• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Low Back Pain 1. Pengertian Low Back Pain - Shela Eka Pangestu BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Low Back Pain 1. Pengertian Low Back Pain - Shela Eka Pangestu BAB II"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

A. Low Back Pain

1. Pengertian Low Back Pain

Low Back Pain merupakan penyebab utama kecacatan yang mempengaruhi pekerjaan dan kesejahteraan umum. Keluhan nyeri punggung bawah dapat terjadi pada setiap orang, baik jenis kelamin, usia, ras, status pendidikan, dan profesi (Maher dkk, 2002 dalam Himawan, 2009). Nyeri punggung bawah adalah rasa nyeri yang dirasakan pada punggung bawah yang sumbernya adalah tulang belakang daerah spinal (punggung bawah), otot, saraf, atau struktur lainnya disekitar daerah tersebut. Nyeri punggung bawah dapat disebabkan oleh penyakit atau kelainan yang berasal dari luar punggung bawah misalnya penyakit atau kelainan pada pinggang, hernia inguinalis, penyakit atau kelainan pada testis atau ovarium (Suma’mur P.K, 2009).

(2)

sering disertai dengan perjalanan nyeri ke arah tungkai dan kaki. Nyeri yang barasal dari daerah punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah. Nyeri punggung bawah atau sering disebut juga low back pain merupakan masalah kesehatan di hampir semua negara. Hampir bisa dipastikan 50-80% orang berusia 20 tahun ke atas pernah mengalami nyeri punggung bawah. Bahkan umumnya, perempuan usia 60 tahun ke atas lebih sering merasakan sakit pinggang (Idyan, 2007).

NPB dapat didefinisikan sebagai gangguan muskuloskeletal pada daerah punggung bawah yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan aktivitas tubuh yang kurang baik (Putranto dkk, 2014). Sedangkan menurut Noor (2012) NPB adalah sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri atau perasaan lain yang tidak enak dan tidak nyaman di daerah punggung bagian bawah (Halimah, 2011). NPB sering menjadi kronis, menetap atau kadang berulang kali dengan memerlukan biaya yang tinggi dalam penanganannya sehingga tidak boleh dipandang sebelah mata (Sakinah dkk, 2013).

2. Etiologi Low Back Pain

(3)

yaitu psikiatri, diseksi arteri vertebral, postural. Postural dalam hal ini adalah contohnya sikap duduk, dimana sikap duduk yang tidak baik seperti membungkuk ke depan, tidak tegap, kepala menunduk, dada kempis, dinding perut menonjol dan cekung kedepan pada kurvatura lumbal yang berlebihan (hiperlordotic). Semua posisi diatas akan menyebabkan pusat gaya berat jatuh kedepan. Sebagai kompensasinya, punggung tertarik kebelakang, menyebabkan hiperlordotic pada daerah lumbal. Jika keadaan ini berlangsung lama maka akan menyebabkan tulang punggung beserta jaringan tendon dan otot dipaksa untuk menjaga tubuh bagian atas secara berlebihan, sehingga terjadi kelelahan pada otot punggung, terutama otot-otot daerah lumbal (Rahardian, 2013).

3. Klasifikasi Low Back Pain

Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya low back pain terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

a. Acute low back pain

(4)

Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.

b. Chronic low back pain

Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.

Nyeri punggung bawah yang dibedakan dari kelainan kongenital menurut (Rahajeng Tanjung, 2009), yaitu :

a. Nyeri punggung bawah visirogenik

(5)

b. Nyeri punggung bawah vaskulogenik

Pada nyeri ini aneurisma atau penyakit vascular perifer dapat menimbulkan nyeri punggung atau menyerupai iskialgia. Aneurisma abdominal dapat menimbulkan nyeri punggung bawah dibagian dalam dan tidak ada hubungannya dengan aktivitas fisik. c. Nyeri punggung bawah spondilogenik

Suatu nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik), diskus inveterbralis (diskogenik) dan miofasial (miogenik) dan proses patologik di artikulasio sakroiliaka.

d. Nyeri punggung bawah psikogenik

Nyeri jenis ini tidak jarang ditemui, tetapi biasanya ditemukan setelah dilakukan pemeriksaan yang lengkap, dan hasilnya tidak memberikan jawaban yang pasti. Nyeri punggung bawah pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan depresi atau campuran antar kecemasan dan depresi.

e. Nyeri punggung bawah neurogenik

(6)

4. Faktor Risiko Low Back Pain

Adapun faktor risiko terjadinya low back pain dapat dibedakan menjadi tiga faktor, antara lain yakni :

a. Faktor individu 1) Usia

Dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan hal tersebut mulai terjadi pada saat seseorang berusia 30 tahun dengan berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut dan pengurangan cairan. Sehingga akan menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang (Pratiwi et al., 2009). Prevalensi meningkat terus menerus dan mencapai puncaknya antara usia 35 hingga 55 tahun. Semakin bertambahnya usia seseorang, risiko untuk menderita low back pain akan semakin meningkat karena terjadinya kelainan pada diskus intervertebralis pada usia tua (WHO, 2013).

2) Indeks massa tubuh (IMT)

(7)

daerah pada tulang belakang yang paling berisiko akibat efek dari obesitas adalah verterbrae lumbal (Purnamasari, 2010). 3) Jenis kelamin

Secara fisiologis kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria. Pada wanita keluhan ini sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang (Andini, 2015).

4) Merokok

Hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang adalah karena nikotin pada rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu, merokok juga dapat menyebabkan berkurangnya kandungan mineral pada tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang (Kantana, 2010).

5) Masa kerja

(8)

6) Kebiasaan olahraga

Aerobic fitness meningkatkan kemampuan kontraksi otot. 80% kasus nyeri tulang punggung disebabkan karena buruknya tingkat kelenturan (tonus) otot atau kurang berolahraga. Otot yang lemah terutama pada daerah perut tidak mampu menyokong punggung secara maksimal. Tingkat keluhan otot juga dipengaruhi oleh tingkat kesegaran jasmani.

b. Faktor pekerjaan 1) Beban kerja

Beban kerja merupakan sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh individu atau kelompok, selama periode waktu tertentu dalam keadaan normal. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga besar akan memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligamen, dan sendi. Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon, dan jaringan lainnya (Harrianto, 2007).

2) Durasi (lama kerja)

(9)

oksigen belum mencapai jaringan maka akan terjadi kelelahan otot (Straker, 2000).

3) Posisi kerja

Bekerja dengan posisi janggal dapat meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan dalam bekerja. Posisi janggal adalah posisi tubuh yang tidak sesuai pada saat melakukan pekerjaan sehingga dapat menyebabkan kondisi dimana transfer tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah menimbulkan kelelahan. Yang termasuk dalam posisi janggal yakni pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai, berputar, memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang dalam posisi statis, dan menjepit dengan tangan. Posisi ini melibatkan beberapa area tubuh seperti bahu, punggung, dan lutut karena daerah inilah yang paling sering mengalami cedera (Andini, 2015).

4) Repetisi

(10)

c. Faktor lingkungan fisik 1) Getaran

Faktor risiko lingkungan fisik terhadap low back pain antara lain getaran. Getaran dapat menyebabkan kontraksi otot meningkat yang menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat, dan akhirnya timbul rasa nyeri. Getaran berpotensi menimbulkan keluhan low back pain ketika seseoang menghabiskan waktu lebih banyak di kendaraan atau lingkungan kerja yang memiliki hazard getaran (Andini, 2015).

2) Tekanan

Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.

5. Manifestasi Klinis Low Back Pain

Adapun tanda dan gejala dari low back pain menurut Ratini (2015) antara lain yakni :

(11)

b. Nyeri tajam terlokalisasi di leher, punggung atas atau punggung bawah terutama setelah mengangkat benda berat atau terlibat dalam aktivitas berat lainnya

c. Sakit kronis di bagian punggung tengah atau punggung bawah,

terutama setelah duduk atau berdiri dalam waktu yang lama

d. Nyeri punggung menjalar sampai ke pantat, dibagian belakang paha, ke betis dan kaki

e. Ketidakmampuan untuk berdiri tegak tanpa rasa sakit atau kejang otot di punggung bawah

6. Patofisiologi Low Back Pain

(12)

Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler dimana terjadi akumulasi saluram ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal (Rahajeng Tanjung, 2009).

7. Epidemiologi Low Back Pain

(13)

8. Pengobatan Low Back Pain

Penanganan nyeri punggung dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti merubah gaya hidup, terapi non obat, dan penyembuhan menggunakan obat (Eleanor Bull dkk, 2007).

a. Merubah gaya hidup

1) Sedapat mungkin tetap bergerak aktif.

2) Menurunkan berat badan (bila kelebihan berat badan).

3) Belajar bagaimana membungkuk dan mengangkat benda dengan tepat.

4) Memperbaiki postur tubuh (atau menyesuaikan posisi duduk di mobil, di meja kerja, di meja makan, di depan TV, atau posis tidur).

b. Terapi non obat

Fisioterapi, Osteopati dan chiropraktic merupakan bentuk terapi yang melakukan manipulasi terhadap bagian tulang punggung untuk meredakan nyeri punggung.

c. Penggunaan obat 1) Analgesia

Penghilang nyeri atau analgesik merupakan obat yang bekerja dengan cara mengganggu proses transmisi nyeri.

2) Nonsteroidal OTC

(14)

3) Methocarbamol

Merupakan obat relaksan otot yang berfungsi meredakan kejang otot.

B. Ergonomi

1. Pengertian Ergonomi

Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu Ergon (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, dan desain/perancangan. Ergonomi berhubungan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia ditempat kerja, dirumah ataupun ditempat rekreasi (Tarwaka, 2010).

Pada dasarnya ergonomi dapat menciptakan lingkungan kerja yang dapat :

a. Mengurangi angka cedera dan kesakitan dalam pekerjaannya b. Menurunkan biaya kecelakaan kerja

c. Menurunkan kunjungan berobat d. Mengurangi ketidakhadiran pekerja

(15)

2. Faktor Risiko Ergonomi

Menurut University of Caucasian Lost Among Asians-Labor Occupational Safety and Health, ada beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan ergonomi :

a. Pengulangan berkelanjutan

Pengulangan berkelanjutan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang. Aktivitas berulang-ulang yang dilakukan akan menjadikan otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus-menerus tanpa memperoleh relaksasi. Pekerjaan yang sama dilakukan setiap harinya, sebagai contoh perawat ruang bedah sudah pasti akan melakukan kegiatan operasi yang sama dengan kasus yang sama tapi berbeda penderitanya disetiap harinya. Melakukan tindakan seperti RJP adalah kegiatan berulang yang dilakukan oleh perawat.

b. Pengaturan kerja yang buruk

(16)

melampaui proporsi jam kerja yang diberikan yaitu > 8 jam, hal ini menimbulkan keluhan LBP lebih tinggi dibandingkan proporsi kerja normal. Seseorang yang merasa bosan dan mengalami kejenuhan sehingga menimbulkan stress akibat pekerjaan yang dilakukan memicu timbulnya nyeri punggung bawah. Suatu perusahaan di Makassar terdapat 43% pekerja yang memiliki masalah dengan nyeri punggung bawah akibat stress kerja, penelitian ini dilakukan menggunakan uji case control oleh Basuki pada tahun 2009.

c. Gaya berlebih

(17)

d. Posisi tidak bergerak

Posisi tidak bergerak adalah posisi statis dengan tubuh sedikit sampai tidak melakukan pergerakan. Perawat ruang bedah dimana sedang melakukan tindakan pembedahan akan berdiri cukup lama hal ini dapat kontraksi otot dan cepat lelah.

e. Postur janggal

Postur janggal adalah keadaan tubuh yang tidak sesuai dengan mekanisme posisi sehat dan dapat beresiko menimbulkan musculoskeletal disorders. Postur janggal lawan dari posisi netral. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko kejadian keluhan otot skeletal.

C. Perawat Instalasi Bedah Sentral (IBS)

Keperawatan perioperatif adalah pelayanan keperawatan baik pre operatif (sebelum pembedahan), intraoperatif (saat pembedahan) dan post operatif (setelah pembedahan) yang dilakukan perawat ruang operasi. Dalam setiap melakukan pembedahan idealnya tim bedah terdiri dari dokter pembedah (operator), dokter anestesi, perawat kamar bedah; sirkuler, instrumen (scrub), RNFA (Register Nurse First Assistance) dan perawat anestesi (Upik, 2011). Definisi dan tugas dari perawat bedah secara garis besar adalah sebagai berikut :

1. Perawat Instrumen

(18)

pembedahan selama tindakan pembedahan berlangsung (Upik, 2011). Secara spesifik peran dan tanggung jawab sebagai perawat instrumen adalah sebagai berikut :

a. Perawat instrumen harus selalu mengawasi teknik aseptik dan

memberikan instrumen kepada ahli bedah sesuai kebutuhan dan menerimanya kembali

b. Perawat instrumen harus secara terus menerus mengawasi prosedur untuk mengantisipasi segala kejadian

c. Melakukan manajemen sirkulasi dan suplai alat instrumen operasi,

mengatur alat-alat yang akan dan telah digunakan, pada kondisi ini perawat instrumen harus benar-benar mengetahui dan mengenal alat-alat yang akan dan telah digunakan beserta nama ilmiah dan nama biasanya, dan mengetahui penggunaan instrumen pada prosedur spesifik

d. Perawat instrumen harus bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan kepada tim bedah mengenai setiap pelanggaran teknik aseptik atau kontaminasi yang terjadi selama pembedahan

(19)

2. Perawat Sirkuler

Perawat sirkuler adalah tenaga profesional perawat yang diberi wewenang dan tanggung jawab membantu kelancaran tindakan pembedahan (Upik, 2011). Secara umum, peran dan tanggung jawab perawat sirkuler adalah sebagai berikut :

a. Menjemput pasien dari bagian penerimaan, mengidentifikasi pasien dan memeriksa formulir persetujuan

b. Mempersiapkan tempat operasi sesuai prosedur dan jenis pembedahan yang akan dilaksanakan, tim bedah harus diberitahu jika terdapat kelainan kulit yang mungkin dapat menjadi kontraindikasi pembedahan

c. Memeriksa kebersihan dan kerapian kamar operasi sebelum pembedahan, perawat sirkuler juga harus memperhatikan bahwa peralatan telah siap dan dapat digunakan, semua peralatan harus dicoba sebelum prosedur pembedahan, apabila prosedur ini tidak dilaksanakan maka dapat mengakibatkan penundaan atau kesulitan dalam pembedahan

d. Membantu memindahkan pasien ke meja operasi, mengatur posisi pasien, mengatur lampu operasi, memasang semua elektroda, monitor, atau alat-alat lain yang mungkin diperlukan

(20)

f. Berperan sebagai tangan kanan perawat instrumen untuk mengambil, membawa, menyesuaikan segala sesuatu yang diperlukan oleh perawat instrumen, selain itu juga untuk mengontrol keperluan spons, instrumen dan jarum

g. Mengeluarkan semua benda yang sudah dipakai dari ruang operasi pada akhir prosedur, memastikan bahwa semua tumpahan dibersihkan dan mempersiapkan ruang operasi untuk prosedur berikutnya

3. Register Nurse First Assistance (RNFA)

Register Nurse First Assistance (RNFA) atau perawat asisten pertama teregister adalah perawat ruang operasi yang terdaftar dalam perawat perioperatif yang mempunyai fungsi dan peran diperluas yakni asisten pertama (praktik utama arah ahli bedah). Bekerja sama dengan ahli bedah, perawat dan tim lain untuk mencapai kegiatan operasi pasien yang optimal. Kegiatan yang dilakukan misalnya penanganan jaringan, memberikan pemajanan pada daerah operasi, penggunaan instruman, jahitan bedah dan pemberian hemostatis (Association of Perioperative Registered Nurses, 2013).

(21)

semua layanan perawatan kesehatan, rata-rata perawat merawat sebanyak 8 pasien perhari. Ada 2,72 juta RN di Amerika Serikat. Jumlahnya lebih banyak dari tentara Amerika yang hanya 1,45 juta dan karyawan walmart yang 1,4 juta (Association of Perioperative Registered Nurses, 2013).

4. Perawat Anestesi

Perawat anestesi adalah perawat dengan pendidikan perawat khusus anestesi. Peran utama sebagai perawat anestesi pada tahap praoperatif adalah memastikan identitas pasien yang akan dibius dan melakukan medikasi praanestesi. Kemudian pada tahap intraoperatif bertanggung jawab terhadap manajemen pasien, instrumen dan obat bius membantu dokter anestesi dalam proses pembiusan sampai pasien sadar penuh setelah operasi.

Pada pelaksanaannya saat ini, perawat anestesi berperan pada hampir seluruh pembiusan umum. Perawat anestesi dapat melakukan tindakan prainduksi, pembiusan umum dan sampai pasien sadar penuh diruang pemulihan (Upik, 2011). Peran dan tanggung jawab perawat anestesi secara spesifik antara lain :

a. Melakukan pendekatan holistik dan menjelaskan perihal tindakan prainduksi

b. Manajemen sirkulasi dan suplai alat serta obat anestesi

(22)

d. Mempersiapkan jalur intravena dan arteri, menyiapkan pasokan obat anestesi, spuit dan jarum yang akan digunakan dan secara umum bertugas sebagai tangan kanan ahli anestesi, terutama selama induksi dan ektubasi

e. Membantu perawat sirkulasi memindahkan pasien serta menempatkan tim bedah setelah pasien ditutup duk dan sesudah operasi berjalan

f. Berada disisi pasien selama pembedahan, mengobservasi dan mencatat status tanda-tanda vital, obat-obatan, oksigenasi, cairan, transfusi darah, status sirkulasi dan merespon tanda komplikasi dari operator bedah

g. Memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan ahli anestesi untuk melakukan suatu prosedur (misalnya anestesi lokal, umum, atau regional).

D. Instalasi Gawat Darurat (IGD)

(23)
(24)

E. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : (Pratiwi et al., 2009), (WHO, 2013), (Purnamasari, 2010), (Andini, 2015), (Kantana, 2010), (Umami et al., 2013), (Harrianto, 2007), (Straker, 2000),

Faktor Individu : 1. Usia

2. Indeks Masa Tubuh (IMT)

3. Jenis Kelamin 4. Kebiasaan Merokok 5. Massa Kerja

6. Kebiasaan Olahraga

Faktor Pekerjaan :

1. Beban Kerja

2. Durasi (Lama Kerja) 3. Posisi Kerja

4. Repetisi

Low Back Pain

Faktor Lingkungan : 1. Getaran

2. Tekanan

Faktor Ergonomi :

1. Pengulangan berkelanjutan 2. Pengaturan kerja yang

buruk

(25)

F. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

G. Hipotesa Penelitian

Hipotesa merupakan jawaban sementara penelitian yang akan dilakukan dan kebenarannya akan dibuktikan melalui penelitian. Hipotesa dibedakan menjadi 2, yaitu hipotesa nol dan hipotesa alternatif. Hipotesa nol adalah hipotesa yang dibuat untuk menyatakan suatu kesamaan atau ada tidaknya suatu perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok atau

a. Faktor Individu : 1. Usia

2. Indeks Masa Tubuh (IMT)

3. Jenis Kelamin 4. Massa Kerja

5. Kebiasaan Olahraga b. Faktor Pekerjaan :

1. Beban Kerja c. Faktor Ergonomi :

1. Pengulangan berkelanjutan 2. Pengaturan kerja yang

buruk

(26)

lebih mengenai hal yang dipermasalahkan, biasanya ditulis dengan Ho. Hipotesa alternatif adalah suatu hipotesa yang dibuat sebagai hipotesa lain (alternatif) apabila hipotesa nol ditolak (ada perbedaan), biasanya ditulis dengan Ha (Notoatmodjo, 2010). Hipotesa pada penelitian yang akan peneliti lakukan adalah :

Ho : Ada hubungan antara faktor pekerjaan (beban kerja), faktor individu (usia, IMT, jenis kelamin, massa kerja, kebiasaan olahraga), faktor risiko ergonomi (pengulangan kerja, pengaturan kerja) dengan keluhan low back pain.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Peranan Relaksan Otot pada Pasien Nyeri Punggung Bawah.. Ilmu Penyakit Syaraf

tidak kaku sehingga otot tidak akan menekan pada sendi yang terkena. dampak erosi, sehingga akan menurunkan persepsi

Menurut Muayyad (2011) menyatakan bahwa lama kerja memiliki hubungan yang kuat dengan keluhan otot dan dapat meningkatkan nyeri punggung bawah, hal ini karena

Terdapat beragam tindakan untuk nyeri punggung, dari yang paling sederhana yaitu istirahat (bedrest), misalnya untuk kasus otot tertarik atau ligamen sprain, sampai

Biasanya sebelum timbul demam, penderita malaria akan mengeluh lesu, sakit kepala, nyeri pada tulang dan otot, kurang nafsu makan, rasa tidak enak pada perut,

Edukasi Proper Body Mechanics adalah pemberian informasi tentang pemanfaatan otot yang benar untuk menyelesaikan tugas dengan aman dan efisien tanpa ketegangan

Penyebab yang paling umum atau secara luas LBP/ nyeri punggung yaitu terjadinya peregangan pada otot atau posisi tubuh pada saat bekerja yang tidak benar, kebiasaan para pekerja

2 Palpasi Pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri, nyeri tekan perut kanan bawah merupakan kunci diagnosis dari