• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYIUMUR 0 6 BULAN DI DESA NGABENREJO. Oleh ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYIUMUR 0 6 BULAN DI DESA NGABENREJO. Oleh ABSTRAK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

- 48 -

PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYIUMUR 0–6 BULAN DI DESA NGABENREJO

Oleh

Rahmawati1), Sutrisno2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

ABSTRAK

LatarBelakang: Makanan pendamping ASI merupakan makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini dapat menyebabkan bayi kurang selera untuk minum ASI. Berdasarkan data statistik Departemen Kesehatan RI tahun 2005 di indonesia didapatkan sebanyak 64% bayi diberikan makanan pendamping pada umur kurang dari 6 bulan. Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini lebih rentang terjadi keluhan jangka pendek seperti terserang infeksi pernapasan dan telinga, sembelit (susah buang air besar), batuk, pilek, dan panas dibandingkan dengan yang diberi ASI eksklusif.Untuk mengetahui tingkat Hubungan Pemberian Makanan Pedamping ASI dengan Keluhan Jangka Pendek pada bayi Usia 0–6 Bulan di Desa Ngabenrejo Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan.Metode: KorelasidenganpendekatanCross Sectional.Teknik sampling yang digunakanadalahTotal Samplingdengan30responden.Alatukur yang digunakanlembar kuesioner.Analisisunivariatdanbivariatkemudian di ujidenganSpearman Rho denganbantuan computer program SPSS. Hasil: Pada penelitian yang ini terdapat 2 kategori dalam pemberian makanan pedamping ASI terdapat 20 responden (66,7%), dan tidak diberikan sebanyak 10 responden (33,3%), Ada keluhan sebanyak 22 responden (73,3%), dan tidak ada keluhan sebanyak 8 responden (26,7%). Hasil uji statistik nilai r = 0,533 yang berarti nilai korelasi sedang dan p value = 0,002 ada hubungan yang positif.

Kesimpulan: adahubungan Pemberian Makanan Pedamping ASI dengan Keluhan Jangka Pendek pada Bayi Usia 0–6 Bulan di Desa Ngabenrejo Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan.

Kata kunci: Bayi, Pemberian MP-ASI dan keluhan jangka pendek

PENDAHULUAN

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia dimana tingkat status gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi (Sari, 2010). Keadaan status gizi anak usia di

bawah dua tahun (Baduta) merupakan kelompok yang rawan gizi dan akan menentukan kualitas hidup selanjutnya. Pemenuhan gizi merupakan hak dasar anak (Ferreira, A, et al, 2012).

Penjelasan tentang makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) dan

(2)

49 status gizi balita memunculkan masalah pada aspek hubungan sebab akibat dimana pemberian MP-ASI yang kurang tepat melahirkan status gizi kurang/status gizi buruk (Deba, 2007). Program perbaikan gizi yang bertujuan meningkatkan jumlah dan mutu MP-ASI, diantaranya dapat dilakukan dengan pemberian MP-ASI kepada bayi dan anak usia 6–24 bulan dari keluarga miskin (Fatimah, 2010). Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini dapat menyebabkan bayi kurang selera untuk minum ASI. Sebaliknya pemberian makanan pendamping yang terlambat dapat menyebabkan bayi sulit untuk menerima makanan pendamping (Helmyti dan Lestariani, 2007). Beberapa penelitian menyatakan bahwa masalah gizi pada bayi dan anak disebabkan kebiasaan pemberian ASI dan MP-ASI yang tidak tepat (segi kuantitas dan kualitas). Selain itu, para ibu kurang menyadari bahwa sejak bayi berusia 6 bulan sudah memerlukan MP-ASI dalam jumlah dan mutu yang baik (Hermina dan Nurfi, 2010).

Pada usia 6 bulan, selain ASI bayi mulai bisa diberi makanan pendamping ASI, karena pada usia itu bayi sudah mempunyai refleks mengunyah dengan pencernaan yang lebih kuat. Dalam pemberian makanan bayi perlu diperhatikan ketepatan waktu pemberian, frekuensi, jenis, jumlah bahan makanan, dan cara pembuatannya. Adanya

kebiasaan pemberian makanan bayi yang tidak tepat, antara lain : pemberian makanan yang terlalu dini atau terlambat, makanan yang diberikan tidak cukup dan frekuensi yang kurang (Maseko dan Owaga, 2012). WHO menyebutkan bahwa ada (51%) angka kematian anak balita disebabkan oleh pneumonia, diare, campak, dan malaria. Lebih dari separuh kematian tersebut (54%) erat hubungannya dengan masalah gizi. Oleh karena itu prioritas utama penanganan utama adalah memperbaiki pemberian makan kepada bayi dan anak serta perbaikan gizi ibunya (Depkes RI, 2007).

Data yang menunjukkan kasus kekurangan gizi menurut sensus WHO, 40% dari 10,4 juta kematian yang terjadi pada anak dibawah lima tahun di negara berkembang berkaitan dengan malnutrisi (Ariani, 2009).Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menunjukkan bahwa ada 170 anak mengalami gizi kurang diseluruh dunia, sebanyak 3 juta anak diantaranya meninggal tiap tahun akibat kurang gizi, 30 % dari angka kejadian tersebut akibat dari pemberian makanan pendamping ASI terlalu cepat (kurang dari 6 bulan) atau terlalu terlambat (lebih dari 6 bulan) (Abiyasa, 2009).

Berdasarkan data statistik kesehatan Departemen Kesehatan RI tahun 2005 dari 241.973.879 penduduk Indonesia,

(3)

50 dijelaskan bahwa 6% atau sekitar 14,5 juta orang menderita gizi buruk dan penderita gizi buruk pada umumnya anak-anak dibawah usia lima tahun (balita) juga didapatkan sebanyak 64% bayi diberikan makanan pendamping pada umur kurang dari 6 bulan, sedangkan bayi yang diberikan ASI-eksklusif sampai umur 6 bulan hanya 36% dari seluruh bayi yang ada. Dari 64% bayi yang diberikan makanan pendamping tersebut, sebanyak 14% diberi makanan pendamping pada usia dibawah dua bulan, sebanyak 46% diberi makanan pendamping pada umur dua sampai tiga bulan, dan 4% sisanya diberi makanan pendamping pada umur empat sampai lima bulan. Secara umum prevalensi status gizi di Indonesia tahun 2008 adalah 5,4% balita dengan gizi buruk dan 13% gizi kurang (Abiyasa, 2009).

Data bayi yang berumur 0-6 bulan di Dinas Kesehatan Grobogan tahun 2013 pada bulan Juni sebanyak 567 bayi, bulan Juli sebanyak 569 bayi, bulan Agustus sebanyak 360 bayi (Dinkes Kab. Grobagan, 2013). Data dari Pukesmas Grobogan data bayi yang berumur 0-6 bulan dari bulan Februari sampai September sebanyak 407 bayi yang pada bulan Juli 47 bayi, bulan Agustus 38 bayi dan bulan september sebanyak 43 bayi (Puskesmas Grobogan, 2013).Berdasarkan uraian di atas, mengingat tingginya angka kejadian gizi buruk dan besarnya pengaruh makanan pendamping

ASI secara dini terhadap keluhan yang ada. Maka peneliti ingin meneliti hubungan usia pemberian makanan pendamping ASI secara dini terhadap keluhan jangka pendek pada bayi (0-6 bulan) di Desa Ngabenrejo Kecamatan Grobogan.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian.Desain penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif korelasional yaitu mencari hubungan menekankan antara variabel-variabel penelitian dengan melakukan pengujian hepotesa dan survey ini berusaha menjelaskan bagaimana dan mengapa keadaannya sesuatu keadaan (Budiarto,2008).Dengan rancangan pendekatancross sectional merupakan suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Nursalam, 2003).

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelejari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah bayi umur 0-6 bulan yang mengkomsumsi makanan tambahan yang merupakan masyarakat Desa Ngabenrejo Kecamatan Grobogan.

(4)

51 Sampel merupakan bagian populasi yang diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2009). Teknik sampling adalah teknik yang dipergunakan untuk mengambil sampel dari populasi (Arikunto, 2006).

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability

sampling yaitu yaitu pengambilan sampel

yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi semata- mata hanya berdasarkan pada segi kepraktisan belaka (Arikunto, 2006). Metode yang digunakan yaitu total

sampling yang merupakan teknik

pengambilan sampel secara keseluruhan dari anggota populasi yang digunakan sebagai sampel. Yaitu seluruh bayi usia 0-6 bulan yang mendapat makanan pedamping ASI di desa Ngabenrejo.

Dalam penelitian ini menggunakan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota yang dapat diambil sampel. Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri–ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoadmodjo, 2010).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini antara lain:

a. Ibu yang sudah memberikan makanan pedamping ASI kepada bayi usia 0-6 bulan.

b. Ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan.

c. Keluarga bayi yang bersedia menjadi responden

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini antara lain:

a. Ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayi selama 0-6 bulan.

b. Ibu yang tidak tinggal di Desa Ngabenrejo.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ngabenrejo Kecamatan Grobogan dengan pertimbangan waktu untuk penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2014.

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Desa Ngabenrejo merupakan salah satu Desa yang terdapat di kecamatan Grobogan yang mempunyai luas 386.500 HA dan mempunyai jumlah penduduk 4683 jiwa (1301 KK) yang terdiri dari laki-laki 2302 jiwa dan perempuan terdiri dari 2381 jiwa. Desa Ngabenrejo terdiri dari tiga dusun yaitu Dusun Ngabenrejo, Dusun Demangan dan Dusun Gareh. Batas yang berada pada wilayah Utara adalah Desa Karangrejo, sebelah selatan adalah Desa Getasrejo, sebelah Barat adalah Desa Temon sedangkan batas pada wilayah Timur adalah Desa Teguhan.

(5)

52 Terdapat empat tempat posyandu yang ada di Desa Ngabenrejo yaitu berada di rumah kadus setiap dusun dan satunya berada di salah satu rumah warga di dusun Gareh. Kegiatan dilakukan oleh bidan (terdapat dua Bidan di Desa Ngabenrejo) dan

kader-kader setiap dusun. Kegiatan rutinnya antara lain adalah pemberian imunisasi, penimbangan berat badan bayi, penyuluhan kesehatan, pengenalan penyakit-penyakit menular pada anak, serta penyuluhan tentang gizi balita.

B. Analisa Bivariat

Tabel 5.2 Korelasi Spearman RhoHubungan Pemberian MP-ASI Dengan Keluhan Jangka Pendek Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Ngabenrejo Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan.

Pemberian MP-ASI Keluhan Jangka Pendek

total P Ada Tidak ada

Pemberian MP-ASI Diberikan 12 8 20 0,002 Tidak diberikan 10 0 10 R 0,533 Total 22 8 30

Sesuai dengan hasil uji spearman dengan tingkat signifikasi (α 0,05) antara pemberian MP-ASI dengan keluhan jangka pendek didapatkan hasil analisis menunjukan nilai r = 0,533 dan nilai p = 0,002. Hal ini menunjukkan perbandingan antara nilai p dengan nilai α yaitu nilai p kurang dari α ( p< α) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pemberian MP-ASI dengan keluhan jangka pendek pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Ngabenrejo

Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan.

C. Pembahasan Penelitian

Hubungan Pemberian MP-ASI Dengan Keluhan Jangka Pendek Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Ngabenrejo Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkananalisis Sig.(2-tailed) dengan tingkat signifikasi (α = 0,05) antara pemberian MP-ASI dengan keluhan jangka pendek didapatkan hasil analisis menunjukan nilai r =

(6)

53 0,533 dan p < alfa yaitu 0,002 yang berarti ada Hubungan yang bermakna Antara Pemberian MP-ASI Dengan Keluhan Jangka Pendek Pada Bayi Grobogan dengan kekuatan sedang.

Saat bayi berusia 6 bulan atau lebih, sistem pencernaannya sudah mulai relatif sempurna dan siap menerima MP-ASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, amilase baru akan diproduksi sempurna. Saat bayi berusia kurang dari 6 bulan, sel-sel disekitar usus belum siap menerima kandungan dalam makanan, sehingga makanan yang masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi. Menunda pemberian MP-ASI selama enam bulan melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari, bahkan dalam kasus ekstrim pemberian MP-ASI dini dapat menyebabkan penyumbatan saluran cerna dan harus dilakukan pembedahan (Gibney, MJ et al, 2009).

Pemberian MP-ASI terlalu dini juga akan mengurangi konsumsi ASI, dan bila terlambat akan menyebabkan bayi kurang gizi. Sebenarnya mengkomsumsi ASI, makanan tambahan dapat di

berikan setelah usia enam bulan. Selain cukup jumlah dan mutunya, pemberian MP-ASI juga perlu memperhatikan kebersihan makanan agar anak terhindar dari infeksi kuman yang membuat gangguan pencernaan (Siahaan, 2005).

Anshori (2002) dalam Utami (2011) melaporkan bahwa bayi yang mendapat MP-ASI < empat bulan akan mengalami resiko gizi kurang lima kali lebih besar dibandingkan bayi yang mendapatkan MP-ASI pada umur empat-enam bulan setelah di kontrol oleh asupan energi dan melakukan penelitian kohort selama empat bulan melaporkan bahwa pemberian MP-ASI secara dini (< empat bulan) berpengaruh pada gangguan pertambahan berat badan bayi, meskipun tidak berpengaruh pada gangguan pertambahan panjang bayi.

Pada usia > enam bulan harus sudah di perkenalkan dan diberi makanan pedamping ASI mulai menurun dan tidak lagi mencukupi kebutuhan fisiologis untuk tumbuh kembang anak. MP-ASI yang diberikan harus memperhatikan kebutuhan gizi bayi, waktu pemberian, frekuensi,

(7)

54 porsi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara pemberiannya (Moehji 1988 dalam Elvi 2007).

KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasrakan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan tentang Hubungan Pemberian MP-ASI Dengan Keluhan Jangka Pendek Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Ngabenrejo Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Bayi usia 0-6 bulan yang diberikan MP-ASI sejumlah 20 responden (66,7%) dan yang tidak diberikan MP-ASI sejumlah 10 responden (33,3%).

2. Keluhan jangka pendek pada bayi terdapat sejumlah 22 responden (73,3%) yang mengalami keluhan, dan tidak ada keluhan sebanyak 8 responden (26,7%).

3. Ada hubungan yang bermakna antara Pemberian MP-ASI Dengan Keluhan Jangka Pendek Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Ngabenrejo Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan dibuktikan dengan nilai r = 0,533 yang berarti nilai korelasi sedang dan p value = 0,002 yang berarti ada korelasi sedang.

B. Saran

Bertitik tolak dari kesimpulan yang sudah dikembangkan di atas maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi orang tua Bayi

Bagi orang tua yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan dapat mengetahui tentang pemberian MP-ASI yang benar agar lebih meningkatkan pengetahuan mengenai keluhan jangka pendek bila pemberian makanan pedamping ASI terlalu dini. 2. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi pertimbangan masukan dalam penelitian selanjutnya yang meneliti tentang pemberian MP-ASI yang berhubungan dengan keluhan jangka pendek bila diberikan secara dini.

3. Bagi perawat

Supaya dijadikan bahan untuk melakukan penyuluhan tentang pemberian MP-ASI agar orang tua mendapatkan pengetahuan tentangpemberian MP-ASI yang benar pada bayi.

(8)

55 Arikunto. (2010). Prosedur penelitian uatu

pendekatan praktis. Jakarta: Rineka

cipta

Boediharjo, S.D. (1994). Pemberian

Makanan untuk Bayi. Jakarta:

Perinasia

Deba, U. (2007). Perbedaan Status Gizi

Antara Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Dengan Bayi Yang Diberi

MP-ASI Dini Di Puskesmas

Perumnas Kota Kendari. Jurnal

SELAMI IPS. 2007. 02(21): ISSN 1410-2323.

Dinkes Kab. Grobagan. (2013).Data Bayi

yang berumur 0-6 Bulan di

Kabupaten Grobogan. Purwodadi:

Dinas Kesehatan

Fatimah. (2010). Pengetahuan Dan Praktek Keluarga Sadar Gizi Ibu

Balita. Jurnal Kesehatan

Masyarakat

Ferreira, A, et al. (2012). Nutritional

Status And Growth Of Indigenous Xavante Children, Central Brazil.

Nutrition Jurnal

Gibson, RS, Ferguson EL., & Lehrfeld, J. 2008. Complementary Foods For

Infant Feeding In Developing

Countries: Their Nutrient Adequacy And Improvement. European Journal

Of Clinical Nutrition

Hidayat, A. (2007). Riset Keperawatan &

Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta:

Salemba Medika.

Hidayat, A. (2009). Pengantar Ilmu

Keperawatan Anak 1. Jakarta:

Salemba Medika

Jahari,A.B.,Sandjaya,H.Sudirman,

Soekirman ,I. Juss”at, D. Latief & Atmarita.2000. Status Gizi Balita di

Indonesia sebelum & sesudah krisis (analisa data antropometri susenas 1989 s/d 1999). Jakarta : Widya

Karya Pangan dan Gizi

Krisnatuti, D. &Yenrina, R.(2008).Menyiapkan Makanan Pedamping ASI. Jakarta: Puspa

Swara

Moehji, S. (1988). Pemeliharaan Gizi Bayi

Dan Balita. Jakarta : Bharata Karya

Aksara

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan-Ed, Revisi.

Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, S. (2011). Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian

Ilmu Keperawatan, Pedoman

Skripsi, Tesis dan Instrument

Penelitian Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Pudjiadi, S. (2000). Sifat-Sifat dan

Kegunaan Berbagai Jenis Formulu Bayi dan Makanan Padat yang Beredar di Indonesia. Jakarta :

FKUI

Puskesmas Grobogan. (2013).Data Bayi

(9)

56

Ngabenrejo. Grobogan: Puskesmas

Grobogan

Riwidikdo, H.(2010). Statistik untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:

Rihana Pustaka

Roesli U. (2005). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya

Saryono. (2009). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Mitra Cendaka Press. Satyanegara, S. (2004). Panduan Lengkap

Perawatan Bayi dan Balita. Jakarta:

Arcan

Sembiring, T. (2009). Ragam Pediatrik

Praktis. Medan: USU Press

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan

Riset Keperawatan. Yogyakarta:

Graha Ilmu

Siahaan, Rinto. 2005. Pedamping ASI

Cegah Kekurangan Gizi. Retrieved

april28, 2011, from http:// www.humanmedicine.net

Sugiyono. (2010). Metodologi Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.

Bandung: Alfabeta.

Suyanto. (2011). Metodologi dan Aplikasi

Penelitian

keperawatan.Yogyakarta: Nuha

Referensi

Dokumen terkait

Disain model pembelajaran proyek berbasis lingkungan perkembangan, hendaknya disusun secara komprehensif yang memuat berbagai komponen seperti topik proyek yang

1. Pemberian pupuk hijau cair dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, luas daun, berat akar dan produksi bahan kering. Pemberian pupuk hijau cair daun eceng gondok

Hasil tingkat penerimaan parameter aroma menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh dari variasi pH dan suhu pasteurisasi terhadap aroma sari kulit buah

Berdasarkan nilai RMSEP, fungsi peragam yang relevan untuk pemodelan kalibrasi pengukuran konsentrasi kurkumin pada daerah identifikasi spektra infra merah dengan pendekatan

Tahap selanjutnya adalah development, yaitu mengembangkan LKS berbasis etnomatematika pada proses pembuatan tahu takwa pada submateri Sistem Persamaan Linier Dua

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif antara profitabilitas dan pertumbuhan penjualan terhadap harga saham.. Dengan menggunakan taraf signifikan sebesar 5%

[r]

Sedangkan hasil analisis masalah ketiga menunjukkan dimensi kualitas jasa yang paling dianggap penting oleh konsumen Flamboyan Internet adalah dimensi keandalan (reliability)... vii