A. Pengertian
Hernia adalah suatu penonjolan abnormal organ perut melalui daerah yang lemah (defek) atau adanya suatu defek kantong, sedang protusi tidak selalu harus ada (Divilio, 1997).
Hernia adalah penonjolan suatu organ didalam abdomen melalui defek atau bagian lemah dari dinding otot abdominal (Sjamsuhidajat & Jong, 1997).
Hernia adalah kongenital maupun didapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang bisa melalui dinding tersebut (Mansjoer, 2000).
Hernia adalah penonjolan bagian organ atau jaringan melalui lubang abnormal (Dorland, 1998).
Hernia femoralis adalah penonjolan kantong peritonium dibawah tilgamentum inguinalis di medial dan vena femoralis di lateral (Mansjoer, 2000).
Klasifikasi Hernia
1. Hernia menurut terlihat atau tidaknya (Sjamsuhidajat & Jong, 1997) a. Hernia internal
b. Hernia ekstertnal
Hernia eksternal adalah tonjolan yang menonjol keluar dari rongga abdomen (Benjolan terlihat dari luar).
2. Hernia menurut lokasi atau letak terjadinya (Sjamsuhidajat & Jong, 1997)
a. Hernia femoralis
Hernia femoralis terjadi karena batang usus masuk melalui cincin femoral kedalam kanalis femoralis
b. Hernia inguinalis
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kelainan kongenital atau karena sebab yang didapat yang masuk melalui inguinalis internus keluar rongga abdomen
Hernia inguinalis terbagi atas : 1) Hernia inguinalis medialis 2) Hernia inguinalis lateralis dekstra 3) Hernia inguinalis lateralis sinistra c. Hernia umbilikalis
Hernia umbilikalis terjadi karena isi hernia masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intra abdomen, sering terjadi pada bayi dan wanita hamil karena tekanan pada umbilikal.
d. Hernia skrotalis
e. Hernia epigastrika / diaphragmatika
Hernia epigastrika merupakan hernia yang keluar melalui defek pada linea alba antara umbilikus dan prossesus xipoideus
3. Hernia menurut penyebabnya (Sjamsuhidajat & Jong, 1997) a. Hernia kongenital
Hernia kongenital adalah hernia yang disebabkan oleh kelemahan otot abdomen yang bersumber dari lahir / bawaan.
b. Hernia traumatik / didapat
Hernia yang didapat disebabkan karena adanya trauma, seperti peningkatan tekanan intra abdominal (batuk kronis, sering mengejan, mengangkat benda berat).
c. Hernia insisional
Hernia insisional disebabkan karena dinding abdomen lemah akibat sayatan atau pembedahan sebelumnya, seperti post laparatomi atau prostatektomi.
4. Hernia menurut klinis (Sjamsuhidajat & Jong, 1997) a. Hernia reponibilis
b. Hernia ireponibilis
Isi hernia berada dalam kantong hernia dan tidak dapat masuk lagi kedalam anggota abdomen. Tidak ada keluhan nyeri atau obstruksi usus.
c. Hernia incarserata
Isi hernia berada dalam kantong dan terjepit cincin hernia, sehingga tidak dapat masuk kembali kedalam rongga abdomen, disertai akibatnya yang beberapa gangguan pasage dan suplai darah tersumbat.
d. Hernia strangulata
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi
2. Fisiologi
Menurut Gibson (1995)
Peritonium adalah membran tipis, halus dan lembab yang terdapat pada rongga abdomen dan menutupi organ – organ abdomen. Peritonium paictal adalah bagian yang menutupi dinding abdomen sedangkan peritonium viscral adalah bagian yang menutupi organ – organ.
pertumbuhan berbagai organ dengan cara organ – organ tersebut bergerak pada masa kehidupan fetus kedalam posisi yang berbeda.
Fungsi peritonium adalah tempat perlekatan organ – organ kedinding abdomen posterior dan satu sama lainnya sehingga dapat mempermudah organ – organ untuk saling bergerak diatas yang lainnya.
Hernia femoralis merupakan hernia kedalam kanalis femoralis yang ujung atasnya adalah salah satu titik lemah dari dinding abdomen. Hal ini lebih umumnya terjadi pada wanita dibanding pria karena pada wanita pelvisnya lebih lebar dan kanalisnya berhubungan lebih luas.
C. Etiologi
Menurut Mansjoer, Arif (2000) etiologi hernia adalah : 1. Kongenital
Terjadi sejak lahir adanya defek pada suatu dinding rongga 2. Didapat (akquista)
D. Patofisiologi
Menurut Sjamsuhidajat & Jong, (1997) dan Long (1996)
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke delapan dari kehamilan terjadi desensus testikolorum melalui kanal tersebut, penurunan testis itu akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi benjolan peritonium yang disebut dengan prosesus vaginalis peritoneal.
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanalis ini terbuka terus, karena prosesus tidak broblitersi, maka akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis itu telah tertutup, namun karena darah itu merupakan locus minoris restencie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meninggi, kanal itu dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
Hernia terdiri dari tiga macam yaitu kantong hernia, isi hernia dan cincin hernia.
Secara patofisiologi peninggian tekanan intra abdomen akan mendorong lemak preperitoneal ke dalam kanalis yang akan menjadi pembuka jalan terjadinya hernia. Faktor penyebab lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut.
sendi inguinalis atau dapat disebabkan oleh trauma. Pada umumnya intra abdominal meningkat akibat dari pengaruh kehamilan atau obesitas. Mengangkat benda yang berat juga dapat mengakibatkan naiknya tekanan intra abdominal, seperti batuk dan sakit akibat terbentur benda tumpul, saat kedua faktor terjadi secara bersamaan dan terdapat kelemahan jaringan, maka ia dapat mengalami hernia. Kelemahan pada umunya tidak mengakibatkan hernia. Kelemahan ini terjadi karena proses usia dan bawaan sejak lahir. Karena usia, jaringan muskuler atau otot menjadi meresap dan di gantikan oleh jaringan pengikat dan jaringan obesitas atau adipose. Saat isi kantong henia masih dapat di tampung oleh lubang atau rongga abdominal melalui manipulasi, hernia ini di katakan sebagai hernia yang redusible (masih dapat dikurangi atau diatasi). Tipe hernia yang irredusible dan incarserated adalah hernia yang tidak dapat dikurangi dengan manipulasi. Saat tekanan dari cincin hernia (jaringan otot yang melingkar dan langsung berhubungan dengan isi perut) menutup suplai darah ke bagian isi perut yang terherniasi, isi perut tersebut akan terjepit dan juga yang terjadi pada jenis hernia incarserata sehingga segera memerlukan pembedahan kecuali isi perut tersebut terbebaskan akan menjadi ganggren karena kekurangan suplai darah.
sekitar pangkal paha), hernia umbilikal (bagian pusat), dan hernia insisional (pembedahan).
E. Manisfestasi Klinis
Menurut Mansjoer, (2000) dan Sjamsuhidajat & Jong, (1997)
1. Adanya benjolan di selangkangan atau daerah kemaluan. Benjolan bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur, bila menangis, mengejan, mengangkat benda berat serta dalam posisi berdiri benjolan dapat timbul kembali.
2. Terjadi nyeri abdomen, distensi (penegangan), mual, muntah, takikardi serta demam apabila terjadi strangulata.
Menurut Sjamsuhidayat & Jong (2004)
Pada hernia femoralis terdapat keluhan berupa benjolan di lipatan paha yang muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang menaikan tekanan intra abdomen seperti mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring.
F. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien hernia yaitu foto rontgen abdomen dan ultra sonografi (USG).
Hasil laboratorium darah menunjukan adanya peningkatan leukosit dan serum darah, jumlah leukosit lebih dari 10.000 – 18.000 / mm3 (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan umum
Menurut Mansjoer (2000) a. Pre operatif
Membatasi mengangkat benda – benda yang berat, istirahat, menghindri pemakaian otot – otot punggung saat beraktifitas kompres es untuk mengkerutkan jaringan yang ada di bawahnya, melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi serta mempersiapkan untuk tindakan operatif (herniotomi).
b. Post operatif
c. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pathways dan perumusan diagnosa keperawatan
Kongenital Peningkatan tekanan intra abdomen Kelemahan dinding perut di tri gonnom prosesus hactack
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Prosedur pra operasi
Sumber. Mansyoer, (2000), Sjamsuhidajat, (1997), Doengoes, (2000)
b. Fokus intervensi keperawatan Menurut Doengoes, (2000) & (1999)
1. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi pembedahan. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2x24 jam, diharapkan nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a. Luka bekas balutan insisi bersih b. Luka bebas dari infeksi
Intervensi : a. Monitor TTV
b. Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat
c. Lepaskan balutan sesuai dengan teknik aseptik
d. Inspeksi insisi terhadap proses penyembuhan, perhatikan adanya tanda-tanda infeksi
e. Kolaborasi pemberian obat antibiotik 2. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Intervensi :
a. Kaji nyeri, catat lokasi intensitas (skala 0-10) b. Pantau tanda-tanda vital
c. Dorong ambulasi diri
d. Anjurkan teknik relaksasi dan distraksi e. Kolaborasi pemberian obat analgetik
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Tujuan : pasien dapat beraktifitas dengan nyaman, dengan
kriteria hasil :
a. Menunjukan mobilitas yang aman
b. Meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit.
Intervensi :
a. Berikan aktifitas yang disesuaikan dengan pasien b. Anjurkan pasien untuk beraktifitas sehari-hari dalam
keterbatasan pasien
c. Anjurkan keluarga dalam melakukan meningkatkan kemandirian pasien
d. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diit cairan.
a. Tidak terjadi penurunan berat badan b. Nafsu makan meningkat
c. Terjadi peningkatan berat badan Intervensi :
a. Timbang berat badan sesuai indikasi
b. Motivasi keluarga untuk membantu pasien dalam kebersihan oral
c. Identifikasi kesukaan / ketidaksukaan diet dari pasien d. Anjurkan pilihan makanan tinggi protein dan vitamin C e. Dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah
mulai makan diet
f. Mulai diet sesuai indikasi, Mis : tinggi kalori tinggi protein
5. Ansietas berehubungan dengan prosedur pra operasi.
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan pasien tidak cemas
Kriteria hasil :
a. Pasien tampak rileks
b. Melaporkan ansietas berkurang pada tingkat yang dapat diatasi
a. Kaji tingkat ansietas pasien
b. Berikan informasi yang akurat dan jujur c. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan
masalahnya
d. Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi pasien untuk sembuh