• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Jonassen (2004: 3) mengemukakan pendapatnya mengenai masalah, yaitu: Polya (1981: 119) berpendapat bahwa:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Jonassen (2004: 3) mengemukakan pendapatnya mengenai masalah, yaitu: Polya (1981: 119) berpendapat bahwa:"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita berhadapan dengan masalah. Jonassen (2004: 3) mengemukakan pendapatnya mengenai masalah, yaitu:

There are at least two critical attributes in my definition of a problem. First, a problem is an unknown entity in some context (the difference between a goal state and a current state). Second, finding or solving for the unknown must have some social, cultural, or intellectual value.

Polya (1981: 119) berpendapat bahwa:

... problems “to find” and “to prove”. The aim of a problem to find is to find (construct, produce, obtain, identify, ...) a certain object, the unknown of the problem. The aim of a problem to prove is to decide whether a certain assertion is true or false, to prove it or disprove it.

Polya (1981: 117) mendefinisikan pemecahan masalah sebagai “to search consciously for some action appropriate toattain a clearly supermonev, but not immediately attainable aim”, makna dari pernyataan tersebut adalah pemecahan masalah sebagai usaha sadar untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, tetapi tujuan tersebut tidak segera dapat dicapai. Sedangkan menurut Sudjana (2005:85) bahwa :

Problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan salah satu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai penarikan kesimpulan.

Tujuan dari pembelajaran pemecahan masalah adalah seperti apa yang dikemukakan oleh Hudojo (2003:155), yaitu sebagai berikut :

(2)

(a) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisis dan akhirnya meneliti kembali hasilnya;

(b) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa; dan

(c) Potensi intelektual siswa meningkat.

Teknik memecahkan masalah menurut Polya melibatkan empat tahap: (1) memahami masalah, (2) menyusun rencana, (3) melaksanakan rencana dan (4) melihat ke belakang (Orton, 2006 : 87). Empat tahap pemecahan masalah dari Polya tersebut merupakan satu kesatuan yang sangat penting untuk dikembangkan. Salah satu cara mengembangkan kemampuan anak dalam memecahkan maslah adalah melalui penyedian pengalaman pemecahan masalah yang memerlukan strategi yang berbeda-beda dari satu masalah ke masalah lain.

Schroede dan Lester (Kennedy,2008 : 115) menggambarkan tiga pendekatan asas untuk pembelajaran problem solving: (1) pengajaran tentang pemecahan masalah;(2) mengajar untuk pemecahan masalah,dan (3) pengajaran melalui pemecahan masalah. Pengajaran tentang pemecahan masalah berfokus pada pengajaran langkah dan strategi. Masalah adalah latihan untuk mempraktekkan strategi. Sedangkan mengajar untuk pemecahan masalah, guru memperkenalkan strategi dengan latihan berdasarkan situasi masalah. Dalam pendekatan ketiga, mengajar melalui pemecahan masalah, kegiatan memecahan masalah merupakan alat pembawa konten/materi dan sekaligus sebagai proses dalam pembelajaran

Menurut Anonim (2005:67), pendekatan pemecahan masalah (problem solving) adalah suatu bentuk cara belajar aktif yang mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir dan bertindak secara logis, kreatif dan kritis terhadap pemecahan masalah. Dalam proses belajar mengajar masalah yang dikemukakan

(3)

anak antara lain dapat dipecahkan melalui diskusi, observasi, klasifikasi, pengukuran penarikan kesimpulan serta pembuktian hipotesis.

Begitu juga dalam NCTM (2000: 52) dijelaskan bahwa pemecahan masalah bukan hanya sebagai tujuan dari belajar matematika, tetapi juga merupakan alat utama untuk belajar matematika, dan dijelaskan bahwa menyelesaian masalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari semua proses belajar matematika, sehingga seharusnya tidak dijadikan sebagai bagian yang terpisahkan dari program pengajaran matematika.

Soal-soal untuk belajar matematika juga memiliki ciri sebagai berikut : a. Soal harus di sesuikan dengan kondisi siswa. Rancangan atau pemilihan tugas

harus didasarkan pada pemahaman teakhir yang dimiliki siswa. Siswa harus memiliki ide-ide agar bisa terlibat dalam menyelesaikan soal dan memandang soal sebagai sesuatu yang menarik.

b. Soal harus dikaitkan dengan matematika yang akan dipelajari siswa. Dalam menyelesaikan soal atau mengerjakan kegiatan, siswa terutama harus diarahkan untuk memahami matematika terkait, sehingga mereka terlibat dalam mengembangkan pemahaman terhadap ide-ide matematika.

c. Jawaban dan metode penyelesaian soal memerlukan justifikasi dan penjelasan. Siswa harus memahami bahwa tanggung jawab menentukan apakah jawabannya benar dan mengapa benar adalah pada diri mereka. Pembenaran marupakan bagian utuh dari penyelesaian mereka.

Nitko, & Brookhart (2007: 216) mengkategorikan masalah menjadi dua yaitu: well-structured problems dan ill-structurred problems. well-structured

(4)

problems merupakan masalah yang sudah jelas cara penyelesaiannya, semua informasi yang siswa perlukan diberikan, situasinya memiliki banyak kesamaan dengan yang pernah diberikan dikelas, biasanya satu jawaban yang benar yang dapat diperoleh dengan menerapkan prosedur yang telah diajarkan. Masalah ini digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa melatih prosedur atau algoritma yang pernah diajarkan. Sedangkan untuk ill-structurred problems siswa harus mengolah informasi untuk memahaminya, menjelaskan masalahnya sendiri, memperoleh informasi yang diperlukan yang mungkin tidak disediakan secara langsung, dan mengakui terdapat beberapa jawaban yang benar. Lebih lanjut dikatakan bahwa masalah dengan satu jawaban benar disebut closed-response task, dan masalah dengan banyak jawaban benar disebut open-response task.

Ada sejumlah alasan kuat mengapa problem solving perlu ditekankan sebagai aspek penting dan sangat berarti dalam menciptakan pengajaran matematika yang efektif. Johnson dan Rising (Goos, Stillman, & Vale, 2007: 38) menyatakan bahwa belajar untuk memecahkan masalah adalah pembelajaran paling penting dalam setiap kelas matematika. Mereka memberi lima alasan untuk ini: memecahkan masalah itu adalah cara belajar konsep baru, memecahkan masalah adalah cara untuk menemukan pengetahuan baru, memecahkan masalah adalah cara yang berarti untuk melatih kemampuan komputasi, memecahkan masalah adalah cara merangsang keingintahuan intelektual, dan memecahkan masalah adalah cara belajar untuk mentransfer konsep dan keterampilan untuk situasi baru.

(5)

Ernest (1991: 286) menjelaskan peran guru adalah memberikan/memunculkan masalah matematika dan peran siswa menemukan cara sendiri untuk memecahkan masalah. Selanjutnya Lewis (2011) memberikan gambaran tentang praktek struktur pembelajaran pemecahan masalah dengan tahapan sebagai berikut:

Tabel 1.

Fase dalam pembelajaran pemecahan masalah Tahap pembelajaran Tujuan 1. Memunculkan dan memahami tugas (secara ringkas)

Guru memunculkan tugas; siswa memahami dan menjadi tertarik pada masalah tersebut untuk diselesaikan.

2. Menyelesaikan masalah secara sendiri

Siswa menggunakan pengetahuan yang mereka miliki untuk menghasilkan, dan mencoba mengembangkan dalam beberapa cara untuk menyelesaikan masalah itu.

3. Presentasi solusi

siswa dan

diskusi kelas

Guru memilih beberapa siswa untuk mempresentasikan pekerjaan mereka pada papan tulis dan menjelaskannya. Guru secara berhati-hati memilih dan mengurutkan pekerjaan siswa yang sudah dipresentasikan, supayamenduukungpengembanganpentingnya pemahaman matematika. 4. Ringkasan / konsolidasi pengetahuan (ringkasan)

Guru dan siswa meringkas apa yang barusaja dipelajari. Tulisan di papan tulis, diskusi kelas, dan jurnal matematika mendukung siswa untuk mengunjungi kembali pikiran dan mengkonsulidasi pengetahuan mereka. Kelas seringkali berakhir dengan tulisan jurnal tepat seperti “apa yang saya pelajari hari ini”

Sasaran dari pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah adalah sebagai berikut :

(6)

b. Siswa mampu menemukan kemungkinan-kemungkinan strategi pemecahan masalah.

c. Siswa mampu mengevaluasi dan menyeleksi kemungkinan-kemungkinan tersebut kaitannya dengan kriteria-kriteria yang ada.

d. Siswa mampu memilih suatu pilihan solusi yang optimal.

e. Siswa mampu mengembangkan suatu rencana dalam mengimplementasikan strategi pemecahan masalah.

f. Siswa mampu mengartikulasikan bagaimana pemecahan masalah dapat digunakan dalam berbagai bidang atau situasi.

Heddens dan Speer ( Nuriana, 2005: 4) menyarankan untuk menilai hasil kerja pendekatan pemecahan masalah salah satu caranya adalah dengan menentukan skoring dan jawaban siswa melalui rubrik. Rubrik ini merupakan skala penilaian baku yang digunakan untuk menilai jawaban siswa dalam soal-soal pemecahan masalah. Cai, Lane, S, dan Jakabscin, M.S (1996:21) dengan penggunaan skala jawaban siswa berada pada rentang skor 0 sampai dengan 4 sebagai berikut: a. Skor 0.

Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak memahami konsep sehingga yang diberikan tidak berarti apa-apa.

b. Skor 1

Hanya sedikit dari penjelasan konsep, ide atau suatu gambar, yang diberikan dengan kata-kata sendiri dalam bentuk penulisan kalimat secara matematik yang benar.

(7)

c. Skor 2

Penjelasan konsep, ide atau suatu gambar, yang diberikan dengan kata-kata sendiri dalam bentuk penulisan kalimat secara matematik yang masuk akal, namun hanya sebagian yang benar

d. Skor 3

Penjelasan konsep, ide atau suatu gambar, yang diberikan dengan kata-kata sendiri dalam bentuk penulisan kalimat secara matematik yang masuk akal dan benar, meskipun tidak tersusun secara logis atau terdapat kesalahan bahasa. e. Skor 4

Penjelasan konsep, ide atau suatu gambar, yang diberikan dengan kata-kata sendiri dalam bentuk penulisan kalimat secara jelas serta tersusun secara logis.

Berdasarkan uraian diatas pendekatan pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah yaitu ketika siswa dihadapkan dengan pertanyaan, siswa dapat mengidentifikasikan unsur–unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan, merumuskan masalah matematika atau menyusun model matematika, menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau luar matematika, dan menjelaskan atau menginterpretasikan hasil permasalahan menggunakan matematika secara bermakna.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun faktor yang mempengaruhi Lingkungan internal organisasi yaitu (1). Faktor-faktor internal organisasi yang mempengaruhi organisasi dan kegiatan organisasi antara

Simulasi Lift ini terdiri dari magnetic reed switch, push button switch dan driver motor stepper yang diatur oleh Programmable Logic Control (PLC) sebagai

Hasil perhitungan dengan pendekatan data hasil kajian keseimbangan nitrogen tubuh (kebutuhan protein dari data review berbagai kajian klinis) tidak konsisten dengan hasil

Sentralindo Teguh Gemilang, beserta seluruh staff atas segala bantuan dan kemudahan yang diberikan selama melaksanakan penelitian sehingga tesis ini dapat selesai tepat

Sebagai salah satu unsur dalam jangkauan komprehensif dari upaya yang sedang diterapkan untuk memastikan tingginya tingkat responsif dan kerjasama antara

Penawaran ini sudah memperhatikan ketentuan dan persyaratan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan Langsung untuk melaksanakan pekerjaan tersebut di atas. Kami akan

Untuk menambah isolasi suara, plat gips atau potongan kayu keras dapat dipasang pada papan batang yang besarnya tidak kurang dari 20 × 50 mm, papan batang ini digantungkan ke

Tahun s/d 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Target Penguasaan teknik perancangan dan pengoperasian alat cold model fluidized bed dengan unggun pasir kapasitas 1 ton