TUGAS MATA KULIAH AKUNTANSI MANAJEMEN
TEORI AKUNTANSI
ARTIKEL
PERAN AKUNTAN pada PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING
dalam TAHAP PENDIRIAN
Disusun oleh :
Wijayanto
12030113410012
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Ketika sekarang banyak akuntan sudah dimanjakan dengan berbagai system akuntansi yang sangat mendukung kerja harian dan proses pelaporan…Bagaimana nasib seorang akuntan yang direkrut dalam sebuah perusahaan yang baru berdiri dan masih dalam tahap pengembangan dengan status penanaman modal dari asing pula..Dan jangan membayangkan sudah ada system, program, struktur, bahkan SOP yang biasa nya sudah dijumpai pada perusahaan yang telah mapan..Mari kita ikuti pernak pernik nya…
Peran Akuntan dalam Perusahaan
Sudah kita ketahui sebelumnya macam – macam peran akuntan yang banyak beredar di Indonesia seperti Akuntan Manajemen, Akuntan Publik, Akuntan Pemerintah, Akuntan Pendidik. Dimana siswa siswi setingkat SMU yang mengikuti jalur konsentrasi ilmu sosial dan ekonomi mendapat pelajaran tersebut dalam studi pengantar Akuntansi. Dalam perkembangannya terutama dalam segi bisnis yang terus tumbuh menjadi lebih kompleks, peran para akuntan tersebut berkembang menjadi lebih spesifik sesuai dengan kebutuhannya masing-masing institusi, seperti peran sebagai Internal atau Eksternal Auditor, Analis Kredit, Akuntan Forensik, Akuntan Pajak, Akuntan Beban Pokok Produksi dan sebagainya.
Pendirian Perusahaan Penanam Modal Asing
Investor yang akan memulai investasi nya harus melalui tahapan prosedur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Hal tersebut mencakup pembentukan badan hukum, pengurusan perizinan, pemanfaatan fasilitas fiskal dan non fiskal yang disediakan oleh pemerintah. Secara garis besar, prosedur untuk melakukan investasi di Indonesia ada tiga tahap yaitu Persiapan, Konstruksi, dan Produksi atau Operasi.
Tahap persiapan adalah tahap pendirian Badan Hukum di Indonesia sebagai legalitas untuk melakukan kegiatan investasi di Indonesia. Dalam tahap ini ada beberapa prosedur yang harus dilakukan seperti pembuatan Ijin Prinsip, pembuatan Akta Pendirian Perusahaan, pengesahan badan hukum oleh Menteri Hukum dan HAM. Pembuatan Ijin Prinsip digunakan sebagai dasar pedoman pembuatan Akta Pendirian Perusahaan dalam bentuk PT untuk Penanam Modal Asing. Khusus untuk perusahaan penanaman modal asing bentuk hukumnya memang harus sebagai perseroan terbatas atau PT yang nantinya tertuang dalam pembuatan Akta Pendirian Perusahaan oleh notaris yang ditunjuk. Akta Pendirian Perusahaan kemudian diproses oleh notaris untuk mendapatkan pengesahan dan Menteri Hukum dan HAM di Indonesia.
Tahap konstruksi adalah tahap mempersiapkan sarana / prasarana fisik operasional perusahaan dan dokumen – dokumen perijinan atau non perizinan pelaksanaan investasi. Adapun beberapa dokumen yang perlu untuk diurus antara lain Angka Pengenal Impor Produsen ( API – P ) untuk perusahaan industri, dokumen untuk pengurusan fasilitas pembebasan bea masuk atas impor mesin, fasilitas pajak penghasilan badan ( PPh ), dokumen perijinan daerah seperti IMB, ijin gangguan / HO, SIUP, TDP, perijinan operasional lain yang berhubungan dengan jenis usaha dan kementerian atau dinas terkait.
dimana perusahaan di bidang usaha selain industri telah menyiapkan sarana dan prasarana dalam rangka menjalankan kegiatan usahanya.
Akuntan dalam pendirian Perusahaan Penanaman Modal Asing
Dalam pembahasan kali ini kita akan fokus membahas mengenai posisi akuntan dalam perusahaan yang baru didirikan dan bergerak di bidang industri manufaktur dimana penanam modalnya sebagian besar dari pihak asing. Tentu saja dalam tahap pendirian maka proses operasional utama perusahaan masih belum ada dan perusahaan sedang mencurahkan semua kegiatannya untuk mendirikan perusahaan. Proses – proses yang terjadi, seperti yang sudah ditulis sebelumnya, adalah kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan pembagian penanaman modal, perijinan, konstruksi proyek, dan pengurusan fasilitas fiskal dari pemerintah. Lalu apa saja yang bisa dilakukan seorang akuntan perusahaan dalam mengikuti proses-proses tersebut?
Pertama yang harus diperhatikan yaitu dari segi pencatatan transaksi perusahaan. Perlu diketahui kapan tanggal pendirian perusahaannya berdasarkan tanggal di Akta Pendirian Perusahaan, karena akan mempengaruhi pencatatan apakah ada aliran yang dianggap sebagai setoran modal atau tidak, dinggap sebagai beban dibayar dimuka atau tidak. Jadi sebaiknya aliran yang masuk atau pun keluar sebelum tanggal pendirian harus dibicarakan dengan pimpinan dan pemegang saham perusahaan sehingga ada kesepakatan bersama mengenai status transaksi tersebut. Pendirian perusahaan pada dasarnya bukan sekedar event ekonomis tetapi juga sekaligus merupakan kejadian hukum. Ingat setiap transaksi harus tetap ada buktinya dan disimpan / difilling dengan baik, karena jika belum ada system yang mendukung, maka krocek historis pencatatan dapat dilihat dari filling dokumen yang lengkap.
Aset Tetap dan bisa diamortisasikan. Nilai dari aset tetap tersebut termasuk dengan biaya – biaya lain yang melekat untuk memperoleh aset tetap tersebut seperti contohnya biaya notaris untuk mengurus perolehan tanah dan bangunan. Ketentuan lengkap mengenai Aset Tetap dapat dilihat dalam PSAK 16 ( revisi 2011 ) mengenai Aset Tetap.
Lalu bagaimana dengan pengeluaran yang tidak ada hubungannya dengan perolehan aset tetap? Seperti dalam aturan PSAK 6 tahun 1994 mengenai Akuntansi dan Pelaporan bagi Perusahaan dalam Tahap Pengembangan bahwa sebelum perusahaan beroperasi maka biaya yang timbul selain perolehan aset tetap dapat dikategorikan sebagai biaya pra operasi dan dapat diamortisasikan paling lama dalam kurun waktu 3 tahun. Yang bisa dikatakan sebagai biaya pra operasi termasuk di dalamnya antara lain biaya pendirian perusahaan, biaya perijinan, biaya riset pendahuluan, analisis dampak lingkungan, dsb. Namun dalam perkembangan nya PSAK 6 ( 1994 ) ini dicabut karena DSAK IAI mensahkan PSAK 1 ( revisi 2009 ) yang menggantikan PSAK 1 ( revisi 1998 ) serta PSAK 6. Dengan merujuk pada PSAK 19 ( revisi 2009 ) tentang Aset Tidak Berwujud paragraph 68 dapat disimpulkan bahwa sejak tanggal 1 Januari 2011 untuk biaya-biaya yang terkait dengan pendirian perusahaan seluruhnya harus langsung dibukuan sebagai beban pada saat terjadinya. Termasuk dibukukannya juga biaya adminitrasi dan umum yang tidak dapat dikategorikan sebagai biaya pra operasi karena manfaatnya tidak lebih dari satu periode akuntansi seperti contohnya biaya listrik dan air, biaya telpon, biaya perlengkapan, biaya bensin parkir tol, biaya administrasi bank dan sebagainya.
Nah, sekarang mari kita bahas mengenai mata uang yang digunakan dalam transaksi perusahaan penanaman modal asing. Tentu kemungkinan yang sangat besar apabila perusahaan PMA di Indonesia menggunakan jenis mata uang asing selain IDR Rupiah. Walaupun bukan perusahaan PMA pun banyak perusahaan modal lokal menggunakan mata uang asing sebagai Rupiah, sebut saja apabila ada pembelian bahan baku atau barang dagang dari impor luar negeri atau sebagian penjualan diekspor ke luar negeri.
disebut sebagai mata uang fungsional. Faktor – faktor yang mempengaruhi suatu perusahaan dalam menentukan mata uang fungsionalnya adalah :
1. mata uang yang paling mempengaruhi harga jual dan beli barang atau jasa
2. mata uang yang paling mempengaruhi biaya tenaga kerja, material, atau biaya pengadaan lain untuk barang atau jasa
Apabila ditemukan ada mata uang lain selain mata uang fungsional perusahaan maka mata uang tersebut perlu didenominasikan ke dalam satuan mata uang fungsional. Dalam proses denominasi ini perlu menggunakan kurs tengah / kurs pajak yang berlaku untuk menentukan rate tukar mata uang yang bisa dilihat contohnya melalui website www.kemenkeu.go.id/kurspajak atau www.pajak.go.id. Kriteria – kriteria apa saja yang mempengaruhi proses denominasi ?
1. pos moneter / yang muncul dalam laporan posisi keuangan dijabarkan dengan menggunakan kurs penutup / closing rate, yaitu kurs pajak pada akhir periode
2. pos non-moneter / yang muncul dalam laporan laba rugi dijabarkan dengan menggunakan kurs histories / kurs pada saat transaksi terjadi
Apakah ada kemungkinan terjadi selisih kurs apabila dalam beberapa transaksi mata uang asing memiliki rentang waktu dalam penyelesaiannya? Tentu saja ada. Selisih kurs tersebut dapat menimbulkan keuntungan maupun kerugian. Untuk mencatat keuntungan / kerugian selisih kurs ini dapat ditampung pada akun Selisih Kurs dan dilaporkan pada bagian Akumulasi Laba Rugi Komprehensif pada Laporan Laba Rugi Komprehensif. Saldo nya positif menyebabkan laba dan saldo negatif menyebabkan rugi. Berikut beberapa contoh penerapan pencatatan jurnal transaski denominasi dan terjadi nya selisih kurs :
1. Pembelian dalam mata uang asing
10-12-2008…..Jurnal PT A pada saat transaksi pembelian Persediaan Bahan baku…………Rp 200.000.000
Hutang Dagang………Rp 200.000.000 ( perhitungan : 200 x $100 x Rp 10.000 )
31-12-2008…..Jurnal penyesuaian PT A untuk mengakui kerugian selisih kurs ( nb. Hutang dagang merupakan pos moneter yang harus didenominasi pada akhir periode ) Selisih Kurs…………Rp 20.000.000
Hutang Dagang…………Rp 20.000.000
( perhitungan : 200 x $100 x ( Rp 11.000 – Rp 10.000 ) )
20-12-2009…..Jurnal pembayaran Hutang Dagang Selisih Kurs…………Rp 20.000.000
Hutang Dagang………Rp 220.000.000 Kas…………Rp 240.000.000
( perhitungan : 200 x $100 x ( Rp 12.000 – Rp 11.000 ) = Rp 20.000.000 200 x $100 x Rp 12.000 = Rp 240.000.000 )
2. Penjualan dalam mata uang asing
Misal pada 10 Desember 2008 PT A menjual 200 unit barang jadi @ $100. Pada saat penjualan kurs tukar nya adalah Rp 10.000 per $1, sedangkan kurs penutup pada akhir Desember 2008 adalah Rp 11.000 per $1, pada saat penerimaan pelunasan tanggal 20 Januari 2009 kurs nya adalah Rp 12.000 per $1, mata uang fungsional PT A adalah IDR Rupiah, maka jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah :
10-12-2008…..Jurnal PT A pada saat penjualan Piutang Dagang…………Rp 200.000.000
31-12-2008…..Jurnal penyesuaian PT A untuk mengakui keuntungan selisih kurs ( nb. Piutang dagang merupakan jenis pos moneter yang didenominasi pada akhir periode ) Piutang Dagang…………Rp 20.000.000
Selisih Kurs…………Rp 20.000.000
( perhitungan : 200 x $100 x ( Rp 11.000 – Rp 10.000 ) )
20-01-2009…..Jurnal pada saat dibayar Kas…………Rp 240.000.000
Selisih Kurs…………Rp 20.000.000 Piutang Dagang…………Rp 220.000.000
( perhitungan : 200 x $100 x ( Rp 12.000 – Rp 11.000 ) = Rp 20.000.000 200 x $100 x Rp 12.000 = Rp 240.000.000 )
3. Biaya umum dalam mata uang asing
Misal PT A mempunyai bank dengan mata uang USD Dollar. Pada tanggal 26 Desember 2008 tercatat di rekening Koran bank mendebet $5 untuk beban administrasi bank. Kurs tukar pada tanggal 26 Desember 2008 sebesar Rp 10.000 Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah :
26-12-2008…..Jurnal mencatat beban administrasi bank. ( nb. Beban adm bank merupakan pos non moneter, jadi dihitung nilai tukar kurs pada saat terjadi transaksi ) Beban adm bank …………Rp 50.000
Bank USD…………Rp 50.000 ( perhitungan : $5 x Rp 10.000 = Rp 50.000 )
Alasan dilakukan translasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. agar para pembaca laporan keuangan mendapatkan pemahaman yang jelas atas operasi perusahaan baik domestik maupun luar negeri
2. mengukur resiko suatu perusahaan terhadap pengaruh perubahan mata uang asing 3. berkomunikasi secara efisien dengan pihak luar negeri
Kriteria kurs tukar / rate untuk mentranslasi Laporan Keuangan adalah sebagai berikut :
1. untuk pos moneter pada Laporan Posisi Keuangan ditranslasikan berdasarkan closing rate / kurs tukar pada akhir periode laporan
2. untuk akun modal ditranslasikan berdasarkan kurs historis pada saat perolehannya
3. untuk pos non moneter pada Laporan Laba Rugi Komprehensif ditranslasikan berdasarkan kurs rata-rata dalam rentang waktu periode pelaporan