyai arti sesuatu yang dicapai,prestasi yang diperlihatkan,kemampuan kerja (tentang peralatan).1Sedangan menurut istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance

yang sering diartikan oleh para cendekiawan sebagai “penampilan”, “unjuk kerja”, atau “prestasi” (Yeremias T. Keban,

2004 : 191).Kinerja adalah sebuah kata yang dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “kerja” yang menerjemahkan kata dari bahasa asing prestasi, bisa pula berarti hasil kerja. Sehingga pengertian kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.2

Berbeda dengan Bernardin dan Russel (1993 : 379) dalam Yeremias T. Keban (2004 : 192) mengartikan kinerja sebagai the record of outcomes produced on a specified job function or activity

1

Pius A. Partanto, M. Dahlan al-Barry, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Surabaya : Arkola, 1994),

2

(29)

during a specified time period.3 Dalam definisi ini, aspek yang ditekankan oleh kedua pengarang tersebut adalah catatan tentang

outcome atau hasil akhir yang diperoleh setelah suatu pekerjaan atau aktivitas dijalankan selama kurun waktu tertentu. Dengan demikian kinerja hanya mengacu pada serangkaian hasil yang diperoleh seorang pegawai selama periode tertentu dan tidak termasuk karakteristik pribadi pegawai yang dinilai.4

Sedangkan Suyadi Prawirosentono,(1999:2) mendefinisikan kinerja sebagai performance, yaitu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Definisi kinerja organisasi yang dikemukakan oleh Bastian dalam Hessel Nogi (2005:175)sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi tersebut. Senada dengan pendapat Bastian dalam Hessel Nogi tersebut,

Encyclopedia of Public Administration and Public Policy Tahun 2003 dalam Yeremias T.Keban (2004 : 193), juga menyebutkan kinerja dapat memberikan gambaran tentang seberapa jauh

3

Bernardin, John H., dan Russel, Joyce E. A., Human Resources Managment: An Experiental Approach (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1993).

(30)

organisasi mencapai hasil ketika dibandingkan dengan pencapaian tujuan dan target yang telah ditetapkan. 5

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kinerja merupakan suatu capaian atau hasil kerja dalam kegiatan atau aktivitas atau program yang telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.

1.2. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja merupakan suatu capaian atau hasil kerja dalam kegiatan atau aktivitas atau program yang telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.6 Dalam Yeremias T. Keban (2004:203) untuk melakukan kajian secara lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas penilaian kinerja di Indonesia, maka perlu melihat beberapa faktor penting sebagai berikut :

a) Kejelasan tuntutan hukum atau peraturan perundangan untuk melakukan penilaian secara benar dan tepat. Dalam kenyataannya, orang menilai secara subyektif dan penuh dengan

5

Yeremias T. Keban ,Enam Dimensi Strategis Adminitrasi Publik;Konsep,Teori,Isu,Yogyakarta :Gaya Media 2004,

6

(31)

bias tetapi tidak ada suatu aturan hukum yang mengatur atau mengendaikan perbuatan tersebut.

b) Manajemen sumber daya manusia yang berlaku memiliki fungsi dan proses yang sangat menentukan efektivitas penilaian kinerja. Aturan main menyangkut siapa yang harus menilai, kapan menilai, kriteria apa yang digunakan dalam system penilaian kinerja sebenarnya diatur dalam manajemen sumber daya manusia tersebut. Dengan demikian manajemen sumber daya manusia juga merupakan kunci utama keberhasilan system penilaian kinerja.

c) Kesesuaian antara paradigma yang dianut oleh manajemen suatu organisasi dengan tujuan penilaian kinerja. Apabila paradigma yang dianut masih berorientasi pada manajemen klasik, maka penilaian selalu bias kepada pengukuran tabiat atau karakter pihak yang dinilai, sehingga prestasi yang seharusnya menjadi fokus utama kurang diperhatikan.

(32)

Menurut Soesilo dalam Hessel Nogi (2005 : 180), kinerja suatu organisasi dipengaruhi adanya faktor-faktor berikut :7

a) Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan fungsi yang menjalankan aktivitas organisasi ;

b) Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi;

c) Sumber daya manusia, yang berhubungan dengan kualitas karyawan untuk bekerja dan berkarya secara optimal;

d) System informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan data base untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi.

e) Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiap aktivitas organisasi.

Selanjutnya Yuwono dkk. dalam Hessel Nogi (2005 : 180) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dominan mempengaruhi kinerja suatu organisasi meliputi upaya manajemen dalam menerjemahkan dan menyelaraskan tujuan organisasi, budaya organisasi, kualitas sumber daya manusia yang dimiliki organisasi dan kepemimpinan yang efektif. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi baik publik maupun swasta. Secara detail Ruky dalam Hessel Nogi (2005 : 180)

7

(33)

mengidentifikasikan faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut :8 a) Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang

digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa yang dihasilkan oleh organisasi, semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi kinerja organisasi tersebut ;

b) Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi ; c) Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja,

penataan ruangan, dan kebersihan ;

d) Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan;

e) Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi agar bekerja sesuai dengan standard dan tujuan organisasi;

f) Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi, imbalan, promosi, dan lain-lainnya.

Menurut Atmosoeprapto, dalam Hessel Nogi (2005:181) mengemukakan bahwa kinerja organisasi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, secara lebih lanjut kedua faktor tersebut diuraikan sebagai berikut :9

8

Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia

9

(34)

a. Faktor eksternal, yang terdiri dari :

1) Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengan keseimbangan kekuasaan Negara yang berpengaruh pada keamanan dan ketertiban, yang akan mempengaruhi ketenangan organisasi untuk berkarya secara maksimal. 2) Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang

berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli untuk menggerakkan sektor-sektor lainya sebagai suatu system ekonomi yang lebih besar.

3) Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di masyarakat, yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos kerja yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi.

b. Faktor internal, yang terdiri dari :

1) Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin diproduksi oleh suatu organisasi.

2) Struktur organisasi, sebagai hasil desain antara fungsi yang akan dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada.

(35)

4) Budaya Organisasi, yaitu gaya dan identitas suatu organisasi dalam pola kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kinerja dalam suatu organisasi. Namun secara garis besarnya, faktor yang sangat dominan mempengaruhi kinerja organisasi adalah faktor internal (faktor yang datang dari dalam organisasi) dan faktor eksternal (faktor yang datang dari luar organisasi). Setiap organisasi akan mempunyai tingkat kinerja yang berbeda-beda karena pada hakekatnya setiap organisasi memiliki ciri atau karakteristik masing-masing sehingga permasalahan yang dihadapi juga cenderung berbeda tergantung pada faktor internal dan eksternal organisasi.

1.3. Penilaian Kinerja

(36)

mendorong pencapaian tujuan organisasi dan akan memberikan umpan balik untuk upaya perbaikan secara terus menerus. Secara rinci, Bastian mengemukakan peranan penilaian pengukuran kinerja organisasi sebagai berikut :

a) Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan untuk pencapaian prestasi,

b) Memastikan tercapaianya skema prestasi yang disepakati,

c) Memonitor dan mengevaluasi kinerja dengan perbandingan antara skema kerja dan pelaksanaanya,

d) Memberikan penghargaan maupun hukuman yang objektif atas prestasi pelaksanaan yang telah diukur, sesuai dengan sistem pengukuran yang telah disepakati,

e) Menjadikanya sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi,

f) Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi, g) Membantu proses kegiatan organisasi,

h) Memastikan bahwa pengambilan keputusan telah dilakukan secara objektif,

i) Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan, j) Mengungkapkan permasalahan yang terjadi,

(37)

dalam organisasi tertentu. Penilaian kinerja tidak cukup dilakukan dengan menggunakan indikator yang melekat pada lembaga itu, seperti efisiensi dan efektivitas, tetapi juga harus dilihat dari indicator-indikator yang lainya, seperti kesetiaan,prestasi kerja,disiplin kerja, kreatifitas,kerjasama, kecakapan,dan tanggungjawab.10

1.4. Indikator Kinerja

Kinerja adalah sebuah proses untuk menetapkan apa yang harus dicapai,dan pendekatan untuk mengelola dan pengembangan manusia melalui suatu cara yang dapat meningkatkan kemungkinan bahwa sasaran akan dapat dicapai dalam suatu jangka waktu tertentu baik pendek maupun panjang.11

Menurut hasibun,kinerja pengelola organisasi dapat dikatakan baik atau dapat dinilai dari beberapa hal yaitu :12

a) Kesetiaan

Kinerja dapat diukur dari kesetiaan pengelola terhadap tugas dan tanggungjawab dalam organisasi.

b) Prestasi Kerja

Hasil prestasi kerja pengelolaan,baik kualitas maupun kuantitas dapat menjadi tolak ukur kinerja.

10

Anwar Prabu M,Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan;Bandung Remaja Posdakarya 2013

11

Surya darma,Manajemen Kinerja,(Yogyakarta,Pustaka pelajar,2005)hlm 25 12

(38)

c) Kedisiplinan

Kedisiplinan pengelola dalam mematuhi peraturan-peraturan yang adadan melakukan instruksi yang diberikan kepadanya dapat menjadi tolak ukur kinerja.

d) Kreatifitas

Kemampuan pengelola dalam mengembangkan kreatifitas dan mengeluarkan potensi yang dimiliki dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga bekerja lebih bedayaguna dan berhasil guna. e) Kerja Sama

Diukur dari kesediaan pengelola dalam berpartisipasi dan berkerja sama dengan karyawan lain sehingga hasil pekerjaan semakin baik.

f) Kecakapan

Kecakapan pengelola dalam menyelesaikan pekerjaan yang telah dibebankan kepadanya juga menjadi tolak ukur dalam meningkatkan kinerja.

g) Tanggung jawab

Kinerja pengelola juga dapat diukur dari kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawbkan pekerjaan dan hasil kerjanya. 2. Lembaga TPQ

2.1. Pengertian TPQ

(39)

pendidikan dan sarana pelayanan keagamaan non formal yang

dirancang khusus bagi anak-anak dan remaja muslim.13Menurut As’ad Humam, Taman Pendidikan al-Qur'an (TPQ) adalah “lembaga pendidikan dan pengajaran al-Qur'an untuk anak usia SD

(7-12 tahun)”.14 Sedangkan menurut Wikipedia bahasa Indonesia Taman Pendidikan Al-Qur’an (disingkat (TPA/TPQ) adalah lembaga atau kelompok masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan nonformal jenis keagamaan Islam yang bertujuan untuk memberikan pengajaran membaca Al Qur’an sejak usia dini, serta memahami dasar-dasar dinul Islam pada anak usia taman kanak-kanak, sekolah dasar dan atau madrasah ibtidaiyah (SD/MI) atau bahkan yang lebih tinggi.15

Sebagimana namanya,Taman Pendidikan Al-Qur’an mnekeankan pada upaya bagai mana anak-anak bisa mengenal aksara Al-Qur’an dengan baik dan benar serta menjadikan kebiasaan dan kegemaran membaca Al-Qur’an secara fasih menurut kaidah ilmu tajwid ditambah dengan materi keagamaan

lainnya dengan menggunakanmetode bermain,bercerita,dan

menyayi (BBM) sehingga dalam proses belajar mengajar tercermin

dan tercipta suasana belajar yang menyenangkan dan tidak

13

Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji,proyek Peningkatan Keagamaan,Pedoman Pembinan TPQ,(Jakarta 1995),hl.2

14As’ad Humam,

Pedoman Pengelolaan Pembinaandan Pengembangan; Membaca, menulis, memahami al-Qur'an, (Yogyakarta: Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus AMM, 1995), 15

(40)

menjenuhkan.

Jadi yang dimaksud dengan taman disini bukan berarti taman

yang sebenarnya,tapi hanya suasana belajarnya saja yang dibuat

menyenangkan yaitu dengan metode bermain,bercerita,dan

menyani (BBM),sehingga senang dan tidak terbebani.

Taman Pendidikan Al-Qur’an,melalui Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 Pada Bab VI, Bagian Kelima, Pasal 26,16sesungguhnya telah memeperoleh payung hukum dalam penyelenggaraanya. Termasuk pengakuan pemerintah terhadap peranannya sebagai bagian pendidikan pada umumnya yang memiliki fungsi strtegis dalam meningkatkan sumberdaya manusia Indonesia yang menjiwai Pancasila.

Dalam Bab II, Pasal 5, item 1 Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 dijelaskan bahwa : Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan bermutu. Selanjutnya dalam Bab VI,Bagian Kelima,Pasal 26, Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 dijelaskan bahwa TPA/TPQ menempati bagian dari peran strategis pendidikan non-formal yakni:

a) Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

16

(41)

b) Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

c) Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

d) Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.17

2.2. Mutu Lembaga TPQ

Mutu pendidikan tidak hanya berbicara soal hasil, terapi juga proses dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan dikatakan bermutu apabila proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan lancar. Begitu juga dengan hasil yang didapat memuaskan. Proses belajar mengajar dapat berjalan lancar bila guru dan murid bisa berkomunikasi dengan baik, lingkungan belajar yang nyaman, serta didukung sarana dan prasarana yang dapat mendukung proses

17

(42)

belajar mengajar tersebut.

TPQ sebagai lembaga pendidikan keagamaan non-formal yang bermutu dalam rangka mencetak peserta didik yang memiliki pengetahuan tentang Al-Qur’an dan mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sudah selayaknya dikelola dengan baik sebagai wujud akuntabilitas (melaksanakan amanah) atas kepercayaan masyarakat untuk mendidik putra-putrinya,melatih kognitifnya dengan memberikan pengetahuan baca tulis Al-Qur’an dan merangsang afektifnya,dengan menanamkan sikap yang baik (akhlakul karimah) kepada anak,dan melatih psikomotoriknya dengan prilaku yang di dasarkan pada nilai-nilai Al-Qur’an,dan tentunya dengan tidak meninggalkan aspek psikologis anak.

(43)

aksara Al-Qur’an dengan baik dan benar,serta menjadikan kebiasaan dan kegemaran membaca Al-Qur’an secara fasih menurut kaidah tajwid ditambah dengan materi pelajaran keagaan lainya.

Taman Pendidikan Al-Quran sebagai lembaga pendidikan non formal mempunyai peranan dan tujuan kelembagaan yang

mempunyai peranan yang sangat besar di dunia pendidikan :

Adapun peranan kelembagaan TPQ adalah sebagai berikut : 1) Memfasilitasi dalam pembelajaran Al-Qur’an.

2) Mengontrol dan memonitoring secara periodik pengembangan pendidikan Al-Qur’an.

3) Melakukan pembinaan secara menyeluruh dan berkelanjutan kepada unit-unit tertentu.

4) Melakukan koordinasi secara intensif dengan instansi-intansi terkait baik intansi horizontal maupun vertikal.18

Adapun tujuan kelembagaan TPQ adalah sebagai berikut :

1) Membantu pengembangan potensi anak kearah pembentukan sikap, pengetahuan,keterampilan keagamaan,melalui pendekatan

yang disesuaikan dengan lingkungan dan taraf perkembangan

anak bedasarkan tuntunan Al-Qur’an dan Sunah Rasul.

2) Mempersiapkan anak agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan keagamaan yang dimilikinya

18

(44)

melalui progam pendidikan lanjutan.

Adapun tujuan pengajaran TPQ adalah sebagai berikut :

1) Santri dapat mengagumi dan mencintai Al-Qur’an sebagai bacaan istimewa serta pedoman utama.

2) Santri dapat terbiasa membaca Al-Qur’an dengan lancar dan fasih serta memahami hukum-hukum bacaan bedasarkan kaidah ilmu tajwid.

3) Santri dapat mengerjakan sholat lima waktu dengan tata cara yang baik dan benar,serta menyadari sebagai kewajiban sehari -hari.

4) Santri dapat menguasai hafalan sejumlah surat pendek,ayat-ayat pilihan,dan do’a sehari-hari.

5) Santri dapat mengembangkan prilaku sosial yang baik sesuai tuntunan islam dan pengalaman pendidikannya.

6) Santri dapat menulis huruf arab dengan baik dan benar.19

Karena itu penyelenggaraan TPQ dapat dikatakan sebagai sub

system dari pendidikan nasional yang mengandung keterkaitan

dengan tujuan pendidikan nasional yaitu tentang cita-cita terbentuknya manusia Indonesia yang berIman dan berTaqwa

terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,yang

merupakan unsur terpendam dalam tujuan nasional.Hal ini

menunjukan pentingnya suatu mutu TPQ yang berkualitas pada

19

(45)

tiap lembaga alqur’an yang ada.

2.3. Target Lembaga TPQ

Dalam buku panduan praktis pengelolaan TKA-TPA, menurut Budiyanto (2008:4) ada beberapa target yang harus dicapai dalam pembelajaran Taman Pendidikan Al-Qur’an yang harus dicapai. Target tersebut dibedakan menjadi dua target yaitu target pokok (yang harus dicapai dan menjadi standar kelulusan) dan target penunjang (yang diharapkan bisa tercapai dan tidak menjadi standar kelulusan). Untuk target pokok terdiri dari tiga target, yaitu santri mampu:

1) Membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid dengan baik dan benar.

2) Melakukan praktek wudhu dan sholat. 3) Hafal bacaan sholat.

Sedangkan target penunjang terdiri dari enam target, yaitu santri: 1) Hafal 15 do’a sehari-hari dan mengerti etikanya.

2) Hafal 13 surat pendek dalam Juz’Amma. 3) Hafal 2 kelompok ayat pilihan.

4) Menulis (menyalin) ayat Al-Qur’an.

5) Memiliki dasar-dasar akidah yang benar dan akhlak mulia. 6) Membiasakan berinfak dan shodaqoh.

(46)

1) Al-Qur’an adalah sebaik-baiknya bacaan bagi orang muslim:

“Sebaik-baik diantara kamu yang belajar Al-Qur’an dan

mengajarkannya.” (HR. At-Tirmizi dari Usman bin Affan)

2) Membaca Al- Qur’an itu bukan saja menjadi amal dan ibadah, tetapi dapat juga menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya.

3) Membaca dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an merupakan ibadah dan amal yang mendatangkan pahala dan rahmat. Sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-A’raf ayat 204 yang artinya: “Dan

apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik dan

perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapatkan rahmat.”

4) Membaca Al-Qur’an didalam rumah akan mendatangkan kebaikan dan kelapangan bagi penghuninya. Sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah pernah berkata: “Sesungguhnya rumah yang dibacakan Al-Qur’an, niscaya

lapanglah penghuni rumah itu, banyaklah kebaikannya, datanglah

kepadanya malaikat dan keluarlah daripadanya setan-setan.

Sesungguhnya rumah yang tidak dibacakan padanya Al-Qur’an,

niscaya sempitlah penghuninya, sedikitlah kebaikannya, keluarlah

daripadanya malaikat dan datanglah setan-setan.” (HR. Abu

(47)

B.AUDIT MUTU EKSTERNAL 1.Pengertian Audit

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,kata audit mempunyai arti pemeriksaan pembukuan tentang keuangan (perusahaan,bank,dan sebagainya)secara berkala. atau pengujian efektivitas keluar masuknya uang dan penilaian kewajaran laporan yang dihasilkannya.20 Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima.21

Menurut Mulyadi audit adalah Suatu proses sistematik untuk

memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian haisl-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.22 Sukrisno Agoes : 1996:01 Audit merupakan suatu pemeriksaan terhadap laporan yang sudah disusun oleh manajemen serta catatan

20

Pius A. Partanto, M. Dahlan al-Barry, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Surabaya : Arkola, 1994),

21

Pengertian audit, https://id.wikipedia.org/wiki/Audit(di unduh senin 16 Mei 2016 pukul 21.31 wib)

22

(48)

catatan pembukuan disertai bukti bukti pendukung yang dilakukan secara sistematik dan kritis oleh pihak yang independen, yang bertujuan bisa memberikan suatu pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Arens dan Loebbecke : 1996:1 Arens dan Loebbecke memberikan definisi bahwa Audit adalah suatu proses pengumpulan serta pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang bisa diukur mengenai entitas bisnis yang dilakukan oleh pihak yang independen dan kompeten untuk bisa menentukan serta melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria yang sudah ditetapkan.23

Secara umum pengertian di atas dapat diartikan bahwa audit adalah proses sistematis yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan untuk memberikan pendapat mengenai kesesuaian informasi dengan kriteria yang sudah ditetapkan.

2.Jenis-jenis Audit 2.1.Audit keuangan

Audit keuangan adalah audit terhadap laporan keuangan suatu entitas (perusahaan atau organisasi) yang akan menghasilkan pendapat (opini) pihak ketiga mengenai relevansi, akurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut.

Audit keuangan umumnya dilaksanakan oleh kantor akuntan publik atau akuntan publik sebagai auditor independen dengan

23

(49)

berpedoman pada standar profesional akuntan publik.

Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor eksternal terhadap laporan keuangan kliennya untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan tersebut disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Hasil audit lalu dibagikan kepada pihak luar perusahaan seperti kreditor, pemegang saham, dan kantor pelayanan pajak.

2.2.Audit Mutu

Audit mutu adalah review di mana auditor menganalisis dan memverifikasi berbagai catatan dan proses yang berkaitan dengan perusahaan, AOS kualitas program. Secara umum, tujuan dari pemeriksaan kualitas adalah untuk menentukan apakah perusahaan tersebut sesuai dengan program kualitas atau apakah perlu membuat perubahan pada praktek bisnisnya. Sebuah perusahaan juga dapat melakukan audit kualitas untuk menentukan apakah itu sesuai dengan standar kualitas tertentu, seperti yang ditetapkan oleh Organisasi Internasional untuk Standardisasi (ISO) 9000. Sederhananya, ISO 9000 adalah sertifikasi bahwa suatu perusahaan mengikuti prosedur bisnis formal.24

2.3.Audit Oprasional

Audit operasional merupakan penelahaan secara sistematik aktivitas operasi organisasi dalam hubungannya dengan tujuan

24

(50)

tertentu. Dalam audit operasional, auditor diharapkan melakukan pengamatan yang obyektif dan analisis yang komprehensif terhadap operasional-operasional tertentu.

Tujuan audit operasional adalah untuk :

a) Menilai kinerja, kinerja dibandingkan dengan kebijakan-kebijakan, standar-standar, dan sasaran-sasaran yang ditetapkan oleh manajemen.

b) Mengidentifikasikan peluang dan,

c) Memberikan rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Pihak-pihak yang mungkin meminta dilakukannya audit operasional adalah manajemen dan pihak ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang meminta dilaksanakannya audit tersebut.

Dalam melaksanakan audit faktor-faktor berikut harus diperhatikan: a) Dibutuhkan informasi yang dapat diukur dan sejumlah kriteria

(standar) yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengevaluasi informasi tersebut,

b) Penetapan entitas ekonomi dan periode waktu yang diaudit harus jelas untuk menentukan lingkup tanggungjawab auditor, c) Bahan bukti harus diperoleh dalam jumlah dan kualitas yang

(51)

d) Kemampuan auditor memahami kriteria yang digunakan serta sikap independen dalam mengumpulkan bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan yang akan diambilnya. 3.Tipe Audit

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,kata mutu mempunyai arti (ukuran) baik buruk suatu benda; kadar; taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya).25Sedangkan menurut istilah mutu adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang menunjukan kemampuannya untuk kebutuhan-kebutuhan yang tampak jelas maupun tersembunyi.

Audit mutu dibagi dalam tiga jenis yakni audit internal, eksternal dan pihak ketiga:

3.1. Audit mutu Internal.

Audit mutu internal dilaksanakan oleh personal atau bagian di perusahaan itu sendiri, tanpa melibatkan pihak lain. Dengan persyaratan bahwa personel tersebut tidak mempunyai tanggung jawab langsung dengan bagian yang diaudit. Pelaksanaan audit mutu internal dilakukan oleh bagian yang ditunjuk dengan persyaratan tertentu. Yang paling mendasar dalam menangani audit mutu internal adalah bahwa bagian tersebut harus bekerja secara sistematik dan mandiri. Kegiatan Audit mutu Internal ini merupakan persyaratan dalam menerapkan ISO

25

(52)

9000.26

3.2. Audit Mutu Eksternal

Audit Mutu Eksternal dilakukan baik atas perusahaan untuk menilai kemampuan untuk memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan ataupun atas konsumen atau pelanggan terhadap pemasok, untuk menilai kebutuhan dan keinginannya, yang dilakukan oleh personal dari luar perusahaan. Kedatangan auditor dilakukan dengan memberitahu terlebih dahulu secara resmi tentang tanggal, waktu dan jumlah personel yang akan mengaudit. Audit ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas sistem mutu pemasok.

3.3. Audit Pihak Ketiga

Audit mutu pihak ketiga dilakukan oleh lembaga sertifikasi Sistem Mutu kepada perusahaan dengan mengadakan kontrak perjanjian sesuai dengan prosedur-prosedur termasuk pembiayaan yang disepakati oleh keduabelah pihak dengan tujuan untuk mengecek system mutu yang diterapkan dengan mengacu kepada standar sistem mutu SNI atau yang setara.27Audit sistem mutu internal atau eksternal dilaksanakan dengan tujuan tertentu yaitu sesuai dengan rencana, prosedur dan kriteria yang sudah ditentukan.

26

Bambang H, dan Sulistijarningsih Wibisono (1996). “ISO 9000 Sistem Manajemen Mutu.” Ghalia Indonesia. Jakarta.

(53)

C.PENELITIAN RELEVAN

1. Siti Sumiatun (2013),PELAKSANAAN PROGRAM TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN (TPQ) ROUDLOTUT TA’LIMIL

QUR’AN DI DESA KARANGREJO LOR JAKENAN PATI Skripsi

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah.Fakultas Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Universitan Negeri Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Perencanaan Pelaksanaan Program TPQ Roudlotut Ta’limil Qur’an, 2)

Pelaksanaan program TPQ Roudlotut Ta’limil Qur’an, 3) Evaluasi

pelaksanaan program program pembelajaran TPQ Roudlotut Ta’limil Qur’an.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini meliputi pendidik, peserta didik, tokoh masyarakat da n orang tua. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: pengumpulan data, reduksi data, dispay data, dan kesimpulan. Keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi.

Hasil Penelitian dilihat dari:1) Perencanaan pelaksanaan program TPQ Roudlotut Ta”limil Qur’an di susun berdasarkan

(54)

prasarana yang memadai untuk melaksanakan suatu program pendidikan. 2) Pelaksanaan Program Pembelajaran di TPQ Roudlotut Ta’limil Qur’an dibagi menjadi dua tahap yaitu pertama,

pembelajaran baca dan tulis Al-qur’an dengan metode Yanbu’a.

Kedua, Pembelajaran Madrasah diniyah sebagai materi tambahan yang meliputi Fiqih, Tajwid, Bahasa Arab, Tauhid, Akhlak, Akidah, Tareh, I’la, Nahwu, Shorof, dll. Kegiatan pembelajaran

berlasung selama 6 hari dalam seminggu, yaitu hari Sabtu sampai dengan hari Kamis dan libur pada hari Jum’at. Pembelajaran

dimulai pukul 13.00 WIB sampai dengan 15.30 WIB. 3) Evaluasi pelaksanaan program pembelajaran di TPQ Roudlotut Ta’limil

Qur’an di laksanakan setiap 4 bulan sekali (catur wulan) yaitu pada

bulan Muharam, Rabi’ul Awal dan bulan sya’ban.

2. Haimatus Sa’diyah (2015) PENGSRUH BUDAYA ORGANISASI

TERHADAP KINERJA PENGELOLA LEMBAGA CORP

DAKWAH PEDESAAAN (CDP) DUKUH KEDONG

KIWO,MANTRIJERON,YPGYAKARTA.Skripsi:Manajemen Dakwah,Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

(55)

coprs dakwah pedesaan dukuh, gedongkowo, Mantrijeron, Yogyakarta.

3. Rahmad Salahuddin,2014,KEBIJAKAN PENGEMBANGAN

LEMBAGA PENDIDIKAN AL-QUR’AN DI KABUPATEN

PASURUAN,Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan peta potensi pendidikan Al-Qur’an di kabupaten pasuruan serta upaya-upaya pembinaan yang telah dilakukan oleh kemenag dalam meningkatkan layanan dan tatakelola penyelengraan pendidikan alquran di kab.pasuruan.dikarenakan hal ini sejalan dengan visi pembangunan Nasional yang menempatkan pada strategis pendidikan sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan yang maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan Bangsa,dengan cara menjamin pemerataan kesempatan pendidikan serta peningkatan mutu,relevensi, dan efektifitas manajemen pendidikan dalam menghadapi tantangan perubahan nasional,dan global.

(56)

sangat berhubungan dengan Mutu Pendidikan Al-Qur’an yang terjadi di lapangan.Kemudian dalam penelitian yang kedua yakni penelitian dari Hafidudin, Badrun Zaman. (2007). menekankan pada proses pendidikan Al-Qur’an dilihat dari kacamata Manajemen Berbasis Sekolah dilihat dari manjeman kurikulum, manajemen tenaga kependidikan dan manajemen kesiswaan.dan dari penelitian tersebut menekankan kepada proses kemanajemenan suatu lembaga dalam meningkatkan mutu suatu pendidikan. Kemudian dalam penelitian yang kedua yakni penelitian dari Rahmad Salahuddin. (2014).meneliti menggambarkan peta potensi pendidikan Al-Qur’an di kabupaten pasuruan serta upaya-upaya pembinaan yang telah dilakukan oleh kemenag dalam meningkatkan layanan dan tatakelola penyelengraan pendidikan alquran di kab.pasuruan.

Sedangkan dalam penelitian selanjutnya akan di lakukan dengan judul “ Hubungan Audit Mutu Eksternal Terhadap

Kinerja Lembaga Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) di Korwil

(57)

D.HUBUNGAN AUDIT MUTU EKSTERNAL TERHADAP KINERJA LEMBAGA TPQ

Adanya keterkaitan antara Audit Mutu Eksternal Terhadap Kinerja

Lembaga TPQ yang dapat dijelaskan bahwa semakin baik kualitas audit

mutu eksternal yang dilakukan oleh pihak yang kompeten,memenuhi

standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dengan se-obyekfi mungkin maka semakin baik pula kinerja organisasi yang ada di dalam suatu lembaga TPQ. Karyawan/Pekerja yang sudah memahami nilai-nilai organisasi akan menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai suatu kepribadian organisasi. Nilai dan keyakinan tersebuat akan diwujudkan menjadi prilaku keseharian dalam bekerja,sehingga akan menjadi kinerja individu.Didukung sumberdaya yang ada,sistem dan teknologi,strategi perusahaan dan logistik,masing-masing kinerja individu yang baik akan menimbulkan kineraja organisasi yang baik pula.28

Menurut Werther dan Davis agar kinerja di organisasi lembaga TPQ dapat meningkat,maka perlu diperhadikan sumber daya manusia yang ada di organisasi ini.29 Hal ini disebabkan sumber daya merupakan penggerak utama dan dapat dianggap sebagai kunci keberhasilan suatu organisasi dalam menycapai tujuan dan sasarannya. Walaupun sumber daya lain di organisasi ini telah dimiliki,tetapi sumber daya manusi adalah kunci dari pemanfaatan berbagai sumber daya dalam organisasi.Oleh karena itu agar organisasi dapat berjalan dengan efesien dan efektif dalam mencapai

28

Jhon Seoprihanto,Penilaian kinerja dan Pengembangan Karyawan.(Yogyakarta;BPPF,2001) hlmn.7

29

(58)

tujuan dan sasarannya,maka diperlukan manajemen untuk mengelola sumber daya manusia dalam suatu organisasi dengan baik dan menyusun strategi yang tepat,sebab efektifitas dan efesiensi suatu organisasi tergantung bagaimana mengkombinasikan pengelola sumber daya manusia denga strategi manusia dengan strategi organisasi.

Oleh karena itu untuk mensukseskan upaya pemerintah untuk meperbaiki

tata kelola pengembangan dan peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan

Al-Qur’an,Pemerintah menerapkan dua kebijakan yang mengupayakan

keberhasilan suatu sitem pendidikan non-formal dengan cara sertifikasi dan

akreditasi penyelenggaran pendidikan Al-Qur’an.Keberhasilan dari kebijakan

yang di buat oleh pemerintah tersebut tidak lepas dari kinerja suatu lembaga TPQ

dan sumberdaya yang tersedia.

E.HIPOTESIS

Dari arti katanya, hipotesis memang berasal dari 2 penggalan kata “hypo” yang artinya di bawah dan “thesa” yang artinya kebenaran. Jadi

hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.30

Menurut A. Hamid Syarif, hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.

Sedangkan Sutrisno Hadi, hipotesa statistik adalah suatu dugaan yang merupakan suatu pernyataan tentang keadaan parameter yang

30

(59)

didasarkan atas probabilitas distribusi sampling dari parameter itu.31

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data32 yang perlu dibuktikan kebenarannya yaitu:

1. Hipotesis Kerja (Ha) atau disebut hipotesis alternatif yang menyatakan hubungan antara variable X dan variable Y atau adanya perbedaan antara dua kelompok.33 Dalam penelitian ini hipotesis kerja (Ha) adalah ada Hubungan Audit Mutu Eksternal Terhadap Kinerja Lembaga TPQ di Korwil VI Kecamatan Taman Sidoarjo.

2. Hipotesis Nihil (Ho) atau Hipotesis yang sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.34 Dalam penelitian ini hipotesis nihil (Ho) adalah

31

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), 316. 32

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,2010), 96.

33

Suharsimi Arikunto, Preosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 112.

34

(60)

tidak ada Hubungan Audit Mutu Eksternal Terhadap Kinerja Lembaga TPQ di Korwil VI Kecamatan Taman Sidoarjo.

Gambar 2.1.

Kerangka Pemikiran Penelitian

Kinerja Lembaga TPQ

(Variabel Dependen) Y

Audit Mutu Eksternal (Variabel Independen)

(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang bersifat ilmiah melalui prosedur yang telah ditentukan. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif, yaitu suatu pendekatan penelitian yang dikembangkan menjadi permasalahan beserta pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan.1

Untuk mempermudah memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka metode-metode yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional karena untuk membuktikan ada tidaknya hubungan antara variabel audit mutu eksternal terhadap kinerja lembaga TPQ di korwil VI kecamatan Taman Sidoarjo, maka penelitian ini menggunakan rancangan penelitian korelasi product moment. Sehingga penelitian ini disebut penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang sistematis, jelas, terencana, sejak awal hingga akhir penelitian. Jadi dapat disimpulkan

1

Gambar

Gambar 2.1.
Gambar 3.1.
Tabel 3.1.
Tabel 3.2 Blue Print Skala Audit Mutu Eksternal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian tentang pengaruh variabel resiko likui- ditas, resiko kredit dan efisiensi ter- hadap laba pada bank umum nasional terbesar di

[r]

Pertanyaannya adalah bagaimanakah proses pembelajaran dalam perkuliahan geometri untuk mahasiswa calon guru matematika yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan berpikir

Wujud saham yang berupa selembar kertas dan menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan terbagi atas dua jenis, yaitu : (Sapto Rahardjo, 2006) : 1) Saham

Mulai dari proses penerimaan zakat, infak/sedekah yang diakui sesuai dengan nominal yang disetorkan kepada BAZNAS dari muzzaki, penyaluran zakat, infak/sedekah yang diakui ketika

Ikterus merupakan gejala yang tampak pada sekitar 30% pasien, Ikterus lebih banyak ditemukan pada kanker kaput pankreas, namun obstruksi atau ikterus bisa juga

- Pulasan IHK Mucin-6 (MUC6) aberrant pada kasus serrated adenoma (SA) dan adenoma konvensional displasia keras akan terwarnai coklat pada sitoplasma sel epitel