• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Asma

2.1.1 Definisi Asma

Asma biasanya dikenal sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan adanya wheezing (mengi) intermiten yang timbul sebagai respon akibat paparan suatu zat iritan atau alergen. Sayangnya, banyak sekali penderita asma beranggapan seperti ini padahal banyak yang menjadi faktor penyebab asma selain zat atau alergen. Faktor tersebut terdapat dalam diri sendiri maupun faktor dari luar (Clark, 2013).

Asma merupakan penyakit kronis atau jangka panjang yang mempersempit saluran pernapasan di paru- paru. Penyempitan ini biasanya disebabkan oleh peradangan yang membuat saluran udara membengkak dan dapat menyebabkan sel-sel dalam saluran napas membuat lendir yang berlebih. Bronkospasme, atau pengetatan otot- otot di sekitar saluran udara, juga membuat saluran udara menyempit dan menyebabkan kesulitan bernapas.Manifestasi klinik berupa periode mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk- batuk terutama saat malam hari atau dini hari. Gejala ini berhubungan dengan luasnya inflamasi dan derajatnya (GINA, 2011).

Penderita asma mungkin mengalami gejala ringan hingga parah dan mungkin jarang terjadi atau bisa jadi setiap hari. Ketika gejalanya memburuk, itu disebut serangan asma. Asma mempengaruhi segala kelompok usia dan sering terjadi selama masa anak- anak. Terkadang

(2)

asma berkembang pada orang dewasa, terutama wanita. Jenis asma ini disebut asma onset dewasa atau onset lambat (NHLBI, 2015).

2.1.2 Etiologi

Penyebab asma tidak diketahui pasti dan mungkin penyebabnya berbeda- beda pada setiap penderita. Namun asma seringkali merupakan hasil dari respon kuat sistem kekebalan terhadap alergen di lingkungan. Orang lain yang terpapar alergen yang sama mungkin tidak bereaksi sama sekali, atau respon mereka mungkin berbeda. Alasan satu orang bereaksi terhadap paparan sementara yang lain tidak, tidak sepenuhnya dipahami meskipun sebagian dapat dijelaskan oleh gen.

Beberapa faktor yang dapat memicu timbulnya asma:

1. Faktor ekstriksik (asma imunologik)

1) Inhalasi alergen : debu, serbuk- serbuk, bulu- bulu binatang Hubungan antara alergi dengan asma telah diketahui, ketika suatu zat alergen atau zat yang bersifat infeksius masuk kedalam tubuh melalui jalur inhalasi akan terjadi serangkaian reaksi sistem imun. Bronkus akan mulai menarik sel- sel inflamasi dari aliran darah ke dalam dinding bronkus. Sel- sel inflamasi ini mengeluarkan protein yang mampu mengidentifikasi dan berikatan dengan alergen yang bersifat invasif. Selanjutnya akan terjadi pembengkakan dinding bronkus dan peningkatan sekresi sehingga dapat terjadi penyempitan jalan napas.

(3)

2) Reaksi antigen- antibodi

Beruhubungan dengan reaksi alergen, didalam tubuh kita memiliki antibodi yang disebut Imunoglobin (Ig) yaitu suatu molekul protein kecil yang dihasilkan oleh sistem imun untuk

“berkaitan” dengan alergen, mereka berperan untuk memanggil sel imun yang lain untuk datang dan membantu mengadapi alergen tersebut. Ketika tubuh bereaksi terhadap suatu alergen dengan secara spesifik menghasilkan IgE, yaitu imunoglobin alergik. IgE bersirkulasi di dalam darah bersama dengan sel- sel inflamasi yang disebut basofil dan berikatan dengan sel mast (Clark, 2013).

2. Faktor intrinsik (asma non imunilogik)

1) Infeksi: parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal

Infeksi saluran napas merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asma. Diperkirakan dua per tiga penderita asma anak dan sepertiga penderita asma dewasa.

Pada orang normal infeksi saluran pernapasan akan menyebabkan batuk, pilek, dan demam. Namun pada penderita asma gejala ini akan diikuti dengan serangan asma.

2) Fisik: cuaca dingin, perubahan temperatur

Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, dan kelembapan udara, juga dapat menimbulkan serangan asma.

Udara yang terlalu panas atau terlalu dingin serta perubahan dari cuaca tersebut dapat menimbulkan serangan asma

(4)

3) Iritan

Iritan atau polusi dapat menimbulkan asma, misalnya asap rokok, minyak wangi, semprotan obat nyamuk dan semprot rambut (hairspray). Penderita asma yang tidak merokok bisa mendapat serangan asma dari perokok aktif. Selain itu polusi udara akibat pabrik juga dapat mengganggu penderita asma karena penderita asma sangat peka terhadap zat- zat basil yang dikeluarkan pabrik. Terutama hasil pembakaran berupa sulfur dioksida dan oksida fotokemikal.

4) Emosional: takut, cemas, dan tegang

Selain menjadi faktor pencetus, emosional juga dapat memperberat serangan asma yang sudah ada.

5) Aktivitas yang berlebih.

Bronkospasme akibat aktivitas fisik atau Exercise-induced Bronchospasm (EIB) merupakan terminologi yang menggambarkan penyempitan akibat jalan napas akut yang terjadi sementara akibat aktivitas fisik (Clark, 2013).

2.1.3 Tanda dan gejala

Tanda gejala asma terjadi tergatung pada seberapa parah dan intensnya asma itu kambuh. Beberapa orang memiliki gejala setiap hari, sementara penderita lain memiliki gejala hanya beberapa kali dalam setahun.

Tanda dan gejala asma:

1. Sesak napas, yaitu kesulitan bernapas akibat kurangnya pasokan oksigen

(5)

2. Batuk, terutama pada malam hari atau dini hari karena diketahui bahwa asma yang muncul pada malam hari ada korelasi dengan ritme sirkardian. Melatonin adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar pineal yang membantu mengatur ritme sirkardian seperti makan dan tidur. Penelitian menunjukkan bahwa melatonin juga meningkatkan jalur alergi peradangan, sehingga membuat serangan asma lebih mungkin terjadi.

3. Mengi, yang menyebabkan suara siulan saat menghembuskan napas.

Namun banyak terdapat kondisi lain yang sama dengan tanda dan gejala asma, pola gejala pada orang yang menderita asma biasaynya memiliki beberapa karakteristik berikut:

1. Gejala datang dan pergi dari waktu ke waktu, atau dihari yang sama 2. Gejala semakin buruk dengan infeksi virus seperti pilek

3. Gejala dipicu oleh olahraga/ aktivitas yang berat, alergi, udara dingin atau hiperventilasi akibat tertawa atau menangis

4. Gejala lebih buruk dimalam hari atau di pagi hari (NHLBI, 2015)

2.1.4 Faktor risiko

1. Lingkungan dan pekerjaan

1) Paparan asap rokok selama kehamilan atau dalam beberapa tahun pertama anak, meningkatkan risiko anak mengalami gejala asma di awal kehidupan. Paparan ini juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan paru-paru.

(6)

2) Eksposur yang terjadi di tempat kerja, seperti iritasi kimia atau debu industri, juga dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko pengembangan asma pada orang yang rentan. Jenis asma ini disebut asma akibat kerja. Ini dapat berkembang selama bertahun- tahun, dan sering berlangsung bahkan setelah Anda tidak lagi terpapar.

3) Kualitas udara yang buruk dari polusi atau alergen dapat memperburuk asma. Polutan termasuk gas dari pemanas atau kendaraan. Alergen di udara termasuk serbuk sari, debu, atau partikel udara lainnya.

2. Riwayat dan gen keluarga

1) Memiliki orang tua yang menderita asma, terutama jika ibu menderita asma, meningkatkan risiko bahwa anak akan menderita asma.

2) Gen- gen yang diwariskan mugkin berperan dalam pengembangan asma karena mereka memengaruhi bagaimana sistem kekebalan berkembang.

3. Kondisi medis lainnya

1) Alergi. Asma biasanya merupakan jenis reaksi alergi. Orang yang menderita asma seringkali memiliki jenis alergi lain. Mereka mungkin memiliki alergi makanan atau terkena pilek. Resiko lebih tinggi terkena asma jika memiliki reaksi alergi pada anak usia dini terhadap zat-zat di udara, seperti serbuk sari, bulu, jamur, atau debu. Semakin banyak alergi, semakin tinggi terjadi risiko asma.

(7)

2) Infeksi pernapasan dan mengi. Anak kecil yang sering mengalami infeksi pernapasan yang disebabkan oleh virus berisiko paling tinggi mengalami gejala asma sejak dini.

3) Kegemukan/ obesitas. Obesitas atau kegemukan ini dapat menurunkan volume paru, daya pengembangan paru dan diameter saluran pernapasan perifer serta memengaruhi volume darah didalam paru- paru.

4. Jenis kelamin

Berdasarkan jenis kelamin penderita asma pada masa anak-anak, lebih banyak anak laki-laki daripada perempuan yang menderita asma. Ketika mengjinjak usia remaja dan orang dewasa, asma lebih sering terjadi pada wanita daripada pria (NHLBI, 2015).

2.1.5 Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Kontrol Asma

Menurut (NICE, 2013; BTS, 2014; GINA, 2016) dalam waktu 4 minggu terakhir, apakah pasien mengalami:

1. Gejala asma di siang hari >2x/ minggu? (Ya/ Tidak) 2. Terbangun di malam hari karena asma? (Ya/ Tidak) 3. Menggunakan pelega >2x/ minggu? (Ya/ Tidak) 4. Keterbatasan aktivitas karena asma? (Ya/ Tidak)

Tabel 2.1 Intepretasi Tingkat Kontrol Asma

Jawaban Ya Tingkat Kontrol Asma

4-3 Tidak terkontrol

1-2 Terkontrol sebagian

0 Terkontrol penuh

(Yulianti, 2017)

(8)

2.1.6 Patofisiologi

1. Berdasarkan Faktor Ekstrinsik

Patofisiologi asma dimulai saat alergen terhirup atau terinhalasi oleh sistem pernapasan, kulit dan saluran pencernaan. Setelah itu akan ditangkap oleh makrofag yang berfungsi sebagai antigen prsenting cells (APC) yang akan berwujud sel Th melalui pelepasan

interleukin I dan II. Sel Th akan berproliferasi menjadi sel plasma dan membentuk IgE melalui bantuan sel B. IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastofit yang ada dalam jaringan dan basofil yang ada dalam sirkulasi. Bila orang yang sudah rentan terpapar alergen akan menimbulkan influksi Ca++ kedalam sel, perubahan didalam sel ini akan menurunkan kadar cAMP, jika cAMP ini kadarnya menurun akan terjadi granulasi sel. Granulasi sel ini akan memicu munculnya histamin, akibat dari kelebihan histamin akan mengakibatkan bronkus lebih mudah hiperreaktivitas bila terpapar Alergen seperti debu, serbuk- serbuk, bulu- bulu binatang, dan lain- lain.

2. Berdasarkan Faktor Intrinsik

Cuaca, polusi udara, asap rokok, kecemasan dan aktivitas yang berlebih dapat menyebabkan serangan asma sehingga terjadi gangguan pada saraf terutama saraf simpatis. Normalnya aktivitas adrenergik beta lebih dominan dari adrenergik alfa, namun saat terjadi gangguan pada saraf simpatis terjadi proses blokade adrenergik beta dan hiperreaktivitas adrenergik alfa, sehingga

(9)

mengakibatkan bronkhokontriksi dan menimbulkan sesak napas (Muttaqin, 2012).

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Pengukuran Fungsi Paru (Spirometri)

Dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.

2. Tes Provokasi Bronkus

Tes ini dilakukan pada Spirometri internal. Penurunan FEV sebanyak 20% atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80- 90% dari maksimum dianggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 10% atau lebih.

3. Pemeriksaan Laboratorium

1) Analisa Gas Darah (AGD/Astrup)

Hanya dilakukan jika pada serangan asma berat karena terdapat hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis respiratorik.

2) Sputum

Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan asma yang berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang dapat menyebabkan transudasi dari edema mukosa, sehingga sel sel epitel terlepas dari perlekatannya.

3) Sel Eosinofil

Nilai normal sel eosinofil antara 100- 200/mm3. Namun jika klien dengan asma berat nilainya dapat mencapai 1000- 1500/mm3 baik asma intrinsik maupun ekstrinsik.

(10)

4) Pemeriksaan Darah Rutin Dan Kimia

Jumlah sel leukosit yang lebih dari 15.000/mm3 terjadi karena adanya infeksi. SGOT dan SGPT meningkat disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.

4. Pemeriksaan Radiologi

Hasil pemeriksaan radiologi pada pasien asma biasanya normal, namun prosedur ini harus tetap dilakukan untuk mengetahui adanya kemungkinan proses patologi di paru atau adanya komplikasi asma seperti pneumothoraks, pneumomediastinum, atelektasis, dan lain- lain. (Muttaqin, 2012)

2.1.8 Penatalaksanaan Asma 1. Pongobatan Farmakologi

1) Agonis Beta: metaproterenol (alupent, metrapel). Sediaannya aerosol, cara kerjanya sangat cepat. Diberikan sebanyak 3-4 kali semprot. Semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit.

2) Metilxantin, dosis orang dewasa diberikan 125- 200 mg 4 kali sehari. Yang termasuk golongan metilxantin adalah aminofilin dan teofilin. Obat ini diberika jika golongan antagonis beta tidak memberikan hasil yang signifikan.

3) Kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol diberikan dengan dosis 4 kali semprot setiap hari. Pemberian obat ini dilakukan dika golongan antagonis beta dan metilxantin tidak memberikan respon yang baik. Namun pemberian steroid dalam jangka yang lama mempunyai efek samping, maka klien yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat

(11)

4) Kromolin dan Iprutropioum Bromide (Atroven). obat ini digunakan untuk pencegah asma khususnya pada anak- anak, dengan dosis 1-2 kapsul 4 kali sehari. (Muttaqin, 2012)

2. Pengobatan Non Farmakologi 1) Berhenti merokok

2) Aktivitas fisik secara teratur

3) Mencegah paparan alergen di tempat kerja, di dalam maupun di luar ruangan

4) Diet sehat dan menurunkan berat badan 5) Mengatasi stres emosional

6) Teknik pernapasan yang benar (Breating Exercise. Yoga dan Senam Asma) (Yulianti, 2017)

7) Untuk mempermudah pengeluaran muskus, dapat dilakukan dengan postural drainase, perkusi, dan fibrasi dada. (Muttaqin, 2012)

2.2 Kontrol Asma

2.2.1 Definisi Kontrol Asma

Kontrol asma dapat diartikan sebagai intepretasi dari gejala asma yang muncul. Dalam pengontrolan terhadap gejala asma dibagi menjadi tiga tingkatan, asma terkontrol, asma terkontrol sebagian dan asma tidak terkontrol (GINA, 2012).

2.2.2 Tingkat Kontrol Asma

Tingkat kontrol asma dapat dilihat dari beberapa komponen yang dijadikan patokan, komponen tersebut yaitu gejala harian, keterbatasan

(12)

aktivitas, gejala yang timbul saat malam hari, pengunaan obat pereda atau inhaler dan fungsi dari paru- paru.

Tabel 2.2 Tingkat Kontrol Asma

Karakteristik Terkontrol Terkontrol Sebagian

Tidak terkontrol Gejala harian Tidak ada/

≤2x/minggu

>2x/minggu ≥3 krieria asma terkontrol

sebagian Keterbatasan

aktivitas

Tidak ada Ada

Gejala malam/

awaking

Tidak ada Ada

Kebutuhan akan reliever/ rescue inhaler

Tidak ada/ ≤ 2 x/ minggu

>2x/minggu

Fungsi paru (PEF atau PEV1)

Normal <80%

prediksi atau nilai terbaik

individu (GINA, 2012).

2.2.3 Pengukuran Kontrol Asma

Pengukuran Kontrol Asma dapat dilakukan menggunakan instrumen Asthma Control Test (ACT) sebagai alat diagnostik alternatif dalam

menilai kontrol asma bahkan tanpa bantuan dari spirometer.

Instrument ini disajikan dalam bentuk kusioner yang awalnya terdiri dari 25 pertanyaan yang paling umum ditanyakan dokter ketika berbicara dengan pasien tentang kontrol asma, namun dipersempit menjadi 5 pertanyaan yang paling akurat dalam mendiagnosis kontrol asma. Kusioner ini membutuhkan kurang dari satu menit untuk

(13)

menyelesaikannya serta mudah dalam pengaplikasiannya, sehingga penderita asma dapat melakukannya secara individu. Intepretasi dari 5 pertanyaan tersebut apabila diperoleh skor 25 maka termasuk terkontrol total, 20- 24 terkontrol sebagian, dan <19 asma tidak terkontrol (Waheeb, 2018).

2.3 Aktivitas Fisik

2.3.1 Definisi Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah pengeluaran energi dari setiap pergerakan tubuh akibat aktivitas otot- otot rangka. Setiap makhluk hidup melakukan aktivitas fisik antara individu satu dengan yang lainnya. Aktivitas fisik terdiri dari aktivitas selama bekerja, tidur dan pada waktu senggang.

Latihan fisik yang terencana, terstruktur dan dilakukan secara berulang- ulang seperti aktivitas olahraga merupakan bagian dari aktivitas fisik.

Aktivitas fisik dibagi menjadi 3 yaitu aktivitas fisik ringan, sedang dan berat. Aktivitas fisik sedang yang dilakukan terus menerus dapat mencegah resiko terjadinya penyakit tidak menular (Ekasari, Riasmini,

& Hartini, 2019).

(14)

2.3.2 Manfaat aktivitas fisik 1. Manfaat fisik

Manfaat didapat karena aktivitas fisik akan menguatkan otot jantung dan memperbesar bilik jantung. Dari kedua hal ini efesiensi kerja jantung akan meningkat, begitupula dengan elastisitas pembulu darah sehingga jalannya darah menjadi lancar. Lancarnya pembuluh darah ini juga membuat lancarnya pembuangan zat sisan didalam tubuh sehingga tubuh kita tidak mudah lelah.

2. Manfaat Kejiawaan

Dengan aktiftas fisik menyebabkan seseorang menjadi tenang, lebih kuat menghadapi stres, berkonsentrasi dan dapat tidur lebih nyenyak.hal ini dikarenakan aktivitas fisik diproyeksikan sebagai ketegangan, sehingga ketika seseorang melakukan aktivitas fisik akan merasa ada beban jiwa yang terbebaskan. selian itu penurunan kadar garam dan peningkatan kadar epinephrin dan endorphin dapat membuat seseorang merasa bahagia, tenang dan lebih percaya diri

3. Menambah Nafsu Makan

Hal tersebut dikarenakan lambung akan terdesak dari segala arah sehingga akan bekerja lebih cepat

4. Memperlancar Proses Pencernaan

Ketika kita beraktivitas akan membentuk tarikan di perut bagian tengah maupun bawah dimaksudkan untuk memperlancar aliran darah ke usus dan merangsang peristaltik usus. aliran darah yang

(15)

lancar, akan mempengaruhi kelenjar pencernaan dalam memproduksi enzim dengan kualitas yang baik.

5. Mengatur Pengeluaran Energi

Dari penjelasan diatas, aktivitas fisik juga berpengarus dalam input dan output metabolisme tubuh kita (Ekasari et al., 2019).

2.3.3 Jenis aktivitas fisik

1. Aerobik merupakan aktivitas fisik yang sumber energinya didapatkan dari jalur aerobik melalui oksidari fosforilasi, dimana untuk menghasilkan ATP dibutuhkan oksigen. aktivitas tersebut meliputi berenang, bersepedah, joging, dan senam.

2. Anaerobik yaitu aktivitas fisik yang sumber energinya diperoleh melalui anaerob, ATP dihasilkan dari glukosa tanpa adanya oksigen, selain energi juga menghasilkan asam laktat. aktivitas fisiknya seperti lari sprint.

3. Kombinasi Aerobik dan Anaerobik, contoh aktivitas ini yaitu sepak bola dan basket (Kurniasari, Hartini, Ariestiningsih, Wardhani, &

Nugrogo, 2017).

2.3.4 Tingkatan aktivitas fisik 1. Aktivitas Fisik Berat

Aktivitas fisik dikategorikan berintensitas berat jika peningkatan denyut nadi mencapai 80% atau lebih dari denyut nadi maksimal.

25% dari waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan 75% untuk kegiatan kerja khusus dalam bidang pekerjaanya.

(16)

2. Aktivitas Fisik Sedang

Aktivitas fisik dikatakan berintensitas sedang apabila terdapat peningkatan denyut nadi mencapai 60%- 75% dari denyut nadi maksimal. 40% dari waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan 60% adalah untuk kegiatan kerja khusus dalam bidang pekerjaannya.

3. Aktivitas Fisik Ringan

Aktivitas fisik dikatakan berintensitas ringan jika peningkatan denyut nadi sangat kecil. 75% dari waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan 25% adalah untuk kegiatan kerja khusus dalam bidang pekerjaannya.

Tabel 2.3 Ketentuan Nadi Maksimal

Nadi maksimal dapat dihitung dengan menggunakan ketentuan :

Nadi maksimal = 220 - umur (tahun) untuk atlet

Nadi maksimal = 200 – umur (tahun) untuk orang awam (Kurniasari et al., 2017).

Menggunakan Rumus:

Nadi setelah melakukan aktivitas x 100%

Nadi maksimal

2.3.5 Pengaruh Aktivitas Fisik Pada Fisiologi Tubuh

1) Jaringan tubuh, oleh karena adanya perubahan biokimiawi

2) Organ, terutama organ yang terlibat dalam pengangkutan O2 dalam tubuh, antara lain jantung, paru- paru dan pembuluh darah

3) Komposisi tubuh, tingkat kolestrol, trigliserida, tekanan darah dan suhu tubuh (Dwimaswasti, 2018).

(17)

2.3.6 Sistem Metabolisme Energi Selama Aktivitas Fisik

1) Sistem Fosfagen (ATP-PC), dimana ATP dipecah menjadi ADP, kemudian AMP. Sistem fosfagen ini bersifat mendadak dan dapat terjadi dalam 10 detik, meskipun energi yang dihasilkan sangat sedikit. Contoh kegiatannya adalah melompat dan sprint.

2) Sistem glikogen anaerob dan glikolisis anaerob menghasilkan asam laktat sebagai produk akhir pemecahan asam piruvat. Asam laktat yang terlalu berlebihakan menyebabkan kelelahan. Sistem anaerob terjadi pada kegiatan dengan internsif jangka menengah, sekitar 1,3- 1,6 menit. Contoh kegiatannya yaitu lari 400 m

3) Sistem aerob, energi yang dihasilkan berasal dari pemecahan asam piruvat melalui jalur glikolisis aerob, metabolisme karbohidrat dan lemak. Energi yang dihasilkan tidak terbatas, terjadi pada latihan jangka panjang dengan intensitas rendah (Dwimaswasti, 2018).

2.3.7 Pengukuran Aktivitas Fisik

Berdasarkan laman WHO Pengukuran tingkat aktivitas fisik dapat dilakukan dengan instrumen Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ), kusioner ini dikembangkan oleh WHO untuk pengawasan aktivitas fisik di berbagai negara. Terdiri dari 16 pertanyaaan (P1- P16), dengan 3 domain yaitu aktivitas ditempat kerja (P1- P6), perjalanan ke dan dari tempat- tempat (P7- P9), serta aktivitas waktu luang/ rekreasi (P10- P16). Kusioner ini dilakukan dengan tatap muka dengan populasi usia 15- 69 tahun. Penggunaan kusioner GPAQ ini semua pertanyaan harus ditanyakan. Melompati pertanyaan hanya berlaku untuk hari dan

(18)

waktu jika pertanyaan kode P1, P4, P7, P10, dan P13 sudah dijawab negatif.

Nilai dari hasil kusioner dihitung dalam satuan Metabolic Equivalent (MET) yaitu rasio tingkat relatif metabolisme saat seseorang bekerja terhadap tingkat metabolisme sesorang saat istirahat. Satu MET didefinisikan setara dengan energi duduk dengan tenang, dan setara dengan konsumsi kalori 1 kkal/kg/jam. Untuk itu, ketika menghitung pengeluaran energi seseorang secara keseluruhan, 4 MET adalah nilai untuk waktu yang dihabiskan dalam kegiatan sedang, dan 8 MET adalah nilai untuk waktu yang dihabiskan dalam kegiatan yang penuh semangat (Berat). Hasil pengukuran dinyatakan tingkat aktivitas fisik rendah jika <600 MET, tingkat aktivitas fisik sedang jika >600 - <3000 MET dan tingkat aktivitas fisik berat jika >3000 MET (WHO, 2016).

2.4 Hubungan Tingkat Aktivitas Terhadap Kontrol Asma

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkus berespons secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma disebabkan oleh dua faktor, faktor ekstriksik (asma imunologik) yang meliputi reaksi antigen dan inhalasi alergen. Faktor intrinsik (asma non imunilogik) meliputi infeksi, cuaca, polusi udara, asap rokok, kecemasan dan aktivitas yang berlebih. Sebanyak 50%- 90% individu dengan asma memiliki saluran napas hiperreaktif setelah aktivitas fisik dan dapat menyebabkan Exercise-induced Bronchospasm (EIB), yaitu terminologi yang menggambarkan penyempitan akibat jalan napas akut yang terjadi sementara akibat aktivitas fisik. Belakangan ini penelitian longitudinal menyebutkan aktivitas fisik yang teratur dapat mengurangi resiko serangan asma. Serangan

(19)

sesak napas yang ditimbulkan saat melakukan aktivitas fisik akan berkurang saat latihan atau aktivitas fisik dihentikan (Anto & Camargo, 2019).

Faktor yang mencetuskan serangan asma saat aktivitas fisik adalah 1)Besarnya aliran udara yang melalui saluran napas, 2) Perubahan biokimia darah akibat meningkatnya metabolisme dalam tubuh sebagai akibat meningkatnya kebutuhan energi selama melakukan aktivitas fisik yang merupakan kompensasi meningkatnya kebutuhan akan oksigen selama aktivitas fisik, merupakan faktor esogen yang memberikan trauma langsung terhadap mukosa bronkus (Dwimaswasti, 2018). Saat melakukan aktivitas fisik terjadi peningkatan kebutuhan tubuh yang menyebabkan pernapasan lebih cepat dan lebih dalam, bahkan menggunakan pernapasan melalui mulut.

Udara dihangatkan dan dilembabkan melalui hidung, saat udara masuk melalui mulut maka akan kehilangan kelembabannya dan terjadi dehidrasi cairan di permukaan saluran napas sehingga mengakibatkan peningkatan osmolaritas cairan. Ketika terjadi peningkatan osmolaritas cairan maka air bergerak dari semua sel untuk mengembalikan cairan permukaan saluran napas agar tetap lembab. Hal tersebut memicu penyusutan sel diikuti dengan pelepasan histamin, prosplagandi, dan leukotrien lalu akan terjadi kontraksi otot polos pada jalan napas yang mengakibatkan edema dan terjadi serangan asma. Serangan tersebut dapat dibedakan menjadi asma terkontrol penuh, asma terkontrol sebagian dan asma tidak terkontrol (Clark, 2013; Jintana, 2017).

Gambar

Tabel 2.1 Intepretasi Tingkat Kontrol Asma
Tabel 2.2 Tingkat Kontrol Asma
Tabel 2.3 Ketentuan Nadi Maksimal

Referensi

Dokumen terkait

Namun demikian, untuk menetapkan sebuah tingkat kredibilitas dengan pembaca, saya hanya ingin mengatakan bahwa informasi yang terdapat dalam buku

Bapak Ghazali (Alm) mengamanahkan tanah wakaf tersebut diperuntukkan khusus kepentingan pendidikan Muhammadiyah.. Berdasarkan amanah beliau maka pada tahun 1963/1964

PERENCANAAN PRODUKSI PANGAN BERDASARKAN DAYA DUKUNG PANGAN WILAYAH UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN KONSUMSI PANGAN PENDUDUK DI KABUPATEN NGANJUK, PROPINSI JAWA TIMUR merupakan gagasan

Presentasi video adalah video untuk mengomunikasikan ide atau gagasan, yang digunakan untuk memperkenalkan produk atau cara kerja yang dibuat melalui proses

Pengkajian sistem kardiovaskular pada klien cedera tulang belakang didapatkan renjatan (syok hipovolemik) dengan intensitas sedang dan berat. Hasil

Najuma’s Tailor menawarkan perkhidmatan menjahit pakaian wanita untuk pelbagai fesyen dan stail pakaian.. 4.2

Adapun kesimpulan dari kajian ini adalah bahwasanya kata zauj disebutkan dengan 21 bentuk derivasinya yang digunakan sebanyak 81 kali dalam 72 ayat yang tersebar pada 43

Misalnya untuk mengakui suatu item sebagai expense maka bukti yang valid adalah adanya penurunan pada nilai suatu aset atau kenaikan nilai liabilitas.. LO 3