6
TINJAUAN PUSTAKA
A. Futsal
1. Definisi Futsal
Secara Internasional futsal merupakan permainan sepakbola dalam ruangan.
Futsal dari bahasa spanyol dan portugal, “fut” dari kata futbol atau futebol, artinya sepakbola dan kata “sal” yang diambil dari kata salao artinya di dalam ruangan. Futsal Diperkenalkan oleh FIFA tahun 1989.Sebelumnya, futsal memiliki beberapa nama yang sering dipakai diantaranya, mini soccer, five-a-side-game, atau indoor soccer (Halim, 2009). Secara resmi FIFA menyatakan futsal diiptakan di Montevideo, Uruguay tahun 1930, seorang pelatih sepakbola asal Argentina bernama Juan Carlos Ceriani dan masuk di Indonesia tahun 2002 (Halim, 2009).
Beberapa tahun terakhir ini masyarakat masyarakat sudah tidak asing lagi dengan permainan futsal.Bukan hanya dari faktor dari sosial media berkurangnya jumlah lahan yang luas juga menjadi salah satu penyebab futsal berkembang pesat di Indonesia. Futsal memiliki tujuan untuk mencetak gol ke gawang lawan sebanyak mungkin supaya memenangkan ertandingan, dan perainan futsal berlangsung dalam kurun waktu 20 menit (Prakoso dkk,2013).
Permainan futsal dimainkan seperti sepakbola namun dilakuakan di dalam ruangan dengan ukuran lebih kecil. Permainan futsal dimainkan oleh dua tim, setiap tim beranggotakan lima orang dengan satu penjaga gawang. Sama seperti sepakbola, futsal menggunakan dengan bola namun berat dan lebih kecil ukuran bola futsal daripada bola sepakbola. Ukuran gawang dalam futsal juga memiliki ukuran yang lebih kecil (Yudianto, 2009).
Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing tim beranggotakan lima orang dengan tujuan untuk memasukkan bola ke gawang lawan, dengan manipulasi bola dan kaki (Kurniawan, 2011). Futsal merupakan olahraga yang menarik dan membutuhkan kecepatan. Ukuran lapangan yang relatif kecil, membuat olahraga ini memerlukan kerjasama antar pemain lewat passing yang akurat, bukan hanya untuk melewati lawan. Hal itu disebabkan dalam permainan futsal pemain selalu berangkat dengan falsafah 100% ball possesion. Dalam permainan futsal, pemain futsal dituntut untuk bermain dengan sirkulasi bola yang cepat baik menyerang dan bertahan. Pemain futsal harus memiliki ketahanan fisik, mental dan teknik bermain yang baik. Teknik dasar yang harus dikuasi para pemain futsal diantaranya passing, control, chipping, dribble dan shotting (Pamungkas, 2013).
2. Teknik Dasar Futsal
Seseorang untuk dapat bermain futsal dengan baik harus dibekali skill atau teknik dasar yang baik, tidak hanya sekedar bisa menendang bola tapi juga diperlukan keahlian dalam menguasai atau mengontrol bola. Ada beberapa macam skill atau teknik dasar yang harus dimiliki seorang pemain futsal.
a. Menendang (kicking)
Menendang bola merupakan salah satu karakteristik permainan futsal yang paling dominan. Pemain yang memiliki teknik menendang dengan baik akan dapat bermain secara efisien. Tujuan menendang bola adalah untuk mengoper (passing), menembak ke gawang (shooting), dan menyapu untuk menggagalkan lawan (sweeping).
1) Menendang dengan Kaki Bagian Dalam
Pada umumnya teknik menendang dengan kaki bagian dalam digunakan untuk mengoper jarak pendek (short passing).
Gambar 2.1 Menendang dengan Kaki Dalam (Danny Mielky, 2007 dalam Amansya, 2015)
2) Menendang dengan Punggung Bagian Dalam
Gambar 2.2 Menendang dengan Punggung Kaki (Luxbacher, 2012 dalam Indianto, 2015)
Pada umumnya teknik menendang dengan punggung kaki bagian dalam digunakan untuk mengoper jarak jauh (long passing).
3) Menendang Dengan Punggung Kaki
Pada umumnya menendang dengan punggung kaki digunakan untuk menembak ke gawang (shooting at the goal).
Gambar 2.3 Menendang dengan Punggung Kaki (Syamsudin, 2019)
b. Menerima/Menghentikan Bola
Tujuan menerima atau menghentikan bola adalah untuk mengontrol bola yang termasuk di dalamnya untuk mengatur tempo permainan, mengalihkan laju permainan dan mempermudah untuk pasing.
1) Menerima Bola Dengan Kaki Dalam
Gambar 2.4 Menerima Bola dengan Kaki Dalam (Syamsudin, 2019)
2) Menerima Bola Dengan Punggung Kaki
Teknik menerima bola sangat penting bagi seorang pemain sepak bola.
Karena apabila menerima bola dari teman harus segera dikuasai agara tidak mudah di rebut lawan berikut gambar menerrima bola dengan punggung kaki (Dinata.2010).
Gambar 2.5 Menerima Bola dengan Punggung Kaki (Syamsudin, 2019)
3) Menerima Bola Dengan Telapak Kaki
Teknik ini biasanya dilakukan saat mendayangi bola sambil berlari.
Buka kaki dan tarik kaki agak ketas, lalu tahan bola dengan
menggunakan bagian telapak kaki. Tarik kaki agak ke belakang ketika sudah menyentuh bagian telapak kaki (Syamsudin, 2019)
Gambar 2.6 Menerima Bola dengan Telapak Kaki (Syamsudin, 2019)
4) Menerima Bola dengan Paha
Teknik ini dilakukan dengan menggerakkan tubuh kea rah datangnya bola laluangkat salah satu kaki hingga membentuk 90 derajat. Hentikan
gerakan bola dengan menggunakan paha bagian dalam, lalu jatuhkan bola di anatara dua kaki (Syamsudin, 2019)
Gambar 2.7 Menerima Bola dengan Paha (Djati, 2017)
5 ) Menerima Bola Dengan Dada
Menerima Bola dengan dada apabila bola datangnya ,melambung dari atas. Perhatikan bola yang melayang dengan cermat, maj atau mundur untuk memposisikan badan menjemput datangnya bola, dalam posisi badan seimbang dada dbuka lebar dan keda tangan melebar, lalu tahan bola di dada kebelakang pada saat menyentuh dada (Atizen, 2019).
Gambar 2.8 Menerima Bola dengan Dada (Atizen, 2019)
c. Menggiring Bola (Dribbling)
Menggiring bola adalah menendang bola terputus-putus atau pelan-pelan. Menggiring bola bertujuan untuk mendekati jarak ke sasaran, melewati lawan, dan menghambat permainan. Bagian kaki yang digunakan untuk menggiring bola sama dengan kaki yang digunakan untuk menendang bola yaitu:
1) Menggiring bola dengan kaki bagian dalam.
2) Menggiring bola dengan kaki bagian luar.
3) Menggiring bola dengan punggung kaki.
d. Menyundul Bola (Heading)
Tujuan menyundul bola adalah untuk mengoper, mencetak gol, mematahkan serangan lawan atau membuang bola. Pemain harus belajar menyundul bola menggunakan dahi, bukan ubun-ubun kepala. Pemain harus sadar bahwa mereka yang akan menyundul bola, bukan bola yang membentur mereka. Ditinjau dari posisi tubuhnya, menyundul bola dapat dilakukan sambil berdiri dan sambil meloncat atau melompat.
Gambar 2.9 Menyundul Bola (Djati, 2017)
e. Merampas Bola
Merampas bola adalah upaya untuk merebut bola dari penguasaan lawan. Merampas bola dapat dilakukan dengan sambil berdiri (standing tackling) dan sambil meluncur (sliding tackling)
f. Penjaga Gawang
Penjaga gawang atau kiper merupakan pertahanan yang paling akhir dalam permainan futsal. Menjadi kiper butuh ketangguhan fisik dan mental kiper harus mencermati semua arah datangnya bola. Penempatan posisi juga merupakan hal terpenting yang harus dilakoni seorang kiper.
Penempatan posisi yang benar dan tepat membantu seorang kiper untuk menangkap bola dengan baik dan sempurna. Kiper harus bergerak cepat keposisi di bawah mistar gawang, memantau kemungkinan arah bola yang datang dan bersiap-siap diposisi tepat untuk menangkapnya. Satu hal yang harus diperhatikan adalah kiper harus berkomunikasi dengan rekan pemain lain. Dia harus membantu rekannya untuk menyuruh mereka mengawal lawan atau berjaga-jaga disekitar gawang ketika timnya diserang.
3. Peraturan Futsal
Berikut adalah informasi mengenai ukuran lapangan futsal dan peraturan resmi permainan futsal berdasarkan aturan FIFA (Pamungkas, 2013).
a. Lapangan Permainan
1) Ukuran: panjang 25-42 m x lebar 15-25 m.
2) Garis batas: garis selebar 8 cm, yakni garis sentuh di sisi, garis gawang di ujung-ujung, dan garis melintang tengah lapangan.
3) Lingkaran tengah: berdiameter 6 m.
4) Daerah penalti: busur berukuran 6 m dari setiap pos.
5) Garis penalti: 6 m dari titik tengah garis gawang.
6) Garis penalti kedua: 12 m dari titik tengah garis gawang.
7) Zona pergantian: daerah 6 m (3 m pada setiap sisi garis tengah lapangan) pada sisi tribun dari pelemparan.
8) Gawang: tinggi 2 m x lebar 3 m.
a) Gawang harus ditempatkan di tengah-tengah garis gawang. Terdiri dari dua buah tiang sejajar vertikal dan dihubungkan dengan tiang horisontal.
b) Jarak tiang vertikal adalah 3 meter dan jarak dari sisi bawah batangan atas ke dasar permukaan lapangan adalah 2 meter.
c) Tiang vertikal maupun horisontal memiliki lebar 8 cm. Net atau jaring terbuat dari rami, goni, atau nilon. Dikaitkan pada kedua tiang vertikal dan tiang horisontal pada sisi belakang gawang.
Bagian yang bawah didukung oleh batangan melengkung ataupun bentuk lainnya untuk memberikan ketahanan yang cukup.
d) Kedalaman gawang adalah jarak dari ujung bagian dalam dari posisi gawang langsung ke arah sisi luar lapangan, minimal 80 cm pada bagian atas dan 100 cm pada bagian bawah (permukaan lapangan).
Gambar 2.10 Lapangan Futsal (Noviana, 2015)
b. Bola
1) Ukuran: Nomor 4.
2) Keliling: 62-64 cm.
3) Berat: 390-430 gram.
4) Lambungan: 55-65 cm pada pantulan pertama.
5) Bahan: kulit atau bahan yang cocok lainnya (yang tidak berbahaya).
c. Jumlah Pemain dalam Setiap Tim
1) Jumlah pemain untuk memulai pertandingan maksimal 5 pemain dengn salah satu penjaga gawang.
2) Jumlah pemain minimal untuk mengakhiri pertandingan adalah dua pemain dengan salah satu penjaga gawang.
3) Jumlah pemain cadangan maksimal 7 orang.
d. Jumlah wasit 2 orang.
e. Pergantian pemain
1) Batas pergantian pemain: tidak terbatas.
2) Metode pergantian: “pergantian melayang” (semua pemain kecuali penjaga gawang boleh memasuki dan meninggalkan lapangan kapan
saja; pergantian penjaga gawang hanya dapat dilakukan jika bola tidak sedang dimainkan dan dengan persetujuan wasit).
f. Perlengkapan Pemain 1) Kaos bernomor.
2) Celana pendek.
3) Kaos kaki.
4) Pelindung lutut.
5) Alas kaki bersolkan karet.
g. Lama Permainan
1) Lama normal: 2 x 20 menit.
2) Lama istirahat: 10 menit.
3) Lama perpanjangan waktu: 2 x 10 menit.
h. Penalti
Ada dua penalti jika jumlah gol kedua tim imbang saat perpanjangan waktu selesai.
i. Time-out
Time-out dilakukan 1 kali per tim dalam tiap babak, tidak ada dalam waktu tambahan.
j. Waktu pergantian babak
Waktu pergantian babak: maksimal 10 menit.
4. Lapangan Futsal
Bentuk lapangan futsal sama seperti lapangan sepakbola, yaitu persegi panjang dengan garis samping pada pembatas kanan dan kiri lapangan (touc line) lebih panjang dengan garis dari gawang. Namun, ukuran lapangan futsal akan berbeda dengan lapangan sepakbola. Lapangan futsal memiliki panjang
minimal 25 dan maksimal 42 m, lebar lapangan minimal 15 m dan maksimal 25 m. Sedangkan ukuran lapangan dalam pertandingan internasional yaitu memiliki panjang minimal 38 m dan maksimal 42 m, serta lebar minimal 18 m dan maksimal 22 m. Batas lapangan ditandai dengan garis-garis yang meleka pada lapangan dan berfungsi sebagai garis pembatas. Dua garis terluar yang lebih panjang disebut dengan garis pembatas lapangan dan dua garis lebih pendek disebut dengan garis gawang, setiap garis memililki lebar 8 cm.
Lapangan dibagi menjadi dua yang dibelah oleh garis tengah lapangan. Tanda atau titik tengah ditandai sebuah titik di tengah-tengah lapangan. Titik tengah dikelilingi oleh sebuah lingkaran dengan radius 3 m (Jaya, 2008).
Peraturan permainan FIFA (Fédération Internationale de Football Association) sepakbola futsal, keputusan tentang lapangan. Yang pertama, ukuran garis gawang antara 15 hingga 16 m, radius seperempat lingkaran sebesar 4 m dengan tanda titik pinalti tidak lebih panjang keadaanya pada garis yang dibatasi daerah pinalti, tetap pada jarak 6 m dari titik tengah antara kedua tiang gawang dan jarak yang sama. Keputusan kedua, tanah datar berumput buatan (artificial turf), penggunaan tanah datar yang berumput alami (natural turf), atau tanah diperbolehkan dalam pertandingan pertandingan liga dan tidak dalam pertandingan internasional.
Permukaan lapangan harus mulus serta tidak licin, disarankan menggunakan kayu atau bahan buatan (artificial) dan harus dihindari penggunaan bahan dari beton atau tarmac. Keputusan ketiga, tanda atau titik dapat digambarkan di luar lapangan, 5 m dari busur sudut dan pada sudut kanan dari garis gawang untuk memastikan bahwa jarak ini diamati apabila dilakukan tendangan sudut. Lebar tanda atau titik ini adalah 8 cm. Keputusan
keempat, tempat duduk tim terletak di belakang garis samping secara langsung di sebelah ruang bebas di depan meja pencatat waktu.
Seiring perkembangan zaman, lapangan futsal juga ikut berkembang.
Untuk saat ini lapangan futsal berkembang menjadi beberapa jenis, yaitu lapangan futsal jenis vinyl, taraflex, karpet plastik, parquette, rumput sintetis dan semen di Indonesia sendiri jenis lapangan futsal yang berkembang pesat hanya beberapa saja. Namun, sesuai dari latar belakang judul hanya tiga lapangan yang menjadi pokok pembahasan yaitu lapangan futsal jenis rumput sintetis, semen dan parquette.
5. Cidera dalam Futsal
Cidera merupakan akibat dari gaya-gaya yang bekerja dalam tubuh atau sebagian dari tubuh dimana melebihi kemampuan tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini dapat berlangsung dengan cepat atau jangka lama. Cidera juga dapat diartikan sebagai hasil dari suatu kekuatan atau tenaga yang berlebihan pada tubuh atau sebagian tubuh sehingga menyebabkan tubuh atau bagian tubuh tersebut tidak dapat menahan atau menyesuaikan diri (Sudijandoko, 2000). Respon tubuh jika terdapat cidera ditandai dengan adanya radang seperti tumor (bengkak), rubor (merah), funcitiolaesa (penurunan fungsi), kalor (panas), dan dolor (nyeri) (Arif, 2011)
Secara umum cidera olahraga diklasifikasikan menjadi 3 macam, seperti yang disampaikan Arif (2011) :
a. Cidera Ringan
Cidera ringan adalah cidera yang tidak diikuti kerusakan berarti pada jaringan, bengkak tidak mempengaruhi penampilan, misalnya: lecet, memar.
b. Cidera Sedang
Cidera sedang adalah cidera yang diikuti kerusakan jaringan, nyeri, bengkak nyata, mengganggu penampilan, misalnya: sprain, strain grade 2.
c. Cidera Berat
Cidera berat adalah cidera yang diikuti kerusakan jaringan parah, bengkak besar, nyeri tak tertahankan, tidak bisa tampil, harus berhenti berolahraga.
Berdasarkan penjelasan diatas, cidera olahraga dapat terjadi dalam berbagai tingkat dan mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Cidera olahraga seperti sprain dan strain merupakan contoh cidera yang memiliki beberapa tingkatan, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Sprain
Sprain diakibatkan karena peregangan yang berlebihan saat kondisi secara mendadak pada saat tubuh belum siap memasuki zona latihan atau kondisi lelah, gerakan tertentu dapat menyebabkan kerusakan jaringan ligament. Saat cidera sprain disertai dengan rasa nyeri dipersendian saat digerakkan atau ditekan ergantung pada tingkat cidera sprain. Sprain diartikan sebagai cidera pada sendi menyebabkan robekan pada ligament terjadi akibat adanya tekanan yang berlebihan dan mendadak pada sendi atau penggunaan yang berlebihan secara terus-menerus (Graha &
Priyonoadi, 2012).
Berdasarkan tingkatan cidera sprain menurut Graha dan Priyonoadi (2012) dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu:
1) Sprain Ringan
Sprain ringan biasanya biasanya disertai dengan hematom dengan sebagian serabut ligamen putus.
2) Sprain Sedang
Sprain sedang lebih banyak serabut ligamen yang putus, terjadi efusi cairan yang mengakibatkan bengkak.
3) Sprain Berat
Seluruh serabut ligamen putus sehingga tidak dapat digerakkan seperti biasa dengan rasa nyeri hebat, pembengkakan, dan adanya darah dalam sendi.
b. Strain (Robekan Jaringan Otot /tendon)
Strain merupakan robeknya jaringan tendon atau otot akibat meregangnya tendon atau otot secara mendadak maupun berulang-ulang pada saat belum siap memasuki zona latihan atau saat tubuh lelah diikuti dengan penurunan fungsi otot dapat menyebabkan kerusakan jaringan otot dan tendon. Strain dikenal tarikan otot dan terjadi bila otot terlalu meregang atau robek (Thygerson, 2011). Strain otot timbul dari trauma tidak langsung diakibatkan peregang yang berlebihan selama akselerasi lambt atau cepat, hal itu ada kaitannya dengan pemanasan atau peregangan yang kurang tepat sebelum olahraga (Karantanas, 2011). Ciri-ciri robekan otot menurut Saubers (2011) yaitu: 1) Pebengkakan 2) Memar atau kulit memerah 3) Rasa sakit ketika beristirahat atau ketika otot yang terluka atau persendian didekat otot itu digunakan 4) Rasa lemas atau lemah di
anggota-anggota gerak tubuh itu 5) Ketidakmampuan total menahan berat tubuh.
Berdasarkan tingkat berat ringannya cidera strain, menurut Arovah (2009) membedakan strain menjadi 3 tingkatan, yaitu:
1) Strain Tingkat I
Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi robekan pada jaringan otot maupun tendon.
2) Strain Tingkat II
Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada otot maupun tendon.
Tahapan ini menimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga terjadi penurunan kekuatan otot.
3) Strain Tingkat III
Pada strain tingkat III, telah terjadi robekan total pada otot dan tendon. Biasanya hal ini membutuhkan tindakan pembedahan.
B. Otot Hamstring 1. Definisi
Hamstring adalah kelompok otot besar yang memalui sendi pinggul dan sendi lutut dan sangat penting untuk fungsi normal berkaitan dengan berlari maupun berjalan, untuk mempercepat pemulihan dari cidera hamstring selalu fleksibel dan kuat. Pemendekan otot adalah suatu keadaan yang terjadinya tumpang tindih antara filament aktin dan myostin sehingga tidak dapat kembali ke posisi semula dalam keadaan normal. Pemendekan pada otot hamstring akan membatasi gerak normal bila tidak dilakukan penguluran dalam kasus ini otot hamstring akan mengalami kontrkasi yang berlebihan dan otot yang lainnya
mengalami penurunan ekstensibilitas serta fleksibilitas otot sehingga terjadi pemendekan pada hamstring (Lubis, 2011).
2. Anatomi Otot Hamstring
Hamstring merupakan suatu grup otot yang paling sering mengalami pemendekan yang kerap sekalai memicu berbagai masalah seperti low back pain, plantar facitis, knee pain dan sebagainya hingga perlu dilakukan pemanjangan guna untuk meminimalisir resiko timbulnya keluhan di region lain Syam dkk dalam Arroyan (2018). Hamstring merupakan suatu grup otot sendi hip dan knee yang terletak pada sisi belakang paha yang berfungsi untuk gerakan fleksi lutut, ekstensi hip, dan membantu gerakan eksternal dan internal rotasi hip. Grup otot ini terdiri atas beberapa otot yaitu: biceps femoris, semitendinosus, dan semimembra-nosus.(Neter, 2011).
Menurut Wismanto (2011), otot hamstring memiliki gerak fungsional dasar untuk knee flexion, sebagai muscle accessory untuk gerakan Hip Extension dan gerakan eksternal serta internal dari gerakan rotasi hip.
hamstring juga merupakan otot tonik, yang berfungsi sebagai otot stabilitator postural, dan memiliki serat serabut otot yang tebal yang memiliki kandungan myoglobin dan kapasitas oksidatif tinggi sehingga tahan terhadap kelelahan yang cukup tinggi.
Gambar 2.11 Origo dan Insertio pada otot : A. Biceps Femoris, B.
Semimembranosus,dan C. Semitendinosus (Cael, 2010) a. M. Biceps Femoris
Mempunyai dua caput, yaitu caput longum dan caput breve. M.
biceps femoris caput longum bekerja pada dua sendi, berasal dari tuberositas ischiadicum bersama-sama dengan M. semitendinosus. M.
biceps femoris caput breve hanya bekerja pada satu sendi, berasal dari sepertiga tengah linea aspera labium laterale dan lateralis terhadap septum intermusculare. Penyatuan caput membentuk M. biceps femoris yang berinsertio pada caput fibulae. Diantara otot dan ligamentum collaterale fibulare sendi lutut terdapat bursa subtendinea musculi bicepitis femoris inferior. Caput longum biceps femoris menghasilkan gerak ekstensi (retroversi) sendi panggul. M. biceps femoris melakukan fleksi sendi lutut dan rotasi lateralis tungkai bawah yang fleksi. Hanya terjadi rotasi lateralis pada sendi lutut dan karena itu melawan semua otot rotator medialis (Soames & Palastanga, 2012).
b. M. Semimembranosus
Berasal dari caput bersama yaitu dari tuber ischiadicum dan berjalan ke facies medialis tibiae bersama-sama dengan M. gracilis dan M.
sartorius untuk bergabung dengan pes anserinus superficialis. Disini juga terdapat bursa anserina diantara permukaan tibia dan tempat perlekatan
pada pes anserinus. Otot ini bekerja pada dua sendi, yaitu ekstensi pada sendi panggul dan fleksi pada sendi lutut serta rotasi medialis tungkai bawah (Soames & Palastanga, 2012).
c. M. Semitendinosus
Berasal dari caput bersama yaitu dari tuber ischiadicum dan berjalan ke facies medialis tibiae bersama-sama dengan M. gracilis dan M.
sartorius untuk bergabung dengan pes anserinus superficialis. Disini juga terdapat bursa anserina diantara permukaan tibia dan tempat perlekatan pada pes anserinus. Otot ini bekerja pada dua sendi, yaitu ekstensi pada sendi panggul dan fleksi pada sendi lutut serta rotasi medialis tungkai bawah (Soames & Palastanga, 2012).
Otot hamstring merupakan grup otot yang bekerja pada dua sendi, yaitu sendi panggul dan sendi lutut. Pada umunya otot hamstring membantu pada pergerakan ekstensi sendi panggul, gerakan fleksi sendi lutut serta gerakan internal dan eksternal rotasi sendi lutut dengan posisi lutut sedikit fleksi. Banyak atlit yang masih belum memperhatikan fleksibilitas otot hamstring, dalam bermain futsal otot hamstring akan memanjang maksimal disertai dengan gerakan kontraksi otot, hal demikian yang tidak dialami dalam aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, seseorang lebih besar beresiko cidera otot hamstring ketika kurang melakukan peregangan secara rutin (Talapalli & Sheth, 2014).
3. Fisiologi Otot Hamstring
Otot hamstring yang terdiri dari M. semimembranosus, M.
semitendinosus dan M. biceps femoris, serta M. garcilis, M. sartorius, M.
popliteus, dan M. gastrocnemius. Rotasi medialis terjadi karena adanya
kontraksi dari otot-otot rotator medialis yang terdiri dari M Semimembranosus, M. semitendinosus, M. gracilis, M. sartorius dan M. popliteus. Rotasi lateralis dilakukan oleh M. biceps femoris, hampir merupakan satu-satunya rotato lateralis paha dan mengimbangi semua otot yang bekerja sebagai rotator medialis. Apabila tungkai tidak menompang beban maka tungkai akan mendapatkan bantuan yang kurang berarti dari M. tensor fasciae latae.
Gerakan fleksi lutut ekstensi panggul atau hip maupun gerakan internal dan internal rotasi panggul merupakan gerakan dengan menggunakan beban tubuh,sehingga beban yang dihasilkan sangat besar seperti : Berjalan, berlari, mengangkat, mendorong dan menarik (Irfan dan Natalia, 2008).
4. Biomekanik Otot Hamstring
Biomekanik adalah penjabaran dari ilmu kinesiologi dan fisiologi pada pengkajian ilmu aplikasi dari sebuah pergerakan anatomi. Hamstring merupakan kelompok otot dari ekstremitas inferior bagian posterior yang dibagi atas beberapa bagian yaitu m. biceps femoris long head, m. Biceps femoris short head, m. Semitendinosus dan m. Semimembranosus. Hamstring berperan penting dalam pergerakan fungsional dasar flexi knee, extensi hip,external dan internal rotasi hip serta otot stabilisator postural. Peranan hamstring pada anatomi khususnya pada ektremitas imferior yang kompleks, sehingga otot hamstring memiliki karakteristik serabut otot yang besar dan tebal. Karakteristik otot yang besar memiliki kandungan myoglobin dan kapasitas oksidatif yang tinggi sehingga sangat beresiko terhadap gangguan patologis Hamstring akan teraktivasi pada beberapa gerakan diantaranya ketika fase swing 25% dan berlanjut 50% ketika gerakan full hip extension,serta pada fase toe off otot hamstring akan membantu muscle group
quadriceps untuk melakukan dorongan kaki melangkah kedepan. Perubahan secara biomekanik ini terjadi secara cepat dan tiba-tiba akan sangat mudah mengalami cidera. Hal ini dipengaruhi oleh kontraksi antagonis dari otot quadriceps yang dalam pergerakannya selalu membutuhkan stabilisator otot hamstring. Otot hamstring disebut sebagai otot mobilisasi yang berfungsi sebagai otot imbalance sehingga mudah mengalami pemendekan (Luque-Suarez et al.,2012)
5. Kinesiologi Otot Hamstring
Kata kinesiologi berasal dari bahasa Yunani, kinesis, bergerak dan logy, ilmu. Inti dari kinesiologi adalah gerakan. Dalam studi gerakan ada dua istilah yang digunakan untuk menggambarkan gerakan manusia, yaitu kinetika dan kinematika. Kinetika berkonsentrasi pada kekuatan-kekuatan yang menghasilkan atau menolak gerakan.
Kinematika, di sisi lain, menggambarkan gerakan tubuh, tanpa memperhatikan kekuatan atau torsi yang dihasilkan dari gerakan tersebut (Neuman, 2010). Hamstring akan bekerja secara maksimal ketika gerakan knee flexion 30˚ dan kaki berada dalam keadaan melangkah ke depan menjauhi central of gravity. Pada posisi tersebut hamstring mengalami perpanjangan optimal atau elongasi guna menstabilisasi lutut.
6. Sistem Saraf Otot Hamstring
Sitem saraf adalah sekumpulan sel saraf yang memiliki fungsi sebagai penghantar impuls baik dari sistem motorik dan sistem sensorik. Neuron merupakan inti dari sistem saraf, penyusun neuron terdiri dari dendrit yang berfungsi menerima masukan, akson tunggal memiliki fungsi dalam mentransmisikan impuls sedangkan sel glial membantu kerja neuron. Otot
hamstring memiliki banyak sel saraf seperti terdapat pada golgi tendon organ dan muscle spindle sehingga terjadi kontraksi dan relaksasi sesuai kebutuhan impuls yang didapatkan oleh sel saraf (Zahra, et al, 2016).
7. Kekuatam Otot Hamstring
Hamstring merupakan grup otot yang terletak pada bagian posterior paha yang terdiri dari otot biceps femoris, otot semitendinosus dan otot semimembranosus. Otot hamstring menjadi otot antigravitasi yang membantu dalam mempertahankan postur tubuh, posisi pinggul dan membantu untuk menggerakan tubuh bagian ekstremitas bawah. Otot hamstring memiliki peranan penting dalam kegiatan seperti berlari, melompat, dan mengubah kecepatan serta dapat mempengaruhi faktor fleksibilitas, kekuatan otot dan daya tahan (Babu et al, 2018).
Kontraksi otot eksentrik dapat mengurangi kebutuhan oksigen sehingga menurunkan proses metabolisme akibatnya selama melakukan aktivitas sehari-hari seperti menuruni tangga, perpindahan posisi dari duduk ke berdiri, berjalan, berlari dan lain-lain. Beberapa manfaat dari kontraksi otot eksentrik adalah adaptasi saraf terhadap gerakan eksentrik daripada melakukan latihan konsentrik. Kontraksi eksentrik yang maksimal dapat mengaktifkan gelondong otot karena setiap motor unit mendapat stimulasi lebih dan sebagian besar akibat mikro trauma sel otot akan diinduksikan oleh latihan eksentrik, hal ini akan memulai proses adaptasi otot (Babu et al, 2018).
Latihan eksentrik dapat menghasilkan lebih banyak ketegangan otot dibandingkan dengan latihan konsentrik yang dapat menghasilkan kontraksi yang memanjang. Jumlah total sarkomer yang disusun secara paralel dan seri dapat meningkat apabila diberikan latihan eksentrik karena bentuk latihan ini
dapat menginduksi adaptasi otot yang cepat akibat penambahan sarkomer (Babu et al, 2018).
C. NordicHamstring 1. Definisi
Hamstring merupakan kelompok otot besar yang memalui sendi pinggul dan sendi lutut. Fungsi otot hamstring berkaitan dengan berlari maupun berjalan, untuk mempercepat pemulihan cidera hamstring harus kuat dan fleksibel. Pemendekan otot merupakan suatu keadaan akibat tumpang tindih antara myostin dan filament aktin sehingga tidak dapat kembali ke posisi semula dalam keadaan normal. Pemendekan otot hamstring dapat membatasi gerak normal jika tidak melakukan pengulura, otot hamstring akan menyebabkan kontraksi yang berlebihan otot lainnya mengalami penurunan ektensibilitas serta fleksibilitas otot maka akan terjadi pemendekan pada hamstring (Lubis, 2011)
2. Manfaat Nordic Hamstring Exercise
Besar tegangan dan kecepatan tegangan berbanding terbalik dalam kontraksi otot normal, semakin cepat kontraksi otot maka semakin kecil tegangan dari otot tersebut. Selama latihan eccentric selain memiliki durasi kontraksi otot yang lebih panjang, konsumsi oxygen latihan ini juga memiliki kadar yang rendah lebih dari dua kali dari saat istirahat. Dalam penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa latihan eccentric membutuhkan energi yang lebih sedikit dibanding kontraksi yang bersifat concentric karena kecilnya jumlah oxygen yang dibutuhkan sehingga produksi panas dan pemecahan ATP melambat (Lorenz, 2011). Latihan eccentric merupakan latihan yang mengahsilkan gaya yang besar dengan bahan bakar rendah.
Menurut Aktug dkk (2018) menyatakan bahwa terjadi peningkatan kekuatan otot hamstring setelah melakukan latihan nordic hamstring.
Latihan nordic hamstring adalah latihan menggunakan konsep eksentrik pada otot hamstring. Pengaplikasian latiahan secara fisiologis pada latihan nordic respon ototdapat terlur secara maksimal. Stimulus dari golgi tendon mengakibatkan tendon otot hamstring ikut memanjang, sehingga otot hamstring akan mengulur secara optimal karena tidak terdapat tahanan dari otot agonisnya, yaitu otot quadriceps. (Nabil, 2017). Nordic hamstring dengan mengkomsumsi oksigen sedikit menghasikan gaya yang besar akibat adanya gerakan melawan garvitasi lebih lama otot akan terulur sehingga mengakibatkan pemanjangan otot dan menambah kekuatan otot meningkat lingkup gerak sendi (Nabil, 2017)
3. Indikasi dan Kontraindikasi Nordic Hamstring
Indikasi adalah kondisi bisa aplikasikan latihan nordic hamstring, melainkan kontraindikasi adalah kondisi dimana tidak bisa melakukan latihan nordic hamstring. Adapun indikasi dan kontraindikasi Nordic Hamstring menurut Colby dkk dalam Putra (2017).
Tabel 2.1 Indikasi dan Kontraindikasi Nordic Hamstring
Contract Relax Stretching
Indikasi Kontraindikasi
1. Latihan dalam rangka meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot.
2. Injury preventive
3. Latihan rehabilitasi pasca cidera hamstring
1. Adanya nyeri gerak free active 2. Masih ada tanda-tanda inflamasi 3. Keadaan adanya masalah
kardiopulmonal yang parah seperti penderita jantung coroner parah, penderita penyakit jantung bawaan, hipertensi yang tidak terkontrol, dan dysrhythmia.
(Mujahidin,2018)
4. Metode Nordic Hamstring
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sayers dkk. (2011), latihan nordic hamstring merupakan latihan yang membutuhkan bantuan partner agar latihan nordic hamstring bisa optimal. Berikut teknik latihan nordic hamstring yang dikemukakan oleh (Sayers dkk., 2011).
a. Posisi awal atlet berdiri menggunakan lutut ditekuk 90o (kneeling). Asisten menahan ankle pasien agar tidak terangkat.
b. Kemudian dari posisi kneeling, minta atlet untuk menjatuhkan tubuhnya secara perlahan dan menahannya sebisa mungkin dengan kedua hamstringnya. Sembari menjatuhkan tubuhnya, minta atlet untuk mengkontraksikan otot perutnya agar tidak terjadi posisi khyposis atau bungkuk.
c. Diakhir gerakan, atlet mempersiapkan tangannya untuk menyangga ketika jatuh dan membiarkan dadanya menyentuh lantai. Dan menjatuhkan tubuh secara perlahan hingga dada pasien menyentuh lantai.
Gambar 2.12 Metode Nordic Hamstring (Bambu, et al, 2018)
5. Dosis Nordic Hamstring
Prinsip latihan Nordic hamstring overlood dalam setiap latihannya atlet diminta meningkatkan beban latihan. Beban latihan lebih berat pada otot dapat meningkatkan kapasitas metabolisme disetai dengan peningkatan kemampuan dari sebelumnya. Adaptasi sistem tubuh pada latihan bersifat sementara kecuali latihan dilakukan secara berkala. Setelah melakukan latihan dalam seminggu atau lebih akan merasakan penurnan keampuan otot (Colby dkk., 2011). Latihan diberikan jeda interval 10 detik tiap exercise dan dua menit untuk tiap set (Ditroilo dkk., 2013). Dosis latihan Nordic hamstring :
Tabel 2.2 Dosis Latihan Nordic Hamstring Minggu Sesi / Minggu Set x Repetisi
1 3 2 x 5
2 3 2 x 6
3 3 3 x 6-8
4 3 3 x 8-10
(Mjolsnes (2004) dalam Seymore (2017)