• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. saja. Lihatlah, seperti Bank Mandiri Syariah, Unit BNI syariah, dan Unit Bank BRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. saja. Lihatlah, seperti Bank Mandiri Syariah, Unit BNI syariah, dan Unit Bank BRI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengonversi bank konvensional menjadi bank yang syariah kini seperti trend saja. Lihatlah, seperti Bank Mandiri Syariah, Unit BNI syariah, dan Unit Bank BRI Syariah telah menyusul.

Dalam waktu-waktu yang akan datang, pelan tapi hampir pasti masih akan banyak lagi bank yang alih rupa menjadi bank berprinsip syariah. Ini tentu memberi angin sejuk di tengah kemelut stagnannya perbankan di Tanah Air.

Perbankan Islam sekarang telah dikenal secara luas dibelahan dunia Muslim dan Non Muslim. Perbankan islam merupakan bentuk perbankan dan pembiayaan yang berusaha memberi pelayanan kepada nasabah dengan bebas bunga (interest). Para perintis perbankan Islam beragumentasi bahwa bunga (interest) termasuk riba, dan jelas-jelas dilarang dalam hukum Islam. Alasan tersebut mendorong beberapa sarjana muslim dan para penanam modal untuk menemukan alternatif lain cara pengembangan sistem perbankan yang sesuai dengan aturan hukum Islam, khususnya yang berkaitan dengan larangan riba.

Sejak pertengahan tahun 1970-an, bank-bank Islam berkembang sangat pesat. Bank-bank ini tidak hanya didirikan di negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim seperti Mesir, Yordania, Sudan, Bahrain, Kuwait, Uni Emirat Arab, Tunisia, Mauritania, dan Malaysia, tetapi juga berdiri di negara seperti Inggris, Denmark, dan

(2)

Philipina yang pemeluk Islamnya minoritas (Saeed, 2004 : 1). Pada Bank Islam Internasional dan Bank Pembangunan Islam pemegang sahamnya adalah beberapa negara OKI, yang sekaligus bertindak sebagai sponsor perbankan Islam dan pembiayaan lebih luas di dunia Islam. Pada tahun 1980-an negara-negara OKI turut mendukung Pakistan dan Iran untuk mentransformasikan system keuangan mereka denga system bebas bunga (interst).

Proses perkembangan teori perbankan Islam telah dimulai sejak tahun 1950-an (ibid). Teori ini berusaha menegakk1950-an sistem perb1950-ank1950-an y1950-ang bebas bunga (interest-free banking) dengan menggunakan prinsip Mudharabah dan Musyarakah yang dijalankan melalui sistem bagi hasil (profit and loss sharing). Dalam artikel Agusrianto (sekertaris Jendral Perbankan Syariah Sedunia) mengatakan para teoritisi perbankan Islam dan para cendikiawan Muslim memahami bahwa bunga dan modal yang hasilnya telah ditentukan terlebih dahulu (pre-determinaned return) adalah termasuk riba, khususnya dalam pembiayaan modal. Dan sejak tahun 2001 sampai 2007, perbankan syariah di Indonesia mengalami high growth yang menggembirakan. Di tahun 2007 pertumbuhan perbankan syariah diperkirakan akan menikmati pertumbuhan tinggi tersebut, apalagi iklim kondusif berupa kondisi makroekonomi Indonesia cukup baik. Industri perbankan syariah Indonesia sebagai bagian dari sistem perbankan nasional, diharapkan terus tumbuh untuk mendorong aktifitas perekonomian produktif masyarakat. Pertumbuhan itu meliputi pertumbuhan DPK (dana pihak ketiga), jumlah pembiayaan, pertambahan jumlah rekening nasabah, serta jumlah sektor pereknomian yang dibiayai.

(3)

Salah satu perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional dari segi falsafah adalah bank syariah tidak berdasarkan bunga, spekulasi, dan gharar (ketidakjelasan), sementara Bank Konvensional berdasarkan bunga. Islam mendorong praktik bagi hasil serta mengharamkan bunga (riba). Keduanya sama-sama memberi keuntungan bagi pemilik dana, namun keduanya mempunyai perbedaan yang sangat nyata. Perbedaan tersebut seperti :

1. Pada bunga penentuan harga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung. Sedangkan pada bagi hasil penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.

2. Pada bunga besarnya presentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan. Sedangkan pada bagi hasil besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperolehnya.

3. Pada bunga, eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama, termasuk Islam, sedangakan pada bagi hasil tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.

Dalam hal ini prinsip bagi hasil memiliki kelebihan. Pihak yang mengelola dana akan dipaksa untuk melakukan kalkulasi yang matang dalam memilih kegiatan ekonomi untuk dibiayai. Inilah yang menjadi alasan mengapa bank-bank syariah umumnya relative lebih aman dan sehat. Saat krisis ekonomi menyebabkan kolapsnya sejumlah bank konvensional, bank-bank syariah tidak ikut kolaps, bahkan menjamur setelahnya.

(4)

Tapi, ada tiga hal yang bisa dkritisi dari konsep ini. Pertama, harus diingat bahwa praktek perbankan yang sehat seperti ini akan bisa terjadi jika skala uang yang berputar relatif kecil. Artinya, untuk tetap sehat dan aman, perbankan syariah memang tidak bisa menjadi besar. Konsekuensinya, jika perbankan syariah akan tetap kecil, kemampuannya menjadi penggerak ekonomi juga tidak akan signifikan. Sebaliknya jika aset dan dana yang dikelola bank syariah jauh lebih besar dari yang ada sekarang maka kapasitas yang ada sekarang akan terbatas. Bank syariah pun akan dihadapkan pada problem yang sama dengan yang dihadapi perbankan konvensional.

Kedua, seberapa konsisten perbankan syariah menjalankan praktek bagi hasil dan bagi resiko tanpa adanya resiko bagi hasil yang ditetapkan sebelumnya?jika hal ini dijalankan konsisten, harusnya bank akan memiliki kontrak individual yang berbeda-beda untuk tiap nasabah. Ini bisa dijalankan jika jumlah nasabah yang dikelola relatif sedikit. Jika jumlah nasabahnya banyak, biaya transaksi untuk memberlakukan kontrak spesifik akan makin membengkak, sehingga mungkin sekali tidak efisien bagi pihak bank.

Faktanya, semua bank syariah di Indonesia sekarang ini menetapkan nisbah bagi hasil secara exante, baik untuk simpanan maupun pinjaman. Artinya dalam praktek, bank syariah sebenarnya menerapkan mekanisme yang tidak jauh berbeda dengan bank konvensional yang berdasarkan bunga.

Ketiga, pertanyaan lain adalah kemana bank syariah memutarkan dana nasabah. Secara prinsip dana yang dihimpun oleh bank syariah hanya dibenarkan untuk membiayai kegiatan produktif yang halal. Artinya, bank syariah tidak

(5)

dibenarkan memutar kembali uangnya di kegiatan-kegiatan spekulatif atau menanamkan dananya di investasi berbasiskan bunga.

Seberapa konsisten bank syariah dalam menjalankan usahanya bisa dilihat dari besaran nisbah bagi hasil yang ditawarkan dari waktu ke waktu. Jika bank syariah benar-benar memutar dana nasabah ke kegiatan produktif, kita akan melihat pergerakan nisbah bagi hasil antar waktu yang lebih fluktuaktif dari pergerakan bunga konvensional.

Selain itu, tugas bank-bank syariah juga sama dengan bank-bank konvensional yaitu, sebagai penghimpun dana berupa : deposito yang merupakan dana pihak ketiga (DPK) harus benar-benar dimaksimalkan untuk menunjang pembiayaan yang diberikan. Karena itu bank-bank mempunyai strategi yang bereda untuk meningkatkan deposito sesuai dengan tugas bank sebagai penghimpun dana. Jadi, jika jumlah deposito itu meningkat, maka bank berkemungkinan akan dapat menyalurkan dana yang lebih besar jumlahnya. Sebagaimana yang kita ketahui pembiayaan yang diberikan bank jumlahnya. Sebagaimana yang kita ketahui pembiayaan yang diberikan bank berupa mudharaah, murabahah baik itu modal kerja, investasi, maupun konsumsi atau pembiayaan lainnya dengan itu maka pihak bank akan memperoleh keuntungan yang berupa bagi hasil artinya semakin tinggi pembiayaan yang diberikan maka semakin besar peluang bank memperoleh laba yang tinggi.

Salah satu fungsi bank syariah yang sangat penting adalah sebagai manager investasi ataupun dana investasi. Dana investasi merupakan salah satu produk bank

(6)

syariah yang berbeda dengan produk perbankan konvensional. Produk ini dirancang untuk masyarakat yang tertarik dengan sistem investasi bagi hasil. Dana investasi mempunyai karakteristik yaitu (Zulkifli, 2004 : 105) :

1. Motif utama nasabah adalah investasi

2. pengembalian dana investasi dilakukan sesuai dengan kesepakatan investasi seperti 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.

Dengan karakternya yang sedemikian, maka produk ini dapat menggunakan prinsip mudharabah. Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis kerjasama, dimana pihak pertama (sahibul maal) menyediakan dana dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha (Ibid). Dalam perbankan konvensional produk ini dikenal dengan deposito (dana pihak ketiga). Konsekuensi dari penggunaan prinsip ini adalah sistem bagi hasil dari bank untuk investor. Dalam sistem ini bank bertindak sebagai mudharib, sedangkan investor bertindak sebagai sahibul maal. Dalam bank syariah imbalan yang diberikan kepada para deposan (penghimpun dana) sangat tergantung pada pendapatan yang diperoleh atas pengelolaan atau penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah. Besarnya penyaluran dana atau investasi yang dilakukan oleh bank syariah bukanlah suatu indikasi besarnya pendapatan bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana yang dihimpun, tetapi kualitas dari pernyaluran dana atau investasi yang dilakukan oleh bank syariah itulah yang mempunyai pengaruh langsung terhadap hasil yang diterima oleh pemilik dana yang dihimpun.

(7)

Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba untuk menganalisa bagaimana perbandingan pengaruh tingkat bagi hasil dan suku bunga terhadap jumlah deposito pada PT. BPRS Puduarta Insani. Untuk itu penulis mengetengahkan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Tingkat Bagi Hasil dan Suku Bunga Terhadap Jumlah Deposito pada PT. BPRS Puduarta Insani Tembung, Deli Serdang”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis mengambil rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Berapa besarkah pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito terhadap Jumlah Deposito?

2. Berapa besarkah pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito terhadap Jumlah Deposito?

3. Berapa besarkah pengaruh Jumlah Deposito Bulan Sebelumnya terhadap Jumlah Deposito?

1.3 Hipotesa

Dari perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut :

(8)

2. Tingkat Suku Bunga berpengaruh positif terhadap Jumlah Deposito.

3. Jumlah Deposito Bulan Sebelumnya berpengaruh positif terhadap Jumlah Deposito.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat bagi hasil dan suku bunga terhadap jumlah deposito pada PT. BPRS Puduarta Insani Tembung, Deli Serdang.

2. Untuk menambah wawasan penulis, serta sebagai salah satu syarat bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan penulis dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang.

2. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi PT. BPRS Puduarta Insani Tembung, deli Serdang berkaitan dengan kebijakan yang dapat diambil dari pengelolaan dana pihak ketiga.

3. Sebagai bahan studi dan tambahan literatur bagi kalangan akademisi dan peneliti untuk dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah :Untuk mengetahui pengaruh pola curah hujan terhadap produktivitas padi di Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal..

Hasil Uji T-Statistik Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan Sektor Barang Konsumsi Dengan Size Sebagai Variabel Moderasi ... Hasil Uji T-Statistik Pengaruh

Aspek sosial budaya dan ekonomi tidak mempengaruhi para petani dalam mengembangkan hutan rakyat berbasis tanaman karet, dinilai dari umur petani yang tergolong

dapat dilihat dari hasil belajar yang telah diperolehnya dalam proses belajar. Hasil belajar tampaknya sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada peserta didik

Dalam hal ini peran komputer host selain sebagai pengirim kode S- record ke memori 68HC11 (sebagai downloader), juga dapat digunakan sebagai fasilitas untuk menulis instruksi

Metode Section Technique digunakan untuk menganalisis keandalan sistem distribusi, dengan membagi beberapa bagian penyulang distribusi, masing-masing kegagalan peralatan

PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) menyiapkan dana belanja modal (capex) senilai Rp 3.5 Tn tahun 2020 dan mayoritas dana akan dialokasikan pada pengembangan

Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan peneliti pada tanggal 2 Maret 2017 di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang dengan menggunakan wawancara