• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PELAKSANAAN PILKADA DAIRI SEBAGAI PERWUJUDAN KEDAULATAN RAKYAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PELAKSANAAN PILKADA DAIRI SEBAGAI PERWUJUDAN KEDAULATAN RAKYAT"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PELAKSANAAN PILKADA DAIRI SEBAGAI PERWUJUDAN

KEDAULATAN RAKYAT

A. Pengertian Pilkada

Pelaksanaan Pemilihan umum (termasuk Pilkada Langsung Kabupaten Dairi), merupakan perwujudan kedaulatan rakyat (masyarakat), karena hakikat Pemilu jauh lebih dalam dibanding sekedar memberikan suara, setiap suara yang diberikan sengat bermakna bagi terbentuknya pemerintahan yang legitimate yaitu suatu pemerintahan yang di percaya dan didukung oleh rakyat. Pemilu dalam hal ini Pilkada tidak berakhir ketika seseoarang sudah memberikan suaranya di TPS, tetapi jauh lagi, Pemilu hanyalah awal dari terbentuknya hubungan penguasa dengan pemegang kedaulatan yakni rakyat.40

Pelaksanaan Pilkada Kabupaten Dairi merupakan perwujudan kedaulatan rakyat. Rakyat betul-betul memiliki kedaulatan yang utuh sebab secara langsung mereka terlibat dalam menentukan para pemimpinnya. Dengan demikian diharapkan akan terjadi peningkatan rasa tanggung jawab secara timbal balik. Sang kepala daerah merasa mendapat dukungan dari masyarakat sehingga kebijakannya tentu tentu lebih berpihak kepada kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Pada saat yang sama, rakyat juga akan lebih mendukung kebijakan kepala

40

(2)

daerah, sebab mereka telah berperan secara langsung dalam pengangkatan sang pemimpin.41

Pilkada dilaksanakan secara langsung oleh masyarakat berdasarkan pasal 18 ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 (setelah perubahan), UU No. 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (yang selanjutnya disebut PP No.6 Tahun 2005).42

Pasal 56 ayat (1) UU No.32 Tahun 2004 menyatakan “Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, jujur dan adil”, dan pada Pasal 56 ayat (2) dinyatakan ”pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik”. Menurut Undang-Undang ini yang berhak mengajukan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah partai politik dan gabungan partai politik. Berdasarkan ketentuan tersebut calon perorangan atau calon independen tidak berhak mengajukan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. Akan tetapi, berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi No.5/PUU-V/2007 tanggal 23 Juli 2007 maka calon perorangan atau independen dapat mengajukan diri sebagai pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah.43

Pasal 56 ayat (2) telah mengalami perubahan dengan dikeluarkanya UU No.12 Tahun 2008 menjadi ”Pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat

41

Ibid h.91

42

PP No.6 Tahun 2005 (LNRI No.22 Tahun 2005, TLNRI No.4480)

43

Zakaria Bangun, Demokrasi dan Kehidupan Demokrasi di Indonesia, Bina Media Perintis, Medan, 2008, h. 94-95.

(3)

ayat (1) diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau perorangan yang didukung oleh sejumlah orang yang memenuhi persyaratan sebagaimana ketentuan Undang-Undang ini”.

Pengertian Pilkada menurut Pasal 1 angka 1 PP No. 6 Tahun 2005 adalah: ”Sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah provinsi dan/atau kabupaten/kota berdasarkan pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah”. Sedangkan pengertian kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah ”Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi, bupati dan wakil bupati untuk kabupaten, serta walikota dan wakil walikota untuk Kota”.

B. Landasan Yuridis Pelaksanaan Pilkada

Pelaksanaan Pilkada di daerah sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia sinkron dengan pemilihan presiden dan wakil presiden. Yaitu pelaksanaan pemilihan secara langsung oleh rakyat. Landasan Yuridis atau yang menjadi dasar hukum dilaksankannya Pilkada langsung diatur dalam perundang-undangan meliputi:

1. Pasal 1 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 yang mengatur bahwa ”Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. 2. Pasal 18 ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 yang mengatur bahwa ”Gubernur,

Bupati, dan Walikota sebagai kapala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.

3. Pasal 28D UUD NRI Tahun 1945 yang mengatur bahwa ”Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan”.

(4)

4. Pasal 56 ayat (1) UU No.32 Tahun 2004 “Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, jujur dan adil”.

5. PP No.6 Tahun 2005 Tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Joncto PP No.17 Tahun 2005 Tetang perubahan atas PP No.6 Tahun 2005. 6. Pasal 1 ayat (4) UU No.22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaran Pemilihan

Umum menyatakan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.

7. UU No.12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

C. Syarat-Syarat Pencalonan Kepala Daerah

Persyaratan untuk menjadi calon kepala daerah dan wakil kepala daerah diatur dalam Pasal 58 UU No. 32 Tahun 2004 Joncto No. 12 Tahun 2008 yang isinya:

Calon kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat:

a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. setia kepada pancasila sebagai dasar Negara, UUD NRI Tahun 1945, cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintah;

c. setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17

(5)

Agustus 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintah;

d. berpendidikan sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun bagi calon gubernur/wakil gubernur dan berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun bagi calon bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota; e. sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan

menyeluruh tim dokter;

f. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang tealah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; g. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

h. mengenal daerahnya dan dikenal masyarakat di daerahanya;

i. menyerahkan daftar kekayaan pribadi dan bersedia untuk diumumkan; j. tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau

badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan negara;

k. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

l. dihapus

m. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau bagi yang belum mempuyai NPWP wajib mempuyai bukti pembayaran pajak;

n. menyerahkan daftar riwayat hidup lengkap yang memuat antara lain riwayat pendidikan dan pekerjaan serta keluarga sekandung, suami atau istri;

o. belum pernah menjabat sebagai kepala atau wakil kepala daerah selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama;

p. tidak dalam status sebagai penjabat kepala daerah; dan

q. mengundurkan diri sejak pendaftaran bagi kepala daerah dan/wakil kepala daerah yang masih menduduki jabatanya.

”Yang dimaksud dengan ”bertakwa” dalam ketentuan ini dalam arti taat menjalankan kewajiban agamannya”.44

Maksud dari kata ”setia” dalam ketentuan ini diatur dalam Penjelasan Pasal 58 Hurup b yang bunyinya sebagai berikut:

-Yang dimaksud dengan ”setia” dalam ketentuan ini adalah tidak pernah terlibat gerakan separatis, tidak pernah melakukan gerakan secara inkonstitusional atau dengan kekerasaan untuk mengubah Dasar Negara serta tidak pernah melanggar Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

-Yang dimaksud dengan ”setia kepada pemerintah” dalam ketentuan ini adalah mengakui pemerintahan yang sah menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(6)

Penjelasan Pasal 58 Huruf q menjelaskan mengenai pengunduran diri yang diatur dalam Pasal 58 Huruf q yaitu sebagai berikut:

Pengunduran diri dari jabatannnya berlaku bagi :

a. kepala daerah yang akan mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi kepala daerah di daerah sendiri atau di daerah lain;

b. wakil kepala daerah yang akan mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi kepala daerah sendiri atau di daerah lain;

c. wakil kepala daerah yang akan mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi wakil kepala daerah di daerah sendiri atau di daerah lain;

d. bupati atau walikota yang akan mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi gubernur dan wakil gubernur, dan

e. wakil bupati atau wakil wakil walikota yang akan mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi gubernur atau wakil gubernur.

Pengunduran diri gubernur dibuktikan dengan menyerahkan surat pernyataan pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali disertai dengan surat pernsetujuan dari Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden, sedangkan keputusan Presiden tentang pemberhentian yang bersangkutan sebagai kepala daerah/wakil kepala daerah disampaikan kepada KPU provinsi selambat-lambatnya pada saat ditetapkan sebagai calon gubernur dan wakil gubernur.

Pengunduran diri sebagai bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota dibuktikan dengan menyerahkan surat pernyataan pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali disertai surat persetujuan Menteri Dalam Negeri, sedangkan keputusan Menteri Dalam Negeri tentang pemberhentian yang bersangkutan sebagai kepala daerah/wakil kepala daerah disampaikan kepada KPU kabupaten/kota selambat-lambatnya pada saat ditetapkan sebagai calon bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota.

Pasal 59 UU No. 32 Tahun 2004 Joncto No. 12 Tahun 2008 berbunyi sebagai berikut :

(1) Peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah:

a. pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik.

b. pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang, (2) Partai politik atau gabungan partai politik sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a dapat mendaftarkan pasangan calon apabila memenuhi persyaratan perolehan sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah kursi DPRD atau 15% (lima belas persen) dari akumulasi perolehan suara yang sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah yang bersangkutan.

(7)

(2a) Pasangan calon perseorangan sebagimana dimaksud ayat (1) huruf b dapat mendaftarkan diri sebagi pasangan calon gubernur/wakil gubernur apabila memenuhi syarat dukungan dengan ketentuan:

a. provinsi dengan jumlah penduduk sampai dengan 2.000.000 (dua juta) jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 6,5% (enam koma lima persen);

b. provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 2.000.000 (dua juta) sampai dengan 6.000.0000 (enam juta) jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 5% (lima persen);

c. provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 6.000.000 (enam juta) sampai dengan 12.000.000 (dua belas juta) jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 4% (empat persen);

d. provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 12.000.000 (dua belas juta) jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 3% (tiga persen); (2b) Pasangan calon perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b dapat mendaftarkan diri sebagai pasangan calon bupati/wakil bupati atau walikota/wakil walikota apabila memenuhi syarat dukungan dengan ketentuan:

a. kabupaten/kota dengan jumlah penduduk sampai dengan 250.000 (dua ratus lima puluh ribu) jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 6,5% (enam koma lima persen);

b. kabupaten/kota dengan jumlah pemduduk lebih dari 250.000 (dua ratus lima puluh ribu) sampai dengan 500.000 (lima ratus ribu) jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 5% (lima persen);

c. kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari 500.000 (lima ratus ribu) sampai dengan 1.000.000 (satu juta) jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 4% (empat persen); dan

d. kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari 1.000.000 (satu juta) jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 3% (tiga persen). (2c) Jumlah dukungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2a)

tersebar di lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kabupaten/kota yang dimaksud.

(2d) Jumlah dukungan sebagimana dimaksud Pasal 59 ayat (2b) tersebar di lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kecamatan di kabupaten/kota dimaksud.

(2e) Dukungan sebagaimana pada ayat (2a) dan (2b) dibuat dalam bentuk surat dukungan yang disertai dengan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau surat keterangan tanda penduduk sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

(3) Dihapus

(4) Dalam proses penetapan pasangan calon, partai politik atau gabungan partai politik memperhatikan pendapat dan tanggapan masyarakat,

(4a) Dalam penetapan pasangan calon perseorangan, KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota memperhatikan tanggapan masyarakat.

(8)

a. surat pencalonan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik atau pimpinan partai politik yang tergabung;

b. kesepakatan tertulis antar partai poltik yang tergabung untuk mencalonkan pasangan calon;

c. surat pernyataan tidak akan menarik pencalonan atas pasangan yang dicalonkan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik atau para pimpinan partai politik yang tergabung;

d. surat pernyataan kesediaan yang bersangkutan sebagai calon kepala daerah dan wakil kepala daerah secara berpasangan;

e. surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri sebagai pasangan calon;

f. surat pernyataan kesanggupan mengundurkan diri dari jabatan jika apabila terpilih menjadi kepala daerah dan wakil kepala daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

g. surat pernyataan mengundurkan diri dari jabatan negeri bagi calon yang berasal dari pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia; h. surat pernyataan tidak aktif dari jabatannya bagi pimpinan DPRD

tempat yang bersangkutan menjadi calon di daerah yang menjadi wilayah kerjanya;

i. surat pemberitahuan kepada pimpinan bagi anggota DPR, DPD dan DPRD yang mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah dan wakil kepala daerah;

j. kelengkapan persyaratan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 58; dan

k. visi, misi, dan program dari pasangan calon secara tertulis. (5a) Calon perseorangan pada saat mendaftar wajib menyerahkan:

a. surat pencalonan yang ditandatangani oleh pasangan calon perseorangan;

b. berkas dukungan dalam bentuk pernyataan dukungan yang dilampiri dengan fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau surat keterangan tanda penduduk;

c. surat pernyataan tidak mengundurkan diri sebagai pasangan calon; d. surat pernyataan kesanggupan mengundurkan diri deari jabatan

apabila terpilih menjadi kepala daerah dan wakil kepala daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

e. surat pernyataan mengundurkan diri jabatan negeri bagi calon yang berasal dari pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia;

f. surat pernyataan nonaktif dari jabatan bagi pimpinan DPRD tempat yang bersangkutan menjadi calon kepala daerah dan wakil kepala daerah di wilayah kerjanya;

g. surat pemberitahuan kepada pimpinan bagi anggota DPR, DPD, dan DPRD yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah;

(9)

h. kelengkapan persyaratan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 58; dan

i. visi, misi, dan program dari pasangan calon secara tertulis.

(5b) Dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (5a) huruf b hanya diberikan kepada satu pasanagan calon perseorangan.

(6) Partai politik atau gabungan partai poltik sebaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat mengusulkan satu pasangan calon dan pasangan calon tersebut tidak dapat diusulkan lagi oleh partai politik atau gabungan partai politik lainya.

(7) Masa pendaftaran pasangan calon sebaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak pengumuman pendaftaran pasangan calon.

Menurut Pasal 57 ayat (1) Joncto Pasal 4 ayat (1) PP No.6 Tahun 2005 mengatur bahwa penyelenggara Pilkada adalah Komisi Pemilihan Umum Daerah. Penetapan pemilih dalam Pilkada diatur pada Pasal 68 UU No.32 Tahun 2004 Joncto Pasal 15 PP No.6 Tahun 2005 yaitu ”Warga negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara pemilihan sudah berusia 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin mempuyai hak memilih”.

Pasal 69 UU No.32 Tahun 2004 Joncto Pasal 16 PP No.6 Tahun 2005 mengatur ”untuk dapat menggunakan hak memilih dalam pemilihan,warga negara Indonesia harus terdaftar sebagai pemilih”. Menurut Pasal ayat (2) menyatakan bahwa Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat: 1. Nyata-nyata tidak sedang tergangu jiwanya/ingatannya.

2. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap.

3. Berdomisili di daerah pemilihan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelum disahkanya daftar pemilih sementara yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk.

(10)

4. Seorang Warga Negara Republik Indonesia yang telah terdaftar dalam daftar pemilih ternyata tidak lagi memenuhi syarat sebaimana dimaksud ayat (2) tidak dapat menggunakan hak pilihnya.

D. Pelaksanaan Pilkada Dairi

Kabupaten Dairi terletak di Provinsi Sumatera Utara dengan Sidikalang sebagai ibukotanya. Pelaksanaan Pilkada di Kabupten Dairi dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pilkada Dairi dilaksanakan untuk memilih bupati dan wakil bupati Dairi periode 2009-2014 yang pelaksanaanya dilakukan dua kali putaran. 1. Pelaksanaan Pilkada Dairi putaran pertama

Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi Nomor 23 Tahun 2008 tanggal 26 Agustus 2008 menetapkan pasangan calon bupati dan wakil bupati peserta Pilkada Dairi Tahun 2008 sebagai berikut :

No Nama Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah

Partai Politik/Gabungan Partai Politik yang Mengajukan

Pasangan Calon/Calon Perseorangan Kepala Daerah Wakil Kepala Daerah 1 2 3 4 1 Toempal Sianturi Dra. Remita Sembiring

1.Partai Damai Sejahtera 2.Partai Patriot Pancasila 3.Partai Nasional Indonesia Marhaenisme 4.Partai Pelopor 2 Drs. Parlemen Sinaga, MM dr. Budiman Simanjuntak, M. Kes

1. Partai Demokrasi Kebangsaan 2. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia

3. Partai Sarikat Indonesia 4. Partai Penegak Demokrasi

(11)

Indonesia

5. Partai Karya Peduli Bangsa 6. Partai Buruh Sosial Demokrat 7. Partai Bulan Bintang

8. Partai Perhimpunan Indonesia Baru 3 Hotraja Sitanggang, S. Sos Ir. Bungaran Sinaga, M.Si Perseorangan 4 Drs. Viktor Udjung, Ak. MM Drs. Mardongan Sigalingging, MM

A. Partai Nasional Banteng Kemerdekaan

B. Partai Demokrat

C. Partai Bintang Reformasi D. Partai Amanat Nasional

5 KRA. Johnny Sitohang Adinagoro

Irwansyah Pasi, SE

Partai Golongan Karya

6 Ir. Tagor Sinurat

Ir. Arson Sihombing

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 7 Drs. F. Janterem Pinem Ir. Tumpu Capah, M.Si Perseorangan

Berdasarkan keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi Nomor 24 tahun 2008 tanggal 28 Agustus 2008 tentang penetapan nomor urut pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah peserta Pilkada Kabupaten Dairi Tahun 2008 dengan rincian sebagai berikut:

Nama Pasangan Calon Nomor

Urut Kepala Daerah Wakil Kepala Daerah

Drs. F. Janterem Pinem

Ir. Tumpu Capah 1(satu) KRA. Johnny

Sitohang Adinagoro

Irwansyah Pasi, SE 2(dua)

Hotraja Sitanggang, S. Sos

(12)

Drs. Parlemen Sinaga, MM

dr. Budiman Simanjuntak, M. Kes

4 (empat)

Ir. Tagor Sinurat Ir. Arson Sihombing 5 (lima) Toempal Sianturi Dra. Remita Sembiring 6 (enam) Drs. Viktor Udjung,

Ak. MM

Drs. Mardongan Sigalingging, MM

7 (tujuh)

Berdasarkan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 01 Tahun 2008 tanggal 13 Mei 2008 tentang tahapan, program dan jadwal waktu penyelenggaran Pilkada Kabupaten Dairi Tahun 2008 menetapkan bahwa Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Dairi dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2008. Berdasarkan Surat Keputusan tersebut maka Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Dairi putaran pertama dilaksanakan untuk seluruh wilayah Kabupaten Dairi pada Hari Senin Tanggal 27 Oktober 2008.

Rekapitulasi hasil pemilihan dari Tempat Pemungutan Suara (TPS), dan surat suara berdasarkan Model DB-KWK45 dan lampiran Model DB1-KWK46

No

didapatkan perolehan suara Pilkada Dairi adalah sebagai berikut:

Nama Pasangan Jumlah Suara

1 Drs. Janterem Pinem dan Ir. Tumpu Capah, Msi

9.645 2 KRA.Johnny Sitohang Adinagoro dan

Irwansyah Pasi, S.H

31.678 3 Hotradja Sitanggang, S.Sos dan Ir.Bungaran

Sinaga, Msi

7.535 4 Drs. Parlemen Sinaga, MM dan dr. Budiman

Simanjuntak, M.Kes

33.974 5 Ir. Tagor Sinurat, Msc dan Ir.Arson

Sihombing

24.048 6 SMT.Tom Sianturi dan Dra.Remita Br 20.447

45

Formulir berita acara rekapitulasi penghitungan suara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah di tingkat kabupaten/kota

46

Formulir catatan pelaksanaan rekapitilasi penghitungan suara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah di tingkat kabupaten/kota

(13)

Sembiring

7 Drs.Victor Udjung,AK,MM dan

Drs.Mardongan Sigalingging,MM

3.005

Jumlah 130.332

Perolehan suara terbesar pertama dan perolehan suara terbesar kedua pasangan calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Dairi sebagai berikut:

No.Urut Pasangan

Calon

Nama Pasangan Jumlah Suara (%) 4 Drs.Parlemen Sinaga, MM dan

dr. Budiman Simanjuntak

33.974 (26,07%) 2 KRA.Johnny Sitohang dan

Irwansyah Pasi

31.678 (24,31%)

Ketentuan Pasal 107 UU No.12 Tahun 2008 mengatur sebagai berikut:

(1) Pasangan Calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang memperoleh suara lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah suara sah ditetapkan sebagai pasangangan calon terpilih.

(2) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang memperoleh suara lebih dari 30% (tiga puluh persen) dari jumlah suara yang sah, pasangan calon yang perolehan suaranya terbesar dinyatakan sebagai calon terpilih.

(3) Dalam hal pasangan calon yang perolehan suara terbesar sebagaimana dimaksud ayat (2) terdapat lebih dari satu pasangan calon yang perolehan suaranya sama, penentuan pasangan calon terpilih dilakukan beradasarkan wilayah peroehan suara yang lebih luas,

(4) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (2) tidak terpenuhi, atau tidak ada yang mencapai 30% (tiga puluh persen) dari jumlah suara yang sah, dilakukan pemilihan putaran kedua yang diikuti pemenang pertama dan pemenang kedua.

(5) Apabila pemenang pertama sebaimana dimaksud pada ayat (2) diperoleh dua pasangan calon, kedua pasangan calon tersebut berhak mengikuti pemilhan putaran kedua.

(6) Apabila pemenang pertama sebaimana dimaksud ayat (4) diperoleh oleh tiga pasangan calon atau lebih, penentuan peringkat pertama dan kedua dilakukan berdasarkan wilayah perolehan suara yang lebih luas.

(14)

(7) Apabila pemenang kedua sebaimana dimaksud pada ayat (4) diperoleh oleh lebih dari satu pasangan calon, penentuanya dilakukan berdasarkan wilayah perolehan suara yang lebih luas.

(8) Pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang memperoleh suara terbanyak pada putaran kedua dinyatakan sebagai pasangan calon terpilih.

Berdasarkan ketentuan Pasal 107 diatas maka dilaksanakanlah Pilkada Kabupaten Dairi putaran kedua, karena perolehan suara pada Pilkada Dairi putaran pertama tidak ada pasangan calon yang mencapai 30% (tiga puluh persen) dari jumlah suara yang sah, yang diikuti oleh pemenang pertama dan pemenang kedua.47

2. Pilkada Dairi Putaran Kedua

Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi Nomor 08 Tahun 2008 tentang perubahan atas Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi Nomor 01 Tahun 2008 mengatur tentang tahapan, program dan jadwal Pilkada Kabupaten Dairi tanggal 2008 menetapkan pemilihan bupati dan wakil bupati Putaran kedua dilaksanakan pada tanggal 22 Desember 2008. Akan tetapi, berdasarkan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi Nomor 08 Tahun 2008 tentang perubahan atas keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 01 Tahun 2008 maka terjadi perubahan Jadwal Pilkada putaran kedua dari tanggal 22 Desember menjadi tanggal 9 Desember 2008.

Alasan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi mengadakan perubahan terhadap jadwal Pilkada Kabupaten Dairi adalah berdasarkan Pasal 66 UU No.32 Tahun 2004 yang diantaranya mengatur bahwa tugas dan wewenang Komisi Pemihan Umum Daerah adalah merencanakan dan menetapkan tanggal pemilihan,

47

(15)

dan dengan perhitungan penyelenggaran Pilkada putaran pertama tanggal 27 Oktober sampai dengan tanggal 9 Desember 2008 telah berjarak 42 (empat puluh dua) hari dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi sudah selesai mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pemilihan umum putaran kedua.

Pilkada Kabupaten Dairi putaran kedua diikuti oleh pasangan calon nomor urut 4 atas nama Drs.Parlemen Sinaga, MM dan dr. Budiman Simanjuntak yang memperoleh suara terbesar pertama sebanyak 33.974 (26,07%) dan pasangan calon nomor urut 2 atas nama KRA. Johnny Sitohang Adinagoro dan Irwansyah Pasi, S.H yang memperoleh suara terbesar kedua sebanyak 31.678 (24,31%).

Berdasarkan berita acara rekapitulasi hasil penghitungan suara Pilkada Kabupaten Dairi oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Dairi, Model DB-KWK dan Model DB1-KWK tanggal 13 Desember 2008, perolehan suara Pilkada Dairi Putaran kedua adalah sebagai berikut:

No.Urut Pasangan Calon

Nama Pasangan Jumlah Suara (%) 2 KRA. Johnny Sitohang Adinogoro

dan Irwansayah Pasi, S.H

67.654 (51,17) 4 Drs.Parlemen Sinaga, MM dan

dr. Budiman Simanjuntak

64.555 (48,83)

JUMLAH 132.209

Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi Nomor 37 tanggal 13 Desember 2008 tentang penetapan pasanagan calon terpilih kepala daerah dan wakil kepala daerah Kabupaten Dairi tahun 2008 putaran kedua memutuskan menetapkan KRA. Johnny Sitohang Adinagoro dan Irwansyah Pasi, S.H,

(16)

pasangan calon dengan nomor urut 2 yang perolehan suara sebanyak 67.654 (51,17%), sebagai pasangan calon bupati dan wakil bupati Dairi periode tahun 2009-2014.

E. Perselisihan Hasil Pilkada Dairi Pasca Putaran Kedua

Perselisihan atau sengketa pilkada ada dua yaitu sengketa Pilkada yang kewenangan penyelesaianya ada di tangan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu)48

Sengketa Pilkada yang penyelesaiannya ditangani oleh Panwaslu adalah sengketa yang timbul dalam penyelenggaraan Pilkada. Sengketa ini diselesaikan berdasarkan PP No.6 Tahun 2005 Pasal 111 ayat (4) dan (5), yang dibedakan lagi menjadi:

dan sengketa Pilkada yang penyelesaiannya ada di tangan lembaga peradilan.

49

1. Laporan yang bersifat sengketa dan tidak mengandung unsur pidana, diselesaikan oleh Panitia Pengawas Pilkada.

2. Laporan yang bersifat sengketa mengandung unsur tindak pidana, penyelesaiannya diteruskan kepada aparat penyidik.

48

Pasal 64 ayat (4) UU No.32 Tahun 20004 yang berbunyi: Panitia pengawas pemilihan mempuyai tugas dan wewenang:

a.mengawasi semua tahapan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah;

b.menerima laporan pelanggaran peraturan perundang-undangan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah;

c.menyelesaikan sengketa yang timbul dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah;

d.meneruskan temuan dan laporan yang tidak dapat diselenggarakan kepada instansi yang berwenang; dan

e.mengatur hubungan koordinasi antar panitia pengawasan pada semua tingkatan.

49

Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Analisis

dan Evaluasi Hukum Tentang Peran Lembaga Peradilan Dalam Sengketa Pilkada (Undang-Undang Dasar Nomor 32 Tahun 2004), , Jakarta, 2008, h.12.

(17)

Sedangkan, sengketa yang kewenangan penyelesaiannya ada di tangan lembaga peradilan yaitu Mahkamah Konstitusi50 adalah sengketa hasil penetapan Pilkada atau disebut juga sengketa hasil Pilkada.51

Permohonan Perselisihan Hasil Pilkada Kabupaten Dairi diajukan oleh pasangan calon yang kalah pada pilkada Kabupaten Dairi putaran kedua,yakni Drs.Parlemen Sinaga,MM dan dr.Budiman Simanjuntak. M.kes (yang selanjutnya disebut sebagai pemohon). Adapun alasan pemohon mengajukan permohonan tersebut adalah akibat timbulnya perselisihan atau sengketa Pilkada Kabupaten Dairi pasca putaran kedua yaitu sebagai berikut:

sebagaimana diatur dalam Pasal 263C UU No.12 Tahun 2008 Joncto Peraturan Mahkamah Konstitusi No.15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (selanjutnya disebut Peraturan MK No.15/PMK/2008 Tahun 2008).

Perselisihan atau sengketa yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah perselisihan hasil Pilkada berdasarkan studi kasus Pilkada Kabupaten Dairi, yakni perselisihan hasil Pilkada Kabupaten Dairi pasca putaran kedua yang permasalahan utamanya ketika dimohonkan kepada MK adalah keberatan terhadap hasil penghitungan suara Pilkada Kabupaten Dairi yang ditetapkan berdasarkan penetapan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi Nomor 37 Tahun 2008 tentang penetapan calon terpilih kepala daerah dan wakil kepala daerah Kabupaten Dairi tahun 2008 Putaran kedua, bertanggal 13 Desember 2008.

50

Pasal 236C UU No.12 Tahun 2008 berbunyi:”Penanganan sengketa hasil perhitungan suara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak Undang-Undang ini

(18)

1. Dalam permohonannya pemohon mengemukakan bahwa sejak semula Panwaslu Kabupaten Dairi telah keberatan atas lolosnya calon bupati kabupaten Dairi Nomor urut 2 oleh karena persyaratan administratif yang tidak terpenuhi oleh calon bupati nomor urut 2 yakni KRA. Johnny Sitohang Adinogoro.52

2. Sesuai dengan surat Panwaslu Kabupten Dairi Nomor 33/PANWAS-D/IX/2008 tertanggal 18 September 2008 yang ditujukan kepada KPU Pusat di Jakarta pada point 2 antara lain menyatakan pelanggaran yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi sebagaimana disebutkan di atas adalah menyangkut tentang riwayat pendidikan calon kepala daerah/wakil kepala daerah Dairi sebagaimana ditegaskan pada Pasal 8D ayat (2) Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Teknis Tatacara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Sesuai dengan pasal tersebut diketahui bahwa salah satu diketahui bahwa salah satu calon kepala daerah/wakil kepala daerah tidak melengkapi berkas persyaratan sebagaimana ditegaskan pada pasal tersebut di atas, namum ternyata Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi tetap meloloskan calon kepala daerah tersebut tanpa alasan yang jelas.53

3. Bahwa sesuai dengan surat surat Panwaslu Nomor 33/PANWAS-D/IX/2008 tertanggal 18 September 2008 pada poin 3 menyatakan bahwa

52

Posita Nomor 8

53

(19)

Panwaslu Kabupaten Dairi telah meminta KPU Pusat agar memeriksa dan memproses Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi.54

4. Berdasarkan Surat Keputusan Pemilihan Umum Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi Nomor 08 Tahun 2008 tentang perubahan atas keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 01 Tahun 2008 tentang tahapan, program, dan jadwal waktu Pilkada Kabupaten Dairi Tahun 2008 menetapkan tanggal pemilihan bupati dan wakil bupati putaran kedua diadakan pada tanggal 22 Desember 2008 (Bukti P-8)55

5. Namun kemudian tiba-tiba pihak termohon (Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi) secara sepihak merubah jadwal Pilkada tahap kedua tanpa mengeluarkan suatu surat pencabutan terhadap penetapan Nomor 08 Tahun 2008 tentang jadwal pemilihan putaran kedua yaitu tanggal 22 Desember 2008 menjadi tanggal 09 Desember 2008.

6. Berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh termohon kepada pemohon bahwa percepatan tersebut dilakukan sesuai dengan rapat koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara dan mangatakan bahwa pelaksanaan Pilkada putaran kedua di Kabupaten Dairi dan Kabupaten Langkat adalah pada tanggal 09 Desember 2008, namum faktanya Kebupaten Langkat melaksanakan Pilkada putaran kedua pada tanggal 20 Desember 2008.56 7. Menurut pemohon bahwa sejak semula calon bupati dengan Nomor urut 2

yakni KRA. Johnny Sitohang Adinogoro telah melakukan kecurangan

54

Posita Nomor 10.

(20)

dengan cara berkas pencalonan yang diajukan oleh KRA. Johnny Sitohang Adinogoro yang diserahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi, yang bersangkutan hanya melampirkan Surat Keterangan Tamat Belajar SD Parulian Medan serta SMP Parulian Medan, dan Surat Keterangan Tamat belajar tersebut bukan sebagai Surat Pengganti Ijasah dan tanpa legalisasi dari Dinas Pendidikan Medan (bukti P-10).57

8. Berdasarkan Surat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Suamtera Utara Nomor 270-4790/KPU-SU tanggal 24 November 2008 yang ditujukan kepada Ketua Komisi Pemilihan Umum Pusat di Jakarta pada point 2 menyatakan bahwa berdasarkan Surat Keterangan Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara Nomor 421.3/5368.PMU.2/22/2008 tertanggal 21 November 2008 bahwa syarat berkas yang diajukan oleh KRA. Johnny Sitohang Adinogoro untuk mengikuti ujian persamaan setingkat Sekolah Menengah Umum dari Kantor Wilayah Pemdidikan Nasional Provinsi Sumatera Utara adalah ijazah program paket ”B” setara SLTP Nomor 02 PB,0009 yang dikeluarkan oleh Departemen Pandidikan Kebudayaan Kabupaten Dairi tanggal 02 Maret 2008, hal ini berarti bertentangan dengan dalil calon buapti Nomor Urut 2 yang menyatakan bahwa pada saat mendaftarkan diri sebagai calon bupati Kabupaten Dairi mempergunakan ijazah SMP Parulian Medan sedangkan menurut Surat Keterangan Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara adalah ijazah program paket ”B”.

57

(21)

9. Berdasarkan Surat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara yang ditujukan kepada Komisi Pemilihan Umum Jakarta tanggal 21 November 2008 Nomor 270.4790/KPU-SU yang antara lain menyatakan dalam pelaksanaan Pilkada Kabupaten Dairi di Sumatera Utara terdapat satu masalah yang mendapat banyak sorotan publik yang berkaitan dengan persyaratan pendidikan atas nama KRA. Johnny Sitohang Adinogoro, salah seorang calon bupati Dairi periode 2009-2014 yang pada saat itu masih menjabat sebagai Wakil Bupati Kabupaten Dairi (bukti P-11) .58

10. Berdasarkan Surat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara Nomor 270.4790/KPU-SU pada point 3 secara tegas menjelaskan pada dasarnya secara administrasi KRA. Johnny Sitohang Adinogoro belum memenuhi berkas syarat pendidikan pendidikan sebagai calon kepala daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2008, yang tembusannya antara lain kepada Ketua Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi.59

11. Berdasarkan surat Komisi Pemilihan Umum Sumatera Utara yang ditujukan kepada Komisi Pemilihan Umum Jakarta Nomor 270.4790/KPU-SU tanggal 24 November 2008, bahwa keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi tentang penetapan calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Dairi periode 2009-2014 tertanggal 26 Agustus 2008 tidak sesuai dengan Pasal 8 ayat (2) huruf d Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2008 tentang pedoman teknis tata cara pencalonan

(22)

Pilkada, yang pada isinya disebutkan ”Dalam hal ijazah bakal pasangan calon karena sesuatu dan lain hal tidak dapat ditemukan atau hilang, maka calon dapat menyertakan surat keterangan pengganti ijazah dari sekolah yang bersangkutan yang dilegalisasi oleh Dinas Pendidikan Nasional atau Kantor Departemen Agama Provinsi/Kabupaten/Kota tempat sekolah itu berdiri”.60

12. Bahwa termohon telah memaksakan kehendaknya karena memasukkan dan membiarkan calon bupati dan wakil bupati Nomor Urut 2 yakni KRA. Johnny Sitohang Adinogoro dan Irwansyah Pasi, S.H menjadi perserta calon bupati Kabupaten Dairi.61

13. Berdasarkan Surat Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten Dairi Nomor 64/PANWAS.D/X112008 yang ditujukan kepada Komisi Pemilihan Pusat di Jakarta tertanggal 04 November 2008 karena berdasarkan rapat pleno Panwaslu Kabupaten Dairi atas adanya laporan Forum Pemantau Pilkada Kabupaten Dairi perihal laporan pelanggaran peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2008 dan pemberian keterangan palsu oleh calon bupati dengan nomor ururt 2 Panwaslu Kabupaten berpendapat bahwa hal tersebut adalah merupakan pelanggaran administratif pemilu dan meminta Komisi Pemillihan Pusat segera memeriksa dan memberi sanksi tegas terhadap Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi.62

14. Berdasarkan Surat Panwaslu Nomor 67/PANWAS-D/XI/2008 tertanggal 10 November 2008 yang ditujukan kepada Kapolres Kabupaten Dairi 60 Posita Nomor 20 61 Posita Nomor 21 62 Posita Nomor 22

(23)

menyatakan bahwa Panwaslu telah merekomendasikan Kapolres Kabupaten Dairi untuk melakukan penyidikan dan pemeriksaan terhadap calon bupati Nomor urut 2 perihal persyaratan Administratif yang tidak memenuhi Ketetapan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2008, tetapi calon tersebut diloloskan oleh Komisi Pemilihan Kabupaten Dairi sebagai pasangan calon dalam Pilkada Kabuapten Dairi.63

15. Berdasarkan hal yang telah disebut diatas jelas bahwa pelaksanaan Pilkada Kabupaten Dairi telah bertentangan dengan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi dan tindakan pemohon yang telah meloloskan calon bupati dengan Nomor urut 2 sebagai perserta calon bupati Kabupaten Dairi merupakan tindakan yang cacat hukum dan tindakan tersebut sangat merugikan pemohon.64

16. Berdasarkan fakta yang ditemukan pada saat Pilkada Kabupaten Dairi putaran kedua ditemukan adanya pemilih yang memiliki NIK65 ganda sejumlah 1551 dengan perincian sebagai berikut (bukti P-12): 66

No. PPK67 (Kecamatan) Jumlah TPS68 NIK Ganda

1 Tanah Pinem 46 2 2 Berampu 16 468 3 Tiga Lingga 57 251 4 Pegagan Hilir 37 16 63 Posita Nomor 23 64 Posita Nomor 24 65

Singkatan dari Nomor Induk Kependudukan

66

Posita Nomor 25

(24)

5 Lae Parira 32 -

6 Gunung Sitember 26 6

7 Parbuluan 38 85

8 Sidikalang 115 91

9 Siempat Nempu 44 132

10 Siempat Nempu Hilir 39 8

11 Siempat Nempu Hulu 48 -

12 Silalahi Sabungan 11 -

13 Silima Pungga Pungga 36 46

14 Sitinjo 21 0

15 Sumbul 84 446

Jumlah 650 1551

17. Berdasarkan fakta dan temuan di lapangan pada saat pelaksaan Pilkada Kabupaten Dairi putaran kedua adanya nama ganda, dengan perincian sebagai berikut (bukti P-13) :69

No. PPK (Kecamatan) Jumlah TPS Nama Ganda 1 Tanah Pinem 46 1429 2 Berampu 16 197 3 Tiga Lingga 57 371 4 Pegagan Hilir 37 6 69 Posita Nomor 26

(25)

5 Lae Parira 32 975

6 Gunung Sitember 26 296

7 Parbuluan 38 742

8 Sidikalang 115 485

9 Siempat Nempu 44 -

10 Siempat Nempu Hilir 39 497

11 Siempat Nempu Hulu 48 355

12 Silalahi Sabungan 11 76

13 Silima Pungga Pungga 36 142

14 Sitinjo 21 106

15 Sumbul 84 1222

Jumlah 650 6845

18. Berdasarkan fakta serta temuan di lapangan pada saat Pilkada Kabuapten dairi putaran kedua ditemukan adanya pemilih yang tidak memiliki NIK (NIK kosong) tetapi tetap ikut memilih sejumlah 24.968 (bukti P-14) :70

No. PPK (Kecamatan) Jumlah TPS NIK Kosong 1 Tanah Pinem 46 1900 2 Berampu 16 652 3 Tiga Lingga 57 1616 4 Pegagan Hilir 37 907

(26)

5 Lae Parira 32 1228

6 Gunung Sitember 26 497

7 Parbuluan 38 1325

8 Sidikalang 115 6391

9 Siempat Nempu 44 1221

10 Siempat Nempu Hilir 39 899

11 Siempat Nempu Hulu 48 1750

12 Silalahi Sabungan 11 233

13 Silima Pungga Pungga 36 869

14 Sitinjo 21 1126

15 Sumbul 84 4354

Jumlah 650 24.968

19. Berdasarkan fakta serta temuan di lapangan pada saat Pilkada Kabuapten Dairi putaran kedua ditemukan adanya NIK rekayasa sejumlah 6.298 (bukti P-14) :71

No. PPK (Kecamatan) Jumlah TPS NIK Kosong 1 Tanah Pinem 46 225 2 Berampu 16 147 3 Tiga Lingga 57 1287 4 Pegagan Hilir 37 332 71 Posita Nomor 28

(27)

5 Lae Parira 32 284

6 Gunung Sitember 26 78

7 Parbuluan 38 893

8 Sidikalang 115 513

9 Siempat Nempu 44 235

10 Siempat Nempu Hilir 39 223

11 Siempat Nempu Hulu 48 432

12 Silalahi Sabungan 11 69

13 Silima Pungga Pungga 36 84

14 Sitinjo 21 92

15 Sumbul 84 1404

Jumlah 650 6.298

20. Berdasarkan fakta di lapangan pada saat pencoblosan pada Pilkada Kabupaten Dairi putaran kedua tanggal 09 Desember 2008, ditemukan adanya 14 (empat belas) orang pemilih dibawah umur yang diantaranya bernama Andre Josua Manurung, Nomor urut dalam salinan Daftar Pemilih Tetap, untuk TPS II alamat SD 3, Kecamatan Sumbul Desa Tanjung Beringin dengan Model KWC, yang diketahui oleh Lamhot Sinaga, tempat tanggal lahir Huta Julu 14 Februari 1967 (bukti P-7).72

(28)

21. Berdasarkan fakta di lapangan pada saat diadakannya Pilkada Putaran kedua, ditemukan adanya pemilih yang pada kenyataannya telah meninggal dunia, tetapi masih memilih antara lain:

a. Lomri Sianturi urutan nomor 37 di Desa Parbuluan TPS b. Pita Siburian di Desa Parbubu III, TPS 1 Nomor 200.

c. Usman Nainggolan di Desa Parbubu, serta adanya pemilih di bawah umur yaitu Rebeka Nainggolan di TPS 1 Desa Parbuluan III Nomor urut 70.

22. Berdasarkan fakta di lapangan ditemukan adanya pemabagian uang (money politic) sebesar Rp.20.000,- (dua puluh ribu rupiah) yang dilakukan oleh tim sukses pasangan calon buapti dan wakil bupati Kabupaten Dairi Nomor urut 2, sebanyak 264 (dua ratus enam puluh empat) orang dengan tujuan agar memilih pasangan calon bupati dan wakil bupati Nomor urut 2 tersebut (bukti P-15).73

23. Berdarkan fakta di lapangan ditemukan adanya penganiayaan yang dilakukan oleh tim sukses Join Pass74 pasangan calon Nomor Urut 2 terhadap Mamba Lumban Gaol di Desa Laomolgap Kecamatan Tiga Lingga, karena yang bersangkutan tidak bersedia memilih pasangan calon nomor urut 2 tersebut sekalipun yang bersangkutan telah dipaksa.75

24. Adanya temuan-temuan kecurangan yang dilakukan oleh tim sukses Join Pass pada saat pelaksanaan Pilkada Kabupaten Dairi putaran kedua. Oleh

73

Posita Nomor 31

74

Tim sukses Pasangan Calon Nomor urut 2 KRA. Johnny Sitohang Adinogoro dan Irwansyah Pasi, S.H

75

(29)

karena itu sebanyak 821 (delapan ratus dua puluh satu) orang masyarakat Kabupaten Dairi menyatakan sikap tidak menerima hasil Pilkada dan meminta agar Komisi Pemilihan Umum Kabuapen Dairi selaku penyelenggara Pilkada membatalakan dan melanjutkan proses rekapitulasi penghitungan suara (Bukti P-16)76

25. Dengan adanya tindakan kecurangan-kecurangan yang ditemukan pada saat pencoblosan putaran kedua masyarakat Kabupaten Dairi telah menyatakan sikap penolakan terhadap Pilkada putaran kedua, serta meminta penyelenggara Pilkada membatalkan dan tidak melanjutkan proses rekapitulasi penghitungan suara dan telah menyampaikan aspirasinya kepada Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten Dairi pada tanggal 12 Desember 2008 (Bukti P-17).77

26. Berdasarkan temuan saksi Hengki yang menyatakan pada saat pelaksanaan pencoblosan Pilkada Kabupaten Dairi putaran kedua di TPS XI Kelurahan Bi Beruh Kecamatan Sidikalang ditemukan adanya empat orang pria mendatangi TPS tersebut akan tetapi keempat itu bukan berasal dari daerah setempat akan tetapi telah melakukan pencoblosan, dan adanya dua orang wanita bercadar yang bukan penduduk setempat mendatangi lokasi TPS XI untuk melakukan pencoblosan (Bukti P-18).78

27. Di Desa Soban Kecamatan Siempat Nempu di TPS III dan TPS IV ditemukan adanya penambahan data pemilih dengan memasukkan pemilih

76

Posita Nomor 33

(30)

yang tidak memenuhi syarat karena belum cukup umur dan bukan berasal dari daerah Soban yang ditemukan oleh saksi Josben Sinaga (Bukti P-19).79 28. Menjelang Pilkada tim sukses Join Pass yakni Garibaldi Tambunan

menyerahkan amplop berisi uang Rp.20.000,- (dua puluh ribu rupiah) sebanyak 739 (tujuh ratus tiga puluh sembilan) amplop kepada Mangatur Kudadiri yang selanjutnya dibagi-bagikan kepada pemilih agar memilih calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Dairi Nomor urut 2, dan amplop tersebut telah dibagikan.80

29. Menjelang Pilkada Kabupaten Dairi putaran kedua, ditemukan adanya tindakan intimidasi serta penyuapan terhadap anggota Panwaslu lapangan yang bernama Marusaha Sinaga, dan anggota Panwaslu Kabupaten Dairi tersebut menyaksikan adanya pemberian uang kepada pemilih oleh tim sukses pasangan calon bupati dan wakil bupati Nomor urut 2 yakni Bempa Nababan bersama KRA. Johnny Sitohang, Adinogoro, dan hal ini telah dilaporkan kepada ketua Panwaslu dan sepakat untuk ditindaklanjuti.81 30. Adanya temuan sebanyak lima puluh lembar surat suara yang sama yang

digunakan di TPS pada Pilkada Kabupaten Dairi putaran kedua. Ditemukan oleh Akbar Solin di rumah Irwansyah Pasi S.H (calon wakil bupati Nomor urut 2) yang terletak di jalan Dalihan Natolu Nomor 91 Sidilakang.82

79 Posita Nomor 36 80 Posita Nomor 37 81 Posita Nomor 38 82 Posita Nomor 39.

(31)

31. Ditemukan oleh Akbar Solin adanya pemilih yang telah mencoblos lebih dari satu kali dan mencuci bekas tinta tersebut di rumah Irwansyah Pasi, S.H dan kembali pergi mencoblos.83

32. Dengan adanya NIK yang bermasalah yang terdiri atas NIK rekayasa, NIK ganda, dan NIK kosong serta nama ganda, maka sepatutnya suara yang diperoleh oleh pasangan calon Nomor urut 2 adalah sebagai berikut: 67.654 - (6298 (NIK Rekayasa) + 1551 (NIK Ganda) + 24.968 (NIK Kosong) + 6845 (Nama Ganda)) = 67.654 – 39.662 = 27.992 suara.84

Petitum primer pemohon dalam permohonannya adalah sebagai berikut: 1. Mengabulkan permohonan untuk seluruhnya.

2. Menyatakan pencalonan baupati Nomor urut 2 KRA. Johnny Sitohang, Adinogoro cacat hukum dak tidak sah sebagai perserta Pilkada Kabuapten Dairi.

3. Menyatakan hasil penghitungan suara yang yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi Nomor 37 Tahun 2008 tanggal 13 Desember 2008 adalah tidak benar.

4. Menyatakan batal dan tidak mempuyai kekuatan hukum yang mengikat Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Dairi Nomor 37 Tahun 2008 tangal 13 Desember 2008.

5. Menetapakan pasanagn calon bupati dan wakil bupati dengan Nomor urut 4 yaitu Drs. Parlemen Sinaga, MM dan Dr. Budiman Simanjuntak, M.Kes sebagai bupati dan wakil bupati terpilih.

83

(32)

Sedangkan, petitum subsider pemohon adalah:

1. Mengabulkan permohonan pemohon untuk seluruhnya.

2. Menyatakan hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabuapten Dairi Nomor 37 Tahun 2008 adalah tidak benar.

3. Menyatakan batal dan tidak mempuyai kekuatan hukum yang mengikat Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi Nomor 37 Tahun 2008 tanggal 13 Desember 2008.

4. Menetapkan hasil penghitungan suara yang benar sebagai berikut: No.Urut

Pasangan Calon

Nama Pasangan Jumlah

Suara (%) 2 KRA. Johnny Sitohang Adinogoro

dan Irwansayah Pasi, S.H

27.992 4 Drs.Parlemen Sinaga, MM dan

dr. Budiman Simanjuntak

64.555

Suara tidak sah 39.662

JUMLAH 132.209

5. Menyatakan pasangan calon bupati Kabupaten Dairi dan calon wakil bupati Kabupaten Dairi dengan Nomor urut 4 sebagai calon bupati dan wakil bupati terpilih periode 2009-2014.

Petitum lebih sudsider lagi adalah:

1. Mengabulkan permohonan subsider pemohon keberatan.

2. Menyatakan hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi Nomor 37 Tahun 2008 tanggal 13 Desember adalah tidak benar.

(33)

3. Menyatakan batal dan tidak mempuyai kekuatan hukum yang mengikat Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi Nomor 37 Tahun 2008 tanggal 13 Desember 2008.

4. Memerintahkan kepada termohon untuk mengulang pelaksanaan Pilkada Dairi setelah memutahirkan data untuk daerah pemilihan Kecamatan Berampu, Kecamatan Sitember, Kecamatan Lae Parira, Kecamatan Parbuluan, Kecamatan Pegagan Hilir, Kecamatan Siempat Nempu, Kecamatan Siempat Nempu Hilir, Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kecamatan Silalahi Sabungan, Kecamatan Silima Pungga-Pungga, Kecamatan Sitinjo, Kecamatan Sumbul, Kecamatan Tanah Pinem, Kecamatan Tiga Lingga.

5. Menentukan/menetapkan bahwa pelaksanaan pemilihan ulang kepala daerah Kabupaten Dairi, harus dilaksanakan selambat-lambatnya dalam waktu antara tiga bulan sampai enam bulan terhitung sejak putusan ini di ucapkan.

Atau, apabila majelis hakim konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya.

Referensi

Dokumen terkait

Sepanjang yang penulis ketahui Penulisan mengenai ”Pelaksanaan Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Memutus Perselisihan Hasil Pemilihan Kepala Daerah (Studi Kasus Pilkada

Metode pegumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kepustakaan yang dilakukan dengan penelusuran bahan-bahan hukum primer dan sekunder, bahan

Selain itu, pemajuan tanggal juga dapat memberi waktu pada proses rekapitulasi dan sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) di MK dengan jadwal pencalonan Pilkada 2024.

Adapun terkait mengenai syarat ambang batas selisih suara bahwa dalam mengajukan permohonan perselisihan hasil Pilkada ke Mahakamah Konstitusi harus memenuhi syarat

Data hasil pengukuran ground reaction force saat objek berjalan pada force platform dianalisis dalam bentuk grafik.. Grafik ground reaction force hasil pembacaan

lainnya yang telah ada < 1, maka selain titik data tersebut tidak akan diterima sebagai pusat klaster yang baru, dia sudah tidak dipertimbangkan lagi untuk

Untuk mencoba jenis serangan yang sudah tergolong jenis modern, dibutuhkan data yang jumlahnya sangat besar dan mengandung 2 n blok pasangan plainteks- cipherteks yang

Reksadana menawarkan berbagai komposisi sekuritas tergantung pilihan pemodal, sehubungan dengan hal tersebut maka sebenarnya reksa dana melakukan diversifikasi resiko dengan