• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tasnim 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tasnim 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn:"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Daerah Temporalis

dengan Kompres Hangat Daerah Vena Besar Terhadap

Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Demam di Ruang

Perawatan Anak BPK RSUD Poso

Tasnim1)

Abstrak: Kompres hangat merupakan metode menurunkan suhu tubuh, sesuai dengan reseptor suhu

tubuh bagian dalam maka penurunan suhu tubuh dilakukan dengan memberikan kompres pada daerah temporalis dan vena besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemberian kompres hangat daerah temporalis dan kompres hangat daerah vena besar pada klien demam diruang perawatan anak BPK RSUD Poso. Besar sampel sebanyak 20 responden berdasarkan kriteria inklusi, 10 responden dengan kompres hangat temporalis dan 10 responden untuk kompres daerah vena besar. Desain penelitian yang digunakan adalah studi Quasi eksperimen dengan rancangan pre dan post test. Hasil penelitian pre dan post kompres pada daerah temporalis didapatkan hasil p=0,00 dan hasil pre dan post kompres daerah vena besar didapatkan hasil p=0,00. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kompres hangat daerah vena besar lebih efektif dibandingkan dengan kompres hangat daerah temporalis dengan tingkat kemaknaan p=0,05. Berdasarkan hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi rumah sakit terkait untuk mengetahui alternative lain dalam penanganan pasien dengan demam selain kompres daerah temporalis.

Kata Kunci: Kompres Hangat, Vena Besar, Temporalis, Suhu Tubuh.

Abstract: Warm compress is a method to decrease body temperature. According to internal body temperature receptor, the decreasing of body temperature is conducted by giving compress in temporalis and vena cava area. This study was aimed to know the efficacy of warm compress in temporalis area compared to vena cava among fever client on pediatric care room in Poso Hospital. There are 20 respondents involved in this study based on inclusion criteria, 10 respondents with warm compress in temporalis area and 10 respondents in vena cava area. This study is a quasy experiment with pre and post test design. Study result showed that there is a significant changing (p=0,00) pre and post for compressing in area temporalis and vena cava. In conclusion, the warm compress in area of vena cava more effective compared to temporalis area (p=0,05). The study result can be the suggestion for the hospital to know the other alternative in handling the patient with fever beside compress of temporalis area.

Keywords: Warm compress, vena cava, temporalis, body temperature.

PENDAHULUAN

Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Suhu tubuh adalah cerminan dari keseimbangan antara produksi dan pelepasan panas (Hegner, 2003) Keseimbangan ini diatur oleh pengatur suhu (termostat) yang terdapat di otak tepatnya di hipotalamus. Pada orang normal, termostat ini diatur pada suhu 36,50C - 37,20C.

Adapun bila kenaikan suhu lebih dari 41,20C disebut hiperpireksia (Hartanto, 2003).

Demam (pireksia) bukan penyakit,

melainkan tanda bahwa di dalam tubuh ada penyakit. Demam, apalagi bila terjadi pada anak, akan membuat bingung dan panik orangtuanya karena anak jadi rewel, tak bisa tidur, tak mau makan. Ini semua terjadi karena anak merasa tidak nyaman (Hartanto, 2003). Demam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh melawan infeksi. Kebanyakan bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi pada manusia hidup subur pada suhu 37°C. Meningkatnya suhu

(2)

tubuh beberapa derajat dapat membantu tubuh melawan infeksi. Demam akan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk membuat lebih banyak sel darah putih, membuat lebih banyak antibodi dan membuat lebih banyak zat-zat lain untuk melawan infeksi (Wibowo, 2006).

Terapi kompres adalah salah satu metode fisik turunkan suhu tubuh bila anak demam yang sudah dikenal sejak zaman dulu. Dulu sering digunakan kompres air es atau es batu untuk menurunkan suhu tubuh. Pemakaian kompres seperti ini kini sudah mulai ditinggalkan karena tidak efektif untuk menurunkan suhu tubuh anak demam (Hartanto, 2003). Kompres adalah bantalan dari linen atau materi lainnya yang dilipat-lipat, dikenakan dengan tekanan kadang-kadang mengandung obat dan dapat bersih ataupun kering, panas ataupun dingin (Dorland, 1996).

Oleh karena itu, pada penelitian ini penggunakan kompres hangat sebagai perlakuan, dengan membandingkan tempat pengompresan pada daerah ketiak (axilla) dan daerah dahi. Daerah ketiak (axilla) terdapat vena besar yang memiliki kemampuan proses vasodilatasi yang sangat baik dalam menurunkan suhu tubuh dan sangat dekat dengan otak, di dalam otak terdapat sensor pengatur suhu tubuh yaitu hipotalamus.

Dengan dilakukannya penelitian ini,

diharapkan dapat diketahui pemberian kompres air hangat pada daerah yang mana lebih efektif dalam penurunan suhu tubuh pada anak febris, apakah pada daerah axilla atau daerah dahi. Selama ini penelitian tentang pengompresan pada daerah ketiak dan dahi masih sangat kurang sehingga hal ini yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini.

Sesuai dengan data yang didapatkan di RSU poso pada bulan Januari-Desember 2011 terdapat 153 anak dengan kasus febris dan 2 diantaranya meninggal. Angka kejadian febris di RSU poso meningkat pada tahun 2012 tercatat pada bulan Januari-September jumlah anak yang dirawat dengan febris menjadi 168 orang dan 4 orang

diantaranya meninggal tanpa diketahui

penyebabnya. Sampai saat ini kompres daerah dahi masih sering digunakan untuk penanganan anak dengan peningkatan suhu tubuh di ruang perawatan anak dengan alasan dekat dengan hipotalamus. Hal ini disebabkan karena selama ini perawat kurang mengetahui bagaimana penanganan anak dengan peningkatan suhu tubuh dan tidak mau mengetahui cara yang lebih efektif sehingga perawat masih menggunakan cara lama yang tidak efektif dalam menurunkan suhu tubuh.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini,Apakah terdapat perbedaan efek teknik pemberian kompres hangat pada daerah axilla dan dahi terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demamdi ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Poso?

Tujuan Penelitian ini adalah

a. Diketahuinya efek teknik pemberian

kompres hangat pada daerah axilla terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam di Rumah Sakit Umum Daerah Poso

b. Diketahuinya efek teknik pemberian

kompres hangat pada daerah dahi terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam di Rumah Sakit Umum Daerah Poso.

c. Diketahuinya perbedaan efek teknik

pemberian kompres hangat pada daerah axilla dan dahi terhadap penurunan suhu

(3)

tubuh pada anak demam di Rumah Sakit Umum Poso.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat Sebagai data dasar dan tambahan dalam penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan

mekanisme suhu tubuh. Manfaat praktis

Memberikan pengetahuan kepada para pembaca terutama perawat dan orang tua tentang penanganan anak dengan peningkatan suhu tubuh.

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental design : pre-post test two group design.

Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien anak yang di rawat di Ruang Rawat Inap RSUD Poso yang mengalami demam (suhu tubuh rectal di atas 380 C).

Teknik pengamblian sampel

menggunakan Consecutive Sampling, yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sampai jumlah terpenuhi yaitu 20 sampel penelitian yang terdiri atas 10 sampel untuk yang mendapatkan intervensi kompres hangat daerah axilla dan 10 sampel yang mendapatkan kompres hangat pada dahi.

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Pemberian kompres hangat yang dimaksud dengan pemberian kompres hangat dalam penelitian ini adalah pemberian kompres dengan suhu 340 C -370 C yang dilakukan dengan memberikan kompres hangat selama 15-20 menit dengan menggunakan kompres kantong air hangat.

2. Penurunan suhu tubuh Respon tubuh terhadap

rangsangan kompres hangat dengan

pengeluaran dan penurunan panas yang diukur dengan menggunakan thermometer air raksa yang diukur pada daerah rectal yang dinilai sebelum dan sesudah pemberian kompres.

Pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan program SPSS 17. Analisa data menggunakan uji independen Sampel t test untuk mengetahui perbedaan efek pemberian kompres hangat pada daerah axilla dan kompres hangat pada dahi terhadap penurunan suhu tubuh pada klien demam. Selanjutnya untuk menganalisis efek pemberian kompres hangat pada daerah axilla dan dahi terhadap penurunan suhu tubuh pada klien demam dengan menggunakan uji statistik paired t-test dengan tingkat kemaknaan p ≤ 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 Perbedaan antara sebelum dilakukan kompres dan sesudah dilakukan kompres pada daerah dahi di RSUD Poso

Kelompok Perbedaan dahi rerata Bawah Atas pd IK 95 % p Pre 38,500 0,770 0,6805 0,8595 0,000 Post 37,730

Sumber : Data Primer 2012

Dari uji statistic paired t test diperoleh nilai p=0,000 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kompres hangat daerah dahi efektif dalam menurunkan suhu.

Tabel 2 Perbedaan antara sebelum dilakukan kompres dan sesudah dilakukan kompres pada daerah Axilla di RSUD Poso

Kelompok Perbedaan Axilla Rerata Bawah Atas pd IK 95% p Pre 38,78 0,990 0,8267 1,1533 0,000 Post 37,79

(4)

Dari uji statistic paired t test diperoleh nilai p=0,000 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kompres hangat daerah Axilla efektif dalam menurunkan suhu.

Tabel 3 Perbedaan antara kompres hangat daerah dahi dan kompres hangat daerah Axilla di RSUD Poso

Kompres Rerata Perbedaan Rerata Bawah Atas IK 95% p Dahi 2,00 - 60 -97 -23 0,005 Axilla 1,40

Sumber : Data Primer 2012

Dari hasil uji t berpasangan diperoleh nilai p=0,005 sehingga dapat disimpulkan bahwa kompres hangat daerah Axilla lebih cepat dalam menurunkan suhu dari pada kompres dahi.

Pada pembahasan sebelumnya dijelaskan bahwa terjadi penurunan suhu pada kompres dahi dengan kompres Axillatetapi yang lebih cepat dalam menurunkan suhu adalah kompres daerah Axilla. Hal ini karena pemberian kompres Axilla terdapat reseptor suhu yang mendapatkan pengaruh dari suhu air kompres.. Sedangkan

pada daerah dahi hanya dekat dengan

hypotalamus dan tidak terdapat reseptor suhu sehingga lebih lambat dalam menurunkan suhu. Terbukti berdasarkan uji statistik t test independent didapatkan bahwa pada pemberian kompres daerah dahi dengan kompres daerah Axilla terdapat perbedaan, dengan nilai p=0.005, dimana daerah yang memiliki reseptor suhu lebih efektif dalam menurunkan suhu dari daerah yang

tidak memiliki reseptor. artinya bahwa

pemberian kompres hangat daerah Axilla lebih baik dalam menurunkan suhu dari pada kompres hangat daerah dahi.

Meskipun sebagian besar hasil

pemberian kompres hangat terjadi penurunan suhu, akan tetapi dari data yang ada masih

terdapat beberapa kali pemberian kompres yang tidak mengakibatkan penurunan suhu. Hal ini

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah kondisi lingkungan penelitian

yang berbeda, sehingga perbedaan suhu

lingkungan yang dapat mempengaruhi suhu tubuh dapat juga mempengaruhi hasil dari penelitian ini. Faktor lain adalah adanya

pemberian obat-obatan antibiotic,

infeksi/penyakit lain yang mungkin terjadi secara bersamaan dan tidak terdeteksi.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pemberian kompres hangat daerah dahi kurang efektif dalam menurunkan suhu tubuh karena tidak terdapat reseptor suhu sehingga lebih lambat dalam menurunkan suhu.

2. Pemberian kompres hangat daerah axilla pada klien febris secara kwantitatif mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap penurunan suhu tubuh, karena terbukti daerah yang mempunyai reseptor suhu lebih baik dalam menurunkan suhu daripada daerah yang tidak mempunyai reseptor suhu.

3. Efektifitas pemberian kompres hangat daerah axilla terhadap penurunan suhu tubuh “cepat” , artinya rerata responden pada pemberian kompres hangat daerah axillayang memiliki reseptor kulit dan pembuluh darah.

(5)

Saran:

1. Mengusulkan kepada Sie keperawatan

RSUD Poso hasil penelitian ini sebagai protap dalam pemberian kompres.

2. Mensosialisasikan kepada semua perawat khususnya dipelayanan untuk menggunakan kompres daerah axilla sebagai alternative

yang lebih efektif dalam pemberian

kompres, selain pemberian kompres di daerah dahi.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

tentang keefektifan waktu pemberian

kompres hangat dengan mempertimbangkan keseragaman sample, baik kasus, umur, jenis kelamin maupun factor-faktor lain yang mempengaruhi suhu tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Dorland. 1996. Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC.

Hegner,B..2003. Asisten Keperawatan Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Wibowo, J. 2006. Demam dan

Penatalaksanaanya pada anak

http://www.puterakembara.org/shtml, diakses 18 juni 2012.

Wibowo Judarwanto. 2006. Anak Panas

Mandikan Air Hangat

http://www.puterakebara.org/shtml, diakses 18 juni 2012.

Hartanto. 2003. Mengatasi Demam Pada Bayi, http://[email protected], diakses 4 Juli 2012.

Gambar

Tabel 1 Perbedaan antara sebelum dilakukan kompres  dan sesudah dilakukan kompres pada daerah  dahi di RSUD Poso

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu 1) Guru “AL” dapat dijadikan sebagai subjek penelitian dikarenakan dianggap sebagai guru terbaik dan telah lulus sertifikasi, kreativ

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

Sedang baginda bemegeri di Pekan Tua, * dewasa itulab datang kepada Hamba, ** Seri Narawangsa yang bernama Tun Bambang, anak Seri Akar Raja, Petani; menjunjungkan titab Yang

Ketika kita klik materi dalam bentuk ms.word maka akan ditampilkan jendela download seperti dibawah: (pada mozila firefox) Kamu dapat langsung melihat materi tersebut dengan

Akan tetapi tidak diperlukan network access server dalam membuat PPTP tunnel saat menggunakan klien PPTP yang terhubung dengan LAN untuk dapat terhubung dengan server PPTP

Kosasih (2016, hlm. 260) mengtakan,”teks iklan yaitu jenis teks yang mengomunikasikan suatu pesan, gagasan, ataupun pemikiran kepada orang lain dan cenderung

jenis tindak tutur yang digunakan oleh hakim dalam memimpin sidang di Pengadilan Negeri Jember dan urutan tindak tutur dalam struktur wacana di persidangan.. Penyediaan data

Pada tahap perencanaan peneliti menyusun; (1) RPLBK layanan klasikal dalam bidang bimbingan karier sebanyak 6 unit yang dirancang dengan alokasi waktu 6 kali pertemuan, setiap