• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kedaulatan pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kedaulatan pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedaulatan pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal. Kedaulatan pangan merupakan konsep pemenuhan hak atas pangan yang berkualitas gizi baik dan sesuai secara budaya, diproduksi dengan sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Kedaulatan pangan adalah hak setiap rakyat untuk memproduksi pangan secara mandiri dan hak untuk menetapkan sistem pertanian, peternakan, dan perikanan, tanpa adanya subordinasi dari kekuatan pasar internasional (SPI, 2015)

Aktivitas sektor pertanian sebagian besar dilakukan di wilayah pedesaan dan didominasi oleh petani dengan kegiatan utama usahatani budidaya (on farm). Pada kondisi demikian maka perhatian pembangunan untuk peningkatan pendapatan petani menjadi sangat relevan dan strategis. Oleh karena itu maka dalam setiap tahun kegiatan pembangunan pertanian kesejahteraan petani selalu menjadi tujuan pembangunan. Melalui berbagai kebijakan dan program pembangunan pertanian yang dilaksanakan pemerintah telah berupaya meningkatkan produksi pertanian, menjaga stabilitas pasokan bahan pangan dan meningkatkan pendapatan/ kesejahteraan petani (Rachmat, 2013).

Peningkatan produksi dan pendapatan petani padi belum tentu dapat meningkatkan kesejahteraan petani padi, apabila dayabeli petani padi tersebut tidak meningkat. Hal ini berkaitan dengan dayabeli dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi rumah tangganya. Tingkat kesejahteraan petani padi secara

(2)

relatifmeningkat apabila dayabeli pendapatan dari usahatani padi meningkat (Nurasa dan Muchjidin 2013).

Untuk melihat dinamika tingkat kesejahteraan petani, salah satu alat bantu yang digunakan adalah Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Komoditas Pertanian (NTKP), dimana peningkatan nilai tukar tersebut diharapkan mampu mengindikasikan peningkatkan kesejahteraan masyarakat pertanian maupun keadaan sebaliknya. NTP berkaitan dengan kemampuan dan dayabeli petani dalam membiayai hidup rumah tangganya. NTKP berkaitan dengan kekuatan dari dayatukar ataupun dayabeli dari suatu komoditas pertanian terhadap komoditas/produksi lain yang dipertukarkan (Elizabeth dan Darwis, 2000).

Apabila dayabeli petani karena pendapatan yang diterima dari kenaikan harga produksi pertanian yang dihasilkan lebih besar dari kenaikan harga barang yang dibeli, maka hal ini mengindikasikan bahwa daya dan kemampuan petani lebih baik atau tingkat pendapatan petani lebih meningkat. Alat ukur dayabeli petani dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan petani dirumuskan dalam bentuk Nilai Tukar Petani (NTP) yang terbentuk oleh keterkaitan yang kompleks dari suatu sistem pembentuk harga, baik harga yang diterima maupun harga yang dibayar petani. Dengan kata lain, Nilai Tukar Petani dapat didefenisikan sebagai nisbah antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar oleh petani, sehingga merupakan ukuran kemampuan daya tukar produk yang dihasilkan terhadap produk dan jasa yang mampu dibeli rumah tangga petani, baik untuk biaya input usahatani maupun biaya konsumsi rumah tangga petani (Elizabeth dan Darwis, 2000 ).

(3)

Harga menjadi salah satu pemicu bagi petani untuk melanjutkan usahataninya. Harga yang tinggi akan menjadikan petani bersemangat untuk menanam padi. Jika hal ini dialami petani disetiap daerah, perkembangan pertumbuhan pertanian sektor tanaman pangan akan meningkat. Rendahnya harga jual padi sering dijadikan petani alasan untuk mengganti komoditas yang ditanamnya menjadi komoditas lain atau perkebunan seperti kelapa sawit. Akibatnya konversi lahan akan terjadi sehingga produksi padi akan menurun yang mengakibatkan kebutuhan beras dalam negeri tidak terpenuhi yang pada akhirnya Indonesia akan mengimpor beras dan kedaulatan pangan tidak akan pernah tercapai. Memang padi akan tetap di usahakan oleh petani karena beras masih menjadi kebutuhan pokok untuk makan bagi masyarakat tani, tetapi jumlah produksi dan luas lahan yang mereka tanami berkurang.

Salah satu masalah klasik yang sering dialami petani padi adalah anjloknya harga jual gabah/beras pada saat panen raya, dan meningkatnya harga pada saat diluar panen. Kondisi tersebut menyebabkan petani menjadi rugi dan usahatani padi tidak menguntungkan.

Dengan harga jual yang rendah akan menyebabkan penerimaan petani yang rendah. Akibatnya pendapatan yang akan dibelanjakan untuk kebutuhan konsumsi pangan maupun non pangan akan berkurang. Petani bisa saja mengurangi jumlah konsumsi pangan tertentu pada komoditas tertentu. Misalnya saat penerimaan rendah dengan asumsi harga kebutuhan tetap, petani bisa mengurangi konsumsinya terhadap ikan, gula, ataupun tingkat pendidikan keluarganya.

(4)

NTP merupakan alat ukur kesejahteraan petani, sehingga menghitung NTP dapat mengetahui tingkat kesejahteraan petani. Mengukur NTP penting dalam pembangunan pertanian berkelanjutan serta tercapainya kedaulatan pangan.

Untuk menghitung NTP dapat dilihat dari perkembangan angka indeks terima dan indeks bayar petani. Indeks terima adalah perkembangan harga rata-rata yang diterima petani dari usahataninya dibandingkan dengan tahun dasar. Untuk provinsi Sumatera utara index harga yang diterima petani untuk subsektor tanaman pangan pada tahun 2012 dan tahun 2013 berturut-turut 142,45% (artinya terjadi kenaikan harga yang diterima petani 42,45% dibanding tahun dasar) dan 150,19 %. Index ini mengalami kenaikan sebesar 5,4 persen, tetapi hal yang sama juga terjadi pada index harga yang dibayar petani yang mengalami kenaikan sebesar 5,9%. Index harga yang dibayar petani pada tahun 2012 sebesar 142,03% dan pada tahun 2013 sebesar 151,02%. Kenaikan index yang dibayar petani lebih besar dibanding dengan kenaikan index yang diterima petani, akibatnya Nilai Tukar Petani juga turun dari 100,02% menjadi 99,46% yang mengakibatkan turunnya dayabeli petani sumatera utara dan bedampak terhadap menurunnya kesejahteraan petani.

NTP pada subsektor tanaman pangan dari tahun 2008 hingga 2013 – 95,63; 96,23%; 98, 47%; 99,50%; 100,29; 99,46%- selalu berada dibawah 100%, kecuali pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa petani masih jauh dari kesejahteraan (BPS, 2013).

Provinsi Sumatera Utara khususnya Kabupaten Deliserdang merupakan daerah penghasil utama padi sawah terbesar. Produksi padi pada bulan februari tahun

(5)

2015 mencapai 159.348 ton yang merupakan produksi tertinggi dari seluruh kabupaten di Sumatera Utara. Kemudian di susul Labura 155.853 ton, dan simalungun 148.506 ton (MedanBisnis, 2015). Pada tahun 2013 kabupaten Deli Serdang juga merupakan salah satu produsen terbesar di SUMUT. Berikut disajikan data produksi padi sawah dan padi ladang di Sumatera Utara.

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah + Ladang Menurut Kabupaten/Kota, 2013

No

Nama Kabupaten/Kota Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Rata-Rata Poduksi (kw/Ha) 1 N i a s 6 573 20 177 30,7 2 Mandailing Natal 38 401 182 652 47,56 3 Tapanuli Selatan 31 693 151 713 47,87 4 Tapanuli Tengah 29 344 130 065 44,32 5 Tapanuli Utara 26 338 125 825 47,77 6 Toba Samosir 24 260 137 057 56,49 7 Labuhanbatu 27 856 122 053 43,82 8 A s a h a n 18 718 103 887 55,5 9 Simalungun 87 504 477 489 54,57 10 D a i r i 18 877 95 823 50,76 11 K a r o 24 068 121 502 50,48 12 Deli Serdang 80 104 449 818 56,15 13 L a n g k a t 80 899 407 918 50,42 14 Nias Selatan 24 462 101 950 41,68 15 Humbang Hasundutan 19 002 89 953 47,34 16 Pakpak Bharat 4 978 15 788 31,72 17 Samosir 8 305 43 246 52,07 18 Serdang Bedagai 71 789 394 978 55,02 19 Batu Bara 34 926 181 590 51,99

20 Padang Lawas Utara 18 327 74 463 40,63

21 Padang Lawas 14 573 60 509 41,52 22 Labuhanbatu Selatan 674 3 020 44,81 23 Labuhanbatu Utara 20 677 95 681 46,27 24 Nias Utara 2 029 5 762 28,4 25 Nias Barat 2 012 6 126 30,45 26 S i b o l g a - - - 27 Tanjungbalai 266 1 224 46,03 28 Pematangsiantar 3 615 19 638 54,32 29 Tebing Tinggi 769 3 683 47,89 30 M e d a n 3 552 17 098 48,14 31 B i n j a i 3 962 19 707 49,74 32 Padangsidimpuan 10 752 53 034 49,32 33 Gunungsitoli 3 663 14 253 38,91

Total Sumatera Utara 742 968 3 727 681 50,17 Sumber: BPS Sumatera Utara 2014

(6)

Kabupaten Deli Serdang yang salah satu produksi panen terbesar sering sekali melakukan panen serentak dibeberapa daerah. Harga gabah kering panen (GKP) sebelumnya Rp 4.800,-/Kg turun menjadi Rp 3.800,-/Kg di daerah Percut sei Tuan saat panen raya yang terjadi dibulan februari (Republika, 2016).

Selain itu berdasarkan laporan Medan Bisnis (2016) pertama kali panen di Kecamatan Sunggal kabupaten Deli Serdang harga GKP Rp 4.900,-/Kg namun saat panen raya dan keseluruhan didaerah itu panen harga GKP turun menjadi Rp 4.700,-/Kg. Harga ini diterima petani bagi mereka yang panen di bulan februari.

Selain itu berdasarkan laporan Tribunnews pada bulan Januari 2016, Pertama kali panen harga gabah kering panen di Sei Rampah mencapai Rp 5.400,-/Kg, namun saat panen raya harga turun menjadi Rp 4.600,-/Kg. Hal ini disebabkan karena Serdang Bedagai dan Deli Serdang sama-sama panen sehingga pasokan gabah banyak. Serdang bedagai dan Deli Serdang sama-sama panen antara bulan Januari-Februari.

Oleh karena itu disetiap sentra produksi padi akan sangat memungkinkan terjadinya panen raya, sehingga akan berdampak terhadap menurunnya harga jual gabah kering panen (GKP) atau gabah kering giling (GKG) jika tidak dibarengi dengan pengaturan dari pemerintah. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya penerimaan petani dan menurunnya kesejahteraan petani.

(7)

1.2 Identifikasi Masalah

1. Apakah ada dampak panen raya terhadap Nilai Tukar Petani (NTP) di daerah penelitian?

2. Bagaimana pola konsumsi bahan pokok Rumah Tangga Tani pada saat panen raya dan non panen raya?

3. Apa Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar Petani (NTP)di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk menganalisisdampak panen raya terhadap Nilai Tukar Petani (NTP) di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisispola konsumsi bahan pokok Rumah Tangga Tani pada saat panen raya dan non panen raya.

3. Untuk menganalisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar Petani(NTP) di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penulisan

1. Sebagai gambaran dan bahan informasi bagi petani padi dalam pengembangan usahataninya.

2. Sebagai bahan informasi bagi pengambilan keputusan dalam membuat kebijakan terutama dalam stabilisasi harga padi (beras)

3. Sebagai bahan informasi bagi pengambilan keputusan dalam membuat kebijakan dalam hal kesejahteraan petani.

Referensi

Dokumen terkait

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data tulis yang berupa wacana iklan elektronik pada surat kabar Suara Merdeka edisi Maret 2012 yang terdiri atas 47 iklan.

Pentadbir Sistem ICT adalah bertanggungjawab memastikan kawalan keselamatan dilaksana bagi mengelak berlakunya capaian oleh pengguna yang tidak sah, pengubahsuaian,

Untuk memperoleh pembahasan yang tidak menyimpang dari pokok permasalahan dan berkualitas sebagai suatu karangan ilmiah, maka perlu untuk membatasi lingkup

1) Traksi: jaringan mengalami tarikan yang cukup kuat melebihi batas kelenturan sehingga mengakibatkan kerobekan otot atau ligamentum, misalnya: tarikan tendo

Indikator kinerja Renstra STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta terdiri dari tujuh bidang yaitu : Keunggulan dalam riset yang diakui masyarakat akademis internasional melalui

Hasil temuan di tujuh negara yang dikaji di dalam studi ini—Kanada, China, Jerman, India, Indonesia, Singapura dan Thailand—menunjukkan bahwa sektor TIK dan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka didapat kesimpulan bahwa pada Kecamatan Depok yang di bagi menjadi 3 strata yaitu Desa Maguwoharjo sebagai strata 0, Desa

Data pelaksanaan tindakan kelas penerapan Numbered Heads Together untuk meningkatkan motivasi dan komunikasi belajar matematika pada siswa kelas VII A SMP Negeri