• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol. 9, No. 1, Pebruari 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Vol. 9, No. 1, Pebruari 2021"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

43

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Pembuatan Busana Secara

Industri di Kelas XI-BS-2 SMK Negeri 3 Banda Aceh

Zahrah

Guru SMK Negeri 3 Banda Aceh Email: zahrahnurdin15@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas XI-BS 2 pada materi pembuatan busana secara industri di SMK Negeri 3 Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI-BS 2 SMK Negeri 3 Banda Aceh, yang berjumlah 31 orang siswa. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI-BS 2 SMK Negeri 3 Banda Aceh Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 sampai dengan November 2019. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar soal post-tes. Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri atas empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI-BS 2 pada materi pembuatan busana secara industri di SMK Negeri 3 Banda Aceh.

Kata Kunci : Problem Based Learning (PBL), hasil belajar, busana, industri. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan pilar penting bagi suatu bangsa. Tujuan dari pendidikan adalah untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Kemajuan pendidikan dapat dilihat dari tingginya peradaban masyarakat suatu bangsa. Pendidikan ekonomi di Indonesia masih memerlukan pembenahan baik dari sisi UU maupun pada tataran pelaksanaan di lapangan/di lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah maupun perguruan tinggi. Jika pemerintah berkomitmen dengan masalah pendidikan, maka pendidikan harus mendapatkan prioritas dalam pembangunan bangsa, karena pendidikan merupakan pembangunan fundamental untuk mengembangkan sumber daya manusia. Dimana sumber daya manusia ini merupakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa.

Pendidikan kejuruan yang diatur dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No 20 tahun 2003 pasal 15 adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. SMK adalah sekolah yang mengembangkan dan melanjutkan pendidikan dasar dan mempersiapkan peserta didiknya untuk dapat bekerja sebagai bagian dari suatu kelompok sesuai bidangnya masing-masing. SMK mempunyai misi utama untuk menyiapkan siswanya untuk memasuki lapangan

(2)

44

kerja. Pendidikan kejuruan tidak hanya menyiapkan keterampilan saja, tetapi juga menyiapkan sikap, kebiasaan serta nilai- nilai yang diperlukan untuk siap terjun ke dunia kerja. Keberadaan SMK diharapkan mampu menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah yang siap pakai, dengan kata lain SMK dituntut menghasilkan lulusan yang siap kerja.

Sekolah Menengah Kejuruan sebagai salah satu pemegang peran penting untuk menyiapkan tenaga kerja, harus dapat memenuhi kebutuhan pendidikan dunia Industri dan kebutuhan pasar yang terus berkembang. Tenaga kerja profesional yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan dunia usaha/ dunia industri, perlu mengacu pada keputusan Mentri Ketenaga Kerjaan Republik Indonesia Nomor 305, Tahun 2015 tentang Standar Kompetensi Kerja Nasional kategori industri pengolahan golongan pokok industri pakaian jadi dan produksi pakaian jadi massal. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 29 Tahun 1990 tentang pendidikan menengah pasal 3 ayat 2 juga menyebutkan bahwa SMK mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. Dengan demikian SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan kejuruan yang memiliki tugas mempersiapkan peserta didiknya dengan membekali pengetahuan dan juga keterampilan untuk dapat bekerja sesuai dengan program keahliannya.

Dalam kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran di SMK N 3 Banda Aceh masih sangat kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan observasi dari 31 siswa hanya 6 orang siswa yang mencapai ketuntasan, ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran busana industri materi pembuatan busana secara industri masih rendah. Proses pembelajaran tidak berjalan dengan baik dan hasil yang didapatkan kurang maksimal. Buktinya hasil ulangan siswa masih ada yang belum memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 75.

Menurut Aunurrahman (2012) belajar merupakan aktivitas penting dalam kehidupan manusia dan setiap orang mengalami belajar dalam hidupnya. Setiap manusia perlu proses pendewasaan, baik pendewasaan secara fisik maupun psikis atau kejiwaan. Pendewasaan pada diri seseorang tidak bisa sempurna tanpa didukung dengan pengalaman berupa pelatihan, pembelajaran, serta proses belajar, artinya belajar dan pembelajaran merupakan proses penting bagi seseorang untuk menjadi dewasa (Musfiqon, 2012).

Permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan rendahnya ketuntasan belajar dapat dikarenakan banyak hal, dari dalam diri siswa itu sendiri, yang disebut juga faktor internal misalnya belum adanya dorongan dalam diri (motivasi diri), belum memiliki kecenderungan atau dorongan untuk mewujudkan potensinya, untuk mewujudkan dirinya, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, dorongan untuk mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas diri, rasa ingin tahu dan minat. Selain itu, persepsi siswa yang cenderung kearah negatif baik tentang materi maupun model mengajar yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pembelajaran juga menimbulkan efek yang kurang baik terhadap peningkatan ketuntasan. Beberapa faktor lain dari luar diri siswa atau faktor eksternal yang membuat tidak berkembangnya kreativitas siswa antara lain lingkungan, suasana pembelajaran, model mengajar guru, dan media yang digunakan. Demikian halnya dalam belajar mata pelajaran busana industri. Model mengajar guru merupakan salah satu faktor yang diduga berpengaruh besar terhadap peningkatan hasil

(3)

45 belajar mata pelajaran busana industri. Artinya apabila model mengajar guru baik maka dimungkinkan hasil belajar itu akan berkembang dan meningkat dengan baik pula.

Menurut Sudjana (2005) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Hasil belajar biasanya dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan sampai dimana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang meningkat merupakan salah satu indikator pencapaian tujuan pendidikan yang mana hal itu tidak terlepas dari motivasi siswa maupun kreativitas guru dalam menyajikan suatu materi pelajaran melalui berbagai model untuk dapat mencapai tujuan pengajaran secara maksimal.

Guru kurang maksimal menerapkan model pembelajaran yang tepat dengan waktu dan sarana yang terbatas. Materi disampaikan dengan ceramah, kemudian siswa diberi tugas untuk mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS). Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan LKS yang dapat menutup kelemahan metode ceramah yang hanya berorientasi pada hafalan saja, namun dikhawatirkan ada beberapa siswa yang mencontoh pekerjaan temannya. Akibatnya tingkat pemahaman siswa terhadap konsep materi kurang optimal.

Proses pembelajaran kurang melibatkan keaktifan siswa. Kegiatan pembelajaran berpusat pada guru yang berakibat terjadinya bentuk komunikasi satu arah yaitu dari guru kepada siswa, sehingga siswa sebagai pendengar hanya memperhatikan dan membuat catatan seperlunya, karena itu perlu adanya upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar dengan memvariasikan metode ceramah dengan model pembelajaran berbasis masalah siswa.

Seluruh kegiatan siswa akan terarah jika pembelajaran didorong untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Guna mencapai tujuan-tujuan, Para siswa dihadapkan dengan situasi yang memerlukan pemecahan. Para guru hendaknya mendorong siswa untuk melihat masalah, merumuskannya dan berdaya upaya untuk memecahkannya sejauh taraf kemampuannya. Jika prinsip pemecahan masalah ini diterapkan dalam proses belajar mengajar maka siswa dapat berlatih dan membiasakan diri berfikir secara mandiri. Dengan demikian, pemecahan masalah seyogyanya merupakan strategi belajar mengajar di sekolah-sekolah.

Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa pembelajaran busana industri masih menggunakan model mengajar secara umum, yaitu model tradisional seperti demonstrasi yang menghambat siswa untuk belajar aktif dan kreatif secara optimal. Dalam proses belajar mengajar siswa cenderung pasif, hanya sebagai obyek sehingga pembelajaran tergantung sepenuhnya inisiatif guru sebagai sumber belajar, sehingga hasil desain siswa tidak jauh berbeda dengan yang dicontohkan guru dalam demonstrasi. Guru masih terikat pada pola mengajar klasikal dan belum menggunakan variasi baru dalam model mengajar. Guru kurang memikirkan untuk memakai model pembelajaran yang kreatif, karena membawa konsekuensi pekerjaan yang lebih banyak. Selama ini guru kurang mempertimbangkan apakah bahan pelajaran, cara pembelajaran, disesuaikan dengan motif dan tujuan belajar siswa. Kondisi seperti itu mengakibatkan pembelajaran menjadi

(4)

46

monoton, membuat siswa menjadi tidak termotivasi dan tidak berminat terhadap pembelajaran di kelas.

Sudah menjadi tugas dan tanggung jawab guru agar pembelajaran yang diberikannya berhasil dengan baik dan diminati siswa. Keberhasilan ini banyak tergantung pada usaha guru membangkitkan motivasi belajar muridnya. Selain itu, kreativitas dan inovasi pembelajaran yang dilakukan guru sangat menentukan hasil siswa dalam pembelajaran di kelas. Mengingat kemampuan anak berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, seorang guru harus mampu memanfaatkan keadaan tersebut. Guru harus mampu memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan, minat dan kebutuhan siswa. Materi, model, dan teknik penyampaian harus disesuaikan dengan kondisi kelas dan kebutuhan siswa, tentunya yang relevan dengan tuntutan kurikulum yang berlaku.

Untuk dapat mengajarkan program mata pelajaran busana industri khususnya materi pembuatan busana secara industri secara optimal, diperlukan pendekatan yang bervariasi dan tepat, salah satunya adalah pendekatan kooperatif (berkelompok) atau biasa disebut Cooperative Learning yaitu serangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, sehingga siswa yang kurang kecepatan belajarnya dapat dibantu oleh temannya yang telah mencapai nilai standar yang telah ditentukan. Menurut Rusman (2010) dalam model pembelajaran kooperatif guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi, guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikiran siswa nya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka. Dalam pembelajaran kelompok, diharapkan setiap siswa dapat berpartisipasi aktif, Meskipun hasil akhir adalah pencapaian bersama, namun penilaian akan dilakukan secara individu, dengan demikian setiap siswa diarahkan untuk dapat mengeluarkan ide-ide kreatif dalam pembelajaran pembuatan busana secara industri. Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi Pembuatan busana secara industri dikarenakan siswa kesulitan dalam memahami materi pembuatan busana industri yang sangat banyak meliputi: kompetensi pengetahuan busana industri, pembuatan busana rumah secara industri, pembuatan blus secara industri, pembuatan rok secara industri.

Guru perlu memberikan masalah-masalah yang merangsang untuk berpikir. Rangsangan yang mengena sasaran menyebabkan siswa dapat bereaksi dengan tepat terhadap persoalan yang dihadapinya. Untuk itu diperlukan suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran yaitu pembelajaran berbasis masalah. Nurhadi (2004:109) mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah. Dengan pembelajaran berbasis masalah siswa akan belajar bagaimana menyelesaikan suatu

(5)

47 masalah, menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan pengetahuan itu akan dimanfaatkan.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul : “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Busana Industri materi Pembuatan Busana Secara Industri di Kelas XI-BS-2 SMK Negeri 3 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2019/2020”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Reseacrh). Penelitian ini bersifat kualitatif. Pemilihan metode ini berdasarkan pada tujuan penelitian tindakan kelas yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran secara berkesinambungan yang pada dasarnya melekat pada terlaksananya proses pembelajaran.

Penelitian dilakukan di kelas XI-BS-2 SMK Negeri 3 Banda Aceh yang beralamat: Jalan. Sultan Malikul Saleh. Desa. Lhoeng Raya. Kota. Banda Aceh. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 sampai dengan bulan November 2019. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas Kelas XI-BS-2 SMK Negeri 3 Banda Aceh yang berjumlah 31 orang siswa.

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes hasil belajar siswa. Hasil skor yang peroleh akan dihitung untuk memperoleh nilai masing-masing siswa dengan menggunakan rumus:

Nilai = x100 maksimal skor siswa perolehan skor

Suharsimi Arikunto (2016:34)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)

Berdasarkan hasil pretest dengan memberikan tes hasil belajar pada siswa kelas XI-BS 2 di SMK Negeri 3 Banda Aceh diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas XI-XI-BS 2 SMK Negeri 3 Banda Aceh masih tergolong rendah. Persentase ketuntasan hanya 19,35 persen, sedangkan yang belum tuntas sebesar 80,65 persen, dengan nilai rata rata sebesar 54,03. Oleh karena itu peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dianggap tepat karena termasuk suatu metode pembelajaran berani mengemukakan pendapat, aktif dalam kerjasama kelompok, mencoba menyelesaikanlatihan soal atau lembar kegiatan yang diberikan oleh guru, belajar menggunakan media/ sumber belajar, dan presentasi kelompok (mampu mengkomunikasikan hasil pikiran dan penemuan secara lisan atau penampilan) masih kurang.

(6)

48

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I a. Perencanaan (Planning)

Pada setiap pertemuan guru mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), nama kelompok dan anggotanya, soal-soal kuis, LKS dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Persiapan ini semuanya disesuaikan dengan materi dan permasalahan yang akan disajikan. Langkah-langkah dalam perencanaan pada siklus I adalah:

1. Guru memberikan arahan tentang peraturan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang akan dilaksanakan berkelompok dan mandiri.

2. Guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. 3. Guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok.

4. Guru memonitor dan membimbing siswa melakukan kegiatan diskusi.

5. Setelah kegiatan diskusi selesai, guru mempersilahkan salah satu kelompok maju kedepan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.

6. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.

7. Di akhir pembelajaran guru akan mengadakan penilaian dengan mengadakan soal kuis guna untuk mengukur pengetahuan siswa dengan menggunakan soal yang telah disusun oleh guru dan sesuai dengan rencana pembelajaran.

8. Selanjutnya guru bersama dua orang pengamat melakukan refleksi tentang apa yang telah dilakukan oleh guru maupun siswa dan apa yang dialami ketika proses pembelajaran berlangsung, serta bagaimana dampak dari tindakan yang telah diterapkan guru terhadap suasana belajar dan hasil belajar siswa. Dari hasil refleksi tersebut, guru menyusun langkah-langkah tindakan untuk siklus berikutnya sampai permasalahan dianggap tuntas atau perlu tindakan selanjutnya.

b. Tindakan (Action)

Berdasarkan rencana tindakan dan rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan, maka guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran dan alokasi waktu yang telah ditetapkan.

1. Aktivitas Guru

a. Memberikan arahan tentang peraturan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang akan dilaksanakan berkelompok dan mandiri

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran

c. Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok

d. Memberi izin siswa untuk membaca materi hari ini terlebih dalulu e. Membagi LKS kepada siswa

f. Mengarahkan siswa untuk berdiskusi kelompok untuk mengkaji LKS g. Membimbing siswa dalam mengerjakan LKS

h. Mengarahkan dan menilai presentasi setiap kelompok i. Menyimpulkan pembelajaran

j. Memberikan soal kuis 2. Aktivitas Siswa

(7)

49 b. Membentuk kelompok

c. Mengikuti intruksi guru d. Mengkaji materi

e. Diskusi kelompok untuk mengkaji LKS f. Mengerjakan LKS

g. Presentasi hasil kerja kelompok

h. Menjawab pertanyaan yang telah disediakan guru i. Membuat kesimpulan

j. Siswa mendengarkan hasil kelompok terbaik, dan k. Mengerjakan soal kuis

c. Pengamatan (Observation) Analisis Hasil Belajar Siswa

Analisis hasil belajar siswa pada siklus I berupa soal kuis, nilai hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di kelas XI-BS 2 SMK Negeri 3 Banda Aceh sebagai berikut:

Tabel 2 Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas XI-BS 2 dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

No Nama Siswa Nilai Siklus I Ketuntasan

Belajar

1 Afifah Zahira 75 Tuntas

2 Alifya Tawarni 80 Tuntas

3 Arini Alfa Nur 85 Tuntas

4 Athifah Nasriah 50 Tidak Tuntas

5 Cantika 75 Tuntas

6 Dina Fitriani 75 Tuntas

7 Diva Shafira 55 Tidak Tuntas

8 Fatma Salsabila 80 Tuntas

9 Intan Nuraini 80 Tuntas

10 Lilis Hariyati 50 Tidak Tuntas

11 Marshaniwah 80 Tuntas

12 Nadira Ramadhani 75 Tuntas

13 Najwa Mutia Alrawi 50 Tidak Tuntas

14 Nur Asita Sasabella 80 Tuntas

15 Nurul Aziah 75 Tuntas

16 Nurul Zaidati 50 Tidak Tuntas

17 Putri Masrurah 75 Tuntas

18 Putroe Syakina 50 Tidak Tuntas

19 Rahmatun Ulya 75 Tuntas

20 Raudhatul Intan Rosa 75 Tuntas

21 Risma 75 Tuntas

(8)

50

23 Selvi Wulandari 80 Tuntas

24 Siti Maghfirah 80 Tuntas

25 Siti U Layya 50 Tidak Tuntas

26 Sufia 50 Tidak Tuntas

27 Syifa Rahmatina 55 Tidak Tuntas

28 Tasya Asyifa 80 Tuntas

29 Widya Raiham 55 Tidak Tuntas

30 Ziana Aklima 60 Tidak Tuntas

31 Zanetta Zyllan Zelila 80 Tuntas

Rata-rata 68,87

Tidak tuntas 38,71 %

Tuntas 61,29 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah 68,87. Ketuntasan siswa adalah 61,29 % (19 siswa nilai hasil belajar ≥ 75), dan siswa yang tidak tuntas adalah 38.71 % (12 siswa nilai hasil belajar < 75).

d. Refleksi (tindak lanjut)

Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan pembelajaran oleh 2 orang pengamat, maka diperoleh refleksi sebagai berikut:

1. Hambatan yang masih dialami guru dan siswa.

a. Guru harus dapat mengoptimalkan kegiatan pembelajaran

b. Guru harus dapat memantau siswa pada saat mengerjakan soal kuis karena masih ada siswa yang meminta jawaban pada teman yang lain.

c. Guru harus dapat memantau siswa yang berbicara dan menganggu temannya yang lain.

d. Guru harus dapat memantau siswa untuk bekerja sama dalam mengerjakan LKS. e. Ada beberapa siswa yang masih takut untuk mengeluarkan pendapat sendiri, dan

ada beberapa dari mereka yang takut mendapat pertanyaan dari guru.

f. Terdapat 12 siswa yang belum tuntas secara individual yang harus diberikan tugas rumah berupa soal-soal.

Berdasarkan hambatan tersebut maka perlu ditindak lanjuti pada siklus II, dalam upaya perbaikan dari siklus I. Upaya yang akan dilakukan pada siklus II diantaranya guru harus meningkatkan bimbingan dalam pembentukan kelompok dan invidual, memotivasi siswa agar lebih aktif beraktivitas dalam kelompok.

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II a. Perencanaan (Planning)

Pada setiap pertemuan guru mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), nama kelompok dan anggotanya, soal-soal kuis, LKS dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Persiapan ini

(9)

51 semuanya disesuaikan dengan materi dan permasalahan yang akan disajikan. Langkah-langkah dalam perencanaan pada siklus II adalah :

1. Guru memberikan arahan tentang peraturan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang akan dilaksanakan berkelompok dan mandiri.

2. Guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. 3. Guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok.

4. Guru memonitor dan membimbing siswa melakukan kegiatan diskusi.

5. Setelah kegiatan diskusi selesai, guru mempersilahkan salah satu kelompok maju kedepan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.

6. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.

7. Di akhir pembelajaran guru akan mengadakan penilaian dengan mengadakan soal kuis guna untuk mengukur pengetahuan siswa dengan menggunakan soal yang telah disusun oleh guru dan sesuai dengan rencana pembelajaran.

8. Selanjutnya guru bersama dua orang pengamat melakukan refleksi tentang apa yang telah dilakukan oleh guru maupun siswa dan apa yang dialami ketika proses pembelajaran berlangsung, serta bagaimana dampak dari tindakan yang telah diterapkan guru terhadap suasana belajar dan hasil belajar siswa. Dari hasil refleksi tersebut, guru menyusun langkah-langkah tindakan untuk siklus berikutnya sampai permasalahan dianggap tuntas atau perlu tindakan selanjutnya.

b. Tindakan (Action)

Berdasarkan rencana tindakan dan rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan, maka guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran dan alokasi waktu yang telah ditetapkan.

1. Aktivitas Guru

a. Memberikan arahan tentang peraturan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang akan dilaksanakan berkelompok dan mandiri

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini c. Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok d. Membimbing siswa membentuk kelompok e. Membagi LKS kepada siswa

f. Mengarahkan siswa untuk berdiskusi kelompok untuk mengkaji LKS g. Membimbing siswa dalam mengerjakan LKS

h. Mengarahkan dan menilai presentasi setiap kelompok, i. Menyimpulkan pembelajaran.

j. Memberikan penghargaan kepada kelompok yang berkinerja baik, dan k. Memberikan soal kuis

2. Aktivitas Siswa

a. Mendengar penjelasan dari guru b. Membentuk kelompok

c. Mengikuti intruksi guru d. Mengkaji materi

(10)

52

e. Diskusi kelompok untuk mengkaji LKS f. Mengerjakan LKS

g. Presentasi hasil kerja kelompok

h. Menjawab pertanyaan yang telah disediakan guru i. Membuat kesimpulan,

j. Siswa mendengarkan hasil kelompok terbaik, dan k. Mengerjakan soal kuis

c. Pengamatan (Observation)

Analisis Hasil belajar Siswa Siklus II

Analisis hasil belajar siswa pada siklus II berupa soal kuis, nilai hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di kelas XI-BS 2 SMK Negeri 3 Banda Aceh sebagai berikut:

Tabel 3 Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas XI-BS 2 dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

No Nama Siswa Nilai Siklus II Ketuntasan Belajar

1 Afifah Zahira 90 Tuntas

2 Alifya Tawarni 90 Tuntas

3 Arini Alfa Nur 90 Tuntas

4 Athifah Nasriah 95 Tuntas

5 Cantika 85 Tuntas

6 Dina Fitriani 85 Tuntas

7 Diva Shafira 85 Tuntas

8 Fatma Salsabila 85 Tuntas

9 Intan Nuraini 70 Tidak Tuntas

10 Lilis Hariyati 90 Tuntas

11 Marshaniwah 85 Tuntas

12 Nadira Ramadhani 85 Tuntas

13 Najwa Mutia Alrawi 80 Tuntas

14 Nur Asita Sasabella 85 Tuntas

15 Nurul Aziah 90 Tuntas

16 Nurul Zaidati 90 Tuntas

17 Putri Masrurah 100 Tuntas

18 Putroe Syakina 65 Tidak Tuntas

19 Rahmatun Ulya 80 Tuntas

20 Raudhatul Intan Rosa 85 Tuntas

21 Risma 85 Tuntas

22 Sakila Aqmulia 85 Tuntas

23 Selvi Wulandari 90 Tuntas

24 Siti Maghfirah 95 Tuntas

25 Siti U Layya 90 Tuntas

(11)

53

27 Syifa Rahmatina 90 Tuntas

28 Tasya Asyifa 90 Tuntas

29 Widya Raiham 95 Tuntas

30 Ziana Aklima 90 Tuntas

31 Zanetta Zyllan Zelila 90 Tuntas

Rata-rata 87,10

Tidak tuntas 6,67 %

Tuntas 93,55 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah 87,10. Ketuntasan siswa adalah 93,55 % (29 siswa nilai hasil belajar ≥ 75), dan siswa yang tidak tuntas adalah 6,47 % (2 siswa nilai hasil belajar < 75).

d. Refleksi (tindak lanjut)

Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan pembelajaran oleh 2 orang pengamat, maka diperoleh refleksi sebagai berikut:

1. Keberhasilan yang telah dicapai guru dan siswa

a. Guru cukup berhasil membimbing siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). b. Guru dapat membimbing siswa dengan intensif, sehingga berpengaruh terhadap

hasil ketuntasan individu secara keseluruhan yang dicapai siswa yaitu 93,55 %. c. Guru sudah mampu memantau kerja siswa, mulai pada saat mengerjakan kerja

dalam kelompok, hingga memberikan soal kuis, dan siswa sangat antusias dalam belajar.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar belajar siswa pada materi pembuatan busana secara industri di kelas XI-BS 2 SMK Negeri 3 Banda Aceh.

2. Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah 68,87. Ketuntasan siswa adalah 61,29 % (19 siswa nilai hasil belajar ≥ 75), dan siswa yang tidak tuntas adalah 38,71 % (12 siswa nilai hasil belajar < 75). Pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah 87,10. Ketuntasan siswa adalah 93,55 % (29 siswa nilai hasil belajar ≥ 75), dan siswa yang tidak tuntas adalah 6,45 % (2 siswa nilai hasil belajar < 75).

(12)

54

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1990. PP Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah.

Arikunto, Suharsimi. 2016. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Depdiknas. 2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang sistem pendidikan nasional.

Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia. 2015. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 305 Tahun 2015 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Indistri Jadi Bidang Produksi Pakaian Jadi Massal.

Musfiqon. 2012. Pengembangan Media & Sumber Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakatra :Grasindo. Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sudjana, N. 2005. Dasar-Dasar Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Gambar

Tabel 2 Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas XI-BS 2 dengan Menggunakan Model      Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Tabel  di  atas  menunjukkan  bahwa  nilai  rata-rata  hasil  belajar  siswa  dengan  model  pembelajaran  Problem  Based  Learning  (PBL)  adalah    68,87
Tabel 3  Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas XI-BS 2 dengan Menggunakan Model   Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Tabel  di  atas  menunjukkan  bahwa  nilai  rata-rata  hasil  belajar  siswa  dengan  model  pembelajaran  Problem  Based  Learning  (PBL)    adalah    87,10

Referensi

Dokumen terkait

Ide marxisme dalam ideologi komunisme mencoba menghapus peran agama dalam kehidupan politik negara dengan cara tidak memperhatikan agama dari masing – masing individu,

adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di masa produksi kopra yang begitu massif, kelapa menjadi komoditi yang disembah bagi masyarakat Selayar dan memiliki makna

Imagine you’re working with a terabyte-scale dataset and you have a MapReduce application you want to test with that dataset. Running your MapReduce application against the

Untuk mendeklarasikan label dalam program Anda, cukup ketik nama dan menambahkan &#34;:&#34; sampai akhir, label dapat kombinasi karakter apapun tetapi tidak

Proses dasar produksi tanaman adalah fotosintesis merupakan konversi bahan baku atau input produksi dengan bantuan energi radiasi matahari yang

Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat

Sehubungan dengan penyelenggaraan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Kementerian Agama Tahun 2017, bersama ini kami mengundang Bapak/Ibu guru untuk mengikuti