KANDUNGAN DAN NILAI KECERNAAN IN VITRO BAHAN KERING,
BAHAN ORGANIK DAN PROTEIN KASAR CASSAPRO DENGAN LAMA
FERMENTASI YANG BERBEDA
(Content and Digestibility Values of Dry Matter, Organic Matter and Crude Protein of Cassapro with Different Length of Fermentation)
ARYOGI dan UUM UMIYASIH
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, Grati, Pasuruan, Jawa Timur
ABSTRACT
Cassapro is reported that enough potential to be used as an alternative mixture feedstuff on concentrate of beef cattle. This research was intended to know content and digesti bility values of dry matter (DM), organic matter (OM) and crude protein (CP) of cassapro that are made with different length of fermentation. Cassava waste as basic material, is made for cassapro with long fermentation (LF) 0, 2, 4 and 6 days. Parameters were: content nutrients cassapro, digestibility value of nutrients cassapro by In Vitro analysis, with length of incubation (LI) 0, 24, 48 and 72 hours. Statistic analysis used Completely Randomized Design. The result showed that: content and digestibility values of nutrients cassapro were significantly influence (P<0,05) by LF and LI. The highest of content and digestibility values of: DM cassapro on LF 2 days (89.9%) and on LF 4 at LI 72 hours (87.9%); OM cassapro on LF 4 days (97.0%) and on LF 4 at LI 72 hours (98.3%); CP cassapro on LF 2 days (14.8%) and on LF 4 days at LI 72 hours (57,2%). Conclusion: the highest of content and digestibility value of nutrients from cassapro were between LF 2 until LF 4 days.
Key words: Cassapro, content and digestibility value, nutrients, length of fermentation ABSTRAK
Cassapro dilaporkan cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pakan campuran konsentrat sapi potong. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kandungan dan nilai kecernaan zat nutrisi bahan kering (BK), bahan organik (BO) dan protein kasar (PK) dari cassapro yang dibuat dengan lama fermentasi yang berbeda. Onggok sebagai bahan baku, dibuat cassapro dengan lama fermentasi (LF) 0, 2, 4 dan 6 hari. Parameter yang diamati berupa kandungan zat-zat nutrisi cassapro, sedangkan nilai kecernaannya dengan analisa secara in vitro dengan lama inkubasi (LI) 0, 24, 48 dan 72 jam. Analisa statistik yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: kandungan dan nilai kecernaan zat-zat nutrisi cassapro secara nyata (P<0,05) dipengaruhi oleh LF dan LI nya. Kandungan dan nilai kecernaan: BK cassapro yang tertinggi adalah pada LF 2 hari (89,9%) dan pada LF 4 di LI 72 jam (87,9%); BO pada LF 4 hari (97,0%) dan pa da LF 4 di LI 72 jam (98,3%) serta PK pada LF 2 hari (14,8%) dan pada LF 4 di LI 72 jam (57,2%). Kesimpulan penelitian ini adalah: kandungan dan nilai kecernaan zat-zat nutrisi cassapro yang maksimal adalah antara LF 2 sampai LF 4 hari.
PENDAHULUAN
Jumlah impor sapi potong yang terus meningkat (tahun 1989 hanya 3.599 ekor menjadi 277.000 ekor tahun 1997 (ANONIMUS, 1998), menunjukkan bahwa produktivitas sapi potong dalam negeri adalah masih rendah. Sebagai konsekuensinya produksi daging masih jauh dibawah kebutuhan. Oleh karena itu budidaya sapi potong dalam negeri masih sangat berpotensi untuk dikembangkan.
Salah satu penyebab rendahnya produktivitas sapi potong rakyat, khususnya di Jawa Timur yang mempunyai 27,81% populasi nasional adalah faktor kualitas, kuantitas dan kontinuitas ransumnya yang masih belum mampu mencukupi kebutuhan ternak (ANONIMUS, 1998; SUTARDI, 1999). Kondisi keterbatasan yang dimiliki peternak sapi potong rakyat, menyebabkan masih sulitnya membiasakan pemakaian konsentrat sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas ransum. Oleh karena itu perlu adanya upaya menghasilkan suatu pakan yang mampu mengganti sebagian konsentrat, tetapi mudah dibuat, murah harganya dan mengandung protein yang cukup tinggi. Salah satu pakan yang telah terbukti memenuhi persyaratan tersebut adalah cassapro.
Cassapro adalah pakan ternak yang merupakan hasil fermentasi antara kapang/jamur Aspergillus niger dengan limbah pertanian yang mengandung karbohidrat (seperti onggok, dedak padi, ampas sagu, dan sebagainya) dan mengandung protein yang cukup tinggi sehingga berfungsi sebagai pengganti sebagian pemberian konsentrat ternak.
KOMPIANG (2000) melaporkan bahwa kandungan protein sejati dari cassapro adalah bervariasi (tergantung pada bahan baku yang digunakan), yaitu antara 14,3% (berbahan serat kelapa sawit) sampai 25,1% (berbahan bungkil inti sawit); untuk bahan onggok (limbah pabrik tapioka) adalah 18%. Sekitar 50% dari kandungan protein sejati cassapro tersebut, diketahui adalah berupa asam amino (ANONIMUS, 1996).
Pemanfaatan cassapro, selain mampu meningkatkan kandungan protein kasar ransum ternak, mampu pula meningkatkan nilai kecernaan sekaligus meningkatkan efisiensi penggunaan ransum. Selama fermentasi berlangsung, kapang Aspergillus niger mampu membentuk berbagai enzim yang membantu proses pencernaan (KOMPIANG et al., 1995). Enzim yang dimaksud adalah cellulase, beta-gluco sidase, pectinase dan protease (BEROVIC dan OSTROVERSNIK, 1997).
Seperti jenis kapang lainnya, kehidupan Aspergillus niger mempunyai 7 tahapan pertumbuhan, yaitu mulai fase adaptasi sampai fase kematian diperlambat (DWIJOSAPUTRO, 1989). Adanya beberapa tahapan pertumbuhan aspergillus tersebut, akan berkorelasi positip terhadap kualitas cassapro yang akan dihasilkannya. Oleh karena itu, penting diketahui pada lama fermentasi berapa hari yang terbaik untuk menghasilkan kualitas cassapro yang maksimal.
Penelitian ini dilakukan untuk mengatahui kualitas (kandungan dan nilai kecernaan zat-zat nutrisi) cassapro sebagai campuran pakan konsentrat sapi potong, yang dibuat dari bahan baku onggok dan difermentasikan dengan waktu yang berbeda. Manfaat hasil penelitian ini adalah diketahuinya lama fermentasi yang tepat dalam pembuatan casssapro, untuk mendapatkan kandungan dan nilai kecernaan zat-zat nutrisi yang maksimal se bagai campuran konsentrat sapi potong.
MATERI DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di IPPTP Grati, Pasuruan, pada bulan Juni sampai Oktober 1999. Cassapro dibuat dari bahan baku onggok dan difermentasikan dengan jamur Aspergillus niger.
Teknologi pembuatan cassapro yang digunakan adalah mengikuti petunjuk yang dibuat KOMPIANG (BPT Ciawi Bogor) dengan beberapa modifikasi, sehingga menjadi sebagai berikut:
Alur aktivasi spora Aspergillus niger:
25 lt air masak + 0,1 kg spora + 0,15 kg tetes → diperam 24 jam → + 1,25 kg campuran mikronutrien, UREA dan ZA → diperam 24 jam → CAIRAN AKTIVATOR.
Alur produksi cassapro:
25 lt cairan aktivator + 25 sampai 28 kg onggok kering → diperam 0, 2, 4 dan 6 hari → dipanen dan dikeringkan dengan sinar matahari → CASSAPRO SIAP DIGUNAKAN.
Untuk mengetahui kandungan zat-zat nutrisi cassapro, dilakukan analisa proksimat, sedangkan nilai kecernaan zat-zat nutrisinya menggunakan metode in vitro dengan lama inkubasi 0, 24, 48 dan 72 jam. Donor cairan rumen berasal dari sapi PO yang telah di fistulla serta mendapat ransum (dasar bahan kering ransum): 60% rumput gajah, 30% konsentrat dan 10% cassapro.
Parameter yang diamati meliputi kandungan dan nilai kecernaan zat-zat nutrisi bahan kering (BK), bahan organik (BO) dan protein kasar (PK) dari masing-masing lama fermentasi (LF) 0, 2, 4 dan 6 hari serta lama inkubasi (LI) 0, 24, 48 dan 72 jam. Analisa statistik yang digunakan untuk menganalisa data hasil penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kandungan zat-zat nutrisi cassapro
Data kandungan zat nutrisi BK, BO dan PK cassapro pada masing-masing perlakuan, tercantum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan zat-zat nutrisi cassapro (% as fed)
Ulangan Zat nutrisi Lama fermentasi 1 2 3 4 5 6 Rata-rata BK BO PK 0 hari* 2 hari 4 hari 6 hari 0 hari* 2 hari 4 hari 6 hari 0 hari* 2 hari 4 hari 6 hari 96,3 89,3 88,2 89,6 91,4 96,7 95,9 96,6 13,4 14,3 11,3 10,9 90,5 90,5 88,1 90,1 94,9 96,1 97,2 96,7 13,4 17,6 9,2 9,2 90,2 90,3 88,3 91,1 95,6 96,6 98,1 97,3 12,6 14,3 12,6 11,8 90,7 89,9 88,2 89,8 95,2 96,7 97,3 96,5 13,3 15,1 12,6 10,5 91,0 89,7 88,3 89,9 96,4 97,2 96,8 96,9 12,6 13,4 11,8 10,1 90,0 89,6 87,6 90,4 95,4 97,4 96,7 96,6 12,6 13,9 10,5 9,2 91,4 ± 2,2c 89,9 ± 0,4ab 88,1 ± 0,2a 90,1 ± 0,5b 94,8 ± 1,6a 96,8 ± 0,5ab 97,0 ± 0,7b 96,8 ± 0,3ab 13,0 ± 0,4b 14,8 ± 1,4b 11,3 ± 1,2a 10,3 ± 0,9a Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda pada kelompok zat nutrisi yang sama berbeda nyata (P<0,05)
Kandungan zat nutrisi bahan kering cassapro, adalah nyata (P<0,05) dipengaruhi oleh lama fermentasinya. Semakin lama waktu fermentasi, akan diperoleh kandungan bahan kering cassapro yang lebih rendah.
PURWADARIA et al. (1995) menyatakan bahwa selama proses fermentasi, aspergil lus melakukan aktivitas biokimia yang bersifat aerob dan menghasilkan air (H2O). Tingkat aktivitas biokimia ini berkorelasi positip dengan fase pertumbuhan aspergillus, sehingga pada fase awal sampai sebelum fase pembiakan diperlambat akan dihasilkan air yang semakin besar, kemudian pada fase berikutnya akan dihasilkan air yang jumlahnya sama atau dibawah dari kebutuhan aspergillus. Data kandungan bahan kering cassapro dari hasil penelitian ini, jelas menunjukkan hal tersebut.
Kandungan zat nutrisi bahan organik cassapro, adalah nyata (P<0,05) dipengaruhi oleh perlakuan lama fermentasi, yaitu langsung meningkat pada hari ke 2 dari proses fermentasi dan selanjutnya relatif konstan.
Ketika aspergillus melakukan proses fermentasi, akan dihasilkan senyawa-senyawa organik seperti beberapa jenis enzim (TARAGANO et al., 1997), vitamin (GATESOUPE, 1997), protein (KOMPIANG, 2000) dan jamur. Pembentukan senyawa-senyawa organik tersebut akan segera dimulai dan mencapai puncaknya pada fase awal dari pertumbuhan aspergillus, sehingga langsung meningkatkan kandungan bahan organik dari cassapro untuk kemudian relatif konstan.
Kandungan zat nutrisi protein kasar cassapro, adalah nyata pula (P<0,05) dipe ngaruhi oleh perlakuan lama fermentasi, yaitu mulai mengalami penurunan pada lama fermentasi 4 hari.
Pembuatan cassapro mampu meningkatkan kadar protein kasar onggok dari 1,6% (GUNAWAN et al., 1995) menjadi 13-15% pada hasil penelitian ini. Hal ini terjadi karena dalam pembuatan cassapro ditambahkan pupuk Urea yang merupakan sumber Nitrogen bagi aspergillus untuk membentuk protein.
Lama fermentasi cassapro yang berlanjut, diduga menyebabkan terjadinya perombakan kembali sebagian senyawa-senyawa bernitrogen yang telah dapat dibentuk asper-gillus. DWIJOSAPUTRO (1989) menyatakan bahwa jamur Aspergillus niger yang telah memasuki akhir fase vegetatif untuk menuju fase generatif, akan mempunyai balance protein negative (kebutuhan proteinnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan kemampuannya untuk membentuknya). Oleh karena itu mulai lama inkubasi 4 hari keatas, kandungan protein kasar cassapro pada penelitian ini menjadi menurun.
Selama proses fermentasi (antar hari fermentasi) cassapro tidak terjadi peningkatan protein kasar yang berarti. Namun berdasarkan laporan ANONIMUS (1996) yang menyatakan bahwa sekitar 50% protein sejati cassapro adalah berupa asam amino, maka diduga kualitas protein kasar cassapro mulai lama fermentasi hari kedua adalah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang lama fermentasi hari ke 0.
B. Nilai kecernaan zat-zat nutrisi cassapro
Nilai kecernaan zat nutrisi bahan kering, bahan organik dan protein kasar cassapro pada masing-masing perlakuan, tercantum dalam Tabel 2, 3 dan Tabel 4.
Nilai kecernaan zat nutrisi bahan kering cassapro adalah nyata (P<0,05) dipengaruhi oleh lama fermentasinya. Dari hasil penelitian ini tampak bahwa nilai yang terbesar adalah pada lama fermentasi 4 hari.
Meningkatnya nilai kecernaan bahan kering cassapro hingga hari fermentasi keempat ini menunjukkan bahwa, enzim-enzim yang dibentuk selama proses fermentasi adalah mampu mengubah senyawa-senyawa tertentu pada bahan kering onggok menjadi lebih mudah untuk dicerna oleh organ-organ pencernaan sapi potong.
Adanya kecenderungan penurunan nilai kecernaan bahan kering cassapro pada lama fermentasi di atas 4 hari, diduga karena pertumbuhan aspergillus telah memasuki fase kematiannya, sehingga tidak mampu lagi mempertahankan/meningkatkan nilai kecernaan bahan kering cassapro.
Lama fermentasi yang berbeda, secara nyata (P<0,05) juga mempengaruhi nilai kecernaan bahan kering cassapro dengan lama inkubasi yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa pembuatan cassapro dengan lama fermentasi 4 hari, adalah mengandung bahan kering yang paling banyak/cepat dapat dicerna oleh organ-organ pencernaan sapi potong.
Tabel 2. Nilai kecernaan zat nutrisi bahan kering cassapro (%) Ulangan Lama
fermentasi Lama inkubasi 1 2 3 Rata-rata
0 hari 2 hari 4 hari 6 hari 0 jam 24 jam 48 jam 72 jam 0 jam 24 jam 48 jam 72 jam 0 jam 24 jam 48 jam 72 jam 0 jam 24 jam 48 jam 72 jam 6,3 45,1 62,6 73,3 13,3 53,1 79,8 80,1 15,2 72,8 85,0 89,6 11,6 77,2 89,9 90,2 11,5 50,5 74,5 79,8 13,3 58,8 72,7 92,5 14,2 73,2 79,1 82,9 16,5 75,6 83,1 84,1 5,4 31,8 53,6 69,8 14,1 41,4 61,6 77,3 15,8 79,2 85,1 91,3 21,9 60,2 80,7 82,5 7,7j 42,5j 63,6j 74,3j 47,0 ± 25,4a 13,6k 51,1k 71,4j 83,3k 54,9 ± 26,4b 15,1l 75,1l 83,1k 87,9k 65,3 ± 29,3c 16,7l 71,0l 84,6k 85,6k 64,5 ± 28,2c Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda pada kolom atau pada lama inkubasi yang sama berbeda nyata (P<0,05)
Nilai kecernaan zat nutrisi bahan organik cassapro pada masing-masing lama fermentasi dan lama inkubasi, termuat dalam Tabel 3.
Tabel 3. Nilai kecernaan zat nutrisi bahan organik cassapro (%) Ulangan Lama
fermentasi Lama inkubasi 1 2 3 Rata-rata
0 hari 2 hari 4 hari 6 hari 0 jam 24 jam 48 jam 72 jam 0 jam 24 jam 48 jam 72 jam 0 jam 24 jam 48 jam 72 jam 0 jam 24 jam 48 jam 72 jam 83,5 84,7 85,7 87,1 91,6 92,4 93,6 94,7 93,7 94,9 97,8 97,8 91,7 92,2 93,3 94,9 84,7 84,4 84,9 84,9 90,8 91,8 94,7 95,8 91,6 92,7 96,5 98,7 91,3 92,9 96,9 96,4 83,5 84,3 84,8 88,3 90,9 95,6 95,9 97,9 92,5 95,8 96,2 98,4 92,1 93,5 92,6 96,0 83,9j 84,5j 85,1j 86,8j 85,1 ± 1,1a 91,1k 93,3k 94,7k 96,1k 93,8 ± 1,8b 92,6k 94,5k 96,8k 98,3k 95,6 ± 2,2b 91,7k 92,9jk 94,3k 95,8k 93,7 ± 1,5b
Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda pada kolom atau pada lama inkubasi yang sama berbeda nyata (P<0,05) Lama fermentasi dalam pembuatan cassapro, secara nyata (P<0,05) mempengaruhi nilai kecernaan bahan organik. Mulai hari kedua fermentasi telah terjadi peningkatan nilai kecernaan bahan organik cassapro, kemudian selanjutnya kenaikan tersebut adalah tidak nyata.
Selama proses fermentasi cassapro oleh aspergillus, terjadi peristiwa sbb:
1. Terbentuknya senyawa-senyawa organik baru seperti enzim, vitamin dan protein
2. Aktivitas enzim yang terbentuk, mampu menurunkan kandungan bahan anorganik bahan yang difermentasi (BARRET dan DARMADJATI, 1984)
3. Terbentuknya senyawa-senyawa organik yang lebih mudah tercerna
4. Tumbuh dan berkembangnya aspergillus yang mengandung bahan organik yang mempunyai nilai kecernaan yang tinggi
Peristiwa tersebut, menyebabkan cassapro akan mengandung lebih banyak zat nutrisi bahan organik yang mempunyai nilai kecernaan yang cukup tinggi. Hal ini sangat tampak dari nilai kecernaan pada lama inkubasi yang sama pada antar lama fermentasi yang berbeda. Mulai hari kedua fermentasi, nilai kecernaan bahan organik cassapro sudah nyata lebih besar dibandingkan dengan cassapro yang tidak difermentasikan.
Nilai kecernaan zat nutrisi protein kasar cassapro pada masing-masing lama fermentasi dan lama inkubasi, termuat dalam Tabel 4. Nilai kecernaan zat nutrisi protein kasar cassapro, adalah nyata (P<0,05) dipengaruhi oleh lama fermentasi. Mulai hari kedua fermentasi, telah terjadi peningkatan nilai kecernaan protein kasar cassapro dan selanjutnya adalah relatif konstan.
Meningkatnya nilai kecernaan protein kasar sejak hari kedua dari proses fermentasi ini menunjukkan bahwa: melalui pembuatan cassapro, tidak hanya akan diperoleh suatu bahan pakan yang mengandung protein kasar tinggi, tetapi juga melalui aktivitas biokimia dari aspergillus, akan mampu dihasilkan protein pakan yang mempunyai nilai kecernaan yang cukup tinggi.
Kemampuan aspergillus untuk membentuk protein cassapro dengan nilai kecernaan yang cukup tinggi, tampaknya telah terjadi pada hari kedua dari proses fermentasi. Hal ini tampak dari nilai kecernaan protein kasar yang tidak nyata berbeda pada lama inkubasi yang sama dari cassapro yang difermentasikan antara 2 sampai 6 hari.
Tabel 4. Nilai kecernaan zat nutrisi protein kasar cassapro (%) Ulangan Lama
fermentasi Lama inkubasi 1 2 3 Rata-rata
0 hari 2 hari 4 hari 6 hari 0 jam 24 jam 48 jam 72 jam 0 jam 24 jam 48 jam 72 jam 0 jam 24 jam 48 jam 72 jam 0 jam 24 jam 48 jam 72 jam 12,2 13,8 19,9 30,6 11,1 41,1 45,1 54,6 14,7 48,9 51,9 55,1 15,0 50,5 51,3 56,2 17,7 20,2 27,8 30,5 16,6 49,2 52,9 58,9 15,2 46,0 51,8 58,3 17,7 45,2 52,5 57,9 12,9 16,7 18,5 31,4 19,9 49,3 51,8 57,7 13,2 44,1 51,7 58,3 13,1 44,8 51,5 56,2 14,3j 16,9j 22,1j 30,8j 21,0 ± 6,3a 15,9j 46,5k 49,9k 57,1k 42,3 ± 15,7b 14,4j 46,3k 51,8k 57,2k 42,4 ± 16,6b 15,3j 46,8k 51,8k 56,8k 42,7 ± 16,2b Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda pada kolom atau pada lama inkubasi yang sama berbeda nyata (P<0,05)
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: kandungan dan nilai kecernaan zat nutrisi bahan kering, bahan organik dan protein kasar cassapro yang dibuat dari onggok, adalah tidak sama untuk masing-masing lama fermentasi yang berbeda.
Kandungan dan nilai kecernaan zat-zat nutrisi cassapro yang maksimal, diperoleh pada lama fermentasi 2 sampai 4 hari.
DAFTAR PUSTAKA
ANONIMUS. 1996. Cassava Berprotein Tinggi. Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor
ANONIMUS. 1998. Buku Statistik Peternakan. Direktorat Jendral Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta. BARRET dan DARMADJATI. 1984. Peningkatan Mutu Hasil Ubi Kayu di Indonesia J. Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Lembaga Penerbitan Univ. Gadjah Mada Yogyakarta.
BEROVIC, M and H. OSTROVERSIK. 1997. Production of Aspergillus niger pectolytic Enzyme by solid state bioprocessing of apple pomace. J. Biotech. 53 (1): 47-53.
DWIJOSAPUTRO. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan, Malang.
GATESOUPE, F.J. 1997. Sidephore production and probiotic effect of Vibrio sp. Associated with turbot larve, Scopthalmus maximus. Aquatic Living Res. 10(4): 239, 246
GUNAWAN, A. RASYID, B. SUDARMADI dan SRIYANA. 1995. Pembuatan dan Pemanfaatan Onggok Sebagai Pakan Ternak. IPPTP Grati, Pasuruan.
KOMPIANG, I.P. 2000. Peningkatan Mutu Bahan Baku Pakan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pertanian Ramah Lingkungan. Kerjasama IPPTP Denpasar, PSE, Balitbangtan dan Univ. Udayana, Denpasar. KOMPIANG, I.P., T. HARYATI, T. PURWADARIA and SUPRIYATI. 1995. Bioconversion of sago (Metroxylan sagus)
waste. Proc. Current Status of Agric. Biotech. In Indonesia. Vol. 3. 523-526.
PURWADARIA, T., T. HARYATI, A.P. SINURAT, J. DARMA and T. PASARIBU. Effect of various enzymatic incubation temperatures on nutritive value of coconut meal fermented with Aspergillus niger. NNRI, 337. Proc. Current Status of Agric. Biotech In Indonesia. Vol. 3. 535-542.
SUTARDI, H. 1999. Peningkatan efisiensi penggunaan pakan. Proc. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Puslitbangnak,. Departemen Pertanian, Bogor
TARAGANO, V., V.E. SANCHEZ and A.M.R. PILOSOF. 1997. Combine effect of water activity depression and glucose addition on pectinase and protease production by Aspegillus niger. Biotech. Letter. 19(3):233-236.