1 1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini, industri pariwisata di Indonesia terus mengalami perkembangan. Hal
ini terlihat dari semakin banyaknya jumlah obyek wisata yang menjadi pilihan
wisatawan untuk berkunjung. Namun, sebagai akibatnya, persaingan antar obyek
wisata pun semakin meningkat. Obyek wisata yang dulu hanya bersaing tingkat lokal,
kini harus pula bersaing pada tingkat nasional. Oleh karena itu, agar obyek wisata dapat
memiliki keunggulan dalam menarik wisatawan, maka obyek wisata harus mampu
menyediakan produk wisata yang berkualitas. Dengan kata lain, kunci untuk
meningkatkan daya saing suatu obyek wisata adalah kualitas. Akan percuma bila suatu
obyek wisata gencar melakukan promosi, namun tidak diimbangi dengan produk yang
berkualitas, hal itu justru menimbulkan persepsi negatif dari wisatawan terhadap obyek
wisata tersebut.
Cara untuk mengetahui kualitas produk adalah dengan melakukan penelitian
mengenai persepsi konsumen terhadap kualitas produk (Tjiptono dan Diana, 1995: 45).
Sehingga, untuk mengetahui kualitas produk pada obyek wisata diperlukan penelitian
mengenai persepsi wisatawan. Dalam penelitian ini dipilih Taman Edukasi nDayu Park
sebagai objek yang diteliti kualitas produk wisatanya. Taman Edukasi nDayu Park
Sragen, Jawa Tengah. Obyek wisata ini memiliki atraksi berupa wahana-wahana yang
dapat dinikmati oleh wisatawan dari segala usia. Namun, sebagian besar wahana yang
disediakan adalah wahana outbound dan juga wahana anak. Wahana outbound
diantaranya adalah bertanam padi, bertanam ketela, kebun binatang, kolam renang,
perah susu, kolam bola warna, membatik, mewarnai gerabah, pembuatan roti, dan
tangkap ikan. Selain wahana outbound, terdapat pula agrowisata dan wahana rekreasi
seperti bebek kayuh, flying fox, komedi putar dan taman lalu lintas. Selain itu, di Taman
Edukasi nDayu Park juga tersedia berbagai macam fasilitas, seperti pusat informasi,
resto, pendopo, musholla, kamar mandi, tempat parkir, rumah roti, dan tempat
penginapan berupa villa dan cottage.
Dalam satu tahun terakhir, muncul beberapa obyek wisata baru yang memiliki
tema serupa dengan Taman Edukasi nDayu Park. Selain itu, dalam waktu yang
bersamaan pula, terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan di Taman Edukasi
nDayu Park. Pada tahun 2014, jumlah kunjungan wisatawan sebesar 129.526 orang,
dan pada tahun 2015 mengalami penurunan menjadi 121.595 orang. Oleh karena itu,
untuk memperkuat posisi penawaran dalam menarik wisatawan, maka pihak pengelola
mutlak untuk memperhatikan kualitas obyek wisata (Damanik dan Weber, 2006: 13).
Sehingga, penelitian terkait persepsi wisatawan Taman Edukasi nDayu Park terhadap
kualitas perlu dilakukan. Dalam penelitian ini, kualitas yang diteliti adalah atraksi
wahana outbound, fasilitas dan pelayanan yang ada di Taman Edukasi nDayu Park.
dan pelayanan yang mendapat persepsi negatif dari wisatawan, yang kemudian dapat
menjadi bahan evaluasi bagi pihak pengelola untuk meningkatkan kualitas guna
menambah jumlah kunjungan wisatawan.
Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Analisis Persepsi Wisatawan Terhadap Kualitas Atraksi
Wahana outbound, Fasilitas dan Pelayanan di Taman Edukasi nDayu Park Kabupaten Sragen”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik wisatawan yang mengikuti outbound di Taman
Edukasi nDayu Park?
2. Bagaimana persepsi wisatawan terhadap kualitas atraksi wahana outbound,
fasilitas dan pelayanan di Taman Edukasi nDayu Park?
1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan fokus, maka penulis membatasi penelitian
ini pada kualitas atraksi wahana outbound (bertanam padi, bertanam ketela, kebun
binatang mini, tangkap ikan, membuat roti, kolam renang dan perah susu), dan fasilitas
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui karakteristik wisatawan yang mengikuti outbound di Taman
Edukasi nDayu Park, yang berpengaruh pada persepsi wisatawan terhadap
kualitas atraksi wahana outbound, fasilitas dan pelayanan.
2. Untuk mengetahui persepsi wisatawan terhadap kualitas atraksi wahana
outbound, fasilitas dan pelayanan di Taman Edukasi nDayu Park Kabupaten
Sragen.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan
juga praktis. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut :
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dalam membuat indikator
kualitas atraksi, fasilitas dan pelayanan di wisata minat khusus.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam membuat skala
penilaian terhadap kualitas atraksi, fasilitas dan pelayanan di wisata minat
khusus.
1.5.2 Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
meningkatkan kualitas atraksi wahana outbound, fasilitas dan pelayanan yang
diberikan pengelola demi kenyamanan wisatawan.
1.6 Tinjauan Pustaka
Berikut adalah beberapa sumber acuan yang digunakan oleh penulis dalam
melakukan penelitian ini, diantaranya yaitu:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Eni Komiarti (2007) dengan judul “Persepsi Wisatawan Terhadap Kualitas Obyek dan Daya Tarik Taman Wisata Alam
Kawah Ijen Sebagai Tujuan Wisata Minat Khusus di Kabupaten Banyuwangi”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi wisatawan terhadap atraksi wisata
di Kawah Ijen dan mengetahui persepsi wisatawan tentang kualitas obyek dan daya
tarik wisata yang ada di Taman Wisata alam Kawah Ijen. Hasil penelitian tersebut
menyatakan dari 50 kuesioner, diketahui intensitas responden sebagian besar adalah
laki-laki dengan usia 24 hingga 35 tahun. Kebanyakan dari mereka adalah pelajar yang
memiliki pengeluaran Rp 600.000,- hingga Rp 1.000.000,-. Dari analisis penulis
disimpulkan bahwa: 1. Ada perbedaan persepsi antara wisatawan mancanegara dengan
wisatawan domestik terhadap keaslian daripada kondisi tujuan wisata Kawah Ijen. 2.
Wisatawan diusia kurang dari 24 tahun merasa biasa saja dan senang, sedangkan
wisatawan diusia lebih dari 24 tahun lebih merasakan kenyamanan dan kebahagiaan.
3. Bagi pengelola Taman Wisata Alam Kawah Ijen diharapkan dapat menjaga dan
Penelitian kedua berjudul “Persepsi Wisatawan Nusantara Terhadap Kualitas
Pelayanan di Candi Ratu Boko” yang dilakukan oleh Ariesa Pramudita (2013).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi wisatawan terhadap kualitas
pelayanan yakni atraksi, fasilitas dan aksesibilitas di Candi Ratu Boko. Hasil dari
penelitian adalah sebagian besar wisatawan merasa puas dengan pelayanan yang
diberikan oleh pengelola destinasi wisata Candi Ratu Boko. Atraksi wisata di Candi
Ratu Boko cukup menarik, amenitas cukup bagus, dan aksesibilitas cukup mudah
dijangkau. Sebagian besar responden juga menyatakan bersedia untuk berkunjung
kembali ke Candi Ratu Boko.
Ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Nurlahari Al Rezki (2015), yang berjudul “Persepsi Wisatawan Terhadap Kualitas Obyek Wisata Waduk Sermo di
Kabupaten Kulon Progo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik
wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata Waduk Sermo dan menganalisis persepsi
wisatawan terhadap kualitas Waduk Sermo. Hasil dari penelitian ini adalah sebagian
besar wisatawan merupakan pelajar/mahasiswa. Wisatawan sudah merasa puas dengan
atraksi yang ada di waduk sermo. Namun, keberadaan sampah yang berserakan
membuat wisatawan merasa kurang nyaman. Aksesibilitas yang dimiliki waduk sermo
dinilai cukup baik. Kemudian, untuk fasilitas yang dikeluhkan wisatawan adalah
gazebo, gardu pandang dan toilet.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Putri Ken Sitoresmi (2011) dengan judul “Perancangan Komunikasi Visual Pendukung Promosi nDayu Park Sragen Jawa
Tengah”. Penelitian ini mengenai perencaan promosi nDayu Park menggunakan
komunikasi visual. Tujuannya untuk memperkenalkan dan mengingatkan akan
kawasan wisata Taman nDayu Park dengan ciri khas serta keunikan sebagai identitas
pariwisata Sragen yang dapat dikenal oleh masyarakat.
Terakhir, penelitian yang dilakukan oleh Verra Ermayanti (2012) dengan judul “Valuasi Ekonomi Obyek Wisata nDayu Park Dengan Metode Biaya Perjalanan dan
Metode Valuasi Kontingensi”. Penelitian ini merupakan perbandingan antara Travel
Cost Method (TCM) dengan Contingent Valuation Method (CVM). Metode yang
digunakan adalah probability sampling untuk menentukan jumlah sampel yakni 100
orang. Hasil analisis dari penelitian ini adalah bahwa karakteristik responden
berdasarkan tingkat pendapatan yakni Rp &500 sampai dengan Rp 96.000. Umur
pengunjung rata-rata 30 - 35 tahun. Surplus konsumen sebesar Rp 260.841.380,00
pertahun. berdasarkan analisis Willingness to Pay (WTP) pengunjung akan tetap
berkunjung walaupun terjadi kenaikan tiket hingga tarif harga Rp 9.240,00.kenaikan
tiket dapat dilakukan dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan, dan
melakukan pengembangan tempat wisata dan penambahan fasilitas.
Berdasarkan tinjauan diatas, penelitian pertama membahas mengenai persepsi
wisatawan terhadap kualitas obyek dan daya tarik di Taman Wisata Alam Kawah Ijen
sebagai wisata minat khusus, kemudian penelitian kedua membahas persepsi
wisatawan nusantara terhadap kualitas pelayanan di Candi Ratu Boko, penelitian ketiga
Progo, kemudian penelitian keempat dan kelima memiliki kesamaan lokasi dengan
penelitian yang akan dilakukan, namun fokus pembahasannya berbeda. Tinjauan
penelitian keempat membahas mengenai perancangan komunikasi visual pendukung
promosi di nDayu Park, dan penelitian kelima membahas valuasi ekonomi obyek
wisata nDayu Park dengan metode biaya perjalanan dan metode valuasi kontingensi.
Berdasarkan tinjauan diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai kualitas
atraksi wahana outbound, fasilitas dan pelayanan di Taman Edukasi nDayu Park belum
pernah dilakukan.
1.7 Landasan Teori
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 759), persepsi adalah tanggapan
(penerimaan) langsung dari suatu serapan, proses seseorang mengetahui beberapa hal
melalui panca indera. Sedangkan, menurut Kotler (1993: 219) persepsi merupakan
proses pada diri seseorang dalam menyeleksi, mengatur, menginterpretasikan semua
informasi yang diperoleh guna menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah tanggapan
seseorang dalam menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan berbagai keadaan
nyata yang dilihat, didengar dan dirasakan oleh panca indera. Oleh karena itu, persepsi
wisatawan diartikan sebagai tanggapan wisatawan dalam menyeleksi, mengatur, dan
menginterpretasikan berbagai keadaan nyata yang dilihat, didengar dan dirasakan oleh
Setiap wisatawan memiliki persepsi masing-masing terhadap suatu obyek
wisata, ada yang memiliki persepsi positif maupun persepsi negatif. Hal tersebut sesuai
dengan informasi yang didapatkan oleh individu, baik informasi positif maupun
negatif, dan juga bagaimana individu tersebut memandang dan menyikapi serta
membentuk opini terhadap informasi yang diperoleh (Pitana dan Gayatri, 2005: 71).
Pembentukan persepsi terhadap suatu obyek wisata salah satunya ditentukan
berdasarkan karakteristik dari masing-masing wisatawan, hal ini seperti yang
dinyatakan oleh Robbins (1996) bahwa persepsi dipengaruhi oleh karakteritik dari
masing-masing individu. Menurut Suwantoro (2004: 97), karakteristik wisatawan
terdiri dari:
1. Variabel demografi, meliputi karakteristik keluarga: umur, pendidikan, pekerjaan,
dan penghasilan.
2. Variabel geografi, meliputi: tempat asal, daerah tujuan, distribusi regional,
komposisi urban/rural dari penduduk.
3. Variabel perilaku, meliputi: mode transportasi, kegiatan selama perjalanan, lamam
perjalanan, kapan perjalanan dilakukan, dan melakukan dengan siapa.
4. Variabel sosiologis, yang meliputi alasan/motif melakukan perjalanan,
faktor-faktor – faktor-faktor yang dianggap paling menentukan dalam memilih tempat tujuan
wisata, pengaruh anggota keluarga dalam menentukan perilaku perjalanan
Menurut Cooper,et al (1993) dalam Suwena dan Widyatmaja (2010: 88), dalam
suatu obyek wisata harus didukung empat komponen utama, yaitu atraksi (attraction),
fasilitas (amenities), aksesibilitas (acces) dan pelayanan tambahan (ancillary service).
Atraksi (attraction) adalah komponen yang signifikan dalam menarik
wisatawan untuk berkunjung. Menurut Yoeti (1996: 18) atraksi wisata yaitu semua
yang menjadi daya tarik yang mendorong wisatawan untuk mengunjungi daerah tujuan
wisata tersebut. Termasuk dalam kelompok ini adalah atraksi wisata alam, atraksi
wisata budaya, atraksi wisata sejarah, dan atraksi wisata buatan.
Fasilitas (amenities) adalah segala macam sarana dan prasarana yang
dibutuhkan oleh wisatawan selama berada di obyek wisata. Contohnya seperti tempat
penginapan, transportasi, tempat makan dan minum, kamar mandi, tempat ibadah dan
infrastruktur lainnya
Aksesibilitas (acces) adalah kemudahan untuk menuju daerah tujuan wisata.
Menurut Pusat Studi Pariwisata UGM dalam Budiatiningsih (2016: 6), komponen dari
aksesibilitas meliputi jaringan jalan, moda transportasi atau angkutan, kepadatan
jalan/lalu lintas, waktu tempuh, serta rambu-rambu penunjuk objek. Berdasarkan
pendapat diatas, diketahui bahwa akses merupakan kemudahan untuk menuju obyek
wisata.
Pelayanan tambahan (ancillary service) adalah pelayanan yang disediakan oleh
wisata, seperti jasa pemandu, informasi pelayanan wisatawan, keramahtamahan, dan
lain-lain.
Dalam penelitian ini, komponen utama obyek wisata yang diteliti terfokus pada
kualitas faktor internal yang terletak di dalam obyek wisata, yakni atraksi wahana
outbound, fasilitas dan juga pelayanan. Sedangkan aksesibilitas tidak diikutsertakan
karena komponen ini terletak di luar obyek wisata, seperti jaringan jalan, moda
transportasi atau angkutan, kepadatan jalan/lalu lintas, waktu tempuh, serta
rambu-rambu penunjuk objek.
Dalam memperkuat posisi penawaran obyek wisata, pihak pengelola mutlak
untuk memperhatikan unsur-unsur dalam kualitas produk wisata. Kualitas adalah
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan juga
lingkungan yang memenuhi bahkan melebihi harapan (Tjiptono dan Diana, 1995: 4).
Menurut Yoeti (1997) dalam Suwena dan Widyatmaja (2010: 124), wisata yang baik
harus memenuhi unsur-unsur berikut ini, yaitu:
1. Obyek wisata harus menarik untuk disaksikan dan dipelajari
2. Memiliki ciri khas yang berbeda dengan obyek wisata lain
3. Prasarana pada obyek wisata tersebut dipelihara dengan baik
4. Memiliki something to see, something to do dan something to buy
Sedangkan untuk menentukan kualitas pelayanan, menurut Rahmayanty (2013:
173) konsumen biasanya menilai dan mengevaluasi kualitas pelayanan dari beberapa
1. Bukti langsung (Tangible)
Suatu service atau pelayanan tidak bisa dilihat, dicium dan diraba, namun salah
satu cara mengukur pelayanan adalah dengan menilai dari faktor tangibles yang
dapat dilihat oleh panca indera. Faktor ini meliputi fasilitas fisik, perlengkapan
yang disediakan, pegawai, dan sarana komunikasi.
2. Keandalan (Reability)
Keandalan adalah kemampuan memberikan pelayanan kepada wisatawan sesuai
yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. Dimensi ini mencakup
ketepatan para karyawan dalam memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan.
3. Daya Tanggap (Responsiveness)
Adanya keinginan dari para karyawan untuk membantu para pelanggan dengan
memberikan pelayanan secara cepat tanggap dan juga tepat dalam menyelesaikan
masalah dengan konsumen agar konsumen tidak memiliki kesan yang negatif
terhadap pelayanan yang diberikan.
4. Jaminan (Assurance)
Faktor jaminan meliputi kemampuan, kesopanan dan sifat yang bisa dipercaya
yang dimiliki oleh para karyawan, bebas dari rasa bahaya dan risiko, serta rasa
keragu-raguan.
5. Empati (Empathy)
Empati meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, tercipta komunikasi
yang baik, adanya perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan pelanggan.
pengelola maupun para karyawan dalam membantu konsumen dengan tulus dan
penuh perhatian.
Unsur- unsur tersebut menjadi indikator dalam mengetahui kualitas atraksi
wahana outbound, fasilitas, dan juga pelayanan di Taman Edukasi nDayu Park.
1.8 Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode
deskriptif adalah yaitu metode yang digunakan dalam penelitian melalui
penggambaran/pelukisan fenomena atau hubungan antar fenomena secara akurat,
sistematika dan faktual (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000: 29).
1.8.1 Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan pengumpulan data primer
dan sekunder.
1. Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara:
a. Observasi
Observasi adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan mengamati,
meneliti atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung di suatu tempat
(Kusmayadi dan Sugiarto, 2000: 84). Observasi ini dilakukan di lokasi penelitian
mengamati atraksi wahana outbound dengan mengikuti serangkaian kegiatan
outbound, yaitu mulai dari acara pembukaan di pendopo hingga acara terakhir yaitu
di kolam renang. Selain itu, peneliti juga mengamati kondisi fasilitas yang
disediakan pihak Taman Edukasi nDayu Park, serta mengamati pelayanan yang
diberikan karyawan dan pemandu outbound kepada wisatawan. Tujuan dari
observasi ini adalah melihat kondisi aktual atraksi wahana outbound, fasilitas, dan
pelayanan yang ada di Taman Edukasi nDayu Park.
b. Wawancara
Wawancara adalah cara untuk mengumpulkan informasi dengan bertanya
langsung kepada responden yang jawabannya dicatat atau direkam sebagai sumber
informasi (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000: 83). Dalam penelitian ini, peneliti
mewawancarai pihak pengelola maupun orang yang berpengaruh di Taman
Edukasi nDayu Park dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai Taman
Edukasi nDayu Park secara mendalam. Informasi yang didapatkan dari para
narasumber kemudian dicatat dan direkam selanjutnya diolah menjadi sebuah
informasi yang mudah dipahami.
c. Kuesioner
Kuesioner adalah sekelompok pertanyaan yang dibuat oleh peneliti untuk
diajukan kepada responden. Metode ini dilakukan dengan cara memberikan angket
penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner tertutup.
Kuesioner tertutup yakni kuesioner yang jawabannya telah ditentukan oleh peneliti,
dan responden hanya tinggal memilih jawaban yang tersedia. Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan Skala Likert dalam instrumen penelitian. Skala Likert
merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, penilaian
seseorang atau sekelompok orang mengenai fenomena sosial (Sugiyono 2010: 94).
Pilihan jawaban terdiri dari empat alternatif, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju,
setuju dan sangat setuju. Peneliti menghilangkan jawaban netral agar responden
dapat lebih condong pada salah satu bagian atau yang disebut modifikasi skala
likert. Modifikasi Skala Likert menurut Hadi (1991: 19) memiliki tujuan untuk
menghilangkan kelemahan yang ada pada skala lima tingkat dengan
menghilangkan jawaban yang di tengah atau biasa diartikan netral atau ragu-ragu.
Terdapat beberapa alasan menghilangkan jawaban netral, diantaranya: 1. Jawaban
tersebut memiliki arti yang ganda, biasanya responden belum dapat memutuskan
jawaban, sehingga memilih untuk netral atau ragu-ragu. 2. Adanya jawaban netral
justru menimbulkan jawaban ke tengah, dan 3. Adanya kategori jawaban
STS-TS-S-SS dapat melihat pendapat responden, kearah setuju atau tidak setuju.
Penetapan responden dilakukan dengan cara purposive sampling (Kusmayadi
dan Sugiarto, 2000: 141) yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan sengaja
menentukan jenis responden dengan tujuan tertentu, dan anggota sampel yang
Dalam pengajuan kuesioner, dibutuhkan formula untuk menentukan jumlah
sampel yang akan dijadikan responden. Pengukuran sampel yang digunakan adalah
formula Slovin dalam Kusmayadi dan Sugiarto (2000: 74).
N
n =
1 + Ne²
n = ukuran sampel responden
N = ukuran populasi
e = margin eror (5% - 10%)
Untuk memperoleh sampel responden, dibutuhkan data kunjungan wisatawan
Taman Edukasi nDayu Park pada tahun terakhir, yakni tahun 2015. Berdasarkan
data kunjungan pihak pengelola Taman Edukasi nDayu Park, jumlah kunjungan
wisatawan pada tahun 2015 adalah sebesar 121.595 wisatawan. Dalam penentuan
sampel, margin eror yang digunakan peneliti adalah 8%. Berikut adalah
perhitungan penentuan sampel menggunakan formula Slovin:
𝜂 = 121.595
1 + 121.595(100)² 8
= 121.595
= 121.595 1 + 778,21 = 121.595 778,21 = 156,24 = 156
Berdasarkan formula diatas, kuisioner akan dibagikan kepada 156
wisatawan, yang merupakan peserta outbound maupun pendamping peserta
outbound di Taman Edukasi nDayu Park
2. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara:
a. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data yang menggunakan studi
penelaah terhadap buku – buku, literatur – literatur, catatan – catatan, dan laporan – laporan yang berhubungan dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1998: 111).
Dalam penelitian ini diperlukan untuk kelengkapan Bab 2 yang berisi gambaran
umum mengenai Taman Edukasi nDayu Park. Data diperoleh dari karya ilmiah,
b. Studi Laman
Penelitian ini juga menggunakan studi laman untuk mengumpulkan data.
Data diambil melalui laman internet yang merupakan laman resmi dari suatu
lembaga atau organisasi yang berhubungan dengan penelitian mengenai Taman
Edukasi nDayu Park. Sehingga, keakuratan dan kevalidan data bisa
dipertanggungjawabkan.
1.8.2 Cara Analisis data
Sesuai dengan metode deskriptif, penelitian ini lebih bersifat uraian dari hasil
yang diperoleh melalui kuisioner, observasi langusng dan juga wawancara. Untuk
menjawab rumusan masalah mengenai karakteristik wisatawan, data disajikan dalam
bentuk tabel. Sedangkan untuk menjawab rumusan masalah mengenai persepsi
wisatawan terhadap kualitas atraksi wahana outbound, fasilitas dan pelayanan, data
disajikan dalam bentuk diagram. Data-data yang diperoleh tersebut, dilengkapi dengan
uraian penjelasan dan juga analisis peneliti yang diperkuat dengan dokumentasi.
1.8.3 Variabel Penelitian
Menurut Arikuntoro (2006: 118), variabel penelitian merupakan obyek yang
menjadi titik perhatian untuk penelitian. Dalam penelitian ini, variabel yang akan
diteliti adalah kualitas atraksi wahana outbuond, fasilitas dan pelayanan berdasarkan
Tabel 1. Variabel Penelitian Kualitas Atraksi Wahana Outbound, Fasilitas dan Pelayanan
No. Variabel Indikator
1. Atraksi Wahana Outbond 1. Atraksi wahana outbound (bertanam padi, bertanam ketela, kebun binatang, tangkap ikan, membuat roti, kolam renang dan perah susu) menarik untuk disaksikan dan dipelajari.
2. Atraksi wahana outbound (bertanam padi, bertanam ketela, kebun binatang, tangkap ikan, membuat roti, kolam renang dan perah susu) memiliki keunikan diantara obyek wisata lain.
2. Fasilitas 1. Tersedianya pusat informasi yang memadahi
2. Tersedianya resto yang bersih
3. Tersedianya Pendopo yang memadahi 4. Tersedianya musholla yang layak
5. Tersedianya tempat parkir yang memadahi 6. Tersedianya tempat sampah yang
mencukupi
7. Tersedianya produk rumah roti yang lengkap
Tabel 1. Lanjutan
3. Pelayanan 1. Pelayanan tepat waktu
2. Merasa aman saat berkunjung 3. Retribusi tiket tergolong murah 4. Pemandu outbound bersikap ramah 5. Pemandu outbound berpenampilan rapih 6. Pemandu outbound cepat tanggap dalam
memberikan pelayanan Sumber: Yoeti, 1997; Rahmayanty, 2013
1.9 Sistematika penulisan
Laporan penelitian tersebut, kemudian disusun sebagai berikut:
BAB I: bab ini merupakan pendahaluan dari sebuah penelitian, yang berisi tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tujuan
pustaka, landasan teori, dan metode penelitian yang disertai dengan sistematika
penulisannya.
BAB II: bab ini berisi tentang gambaran umum Taman Edukasi nDayu Park.
Diantaranya adalah sejarah, struktur organisasi, aksesibilitas, atraksi dan fasilitas di
Taman Edukasi nDayu Park.
BAB III: bab ini berisi pembahasan penelitian, yakni mengenai karakteristik wisatawan
yang mengikuti outbound di Taman Edukasi nDayu Park, dan persepsi wisatawan
terhadap kualitas atraksi wahana outbound, fasilitas dan pelayanan di Taman Edukasi
BAB IV : bab ini berisi kesimpulan dan saran dari keseluruhan penelitian, sehingga
diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi nyata dalam
meningkatkan kualitas atraksi wahana outbound, fasilitas dan pelayanan bagi