• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I.

TINJAUAN TEORETIK

A. CEDERA PADA ARTICULATIO GENUS (SENDI LUTUT)

A.1. ANATOMI ARTICULATIO GENUS

Persendian adalah suatu hubungan antara dua buah tulang atau lebih yang dihubungkan melalui jaringan ikat pada bagian luar dan pada bagian dalam. Pada articulatio terdapat rongga sendi dengan permukaan tulang yang dilapisi oleh tulang rawan. Sendi lutut merupakan sendi di extremitas inferior yang menghubungkan tungkai atas (paha/ femur) dengan tungkai bawah (tibia). Fungsi dari sendi ini adalah untuk melakukan gerakan flexi, extensi dan sedikit rotasi pada tugkai bawah. Untuk melakukan fungsi gerak ini diperlukan antara lain: 5

- Otot-otot penggerak sendi

- kapsul sendi yang berfungsi untuk melindungi bagian tulang yang bersendi supaya jangan lepas bila bergerak

- Adanya permukaan tulang yang dengan bentuk tertentu yang mengatur luasnya gerakan.

- Adanya cairan dalam rongga sendi yang berfungsi untuk mengurangi gesekan antara tulang pada permukaan sendi. - Ligamentum-ligamentum yang ada di sekitar sendi lutut yang

merupakan penghubung kedua buah tulang (femur dan tibia) yang bersendi sehingga sendi menjadi kuat untuk melakukan gerakan.5

Articulatio genus (sendi lutut) adalah sendi yang terbesar dan paling rumit di seluruh tubuh. Pada dasarnya sendi ini terdiri atas dua buah sendi condylaris antara condylus femoris medialis dan lateralis dengan condylus tibiae yang bersesuaian serta sebuah sendi pelana antara patella dan facies patellaris femoris. Perhatikan bahwa fibula tidak terlibat pada sendi ini.5,6,7

(2)

7

Sendi lutut ini termasuk dalam jenis sendi engsel, yaitu pergerakan dua condylus femoris diatas condylus tibiae. Gerakan yang dapat dilakukan oleh sendi ini yaitu gerakan flexi, extensi dan sedikit rotatio. Jika terjadi gerakan yang melebihi kapasitas sendi maka akan dapat menimbulkan cedera yang antara lain terjadi robekan pada kapsul dan ligamentum di sekitar sendi.5 Sendi antara femur dan tibia adalah sebuah sendi sinovial tipe ginglymus (sendi engsel), tetapi mempunyai sedikit kemungkinan gerak rotasi. Sendi antara patella dan femur adalah sendi sinovial jenis pelana.6

Patella yang merupakan jenis tulang sesamoid terletak pada segmen inferior dari tendo m. quadriceps femoris pada permukaan ateroinferior. Pinggir atas, lateral dan medial merupakan tempat perlekatan berbagai bagian m.quadriceps femoris. Patella dicegah bergeser ke lateral selama kontraksi m. quadriceps femoris oleh serabut-serabut horizontal bawah m. vastul medialis dan oleh besarnya ukuran condylus lateralis femoris.5,6 A.1.1. Morfologi Articulatio Genus (Sendi Lutut)

Sendi lutut merupakan persendian yang paling besar pada tubuh manusia. Sendi ini terletak pada ekstremitas inferior yaitu antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya sendi lutut ini terdiri dari dua articulatio condylaris diantara condylus femoris medialis dan lateralis dan condylus tibiae yang terkait dan sebuah sendi pelana, diantara patella dan facies patellaris femoris.5,6,10

Tulang- tulang pembentuk articulatio genus adalah: 1. Os. Femur

2. Os. Tibia 3. Os. Patella

(3)

8

Otot – otot yang mempunyai fungsi pada sendi lutut:6 1. Flexi - flexor

M. biceps femoris, m. semitendinosus, m. semimembranosus, dibantu oleh m. gracilis, m. sartorius, dan m.popliteus. flexi dibatasi oleh kontak bagian belakang tungkai bawah dengan tungkai atas.

2. Extensi - extensor

M. quadriceps femoris. Extensi dihambat oleh tegangnya seluruh ligamentum-ligamentum utama sendi.

3. Rotasi Medial

M. sartorius, m. gracilis dan m. semitendinosus 4. Rotasi Lateral

M. biceps femoris

Stabilitas sendi lutut tergantung pada tonus otot-otot kuat yang bekerja pada sendi dan kekuatan ligamentum-ligamentum. Dari faktor ini tonus otot adalah yang terpenting dan menjadi tugas ahli fisioterapi untuk mengembalikan kekuatan otot ini, terutama M. quadriceps femoris setelah terjadi cedera sendi lutut.6

Secara umum sendi lutut termasuk kedalam golongan sendi engsel, tetapi sebenarnya terdiri dari tiga bagian sendi yang kompleks yaitu :

1. Articulatio condyloidea diantara dua condylus femoris dan meniscus dan berhubungan dengan condylus tibiae

2. satu articulatio jenis arthrodia parsialis diantara permukaan dorsal dari patella dan permukaan ventral facies patellaris femoris.

Pada bagian atas sendi lutut terdapat condylus femoris yang berbentuk bulat, pada bagian bawah terdapat condylus tibiae dan cartilago semilunaris. Pada bagian bawah terdapat articulatio antara ujung bawah femur dengan patella.

(4)

9

Fascies articularis femoris. tibiae dan patella diliputi oleh cartilago hyaline. Fascies articularis condylus medialis dan lateralis tibiae di klinik sering disebut sebagai plateau tibialis medialis dan lateralis.

A.1.1.1. Ligamentum Pada Sendi Lutut A.1.1.1.a. Ligamentum Extracapsularis

1. Ligamentum Patellae

Ligamentum patella (diatas) melekat pada pinggir bawah patella dan dibawah pada tuberositas tibiae. Sebenarnya ligamentum ini merupakan lanjutan dari bagian utama tendo bersama m. quadriceps femoris.5,6

2. Ligamentum Collaterale Laterale (Collaterale Fibulae)

Berbentuk seperti tali dan melekat di atas pada condylus lateralis femoris dan dibawah pada caput fibulae tendo m. popliteus berjalan diantara ligamentum dan meniscus lateralis.10

3. Ligamentum Collaterale Mediale (Collaterale Tibiae)

Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat dibagian atas pada condylus medialis femoris dan pada bagian bawah melekat pada margo infraglenoidalis tibiae. Ligamentum ini menembus dinding kapsul sendi dan sebagian melekat pada meniscus medialis. Di bagian bawah pada margo infraglenoidalis, ligamentum ini menutupi tendo m. semimembranosus dan a. inferior medialis genus.5,6

4. Ligamentum Popliteum Obliquum

Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian posterior dari sendi lutut, letaknya membentang secara oblique ke medial dan bawah. Sebagian dari ligamentum ini berjalan menurun pada dinding kapsul dan fascia m. popliteus dan sebagian lagi membelok ke atas menutupi tendo m. semimembranosus.5,6

(5)

10 5. Ligamentum Transversum Genus

Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada dua meniscus, terdiri dari jaringan conective, kadang- kadang ligamentum ini tertinggal dalam perkembangannya, sehingga sering tidak dijumpai pada sebagian orang.5,6

A.1.1.1.b. Ligamentum Intra Capsular

Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang sangat kuat, saling menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua bagian yaitu posterior dan anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibiae. Ligamentum ini penting karena merupakan pengikat utama antara femur dan tibiae.5,6

1. Ligamentum Cruciatum Anterior

Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan berjalan kearah atas, kebelakang dan lateral untuk melekat pada bagian posterior permukaan medial condylus lateralis femoris. Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan akan menegang bila lutut diluruskan sempurna. Ligamentum cruciatum anterior berfungsi untuk mencegah femur bergeser ke posterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut berada dalam keadaan flexi ligamentum cruciatum anterior akan mencegah tibiae tertarik ke posterior.5

2. Ligamentum Cruciatum Posterior

Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris posterior tibiae dan berjalan kearah atas, depan dan medial, untuk dilekatkan pada bagian anterior permukaan lateral condylus medialis femoris. Serat-serat anterior akan mengendur bila lutut sedang extensi, namun akan menjadi tegang bila sendi lutut dalam keadaan flexi. Serat-serat posterior akan menjadi tegang dalam keadaan extensi. Ligamentum cruciatum posterior berfungsi untuk mencegah femur ke anterior terhadap tibiae. Bila

(6)

11

sendi lutut dalam keadaan flexi, ligamentum cruciatum posterior akan mencegah tibiae tertarik ke posterior.5

A.1.1.2. Cartilago Semilunaris (Meniscus)

Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C, yang pada potongan melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan cembung, melekat pada bursa. Batas dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas. Permukaan atasnya cekung dan berhubungan langsung dengan condylus femoris.5,10

Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus tibialis untuk menerima condylus femoris yang cekung.

1. Cartilago Semilunaris Medialis

Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh lebih lebar daripada bagian depannya. Cornu anterior melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan berhubungan dengan cartilago semilunaris lateralis melalui beberapa serat yang disebut ligamentum transversum. Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior tibiae. Batas bagian perifernya melekat pada simpai dan ligamentum collaterale sendi. Dan karena perlekatan inilah cartilago semilunaris relatif tetap.

2. Cartilago Semilunaris Lateralis

Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu anterior melekat pada area intercondylaris anterior, tepat di depan eminentia intercondylaris. Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior, tepat di belakang eminentia intercondylaris. Seberkas jaringan fibrosa biasanya keluar dari cornu posterior dan mengikuti ligamentum cruciatum posterior ke condylus medialis femoris. Batas perifer cartilago dipisahkan dari ligamentum collaterale laterale oleh tendo m.

(7)

12

popliteus, sebagian kecil dari tendo melekat pada cartilago ini. Akibat susunan yang demikian ini cartilago semilunaris lateralis kurang terfiksasi pada tempatnya bila dibandingkan dengan cartilago semilunaris medialis.5,8

A.1.1.3. Capsula Articularis

Capsula articularis terletak pada permukaan posterior dari tendo m. quadriceps femoris dan didepan menutupi patella menuju permukan anterior dari femur diatas tuberositas articularis. Kemudian capsula ini berlanjut sebagai loose membran yang dipisahkan oleh jaringan lemak yang tebal dari ligamentum patellae dan dari bagian tengah dari retinacula patellae menuju bagian atas tepi dari dua meniscus dan ke bawah melekat pada ligamentum cruciatum anterior. Selanjutnya capsula articularis ini menutupi kedua ligamentun cruciatum pada sendi lutut sebagai suatu lembaran dan melintasi tepi posterior ligamentum cruciatum posterior. Dari tepi medial dan lateral dari fascies articularis membentuk dua tonjolan, lipatan synovial, plica alares yang terkumpul pada bagian bawah. Kesemuanya hal ini membentuk suatu synovial villi.5

Plica synovialis patellaris, membentang pada bagian belakang yang mengarah pada bidang sagital menuju cavum sendi dan melekat pada bagian paling bawah dari tepi fossa intercondyloidea femoris. Plica ini merupakan lipatan sagital yang lebar pada membran synovialis.

Lipatan ini membagi cavum sendi menjadi dua bagian, berhubungan dengan dua pasang condylus femoris dan tibiae. Lipatan kapsul sendi pada bagian samping berjalan dekat pinggir tulang rawan. Sehingga regio epicondylus tetap bebas. Kapsul sendi kemudian menutupi permukaan cartilago, dan bagian permukaan anterior dari femur tidak ditutupi oleh cartilago. Pada tibia kapsul sendi ini melekat mengelilingi margo infraglenoidalis, sedikit bagian bawah dari

(8)

13

permukaan cartilago, selanjutnya berjalan kebawah tepi dari masing-masing meniscus.5,6

A.1.1.4. Bursa Pada Sendi Lutut

Bursa sendi merupakan suatu tube seperti kantong yang terletak di bagian bawah dan belakang pada sisi lateral didepan dan bawah tendo origo m. popliteus. Bursa ini membuka kearah sendi melalui celah yang sempit diatas meniscus lateralis dan tendo m. popliteus. Banyak bursa berhubungan sendi lutut. Empat terdapat di depan, dan enam terdapat di belakang sendi. Bursa ini terdapat pada tempat terjadinya gesekan di antara tulang dengan kulit, otot, atau tendo.

A.1.1.4. a. Bursa Anterior 1. Bursa Supra Patellaris

Terletak di bawah m. quadriceps femoris dan berhubungan erat dengan rongga sendi.

2. Bursa Prepatellaris

Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan belahan bawah patella dan bagian atas ligamentum patellae.

3. Bursa Infrapatellaris Superficialis

Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan belahan bawah ligamentum patellae

4. Bursa Infrapatellaris Profunda

Terletak di antara permukaan posterior dari ligamentum patellae dan permukaan anterior tibiae. Bursa ini terpisah dari cavum sendi melalui jaringan lemak dan hubungan antara keduanya ini jarang terjadi.

(9)

14 A.1.1.4.b. Bursa Posterior

1. Recessus Subpopliteus

Ditemukan sehubungan dengan tendo m. popliteus dan berhubungan dengan rongga sendi.

2. Bursa M. Semimembranosus

Ditemukan sehubungan dengan insertio m. semimembranosus dan sering berhubungan dengan rongga sendi.

Empat bursa lainnya ditemukan sehubungan dengan : 1. tendo insertio m. biceps femoris

2. tendo m. sartorius, m. gracilis dan m. semitendinosus sewaktu berjalan ke insertionya pada tibia.

3. di bawah caput lateral origo m. gastrocnemius 4. di bawah caput medial origo m. gastrocnemius A.1.1.5. Persarafan Sendi Lutut

Persarafan pada sendi lutut adalah melalui cabang-cabang dari nervus yang mensarafi otot-otot di sekitar sendi lutut. Sehingga sendi lutut disarafi oleh:5,6

1. N. Femoralis 2. N. Obturatorius

3. N. Peroneus communis 4. N. Tibialis

A.1.1.6. Suplai Darah

Suplai darah pada sendi lutut berasal dari anastomose pembuluh darah disekitar sendi ini. Sendi lutut menerima darah dari descending genicular arteri femoralis, cabang-cabang genicular arteri popliteal dan cabang descending arteri circumflexia femoralis dan cabang ascending arteri tibialis anterior. Aliran vena pada sendi lutut mengikuti perjalanan arteri untuk kemudian akan memasuki vena femoralis.

(10)

15 A.1.1.7. Sistem Lympha

System limfe pada sendi lutut terutama terdapat pada perbatasan fascia subcutaneous. Kemudian selanjutnya akan bergabung dengan lymphanode sub inguinalis superficialis. Sebagian lagi aliran limfe ini akan memasuki lymphanode poplitealis, aliran limfe berjalan sepanjang vena femoralis menuju dee lymphanode inguinalis.

A.1.2. Pergerakan Sendi Lutut

Pergerakan pada sendi lutut meliputi gerakan flexi, extensi, dan sedikit rotasi. Gerakan flexi dilaksanakan oleh m. biceps femoris, semimembranosus, dan semitendinosus, serta dbantu oleh m.gracilis, m.sartorius dan m. popliteus. Flexi sendi lutut dibatasi oleh bertemunya tungkai bawah bagian belakang dengan paha. Extensi dilaksanakan oleh m. quadriceps femoris dan dibatasi mula-mula oleh ligamentum cruciatum anterior yang menjadi tegang. Extensi sendi lutut lebih lanjut disertai rotasi medial dari femur dan tibia serta ligamentum collaterale mediale dan lateral serta ligamentum popliteum obliquum menjadi tegang, serat-serat posterior ligamentum cruciatum posterior juga di eratkan. Sehingga sewaktu sendi lutut mengalami extensi penuh ataupun sedikit hiper-extensi, rotasi medial dari femur mengakibatkan pemutaran dan pengetatan semualigamentum utama dari sendi, dan lutut berubah menjadi struktur yang secara mekanis kaku. 5,6

Rotasio femur sebenarnya mengembalikan femur pada tibia, dan cartilago semilunaris dipadatkan mirip bantal karet diantara condylus femoris dan condylus tibialis. Lutut berada dalam keadaan hiper-extensi dikatakan dalam keadaan terkunci.

Selama tahap awal extensi, condylus femoris yang bulat menggelinding ke depan mirip roda di atas tanah, pada permukaan cartilago semilunaris dan condylus lateralis. Bila sendi lutut di gerakkan ke depan, femur ditahan oleh ligamentum cruciatum

(11)

16

posterior, gerak menggelinding condylus femoris diubah menjadi gerak memutar. Sewaktu extensi berlanjut, bagian yang lebih rata pada condylus femoris bergerak kebawah dan cartilago semilunaris harus menyesuaikan bentuknya pada garis bentuk condylus femoris yang berubah.

Selama tahap akhir extensi, bila femur mengalami rotasi medial, condylus lateralis femoris bergerak ke depan, memaksa cartilago semilunaris lateralis ikut bergerak ke depan.

Sebelum flexi sendi lutut dapat berlangsung, ligamentum-ligamentum utama harus mengurai kembali dan mengendur untuk memungkinkan terjadinya gerakan diantara permukaan sendi. Peristiwa mengurai dan terlepas dari keadaan terkunci ini dilaksanakan oleh m. popliteus, yang memutar femur ke lateral pada tibia. Sewaktu condylus lateralis femoris bergerak mundur, perlekatan m. popliteus pada cartilago semilunaris lateralis akibatnya tertarik kebelakang. Sekali lagi cartilago semilunaris harus menyesuaikan bentuknya pada garis bentuk condylus yang berubah.

Bila sendi lutut dalam keadaan flexi 90 derajat, maka kemungkinan rotasio sangat luas. Rotasi medial dilakukan m. sartorius, m. gracilis dan m. semitendinosus. Rotasi lateral dilakukan oleh m. biceps femoris.

Pada posisi flexi, dalam batas tertentu tibia secara pasif dapat di gerakkan ke depan dan belakang terhadap femur, hal ini dimungkinkan karena ligamentum utama, terutama ligamentum cruciatum sedang dalam keadaan kendur.

Jadi disini tampak bahwa stabilitas sendi lutut tergantung pada kekuatan tonus otot yang bekerja terhadap sendi dan juga oleh kekuatan kigamentum. Dari faktor-faktor ini, tonus otot berperan sangat penting, dan menjadi tugas ahli fisioterapi untuk mengembalikan kekuatan otot ini, terutama m. quadriceps femoris, setelah terjadi cedera pada sendi lutut.5,6,7

(12)

17 A.1.3. Analisis Anatomik Art. Genus

Articulatio genus dibentuk oleh condyli femoris di satu pihak dan condyli tibiae di pihak lain. Facies articularis condyli femoris berbentuk silinder. Axis silinder berjalan tidak tepat transversal, tetapi keduanya saling membentuk sudut yang terbuka ke proximal. Pada potongan facies articularis tidak tampak bulat, tetapi tampak suatu bentuk spiral dengan radius makin ke dorsal makin pendek sehingga lengkung condylus makin ke dorsal makin bertambah. Secara umum articularis genus dapat dinyatakan sebagai articulatio jenis ginglymus. Kemungkinan geraknya flexi dan extensi di sekeliling axis transversal, dan rotasi sekeliling axis longitudinalis. Rotasi terjadi bila lutut sudah mengalami semiflexi. Condyli tibiae cekung, diantaranya dijumpai eminentia intercondyloidea. Di sebelah ventral eminentia terdapat fossa intercondyloidea anterior, dan di sebelah dorsal terdapat fossa intercondyloidea posterior.8

Alat khusus yang dijumpai adalah meniscus medialis dan lateralis. Meniscus medialis ini terletak pada facies articularis superior condylus medialis tibiae dan merupakan kira-kira setengah bagian suatu lingkaran yang besar, sedang meniscus lateralis merupakan lebih dari setengah bagian lingakaran yang kecil. Meniscus medialis mempunyai bentuk huruf C (besar), sedang meniscus lateralis berbentuk lingkaran kecil yang tidak penuh. Meniscus articularis ini berfungsi untuk mengurangi diskonqruensi di antara kedua ujung tulang yang bersendi. Karena meniscus lateralis lebih kecil maka terlihat seakan terjepit oleh meniscus medialis. Ujung ventral meniscus medialis melekat pada eminentia intercondiloidea tibiae disebelah depan perlekatan ligamentum cruciatum anterior. Ujung ventral meniscus medialis melekat pada tibia di sebelah depan fossa intercondyloidea posterior. Ujung ventral meniscus lateralis melekat pada tibia, di ventral eminentia intercondyloideam dan ujung dorsal melekat pada tibia di dorsal eminentia intercondyloidea. Di sebelah ventral antara kedua

(13)

18

meniscus terbentang ligamnetum transversum genus. Pada waktu berdiri facies articularis conduli femoris bertemu meniscus yang luas. Bila tungkai bawah dilakukan flexi maka meniscus terdorong ke belakang dan menjadi lingkaran yang lebih kecil untuk menyesuaikan dengan radius conyli femoris yang mengecil. capsula articularis diperkuat oleh ligamentum collaterale laterale dan ligamentum collaterale mediale. Ligamentum collaterale laterale terbentang antara epicondylus femoris dan margo ingrglenoidalis. Baik waktu extensi maupun flexi ligamentum ini tegang.8

A.1.4. Analisis Mekanik Art. Genus

Gerakan pada articulatio genus adalah flexi dan extensi terhadap axis transversal. Pada waktu extensi kedua ligamentum collaterale tegang dan pada keadaan extensi tidak dapat terjadi rotasi. Pada waktu flexi dapat dilakukan gerak rotasi, karena ligamentum collaterale laterale kendor. Gerak rotasi terjadi axis longitudinalis yang melewati condylus medialis tibiae. Antara femur dan tibia juga dijumpai ligamentum cruciatum anterius dan ligamentum crutiatum posterius. Ligamentum cruciatum anterius pada satu ujung melekat pada facies medialis condylus lateralis femoris, dan ujung yang lain melekat pada fossa intercondyloidea posterior. Ligamentum cruciatum anterius dan ligamentum cruciatum posterius menghambat gerak endorotasi, sedang exorotasi dihambat oleh ligamentum collaterale laterale. Pada articulatio genus, femur selain berhadapan dengan tibia, juga dengan patella. Patella adalah ossa sesamoidea yang besar, yang terdapat di dalam perlekatan tendo m. quadriceps femoris. Dengan patella dibentuk articulati fenoropatellaris yang terjadi antara facies patellaris femoris di satu pihak, dan facies articularis fomoralis patellae di pihak lain. Articulatio femoralis patellae di pihak lain. Articulatio ini merupakan articulatio trochlearis, dan merupakan sebagian dari articulatio genus. Cavum articulare berhubungan dengan bursa

(14)

19

suprapatellaris yang terletak di dorsal m. rectus femoris. Bursa ini bisa menonjol bila terisi cairan dari cavum articulare. Berhubung arah sumbu longitudinal femur serong, maka femur dan tibia membentuk sudut terbuka ke lateral lutut, yaitu ke jurusan tempat patella bisa bergeser bila terjadi dislokasi. Walaupun dislokasi jarang terjadi, tetap ada faktor yang bisa menyebabkan terjadinya dislokasi tersebut.8

Faktor penyebabnya adalah menonjolnya condylus lateralis femoris kearah depan, dan perlekatan bagian bawah m. vastus medialis, pada bagian bawah os patella akan menarik patella ke arah medial. Facies posterior patella memiliki beberapa pasang facies articularis yang bersendi silih berganti selama melakukan extensi, flexi ringan, flexi sedang dan flexi maksimal. Bila terjadi fractura patella, maka patella akan patah menjadi fragmen atas dan bawah otot-otot yang bekerja pada articulatio tersebut, merupakan otot-otot yang termasuk otot-otot tungkai bawah.8

A.2. CEDERA PADA ARTICULATIO GENUS (SENDI LUTUT) A.2.1. Pengertian Cedera Dalam Dunia Olahraga

Cedera adalah memar atau luka, atau dislokasi dari otot, sendi atau tulang yang disebabkan oleh kecelakaan, benturan (body contact) atau gerakan yang berlebihan sehingga otot, tulang, atau sendi tidak dapat menahan beban atau menjalankan tugasnya. Cedera dalam dunia olahraga yaitu rusaknya jaringan (lunak atau keras) baik otot, tulang, atau persendian yang disebabkan oleh kesalahan teknis, benturan, atau aktivitas yang melebihi batas beban latihan (overtraining) yang dapat menimbulkan rasa sakit atau nyeri dan atau akibat dari kelebihan latihan dalam memberikan pembebanan yang terlalu berat (overload) sehingga otot, tulang, atau persendian tidak lagi dalam keadaan atau posisi anatomis (dislokasi). Cedera dalam olahraga adalah segala macam cedera yang timbul pada waktu latihan ataupun pada waktu pertandingan olahraga.1,11,12

(15)

20 A.2.2. Patofisiologi Cedera olahraga

Ada dua jenis cedera yang sering dialami oleh atlet, yaitu trauma akut dan Overuse Syndrome (Sindrom Pemakaian Berlebih). Trauma akut adalah suatu cedera berat yang terjadi secara mendadak, seperti robekan ligament, otot, tendo, atau terkilir, atau bahkan patah tulang. Cedera akut biasanya memerlukan pertolongan profesional. Sindrom pemakaian berlebih sering dialami oleh atlet, bermula dari adanya suatu kekuatan yang sedikit berlebihan, namun berlangsung berulang-ulang dalam jangka waktu lama. Sindrom ini kadang memberi respon yang baik dengan pengobatan sendiri.12,13

Cedera olahraga seringkali direspon oleh tubuh dengan tanda radang yang terdiri atas rubor (merah), tumor (bengkak), kalor (panas), dolor (nyeri), dan functiolaesi (penurunan fungsi). Pembuluh darah di lokasi cedera akan melebar (vasodilatasi) dengan maksud untuk mengirim lebih banyak nutrisi dan oksigen dalam rangka mendukung penyembuhan. Pelebaran pembuluh darah ini lah yang mengakibatkan lokasi cedera terlihat lebih merah (rubor). Cairan darah yang banyak dikirim di lokasi cedera akan merembes keluar dari kapiler menuju ruang antar sel, dan menyebabkan bengkak (tumor). Dengan dukungan banyak nutrisi dan oksigen, metabolisme di lokasi cedera akan meningkat dengan sisa metabolisme berupa panas. Kondisi inilah yang menyebabkan lokasi cedera akan lebih panas (kalor) dibanding dengan lokasi lain. Tumpukan sisa metabolisme dan zat kimia lain akan merangsang ujung saraf di lokasi cedera dan menimbulkan nyeri (dolor). Rasa nyeri juga dipicu oleh tertekannya ujung saraf karena pembengkakan yang terjadi di lokasi cedera. Baik rubor, tumor, kalor, maupun dolor akan menurunkan fungsi organ atau sendi di lokasi cedera yang dikenal dengan istilah functiolaesa.12,13

(16)

21 A.2.3. Mekanisme terjadinya cedera

Proses mekanisme terjadinya cedera olahraga dapat dibedakan menjadi: 12

1) Traksi: jaringan mengalami tarikan yang cukup kuat melebihi batas kelenturan sehingga mengakibatkan kerobekan otot atau ligamentum, misalnya: tarikan tendo Ackhiles, bahkan bisa putus pada saat melompat, lari ataupun loncat.

2) Kompresi: jaringan mengalami tekanan oleh beban yang berlebih, misalnya sering melakukan gerakan loncat, loncat jongkok, akan mengakibatkan tekanan pembebanan terhadap sendi utut ataupun penekanan oleh berat badan yang berlebihan.

3) Torsi: jaringan mengalami putaran mendadak/ tiba-tiba pada saat jaringan mengalami pembebanan. Misalnya sewaktu melompat, saat jaringan mengalami pembebanan. Misalnya sewaktu melompat, saat menginjakkan kaki ke tanah tubuh berputar arah sehingga menimbulkan kerusakan jaringan di sekitar lutut. Ataupun pada pemain sepak bola ketika mengejar bola mendadak dan disertai perputaran badan.

4) Bending jaringan mengalami penekukan yang berlebihan oleh adanya gaya yang sangat kuat. Misalnya pada pemain voly ketika melakukan smes dengan meloncat dan turun dengan posisi pergelangan kaki menekuk, sehingga mengakibatkan kerobekan ligament talofibolare atau ketika berlari salah satu kaki terpelosok ke lubang sempit sehingga sendi lutut seperti di luruskan secara paksa atau tulang betis tertekuk dan mengakibatkan patah tulang. 5) Stress geser: adanya gaya saling menggeser berlawanan arah

seperti menggunting pada sendi, sehingga dapat merusak permukaan sendi. Misalnya lari cepat mengejar bola berhenti tiba-tiba, badan condong ke depan dan lutut menekuk.12

(17)

22

6) Pembebanan berulang-ulang walaupun kecil dapat mengakibatkan cedera, misalnya pada lari jarak jauh, pemain tenis dan pemain sepeda.12

A.2.4. Derajat cedera olahraga

Cedera dalam dunia olahraga dapat dikategorikan menjadi tiga tingkatan, yaitu: cedera ringan/ cedera tingkat pertama, cedera sedang/ cedera tingkat kedua, dan cedera berat/ cedera tingkat ketiga.1,4,12 a. Cedera Ringan/ Cedera Tingkat Pertama

Cedera ringan/ cedera tingkat pertama ini ditandai dengan adanya robekan atau hanya dapat dilihat dengan mikroskop, dengan keluhan minimal, dan hanya sedikit saja atau tidak terlalu menggangu penampilan atlet yang bersangkutan baik pada saat berlatih ataupun bertanding

b. Cedera Sedang/ Cedera Tingkat Kedua

Cedera sedang/ cedera tingkat kedua ini ditandai dengan kerusakan jaringan yang nyata, nyeri, bengkak, memar, berwarna kemerah-merahan (suhu agak panas), dengan gangguan fungsi yang nyata dan berpengaruh pada penampilan atlet yang bersangkutan baik pada saat berlatih maupun bertanding.

c. Cedera Berat/ Cedera Tingkat Ketiga

Cedera berat/ cedera tingkat ketiga ini ditandai dengan kerusakan jaringan atau terjadi robekan lengkap atau hampir lengkap pada otot, ligamentum, dan fraktur pada tulang yang memerlukan waktu istirahat lebih lama atau total, dan membutuhkan terapi, pengobatan secara intensif, dan bahkan dimungkinkan untuk dioperasi.1,4,12

(18)

23

A.2.5. Macam Macam Cedera Olahraga Macam- macam cedera antara lain:12

1) Kontusio: memar, hematom, adanya gumpalan darah pada jaringan.

2) Sprain: robekan sebagian atau total dari ligament karena peregangan yang berlebihan, biasanya mempengaruhi kestabilan sendi.

3) Subluxatio: sebagian kedua facies articularis / permukaan sendi bergeser.

4) Dislokasi: pemisahan total antara facies articularis yang satu dengan yang lainnya.

5) Strain: kerusakan yang terjadi karena peregangan yang berlebihan pada jaringan otot, tendo.

6) Tendinitis: terjadi peradangan tendo akibat penggunaan yang berlebihan.

7) Avulsion fracture: kerusakan tulang pada tempat perlekatan tendo oleh karena kontraksi tibatiba, tercabutnya origo hamstring pada pelari gawang.

8) Fraktur bagian tulang yang membentuk per sendian: bila terjadi perpatahan di daerah ini akan mengakibatkan hemarthrosis (perdarahan dalam persendian).

9) Fraktur dekat persendian: perpatahan dekat persendian bisa mengakibatkan kekakuan sendi.11

Secara umum cedera yang mungkin dapat terjadi pada saat latihan atau pertandingan olahraga, antara lain: cedera memar, cedera ligamentum, cedera pada otot atau tendo, perdarahan pada kulit, dan pingsan.1,4

a. Cedera Memar

Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan (body contact) atau pukulan langsung pada permukaan kulit. Akibat dari

(19)

24

benturan atau pukulan tersebut dapat menyebabkan jaringan di bawah kulit akan rusak dan pembuluh darah kecil akan robek atau pecah sehingga darah dan cairan seluler akan keluar atau merembes ke jaringan di sekitarnya.

b. Cedera pada Otot atau Tendo dan Cedera Ligamentum

Ada dua jenis cedera yang dapat terjadi pada otot atau tendo dan ligamentum, yaitu strain dan sprain. Strain adalah kerusakan pada suatu bagian jaringan otot atau tendo karena penggunaan yang berlebihan. Sprain adalah cedera pada bagian persendian dengan diikuti terjadi robekan pada ligamentum, hal ini disebabkan oleh peregangan yang berlebihan yang mendadak atau penggunaan yang berlebihan secara berulang-ulang dari persendian.4,12

Cedera yang sering terjadi pada atlet adalah sprain yaitu cedera pada sendi yang mengakibatkan robekan pada ligament. Sprain terjadi karena adanya tekanan yang berlebihan dan mendadak pada sendi, atau karena penggunaan berlebihan yang berulang-ulang.4 Sprain ringan biasanya disertai hematom dengan sebagian serabut ligament putus, sedangkan pada sprain sedang terjadi efusi cairan yang menyebabkan bengkak. Pada sprain berat, seluruh serabut ligamen putus sehingga tidak dapat digerakkan seperti biasa dengan rasa nyeri hebat, pembengkakan, dan adanya darah dalam sendi.4

c. Dislokasi (Pergeseran Tulang)

Dislokasi atau pergeseran tulang adalah suatu keadaan persendian tidak dalam keadaan anatomis (bergeser), dalam hal ini karena terjadi robekan yang mengakibatkan pergeseran tulang dari tempatnya. Gejala dislokasi antara lain dapat dilihat dengan ciri-ciri sebagai berikut: pembengkakan terjadi dengan cepat, terasa nyeri yang sedang sampai berat, terdapat perbedaan yang jelas pada bagian tubuh yang terluka. Pada pemain sepak bola dislokasi

(20)

25

sering terjadi pada organ pergelangan kaki, jari-jari tangan, siku, lutut, bahu, atau punggung.1,4,12

Dislokasi sendi sering terjadi pada olahragawan yaitu terpelesetnya bonggol sendi dari tempatnya. Apabila sebuah sendi pernah mengalami dislokasi, maka ligament pada sendi tersebut akan kendor, sehingga sendi tersebut mudah mengalami dislokasi kembali (dislokasi habitualis). Penanganan yang dapat dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah segera menarik persendian tersebut dengan arah sumbu memanjang. 1,4

d. Patah Tulang (Fraktur)

Patah tulang (fraktur) adalah suatu keadaan tulang yang mengalami keretakan, pecah, atau patah. Patah tulang dibagi menjadi dua macam yaitu: fraktur sederhana (simple fracture) dan fraktur kompleks (compound fracture).1,4

Patah tulang (fraktur) adalah diskontinuitas dari jaringan tulang (patah tulang) yang biasanya disebabkan oleh adanya kekerasan yang timbul secara mendadak. Berdasarkan hubungan antara ujung tulang yang mengalami fraktur dengan jaringan-jaringan di sekitarnya.1,12

Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik pada tulang maupun tulang rawan. Fraktur berdasarkan continuitas patahan, patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:15,16

1) Patah tulang komplek; tulang terputus sama sakali. 2) Patah tulang stress; tulang retak, tetapi tidak terpisah. Sedangkan, berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari bagian luar tubuh, patah tulang dibagi manjadi:15,16

1) Patah tulang terbuka; fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar.

2) Patah tulang tertutup; fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit.

(21)

26 e. Kram Otot

Kram otot adalah kontraksi secara terus menerus yang dialami oleh otot atau sekelompok otot dan mengakibatkan rasa nyeri. Kram otot biasanya terjadi karena seseorang mengalami kelelahan yang berlebihan (overtraining), kekurangan garam dan mineral, kurang pemanasan atau penguluran, atau gangguan (terhambatnya) sirkulasi darah yang menuju ke otot-otot. Pada pemain sepak bola kram otot bisa terjadi pada: otot perut, otot paha, betis, jari tangan, atau jari kaki.4,12

f. Perdarahan

Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari terjadinya trauma pukulan, tendangan, atau terjatuh. Perdarahan ini ada dua macam, yaitu penadarahan dalam (darah berada di dalam rongga badan) dan perdarahan luar (darah keluar dari kulit).1,4,12

g. Kejang (Shock)

Kejang (shock) adalah suatu keadaan yang timbul karena disebabkan gangguan pada otak, karena suplai darah ke otak berkurang, gangguan pernapasan, gangguan pencernaan (terlalu kenyang, terlalu lapar, atau kehausan). 1,4,12

h. Pingsan (Collaps)

Pingsan (collaps) adalah keadaan di mana seseorang mengalami kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan singkat. Pingsan biasanya disebabkan oleh berkurangnya aliran darah atau oksigen (O2) dan glukosa dalam tubuh menuju ke otak, kepanasan, atau keracunan. 1,4

(22)

27 A.3. Aspek Klinis Sendi Lutut

A.2.1.Trauma Pada Lutut

Trauma pada lutut lebih sering terjadi pada sisi medial dibandingkan pada sisi lateral. Ligamentum collaterale laterale (fibulare) lebih kuat mengikat sendi dari pada ligamentum collaterale medial (tibiae). Kerusakan pada ligamentum collaterale terjadi sebagai akibat dari pukulan pada lutut pada sisi yang berlawanan. Pukulan yang berat pada sisi medial dari lutut, yang mana dapat menimbulkan kerusakan pada ligamentum collaterale fibulare, adalah jarang terjadi bila dibandingkan dengan pukulan pada sisi lateral lutut. Meniscus medialis melekat kuat pada ligamentum collaterale tibialis dan frekuensi kerusakan 20 kali lebih sering terjadi dibandingkan dengan meniscus lateralis.5,10

Meniscus yang robek dapat menimbulkan bunyi “ click “ selama extensi dari kaki, bila kerusakan lebih berat potongan sobekan dari cartilago dapat bergerak di antara permukaan persendian tibia dan femur. Hal ini menyebabkan lutut menjadi terkunci pada posisi sedikit flexi.5

Bila lutut di gerakkan ke anterior dengan berlebihan ataupun bila lutut hiper-extensi, ligamentum cruciatum anterior dapat robek sehingga menyebabkab sendi lutut menjadi tidak stabil. Dan bila lutut di gerakkan ke posterior dengan berlebihan maka ligamentum cruciatum posterior dapat robek. Tindakan bedah pada ligamentum cruciatum melalui transplantasi ataupun artificial ligamentum di gunakan untuk memperbaiki kerusakan. 5,10

Jenis trauma yang sering terjadi pada pemain sepak bola adalah melalui blok ataupun tackle pada sisi lateral lutut yang menyebabkan lutut tertekuk kedalam, membuka sisi medial dari sendi dan merobek ligamentum collateral mediale. Meniscus medialis sering robek juga, sebab ligamentum ini melekat erat pada meniscus medialis, pada cedera

(23)

28

yang berat ligamentum cruciatum anterior, yang juga melekat pada meniscus medialis juga ikut rusak. 1,5

A.2.2 Fraktur Patella

Tulang patella dapat mengalami fraktur baik secara sendiri ataupun gabungan antara tulang-tulang pada ekstremitas inferior. Fraktur patella biasanya jenis transversal sederhana, dapat dikoreksi/ perbaiki. Tetapi bila fraktur patella kompleks dan disertai dengan dislokasi diperlukan tindakan bedah yang berupa pengangkatan patella (patellectomy), agar dapat mengembalikan fungsi sendi lutut dengan lebih baik. 5

A.2.3. Dislokasi Sendi Lutut

Dislokasi pada sendi lutut biasanya terjadi pada trauma yang berat, yang langsung mengenai sendi lutut. Subluksasio dapat terjadi secara sekunder pada penyakit degeneratif ataupun pada penyakit infeksi yang sudah berlangsung cukup lama. Tulang tibia dapat mengalami dislokasi ke ventral, dorsal ataupun ke setiap sisi. Dapat juga terjadi rotasi yang abnormal pada femur.

Mekanisme terjadinya dislokasi pada sendi lutut biasanya melalui hiperextensi dan torsi pada sendi lutut. Dislokasi akut pada sendi lutut sering disertai dengan kerusakan pada pembuluh darah ataupun persarafan pada popliteal space.4,5

A.2.4. Osteochondritis

Sering terjadi pada cartilago pada permukan dorsal dari patella dan mengganggu pergerakan dari sendi lutut dan sering menimbulkan nyeri pada daerah patella bila sendi di gerakkan. Bagian cartilago dari permukaan dorsal patella sama seperti pada permukaan sendi femur pada saat berada dalam rongg sendi. Hal ini dapat menimbulkan nyeri pada sendi lutut dan mengunci sendi. Penguncian ini menunjukkan ketidakmampuan fungsi dari sendi. Walaupun sendi ini terkunci tetapi masih dapat di flexikan lebih dari 90 derajat.5

(24)

29

B. OLAHRAGA SEPAK BOLA DAN FAKTOR PENYEBAB CEDERA

B.1. Pengertian Olahraga Sepak Bola

Olahraga merupakan kegiatan fisik yang bersifat kompetitif dalam suatu permainan, berupa perjuangan tim maupun diri sendiri. Salah satu olahraga yang berbentuk kompetitif tersebut adalah sepak bola. Sepak bola adalah olahraga yang dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang masing-masing berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok lawan.1

Sepak bola merupakan permainan modern yang sangat memasyarakat dan mendunia di berbagai kalangan masyarakat, dan tidaklah mengherankan apabila olahraga ini sekarang dapat dimainkan oleh anak-anak maupun dewasa ataupun oleh kaum wanita. Permainan sepak bola adalah permainan bola besar yang dimanipulasi dengan kaki dan seluruh anggota badan kecuali tangan yang dimainkan oleh dua buah regu yang masing-masing regu terdiri atas sebelas orang pemain. Permainan sepak bola biasanya dimainkan dalam dua babak dan diberi waktu istirahat di antara kedua babak itu. Tiap-tiap regu berusaha memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan mempertahankan gawangnya sendiri agar jangan sampai kemasukan. Regu yang lebih banyak mencetak gol dinyatakan sebagai pemenang dalam pertandingan. Agar permainan itu dapat berdaya guna dan berhasil guna diperlukan kerja sama dan tolong menolong dalam satu regu dan setiap pemain dalam satu regu diberi kewajiban-kewajiban sendiri yang dibagi dalam tiga kelompok besar yaitu: barisan penyerang, barisan penghubung, dan barisan bertahan.1,17

Menurut pendapat yang lain seperti yang dikemukakan oleh Wade (1978: 3), sepak bola adalah:

... a game played between two team. When one time has the ball they try to score by dribbling it, running with it, kicking it, heading it, and passing it with from one player to the other so that finally the ball is played through, past or over opposing players to score a goal. The team

(25)

30

which does not have the balltries to prevent shots towards the goal which it is defending bytackling for the ball, blocking shots, marking dangerous opponents, and by kicking, heading, dribbling, or passing the ball away from danger areas near to goal. At the highest level, thegame is played by eleven players in a team.1

Sepak bola adalah olahraga yang memiliki intensitas tinggi dan menuntut para atletnya untuk menempuh jarak sekitar 9.800 – 11.500 meter selama pertandingan dengan melakukan berbagai gerakan seperti berjalan, lari-lari kecil, lari cepat (sprint), lari menjelajah, menggiring bola, meloncat, tackling, dan menendang bola sehingga sering terjadi cedera yang disebabkan oleh bebagai penyebab.17,18

B.2. Penyebab Cedera Olahraga Sepak Bola

Penyebab cedera olahraga biasanya akibat dari trauma/ benturan langsung ataupun latihan yang berulang-ulang dalam waktu lama. Penyebab ini dapat dibedakan menjadi:12

1) Faktor dari luar, yaitu:

a) Body contact sport (benturan dengan lawan): Permainan sepak bola merupakan permainan body contact yang memiliki kekompleksivitasan yang tinggi dalam mempergunakan berbagai jenis gerakan sehingga akan sangat rentan terhadap terjadinya cedera baik pada saat latihan maupun pada saat pertandingan. Body contact yang terjadi seperti ; sliding tackle dan benturan lawan.12,1

b) Alat olahraga: Alat olahraga yang diapakai pemain seperti sepatu, deker jika tidak sesuai ukuran dan standar maupun dalam keadaan tidak baik akan dapat menimbulkan terjadinya cedera pada pemain.

c) Kondisi lapangan: kondisi lapangan licin, tidak rata, becek menjadi salah satu penyebab terjadinya cedera pemain.12

(26)

31 2) Faktor dari dalam, yaitu:12

a) Faktor kelainan bentuk anatomi. Panjang tungkai yang tidak sama, arcus kaki rata, kaki cinjit, sehingga pada waktu lari akan mengganggu gerakan. Kelainan bentuk anatomi meliputi kelainan kaki seperti; talipes cavus, talipes equinus, talipes calcaneus, talipes valgus, talipes equinovalgu, talipes calcaneovalgus, talipes varus, talipes cavovarus, talipes equinovarus dan talipes calcaneocavus dan tungkai bawah diantaranya; bentuk O (genu varum) dan X (genu valgum).12,16

b) Latihan gerakan / pukulan/ tendangan yang keliru misalnya: tendangan meleset dan tendangan yang luput dari bola.12 c) Adanya kelemahan otot.

kelemahan otot yang terjadi akibat latihan/ permainan sepak bola dengan tenaga berlebih sehingga terdapat kelemahan otot paha, betis, dan kurang kuatnya melakukan tendangan bola. Intensitas yang tinggi pada olahraga sepak bola mengakibatkan para atletnya sering mengalami kelelahan sebelum pertandingan selesai. Kelelahan disebabkan penurunan glikogen otot dan glukosa darah.18 d) Tingkat kebugaran rendah

Kondisi fisik yang kurang fit dan mudah lelah, bila berbenturan dengan pemain yang fisiknya bagus mudah timbul cedera.12,13

3) Penggunaan yang berlebihan/ overuse

Gerakan atau latihan yang berlebihan dan berulang-ulang dalam waktu relative lama/ mikro trauma dapat menyebabkan cedera. 12 B.3. Faktor Risiko Cedera Olahraga

B.3.1. Faktor dari dalam diri atlet12 1. Umur

(27)

32

Semakin usia bertambah semakin berpengaruh terhadap kondisi fisik atlet serta lamanya penyembuhan cedera. Pada usia 30-40 tahun kekuatan otot relative menurun, sedangkan elastisitas tendo menurun setelah usia 30 tahun dan kekuatan otot menurun setelah usia 40 tahun. Kekuatan otot mencapai maksimal pada 25 tahun.

2. Temperamental Atlet (Emosi)

Atlet yang perilakunya kasar. Sangat emosional, temperamen tinggi cenderung mengalami cedera baik cedera yang mengenai dirinya atau terhadap lawan bermain, mereka tidak memperhatikan resiko yang akan terjadi. Misalnya: kalah dalam perbuatan bola kemudian melakukan tekling keras terhadap lawan.12

3. Pengalaman

Atlet senior atau banyak pengalaman dalam bertanding lebih menyadari akan risiko terjadinya cedera, sehingga risiko terjadinya cedera lebih kecil dibanding dengan atlet pemula. 4. Kurangnya pemanasan

Pemanasan ini membantu tubuh agar lebih enak melakukan aktivitas gerak yang cukup keras dan untuk mengurangi kemungkinan mendapatkan cedera. Kurangnya pemanasan mengakibatkan otot belum teratur sehingga tidak siap menerima pembebanan, yang akhirnya mudah terjadi cedera.19

5. Tahap latihan

Pada tahap latihan atau pertandingan biasanya mudah terjadi cedera karena otot belum siap atau pada tahap akhir pertandingan karena sudah lelah. Dalam melakukan latihan perlu diawali dengan pemanasan, dilanjutkan dengan latihan inti dan diakhiri dengan pendinginan.12 Latihan peregangan dapat mengurangi risiko keseleo sendi dan cedera otot.19

(28)

33

Misalnya pada tendangan yang luput dari bola, pukulan backhand tenes dll.

7. Program latihan

Padatnya program latihan menjelang kompetisi atau programnya terlalu berat, tanpa ada waktu istirahat atau jarak kompetisi satu dengan yang lain atau terlalu dekat.

8. Tingkat kebugaran fisik

Kondisi fisik akan mempengaruhi performa pemain dan dapat memicu terjadinya cedera olahraga.

9. Keadaan gizi kurang

Konsumsi makanan dengan gizi kurang seimbang dan istirahat yang tidak cukup.12

B.3.2. Faktor dari luar diri atlet 1. Fasilitas Olahraga12

a) Kondisi lapangan: lapangan yang tidak rata, becek, licin. b) Perlengkapan: penggunaan sepatu yang tidak sesuai ukuran,

sol sepatu sudah menipis.

c) Pelindung: kaca mata, helm pada balap sepeda.

d) Penerangan: terlalu silau, remang-remang dapat mempengaruhi perkiraan jarak pandang datangnya bola/ pukulan.

e) Cuaca: cuaca hujan memudahkanpemain jatuh terpeleset. 2. Jenis olahraga. 12

a) Jenis olahraga body contact: tinju, karate, sepak bola, basket. b) Olahraga yang membutuhkan kekuatan besar: angkat besi,

angkat berat, gulat, judo.

c) Sifat olahraga kompetitif, yang membutuhkan semangat tinggi/ persaingan tinggi sehingga atlet berusaha semaksimal mungkin.

(29)

34 B.3.3. Faktor lain

a. Wasit

Wasit yang kurang tegas/ kurang memahami peraturan pertandingan dan tidak fair play.

b. Pelatih

Pelatih yang berambisi kemenangan dengan cara apapun tanpa melihat atletnya cedera.

c. Penonton

Penonton yang fanatic/ emosional, tidak bisa menerima kekalahan.

d. Petugas keamanan kurang siap. 12

C. HUBUNGAN CEDERA PADA ARTICULATIO GENUS DENGAN

FAKTOR PENYEBAB CEDERA OLAHRAGA SEPAK BOLA

Pada saat berolahraga (terutama olahraga body contact langsung) sangat rentan terhadap terjadinya cedera baik otot, tulang, ligamentum maupun persendian yang bisa terjadi pada bagian kepala, bagian badan, bagian lengan tangan, atau bagian tungkai kaki.Olahraga permainan sepak bola merupakan olahraga body contact langsung, sehingga atlet atau pemain sepakbola akan sangat dekat dengan cedera-cedera pada bagian tersebut. Cedera yang dialami oleh seorang pemain atau atlet sepak bola dapat menyebabkan mundurnya prestasi seorang atlet, trauma, gangguan psikologis, fisik menurun, dan bahkan cacat permanen atau bahkan sampai pada kematian.1,4,12

Cedera yang terjadi pada olahraga permainan sepak bola antara lain disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: body contact antar pemain atau dengan objek lain, kondisi alam atau lingkungan yang kurang kondusif, taktik atau teknik dasar yang salah, salah jatuh, beban latihan yang berlebihan (overload), kelelahan (overtraining), kurang pemanasan-penguluran-pendinginan, atau penggunaan perlengkapan olahraga (equipment) yang salah. Cedera yang terjadi dalam cabang olahraga

(30)

35

permainan sepak bola ini dapat terjadi pada beberapa bagian, antara lain: (1) cedera pada bagian kepala,misalnya: gagar otak ringan/ berat, mimisan pada hidung, perdarahanpada rongga mulut, (2) cedera pada bagian badan, misalnya: pada leher, pada punggung, pada dada atau bahu, (3) cedera pada bagian lengan tangan, misalnya: pergelangan tangan, jari-jari tangan siku, dan (4) cedera pada bagian tungkai-kaki, misalnya: tungkai atas, lutut, ankle, jari-jari kaki, dan telapak kaki.1,4

Permainan sepak bola merupakan permainan body contact yang memiliki kekompleksivitasan yang tinggi dalam mempergunakan berbagai jenis gerakan sehingga akan sangatrentan terhadap terjadinya cedera baik pada saat latihan maupun pada saat pertandingan. Dalam permainan sepak bola, cedera strain dan sprain antara lain dapat terjadi pada:1,12

1) Cedera Lutut (Knee Injuries)

Cedera ini dapat terjadi karena terkilir pada saat menggiring bola atau berlari zig-zag/ putar badan yang melebihi kemampuan sendi lutut, body contact/ sliding-tackle, benturan antar kaki, ketidakmampuan sendi lutut atau ligamentum dalam melakukan gerakan atau menahan beban berat badan, lapangan yang tidak rata, kesalahan melakukan gerakan teknik dasar atau penggunaan jenis sepatu yang tidak sesuai. Biasanya cedera lutut yang terjadi :1,12

a) Kerusakan ligament dan meniscus, karena benturan dari sisi luar/ dalam atau lutut extensi disertai badan memutar pada pemain sepak bola.12

b) Strain tendo patella dan lain – lain. 2) Jari-Jari Kaki

Cedera ini dapat terjadi karena adanya body contact (terinjak), lapangan tidak rata, kesalahan pada saat melakukan

(31)

36

gerakan teknik dasar, penggunaan jenis sepatu yang tidak sesuai atau gesekan antara kulit dan sepatu (melepuh).

3) Pergelangan Kaki (ankle)

Cedera ini dapat terjadi misalnya karena terkilir pada saat menggiring bola atau berlari zig-zag, body contact/ sliding -tackle, lapangan yang tidak rata, kesalahan pada saat melakukan gerakan teknik dasar, atau penggunaan jenis sepatu yang tidak sesuai. Biasanya terjadi footballers ankle pada pemain sepakbola dengan hyperdorsi flexi ankle atau hyperplantar flexi pada waktu menendang.1,12,14

II. KERANGKA TEORI

Cedera Olahraga Sepak Bola

1. Faktor Penyebab dari luar: a. Body contact b. Alat olahraga c. Kondisi lapangan Patofisiologi Cedera: 1. Trauma akut 2. Overuse syndrome Cedera pada Art. genus 2. Faktor penyebab dari

dalam: a. Faktor Anatomi b. Gerakan/ pukulan keliru c. Kelemahan otot d. Kebugaran rendah 3. Faktor penyebab lain (penggunaan yang berlebihan/ overuse) Faktor Risiko ; a. Umur b. Emosi c. Pengalaman d. Kurangnya pemanasan e. Teknik keliru f. Program latihan g. Tingkat kebugaran fisik h. gizi

(32)

37

III. KERANGKA KONSEP

IV. HIPOTESIS

Hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan Body contact dengan kejadian cedera pada articulatio genus (sendi lutut) akibat aktivitas olahraga sepak bola

2. Ada hubungan Kondisi lapangan dengan kejadian cedera pada articulatio genus (sendi lutut) akibat aktivitas olahraga sepak bola

3. Ada hubungan alat olahraga dengan kejadian cedera pada articulatio genus (sendi lutut) akibat aktivitas olahraga sepak bola

4. Ada hubungan kelainan anatomi pemain dengan kejadian cedera pada articulatio genus (sendi lutut) akibat aktivitas olahraga sepak bola

5. Ada hubungan tendangan yang keliru dengan kejadian cedera pada articulatio genus (sendi lutut) akibat aktivitas olahraga sepak bola

6. Ada hubungan kelemahan otot dengan kejadian cedera pada articulatio genus (sendi lutut) akibat aktivitas olahraga sepak bola

7. Ada hubungan kebugaran rendah dengan kejadian cedera pada articulatio genus (sendi lutut) akibat aktivitas olahraga sepak bola

Cedera pada Art. Genus Olahraga Sepak Bola

Referensi

Dokumen terkait

Di PT INTI khususnya pada Divisi Human Capital Management yang bertugas dan bertanggung jawab dalam mengelola seluruh sumber daya manusia, Atasan selalu

2) Penjualan Personal (Personal Selling), merupakan suatu bentuk interaksi langsung dengan satu calon pembeli atau lebih untuk melakukan persentasi, menjawab pertanyaan, dan

Jakarta, CNN Indonesia -- Pengadilan Rakyat Internasional atas Kejahatan Kemanusiaan 1965 yang terjadi di Indonesia atau International People’s Tribunal (IPT) 1965 mulai

• Saldo modal sesaat setelah masuknya sekutu baru. • Transaksi modal setelah masuknya sekutu baru. Apabila setelah masuknya sekutu baru tidak terjadi transaksi modal dan

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Pada awal hingga akhir penelitian Optimasi PSO Untuk Metode Clustering Fuzzy C-Means Dalam Pengelompokan Kelas dengan variabel nilai akademik dan variabel nilai perilaku atau

Pancasila Partai Indonesia Baru, Partai Kristen Indonesia, PNI Supeni, Partai Aliansi Demokrasi, PDI Perjuangan, Partai Abul Yatama, Partai Kebangkitan Merdeka, Partai

Berdasarkan hasil pengamatan, ekstrak metanol daun soma pada semua konsentrasi memiliki aktivitas antibakteri yang baik sesua standar yang dikeluarkan oleh