• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PRAKARYA KELAS IX-1 SMP NEGERI 3 TEBING TINGGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PRAKARYA KELAS IX-1 SMP NEGERI 3 TEBING TINGGI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Rohimah S.

Surel : Rohimahspdsmp3@gmail.com

ABSTRACT

Theaim of this research is to increaselearning outcomeon application of

craftthroughbased project learningmethod. This classroom action

researchconducted by 2 cycles of the four phases: planning, implementation, observation, reflection. The subjects were students from class IX-1 Junior High School State 3 Tebing Tinggi which amounted to 37 students. This study used a qualitative descriptive analysis technique. The results showed that the use of project-based-learning method can improve student learning outcomeon application of craftprocessing aspect which characterized by increased mastery learning students, namely pre-cycle (72,97%), the first cycle (83,787%), cycle II (91,18 %) and complete learn the clasical equal to 91,18 %.

Key Words : Project-Based-Learning, Craft ,Processing

PENDAHULUAN

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa dan karakter.Sedangkan jika merujuk pada sumber resmi Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1989 tentang Sistem pendidikan Nasional, yang dimaksud pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Sekolah

Menengah Pertama (SMP)

merupakan jenjang pendidikan formal yang bertujuan meningkatkan

kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan menyiapkan siswa menuju ke jenjang pendidikan lebih lanjut. Sekolah Menengah Pertama (SMP) memberikan bekal kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor untuk mempersiapkan peserta didik menjadi lebih berkompetensi.Mata pelajaran keterampilan mempunyai

fungsi mengembangkan

pengetahuan, keterampilan, kreatifitas, dan sikap dalam berkarya. Pembelajaran keterampilan berorientasi pada pembuatan hasil karya yang ditunjang oleh

pengetahuan, sikap, dan

keterampilan.

Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat

(2)

dengan perkembangannya. Berkembangnya dunia pendidikan saat ini, merupakan tantangan bagi setiap tenaga pendidik seperti guru serta dosen. Dalam kesuluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Menurut Sanjaya (2009 : 112), belajar adalah proses mental yang terjadi di dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa itu sendiri, yang mana dalam hal ini guru memiliki peranan yang sangat penting dalam proses belajar.

Mata pelajaran prakarya terdiri dari empat pilihan yaitu, pertama kerajinan tangan, kedua rekayasa, ketiga budidaya dan keempat pengolahan. Dari keempat pilihan mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan, sekolah harus memilih salah satunya sesuai dengan keadaan situasi sekolah. Di SMP Negeri 3 Tebing Tinggi pada mata pelajaran prakarya dipilih pengolahan karena sesuai dengan situasi sekolah dan banyaknya minat siswa dalam mata pelajaran tersebut dan juga Pangan yang kita makan banyak sekali ragamnya dan bentuk pengolahannya. Setiap daerah Nusantara memiliki produk olahan makanan dan minuman khas. Oleh karenanya, berkembanglah alat penunjang aktivitas manusia yang diciptakan untuk mengolah makanan.

Dari hasil observasi awal di kelas IX-1 SMP Negeri 3 Tebing Tinggi pada bidang studi mata pelajaran Prakarya (aspek pengolahan) yang dilakukan peneliti menemukan bahwa siswa mengalami hambatan dalam mempelajari Prakarya (aspek pengolahan). Setelah dilakukan observasi, hasil belajar siswa kelas IX-1 masih banyak yang belum mencapai KKM (27,02 % belum tuntas belajar). Peneliti berasumsi bahwa siswa yang hasil belajarnya masih belum tuntas tersebut dapat ditingkatkan dengan menerapkan metode pembelajaran yang menarik dalam proses pembelajaran yang menggantikan metode pembelajaran sebelumnya berupa metode pembelajaran kontekstual sehingga dapat meningkat hasil belajar siswa dan tuntas sesuai KKM Prakarya dan Kewirausahaan untuk kelas IX yang ada, yaitu 70 dan persentase ketuntasan belajar 80%.

Untuk menanggulangi hal tersebut diperlukan suatu metode yang dapatmemberikan keterampilan dan pengalaman nyata terhadap suatu materi yang diberikan, sehingga siswa akan lebih memahami apa yang sebenarnya ia pelajari.Sebagai solusi alternatif yang dianggap paling efektif dan efisien adalah menerapkan metode project based learning pembelajaran prakarya. Project-based learning adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang

(3)

kompleks (Cord, 2001). Metode project-based learning merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan paham pembelajaran konstruktivis yang menuntut peserta didik menyusun sendiri pengetahuannya (Doppelt, 2003). Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Thomas dalam

Made Wena (2013: 144)

Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan (problem) yang sangat menantang, dan menuntut siswa merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri.

Model project-based learning lebih menekankan pada kegiatan belajar yang relatif berdurasi panjang, holistik-interdisipliner, perpusat pada pebelajar, dan terintegrasi dengan praktik dan isu-isu dunia nyata. Dalam project-based learning mahasiswa belajar dalam situasi problem yang nyata, yang dapat melahirkan pengetahuan yang bersifat permanen dan mengorganisir proyek-proyek dalam pembelajaran (Thomas, 2000).

Peneliti memilih metode ini karena siswa dapat terlibat secara aktif dalam kegiatan proses pembelajaran. Pembelajaran Berbasis

Proyek memiliki potensi amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik untuk pebelajar. Pembelajaran Berbasis proyek, guru atau instruktur tidak lebih aktif dan melatih secara langsung, akan tetapi instruktur menjadi pendamping, fasilitator, dan memahami pikiran pebelajar. Proyek belajar dapat disiapkan dalam kolaborasi dengan instruktur tunggal atau instruktur ganda, sedangkan pebelajar belajar di dalam kelompok kolaboratif antara 4-5 orang.

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “ Apakah dengan

menggunakan pembelajaran

metodeproject based learning meningkatkan hasil belajar prakarya kelas IX-1SMP Negeri 3 Tebing Tinggi?”

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar prakarya siswa kelas IX-1SMP Negeri 3Tebing Tinggi tahun pembelajaran 2015/2016melalui metode project based learning.

METODE PENELITIAN

Peneliti mengambil lokasi penelitian tindakan kelas IX-1 SMP Negeri 3 Tebing Tinggi. Penelitian ini mengenai implementasi metode pembelajaran project based learninguntuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX-1 SMPN3 Tebing Tinggi. Subyek penelitian adalah siswa kelas IX-1 SMP Negeri3 Tebing Tinggi dengan jumlah siswa sebanyak 37 orang

(4)

dengan 18 orang laki-laki dan 19orang perempuan. Sumber data yang digunakan adalah siswa dan teman sejawat. Pada Penelitian tindakan kelas data yang dikumpulkan dapat berbentuk kuantitatif maupun kualitatif.Data kuantitatif yang berupa nilai dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif yaiu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I danII yaitu nilai dari hasil ulangan harian siswa kelas IX-1 SMP Negeri 3Tebing Tinggi pada siklus I dan II.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Classroom Action Research atau penelitian tindakan kelas.. Model penelitian tindakan kelas yang digunakan peneliti adalah sistem spiral refleksi diri yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart yang dimulai dengan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.Masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan yaitu sebagai berikut:

Pada tahapan ini dilakukan berbagai persiapan dan perencanaan tindakan. Tahapan persiapan dilakukan dengan konsultasi guru mata pelajaran Prakarya Aspek Pengolahan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan selama penelitian. Tahap selanjutnya peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode project based learning. Selanjutnya peneliti menyiapkan materi yang akan disampaikan selamasiklus I dan II. Tahap selanjutnya peneliti

melakukan tes dengan instrumen tes berupa soal pilihan ganda pre test dan post test sejumlah 20 butir soal dan lembar observasi untuk mengamati proses pelaksanaan tindakan.

Siklus I

Guru melakukan

pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan panduan perencanaan yang telah dibuat. Siklus I dilakukan pada tanggal 18November 2013. Selanjutnya guru menjelaskan materi pengolahan sumber pangan nabati

metode project based

learningdengan membagi siswa dalam 7 kelompok. Setiap kelompok diberi tugas untuk membuat atau mengolah sumber pangan nabati kemudian bisa maju ke depan untuk mempresentasikan hasil yang didapatkan. Setiap kelompok membuat olahan yang berbeda-beda. Setelah semua kelompok maju untuk mempresentasikan hasil dari olahannya, guru memberikan apresiasi kepada kelompok yang berhasil dan kreatif. Pada akhir pembelajaran guru mengarahkan siswa untuk mengerjakan

soal post test siklus I sebagai tolak ukur pemahaman siswa terhadap materi.

Siklus II

Pelaksanaan program

tindakan II yaitu mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I. Guru melakukan pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan panduan perencanaan

(5)

yang telah dibuat. Siklus II dilakukan pada tanggal 2Desember 2015. Materi yang dibahas pada siklus ini adalah pengolahan pangan buah dan sayur. Secara keseluruhan kegiatan pada siklus II hampir sama dengan siklus I hanya saja untuk materi yang diberikan sedikit berbeda dan kekurangan pada siklus I diperbaiki pada siklus II.

Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Observasi itu berorientasi ke masa yang akan datang, memberikan dasar pada refleksi sekarang, lebih-lebih lagi ketika putaran sekarang ini berjalan. Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciriyang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner yang selalu berkomunikasi dengan orang lain sedangkan observasi tidak terbatas pada orang tetai juga objek-objek alam lainnya (Sugiyono, 2009: 203). Lembar observasi digunakan sebagai alat untuk melakukan kegiatan pengamatan terhadap

aktivitas selama proses

pembelajaran.

Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. Refleksi dilakukan setelah kegiatan pembelajaran dan evaluasi berlangsung. Kegiatan pada tahap refleksi meliputi kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan berdasarkan

hasil observasi setiap siklus.

menemukan kelebihan dan

kelemahan tindakan perbaikan pembelajaran. Hasil analisis data yang dilaksanakan pada tahap ini

akan dipergunakan untuk

menemukan kelebihan dan

kelemahan diri dalam merancang dan melakukan tindakan sebagai acuan.

Metode pengumpulan data penelitian ini adalah tertulis dan observasi. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila siswa telah memperoleh nilai ketuntasan secara klasikal minimal 85% dari jumlah siswa dengan rumus sebagai berikut :

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Kondisi awal siswa diketahui dengan memberikan tes kemampuan awal yang bertujuan untuk mengukur seberapa besar kemampuan yang dimiliki siswa dalam memahami materi yang akan disampaikan guru. Kemampuan siswa pada pra siklus dalam memahami materi pelajaran agak sulit. Sebelum dilakukan metode project based learningpada saat pembelajaran, siswa yang aktif cenderung sedikit sedangkan lebih banyak didominasi oleh siswa yang kurang aktif, sehingga dari sana akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Adapun ciri-ciri yang menyebabkan aktivitas belajar siswa rendah yaitu dapat dilihat dari kurangnya minat siswa untuk

Persentase Ketuntasan klasikal = Jumlah siswa yang tuntas x 100 % Jumlah siswa yang mengikuti tes

(6)

mengancungkan tangan dalam menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru, selain itu siswa kurang aktif untuk bertanya dalam proses pembelajaran, sehingga dari hal tersebut akan berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar siswa khususnya pada pelajaran bahasa Indonesia

Hasil penelitian tindakan

kelas menunjukkan bahwa

pengamatan yang dilakukan oleh mitra kolaborasi dan peneliti pada aktivitas guru dan siswa melalui penerapan metode project based learningpada mata pelajaran prakarya kelas IX-1 SMP Negeri 3 Tebing Tinggi dapat dilihat pada Tabel di bawah ini yaitu sebagai berikut :

Tabel Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan II

Peningkatan Hasil Belajar Keterangan Pra Siklus Siklus I Siklus II

27 31 34 Jumlah Siswa Lulus

68,5 77,8 82,4 Persentase Aktivitas Siswa (%) 68,7 70,5 72,5 Nilai Rata-Rata 72,97 83,78 91,18 Persentase Ketuntasan Belajar (%) Berdasarkan pengamatan peneliti dari tindakan pra siklus, siklus I dan II terjadi peningkatan hasil belajar pada jumlah siswa dan persen ketuntasan belajar secara klasikal. Persentase ketuntasan belajar dapat ditingkatkan setelah diberikan tindakan pada siklus I, yaitu meningkat menjadi 83,78% dari 72,97 % sebelum dilakukannya

siklus I. Berarti terjadi peningkatan sebesar 10,81 %, dimana data pengamatan dilakukan dengan mencermati aktivitas siswa selama pelajaran berlangsung. Karena peneliti bertindak sebagai guru maka pengamatan dilakukan dengan lembar observasi khusus yang memudahkan dalam pencatatan data.

Hasil ulangan siswa pada pelajaran prakarya di kelas IX-1masih belum dikatakan tuntas, yaitu memperoleh rata-rata 70,5 dan sudah memenuhi Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) yang harus dicapai. Dari 37 orang siswa yang mengikuti ujian pada pelajaran prakarya hanya31 orang siswa atau 83,78% yang berhasil mendapatkan nilai di atas nilai 70, sedangkan 8 siswa atau 16,22% mendapat nilai di bawah nilai 70.Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya sebesar 83,78 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.

Proses pembelajaran siklus I belum optimal karena terdapat beberapa kekurangan. Pada penyampaian materi kurang efektif karena masih terdapat siswa yang asik sendiri dan ngobrol dengan teman sekelompoknya. Guru harus memberikan umpan kepada siswa agar siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru kepada siswa. Kendala yang dihadapi berupa kelas menjadi sedikit ramai sehingga jika tidak dikendalikan akan mengganggu pelajaran di kelas

(7)

lain. Dalam hal sikap siswa pada saat mengikuti pembelajaran sudah cukup baik namun masih ada beberapa siswa yang kurang fokus pada saat pemberian materi ajar dan saat praktikum ada beberapa siswa yang kurang aktif, terutama para siswa laki-laki. Sedangkan hasil belajar siswa pada siklus I masih belum mencapai ketuntasan klasikal yang ditentukan.

Meskipun demikian, terjadi peingkatan hasil belajar siswa dari pra siklus ke siklus I walaupun hasilnya belum sesuai dengan indikator keberhasilan. Hal ini membuktikan bahwa dengan penerapan metode project based learningdapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX-1 SMP N 3 Tebing Tinggi. Nilai yang masih rendah disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan metode project based learningdan siswa perlu beradaptasi dengan metode tersebut. Hasil tersebut menggambarkan perlu adanyasuatu tahapan selanjutnya untuk memperbaiki hasil belajar agar target yang diharapkan dapat tercapai.

Penerapan metode project

based learning dengan

mempraktikkan aspek pengolahan sumber pangan nabati pada siklus I telah meningkat dibandingkan pra siklus.Project based learning memuat tugas-tugas yang kompleks menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan investigasi serta memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri.

Hal ini sesuai dengan pendapat Made Wena (2013 : 144), kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan (problem) yang sangat menantang, dan menuntut siswa merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri.

Dari hasil refleksi tersebut, peneliti dipandang perlu melanjutkan ke siklus II untuk memperbaiki hasil yang diperoleh pada siklus I. Pada Tabel 1, metode pembelajaran project based learning pada siklus II diperoleh nilai rata-rata ulangan harian siswa adalah 74,52 dan ketuntasan belajar mencapai 91,42 % atau ada 34 siswa dari 37 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus kedua secara klasikal sudah tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 sebesar 91,42 % sudah memenuhi kriteria dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Oleh karena itu dilanjutkan penelitian siklus kedua untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Pembahasan

Pada siklus II yang merupakan perbaikandari tindakan pada siklus I, memberikan hasil peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan. Hal ini terlihat dari perbandingan hasil belajar siswa sebelumpemberian tindakan dengan setelah pemberian tindakan pada siklus I dan siklus II.Dari rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus II maka hasil belajar

(8)

tersebut masuk dalam kategori tinggi (72,5). Untuk ketuntasan klasikal yang diperoleh yaitu 91,42% sehingga hasil belajar yang diinginkan dapat dikatakan tercapai.

Kenyataan ini menunjukan bahwa hasil penelitian telah melampaui target yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh (1) penerapan model project based learning dapat dilaksanakan secara efektif, (2) suasana pembelajaran yang kondusif, (3) pembelajaran berorientasi pada siswa, dan (4) keantusiasan dan keaktifan siswa sudah menunjukan peningkatan. Siswa dapat memahami konsep-konsep materi pembelajaran dengan baik karena siswa terlibat aktif pada saat proses kegiatan belajar. Siswa mencari tahu hal-hal penting mengenai materi melalui berpikir, bertukar pikiran dengan teman pasangannya serta mempresentasikan hasil diskusinya. Hasil belajar siswa ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang telah disampaikan.

Penerapan metode project based learning fokus pembelajaran terletak pada konsep-konsep dan prinsipprinsip inti dari suatu disiplin studi, melibatkan pebelajardalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan pebelajar bekerja secara otonom mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri dan mencapai puncaknya menghasilkan produk nyata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cord (2001) yaitu

project-based learning adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks.

Hasil penelitian yang telah dilakukan sejalan dengan pendapat

Dewa, dkk. (2015) yang

menyimpulkan bahwa Penerapan model project based learning dapat meningkatkan hasil belajar bidangstudi prakarya dan kewirausahaan pada siswa kelas X MIA 3 SMA Negeri 2 Singaraja. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan hasil belajar pada 3 ranah yaitu pada ranah afektif siswa siklus I ratarata klasikalnya sebesar 64,9 dengan ketuntasan klasikal sebesar 42,10% menjadi rata-rata klasikalnya 75,4 dengan ketuntasan klasikal 86,85% pada siklus II.

Selain itu peran guru juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Guru berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan mendukung bagi terciptanya pembelajaran yang bermakna. Siswa (peserta didik) harus mengalami dan berinteraksi langsung dengan obyek yang nyata. Jadi belajar harus dialihkan yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusatpada siswa. Sekolah merupakan sebuah miniature dari

masyarakat dalam proses

pembelajaran harus terjadi saling kerja sama dan interaksi antar komponen. Pendidikan modern lebih menitik beratkan pada aktifitas yang sejati, di mana siswa belajar dengan

(9)

mengalaminya sendiri pengetahuan yang dia pelajari.

Dari hasil tes ini dapat dilihat bahwa hasil belajar dengan menggunakan metode pembelajaran project based learning telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa mengenai materi pelajaran prakarya aspek pengolahan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan sehingga tidak perlu lagi dilanjutkan pada siklus berikutnya dan dikatakan berhasil.

Gambaran peningkatan ketuntasan belajar yang diperoleh setelah melakukan penelitian dengan menggunakan metode project based learningterlihat pada diagram berikut:

Diagram Peningkatan Hasil Belajar

Dilihat dari diargam diatas terjadi peningkatan persentase yang signifikan pada setiap ranah penilaian. Dimana setiap ranah penilaian sudah mencapai target yang sudah ditentukan yaitu ketuntasan belajar individual dengan ketercapaian KKM 72,5 untuk ranah kognitif dan psikomotor dan KKM

75 untuk ranah afektif dan ketuntasan klasikal di atas 85% untuk semua ranah. ketuntasan klasikal total semua ranah dapat mencapai di atas 85%. Disamping mencapai peningkatan hasil belajar, proses pembelajaran di dalam kelas pun menjadi lebih kondusif setelah diterapkannya model pembelajaran berbasis proyek ini, siswa menjadi lebih aktif dalam menunjang proses

pembelajaran, sehingga

pembelajaran pun menjadi lebih nyaman.

SIMPULAN

Dari hasil temuan penelitian tentang hasil belajar siswa dengan metode project based learning mata pelajaran prakarya aspek pengolahan di kelas IX-1 SMP Negeri 3Tebing Tinggi berdampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa pada pra siklus (72,97%), siklus I (83,78 %), siklus II (91,18 %).

DAFTAR RUJUKAN

Cord, 2001. Contextual Learning

Resource. (Online)

http://www.cord.org. Diakses : 3 Oktober 2015.

Dewa, Manggala Putra, I Gede Nurhayata, I Nyoman Pasek. 2015. Penerapan Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan Siswa Kelas X MIA3 di SMA Negeri 2 Ketuntasan

Belajar (%) Aktivitas Siswa (%)

(10)

Singaraja Semester II Tahun Ajaran 2014/2015. E-Journal: JPTE Vol. (2) :1.

Doppelt, Y. 2003. Implementation and assessment of project-basd learning in flexible environment. Instructional Journal of Technology and Design Education. Volume 13 Page 255-272.

Made, Wena. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT Bumi Aksara

Malasari, T. (2015). Penerapan Model Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah. School Education Journal, 4(1), 19-31.

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorietasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Thomas, J. W. 2000. A review of

research on project-based learning. Retrieved 18 July

2005 from

http://www.autodesk.com/foun dation.

Gambar

Tabel Peningkatan Hasil Belajar  Siswa Pra Siklus, Siklus I dan II
Diagram Peningkatan Hasil Belajar

Referensi

Dokumen terkait

(Kalau saya nggak ada masalah karena saya terbiasa udah pakai plus syllabus. Jadi pengembangan silabus gitu …jadi yang ada di silabus itu adalah standar minimal.

Dengan proses tersebut program kegiatan yang telah ditetapkan pengasuh seperti Thaffudz AlQuran, Mudzakarotut Tafsir, Tadarus AlQuran bersama dan Ta‟limul Quran

285 yang mengandung unsur hara dalam pori-porinya sehingga frekuensi pemupukan dapat dikurangi, daya serap air tinggi, mengandung unsur hara dari alam yang diperlukan

Penelitian ini dilakukan di perumahan Dusun Parimono Desa PlandiKecamatan Jombang Kabupaten Jombang dan pengujian bakteri Escherichia coli pada air PDAM siap minum

Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi adalah surat ijin usaha yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah bagi perusahaan Jasa Konstruksi untuk dapat melaksanakan kegiatan di bidang usaha

Oleh karena itu mengingat manfaat dan isinya yang sangat penting dan berharga bagi masyarakat, koleksi langka perlu perawatan dan penanganan yang baik sehingga masyarakat

Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu hanya memfokuskan pada penerapan metode kauny quantum memory kelas VII dalam menghafal Al-Qur’an serta

The independent variables (reaction time and the weight ratio of catalyst/oil) were optimized to obtain the optimum biodiesel (fatty acid methyl ester) yield.. The results of