2 PNPM Mandiri Pariwisata itu sendiri merupakan bagian dari PNPM Mandiri.PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Pelaksanaan PNPM Mandiri tahun 2007 dimulai dengan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) sebagai dasar pengembangan pemberdayaan masyarakat di perdesaan beserta program pendukungnya seperti PNPM Generasi; Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) sebagai dasar bagi pengembangan pemberdayaan masyarakat di perkotaan; dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) untuk pengembangan daerah tertinggal, pasca bencana, dan konflik. Mulai tahun 2008 PNPM Mandiri diperluas dengan melibatkan Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) untuk mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya (http://jdih.bpk.go.id).
Selain beberapa program pokok PNPM Mandiri yang disebutkan sebelumnya, PNPM Mandiri juga diperkuat dengan berbagai program penguatan yang dilaksanakan oleh berbagai kementerian yang dikenal sebagai PNPM Non-Reguler. PNPM Mandiri Pariwisata merupakan salah satu program yang terdapat di PNPM Non-Reguler dibawah Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (saat ini menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif). Pengertian PNPM Mandiri Pariwisata sesuai dengan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM. 18/HM.001/MKP/2011 adalah bagian dari PNPM Mandiri yang
3 pelaksanannya melalui pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas para pemangku kepentingan dan pemberian bantuan langsung masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pembangunan kepariwisataan di desa wisata.
PNPM Mandiri Pariwisata muncul pada tahun 2009. Kemunculan PNPM Mandiri Pariwisata didasarkan atas pertimbangan bahwa sektor pariwisata merupakan sektor strategis untuk meningkatkan pendapatan di daerah, terutama di desa. Selain itu, pemerintah menganggap dengan mengembangkan pariwisata di desa juga dapat melibatkan masyarakat secara langsung. Dengan melibatkan masyarakat secara langsung, maka akan dapat membuka peluang kerja, kemandirian masyarakat, dan akan mengurangi angka kemiskinan. (http://www.pnpm-mandiri.org).
Pemerintah menilai bahwa pengembangan desa wisata pada hakikatnya tidak terlalu sulit untuk dilakukan. Pengembangan desa wisata sendiri merupakan bagaimana cara sebuah desa mengoptimalkan atau menggali potensi dan keunikan yang ada di desanya untuk dijual kepada wisatawan. Melihat hal tersebut, maka yang diperlukan oleh sebuah desa wisata adalah dukungan pemerintah baik berupa pembinaan, kucuran dana, dan pelatihan. Sehingga munculah PNPM Mandiri Pariwisata ( http://www.pnpm-mandiri.org).
Kebijakan PNPM Mandiri Pariwisata mengacu pada Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, di mana yang terakhir diterbitkan adalah Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor
4 KM.18/HM.001/MKP/2011 tentang pedoman Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata. Untuk melengkapi pedoman tersebut, diperlukan Petunjuk Teknik Operasional (PTO) Pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata. PTO yang terakhir diterbitkan adalah PTO Tahun 2013. PTO ini mengatur antara lain tentang persiapan, pelaksanaan siklus kegiatan PNPM Mandiri Pariwisata, pemantauan, pengawasan, pengaduan, evaluasi, dan sanksi yang dijadikan landasan pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata oleh para pemangku kepentingan.
Jumlah kucuran dana dan lokasi desa wisata yang mendapatkan bantuan PNPM Mandiri Pariwisata selalu meningkat setiap tahunnya. Jumlah kucuran dana dan jumlah desa wisata yang mendapatkan PNPM Mandiri Pariwisata dari tahun 2009 sampai 2013 adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Total Dana dan Jumlah Desa Wisata yang Mendapat PNPM Mandiri Pariwisata di Indonesia
Tahun Total Dana Jumlah Desa Wisata
2009 Rp 8,75 miliar 104
2010 Rp 19,575 miliar 200
2011 Rp 61,7 miliar 569
2012 Rp 121,45 miliar 978
2013 Rp 123,25 miliar 980
Sumber: diolah dari Kuntadi (2013)
Penambahan jumlah ini bukan tidak beralasan, melainkan program ini diklaim berhasil menyejahterakan masyarakat, seperti yang diungkapkan Direktur Jenderal (Dirjen) Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kementerian
5 Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Firmansyah Rahim pada Desember 2011 berikut:
“Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri bidang Pariwisata telah terbukti berdampak sangat positif bagi upaya menyejahterakan rakyat” (http://www.pnpm-mandiri.org).
Dari pernyataan yang dilontarkan oleh Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Kemenparekraf tersebut, peneliti semakin tertarik untuk meneliti apakah memang benar PNPM Mandiri Pariwisata berhasil menyejahterakan rakyat? Penelitian yang dilakukan peneliti mengambil lokus di Kabupaten Sleman. Pemilihan Kabupaten Sleman sebagai lokus penelitian atas dasar pertimbangan bahwa Kabupaten Sleman merupakan daerah yang rutin mendapatkan program PNPM Mandiri Pariwisata. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa sektor pariwisata merupakan sektor strategis dalam upaya menyejahterakan masyarakat, begitu pun dengan Kabupaten Sleman. Subiyanto (2005) dalam Nugroho (2010) menyebutkan bahwa industri pariwisata menyumbang 18,6% dari total gross domestic product (GDP) Kabupaten Sleman. Masyarakat pedesaan di Kabupaten Sleman merespon kecenderungan semakin besarnya pemasukan dari sektor pariwisata dengan berinisiatif memunculkan wilayahnya sebagai sebuah objek dan tujuan wisata dalam bentuk desa wisata.
Sampai tahun 2013, menurut catatan yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman, jumlah desa wisata yang ada di Kabupaten Sleman adalah 38 desa wisata. Desa wisata yang ada di Kabupaten Sleman diklasifikasikan menjadi beberapa kategori desa wisata, yaitu: desa wisata
6 budaya, pertanian, pendidikan, fauna, kerajinan, dan lereng merapi. Berikut adalah klasifikasi desa wisata di Kabupaten Sleman.
Tabel 1.2
Klasifikasi Desa Wisata Kabupaten Sleman
Klasifikasi Desa Wisata Kekhasan
Budaya
Brayut, Tanjung, Sambi. Grogol,Mlangi, Candi Abang, Plempoh, Srowolan, Pajangan, Pentingsari, Gondangan, Rumah Domes, Nawung
Kekhasan adat, upacara daur hidup, kesenian, budaya keseharian
Pertanian Garongan, Bokesan, Gabugan, Trumpon, Kelor, Ledok Nongko Potensi agrowisata dan perikanan Pendidikan Kembangarum, Dukuh Pertanian dan outbond
Fauna Ketingan Potensi konservasi alam dan
keberadaan Burung Kuntul Kerajinan Sendari, Brajan, Gamplong, Sangubanyu, Malangan, Sukunan, Jethak II, Ngamboh
Potensi profesi masyarakat yang membuat berbagai barang kerajinan
Lereng Merapi
Kaliurang Timur, Turgo, Tunggularum, Nganggring, Dukuh Donokerto, Kadisobo II, Pancoh
Keindahan alam dan nuansa indah Gunung Merapi
Sumber: Diolah dari Data Desa Wisata di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman 2011
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman (2007: 2) mencatat bahwa 86,5% desa wisata yang ada di wilayah Kabupaten Sleman muncul atas inisiatif masyarakat setempat. Melihat inisiatif dan antusiasme masyarakat tersebut, sejak tahun 1998 Pemerintah Kabupaten Sleman telah memiliki kebijakan dalam bentuk Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPD) Kabupaten Sleman. Pengembangan masyarakat desa dan wisata pedesaan sebagai bentuk perhatian Pemerintah Kabupaten Sleman tertuang dalam dokumen RIPPD (Dinas Pariwisata Sleman, 1998: 21) sebagai berikut:
7 1. Pengembangan potensi pedesaan dan masyarakat tradisional di dalamnya sebagai obyek dan daya tarik wisata pedesaan dapat diarahkan melalui kegiatan pendampingan, penyuluhan, dan pembinaan oleh dinas terkait. 2. Pengembangan paket-paket wisata pedesaan nantinya tetap mengaitkannya
dengan obyek dan daya tarik wisata yang mempunyai daya tarik nasional dan internasional.
PNPM Mandiri Pariwisata hadir mengiringi upaya pemerintah Kabupaten Sleman dalam upaya pengembangan pariwisata di Kabupaten Sleman. PNPM Mandiri Pariwisata yang diimplementasikan di Kabupaten Sleman tentu saja membawa angin segar bagi desa wisata-desa wisata yang ada di Kabupaten Sleman dalam upaya mengembangkan desa wisata. Sampai tahun 2013 terdapat 24 desa wisata (di dalamnya terdapat desa wisata yang mendapatkan dua sampai tiga kali manfaat PNPM Mandiri Pariwisata) di Kabupaten Sleman yang mendapat PNPM Mandiri Pariwisata. Berikut adalah
detail desa wisata yang mendapat PNPM Mandiri Pariwisata:
8 Tabel 1.3
Desa Wisata di Kabupaten Sleman yang Mendapat PNPM Mandiri Pariwisata
2009 2010 2011 2012 2013
Kinahrejo Kinahrejo Pentingsari Kaliurang Timur Gamplong Gondang Gondang Gondang Sengir (Rumah
Dome)
Sengir (Rumah Dome) Pentingsari Pentingsari Sambi Plempoh Plempoh
Sambi Sambi Jethak Nawung Nawung
Turgo Turgo Rumah Dome Jethak II Trumpon
Brayut Brayut Plempoh Tanjung Tanjung
Pajangan Pajangan Kaliurang Timur Kembangarum Tunggularum Kembangarum Gabungan Gabungan Tanjung Garongan Garongan
Brayut Kelor Kelor
Pajangan Sukunan Sukunan Grogol Grogol Ketingan Ketingan Tunggularum
Trumpon Gamplong
Sumber: Diolah dari Data Desa Wisata di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman (2011)
Adapun besaran hibah yang diberikan kepada desa wisata yang ada di Kabupaten Sleman seperti berikut ini:
Tabel 1.4
Besaran Hibah PNPM Mandiri Pariwisata di Kabupaten Sleman Tahun Jumlah Desa Wisata
Penerima Hibah
Keterangan Besaran Hibah 2009 7 Masing-masing menerima 50 juta Rupiah 2010 7 Masing-masing menerima 52 juta Rupiah 2011 11 Masing-masing menerima 65 juta Rupiah
2012 16 - Penerima pertama kali sebanyak 10 desa wisata masing-masing menerima 65 juta Rupiah
- Penerima kedua kali sebanyak 6 desa wisata masing-masing menerima 100 juta Rupiah
2013 13 - Penerima kedua kali sebanyak 10 desa wisata masing-masing menerima 100 juta Rupiah
- Penerima ketiga kali sebanyak 3 desa wisata masing-masing menerima 75 juta Rupiah
Sumber: Diolah dari Data Desa Wisata di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman (2011)
9 Dari beberapa desa wisata di Kabupaten Sleman yang mendapat PNPM Mandiri Pariwisata seperti ditunjukkan pada tabel 1.3, peneliti menetapkan desa wisata yang dijadikan lokasi penelitian, yaitu Desa Wisata Brayut. Pemilihan Desa Wisata Brayut menjadi lokasi penelitian dalam pengukuran kinerja implementasi PNPM Mandiri Pariwisata tidak dilakukan secara tiba-tiba, melainkan melalui beberapa tahap pertimbangan. Berikut adalah tahap dalam pemilihan lokasi penelitian yang dilakukan peneliti:
1. Seperti yang diungkapkan sebelumnya bahwa salah satu indikator yang digunakan peneliti adalah long-term outcome. Untuk menilai long-term
outcome sedapat mungkin peneliti memilih desa wisata yang sudah lama
menerima PNPM Mandiri Pariwisata. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti harus memilih desa wisata yang menerima PNPM Mandiri minimal di tahun 2009 agar memudahkan peneliti dalam mengukur
long-term outcome.
2. Dari desa wisata-desa wisata yang menerima PNPM Mandiri Pariwisata di tahun 2009, terdapat beberapa desa wisata yang mendapat PNPM Mandiri Pariwisata sebanyak tiga kali secara berurutan. Hal tersebut semakin menarik untuk diteliti karena diasumsikan oleh peneliti bahwa dengan diterimanya PNPM Mandiri Pariwisata sebanyak tiga kali secara berurutan maka desa wisata akan menjadi lebih baik dibandingkan dengan desa wisata yang hanya menerima PNPM Mandiri Pariwisata sebanyak satu atau dua kali saja. Berdasarkan data pada tabel 1.3 di atas, dapat diketahui terdapat desa wisata yang mendapatkan PNPM Mandiri
10 Pariwisata sebanyak tiga kali mulai dari tahun 2009, desa wisata-desa wisata tersebut adalah: Desa Wisata Gondang, Desa Wisata Pentingsari, Desa Wisata Sambi, Desa Wisata Brayut, dan Desa Wisata Pajangan. 3. Ketertarikan peneliti untuk menjadikan Desa Wisata Brayut sebagai
lokasi penelitian selanjutnya ditentukan oleh kemudahan peneliti dalam mengakses data dalam bentuk laporan-laporan maupun kemudahan peneliti dalam menelusuri pengurus desa wisata. Sebelum menentukan lokasi penelitian, peneliti melakukan observasi ke beberapa desa wisata dan wawancara ke beberapa informan untuk berkonsultasi, seperti staf di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman dan konsultan di Pusat Studi Pariwisata (PUSPAR) UGM. Dari observasi awal dan wawancara tersebut akhirnya diputuskan bahwa lokasi penelitian untuk penelitian kali ini adalah Desa Wisata Brayut.
Selain mengukur kinerja implementasi PNPM Mandiri di Desa Wisata Brayut, peneliti juga mengidentifikasi dan memetakan faktor apa yang menyebabkan kinerja program tersebut tinggi ataupun rendah.
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan apa yang dipaparkan dalam latar belakang, maka peneliti merumuskan dua pertanyaan yang dijawab di dalam penelitian, yaitu:
1. Bagaimana kinerja implementasi PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Wisata Brayut Kabupaten Sleman?
11 2. Apa faktor yang mempengaruhi kinerja implementasi PNPM Mandiri
Pariwisata di Desa Wisata Brayut Kabupaten Sleman?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kinerja implementasi PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Wisata Brayut Kabupaten Sleman.
2. Untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhinya kinerja implemenyasi PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Wisata Brayut Kabupaten Sleman.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat menambah kekayaan tulisan tentang pengukuran kinerja implementasi PNPM Mandiri Pariwisata yang sejauh penelusuran peneliti masih sangat jarang dilakukan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian serupa.
2. Manfaat secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk perbaikan kebijakan khususnya dalam hal ini PNPM Mandiri Pariwisata agar di masa yang akan datang kebijakan tersebut menjadi lebih baik.
12 E. Keaslian Penelitian
Sejauh penulusuran peneliti, penelitian yang menggunakan objek material “Pengukuran Kinerja Implementasi PNPM Mandiri Pariwisata” yang mengambil lokus penelitian di Desa Wisata Brayut Kabupaten Sleman belum pernah dilakukan sebelumnya. Tetapi terdapat penelitian-penelitian serupa pernah dilakukan, diantaranya adalah:
1. Penelitian berjudul “Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pariwisata dalam Pengembangan Agrowisata di Desa Koanara Kabupaten Ende” pada tahun 2010 oleh Beata Maria Kurniawati Apu sebagai tesis di program studi Magister Kajian Pariwisata (MKP) Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada (UGM). Penelitian yang dilakukan oleh Apu (2010) berfokus pada proses implementasi Program PNPM Mandiri Pariwisata Dinas Pariwisata Kabupaten Ende, tepatnya di Desa Koanara dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses tersebut. Teori yang digunakan Apu (2010) adalah teori Community
Based Tourism and Sustainability. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa PNPM Mandiri Pariwisata telah berhasil diimplementasikan di Desa Koanara walaupun hasilnya belum maksimal. Faktor-faktor yang ditemukan oleh Apu terkait impelementasi PNPM Mandiri pariwisata di Desa Koanara adalah sumber daya manusia, komunikasi, sikap terhadap program dan sarana prasarana.
2. Penelitian berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya (Studi
13
di Desa Wisata Brayut Desa Pandowoharjo Kecamatan Sleman Kabupaten Sleman DIY)” pada tahun 2013 oleh Anggun sebagai tesis di Program Studi Ketahanan Nasional Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada (UGM). Penelitian yang dilakukan Anggun (2013) berfokus untuk memahami pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata, serta kendala-kendala yang dihadapi dalam pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata dan implikasi pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata terhadap ketahanan sosial budaya. Hasil penelitian Anggun (2013) menunjukkan bahwa proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata di Desa Wisata Brayut melalui tiga tahap, yaitu tahap pertama menekankan pada proses sosialisasi konsep desa wisata dan manfaatnya bagi masyarakat Brayut, inventarisasi potensi-potensi wisata dan partisipasi masyarakat. Tahapan transformasi kemampuan merupakan bentuk-bentuk campur tangan dari stakeholders untuk memperkuat proses pemberdayaan masyarakat melalui bantuan PNPM Mandiri Pariwisata serta pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia. Pada tahap akhir, Desa Wisata Brayut memperoleh kemandirian dalam mengelola desa wisata yang ditandai dengan kemampuan melaksanakan promosi secara mandiri sehingga mempunyai pangsa pasar wisatawan sendiri dan selalu siap dikunjungi kapan pun wisatawan datang. Akhirnya sebagai bentuk keberhasilan pemberdayaan masyarakat, Desa Wisata Brayut harus mampu melibatkan partisipasi masyarakat Dusun Brayut mulai dari perencaaan,
14 pelaksanaan, evaluasi dan monitoring secara berkelanjutan. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata juga telah memperkuat kehidupan sosial budaya sebagai bentuk ketahanan terhadap sosial budaya dengan pembentukan lembaga kemasyarakatan, kebersamaan sebagai bentuk tanggungjawab bersama, toleransi kehidupan beragama, Pelestarian adat istiadat, seni budaya dan cara hidup.
Dari beberapa penelitian terdahulu yang sudah dipaparkan di atas, peneliti menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Adapun kesamaan-kesamaan yang terdapat di dalam penelitian-penelitian sebelumnya bisa saja dijadikan referensi oleh peneliti dalam melakukan penelitian.