• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN... HALAMAN SAMPUL DALAM... HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM... HALAM PERSETUJUAN PEMBIMBING...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN... HALAMAN SAMPUL DALAM... HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM... HALAM PERSETUJUAN PEMBIMBING..."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN ... i

HALAMAN SAMPUL DALAM ... ii

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ... iii

HALAM PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

HALAMAN KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... viii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 7

1.4 Orisinalitas ... 8 1.5 Tujuan Penelitian ... 10 1.5.1 Tujuan Umum ... 10 1.5.2 Tujuan Khusus ... 10 1.6 Manfaat Penelitian ... 11 1.6.1 Manfaat Teoritis... 11

(2)

1.6.2 Manfaat Praktis ... 11

1.7 Landasan Teori ... 12

1.8 Metode Penelitian... 16

1.8.1 Jenis Penelitian ... 17

1.8.2 Jenis Pendekatan ... 18

1.8.3 Sumber Bahan Hukum ... 19

1.8.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ... 20

1.8.5 Teknik Analisis Bahan Hukum ... 20

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK INDONESIA DAN UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) 2.1 Bank Indonesia ... 21

2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Bank Indonesia ... 21

2.1.2 Status dan Kedudukan Hukum Bank Indonesia ... 22

2.1.3 Tujuan dan Tugas Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral ... 26

2.1.4 Kewenangan Bank Indonesia dalam Pengembangan Uang Elektronik (electronic money)... 30

2.2 Uang Elektronik (Electronic Money) ... 32

2.2.1 Pengertian Uang Elektronik (Electronic Money) dan Pengaturannya ... 32

2.2.2 Jenis dan Manfaat Uang Elektronik (Electronic Money) ... 35

(3)

2.2.3 Para Pihak dalam Transaksi Uang Elektronik

(Electronic Money) ... 37 2.2.4 Perbedaan Uang Elektronik dengan Alat

Pembayaran Mengunakan Kartu... 38 BAB III IMPLEMENTASI PENGUNAAN UANG ELEKTRONIK

(ELECTRONIC MONEY) SEBAGAI ALAT

PEMBAYARAN NON TUNAI

3.1 Ketentuan Hukum Penyelenggaraan Uang Elektronik

(Electronic Money)... 41 3.1.1 Dasar Hukum Terkait Pengunaan Uang Elektronik

(Electronic Money) ... 41 3.1.2 Persyaratan dan Tata Cara Memperoleh Izin

Sebagai Penerbit Uang Elektronik (Electronic

Money) ……… ... 44 3.1.3 Proses Transaksi Uang Elektronik (Electronic

Money)………

….. ... 47 3.2 Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Electronic

Money Sebagai Alat Pembayaran Non Tunai ... 51

3.2.1 Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Uang

Elektronik (Electronic Money) ... 51 3.2.2 Larangan – larangan Bagi Penerbit Uang

(4)

3.2.3 Hak dan Kewajiban Pengguna Uang Elektronik

(Electronic Money) ... 56

BAB IV TANGGUNG JAWAB PENERBIT TERHADAP

KERUGIAN YANG DIALAMI PENGGUNA UANG ELKTRONIK (ELECTRONIC MONEY)

4.1 Tanggung Jawab Penerbit Terhadap Kerugian yang Dialami Pengguna Uang Elektronik (Electronik

Money)……… ... 59 4.2 Pengawasan Penyelenggaraan Uang Elektronik

(Electronic Money)... 60 4.3 Bentuk Penyalahgunaan Uang Elektronik (Electronic

Money)... 64 4.4 Upaya Hukum Bagi Pengguna Uang Elektronik

(Electronic Money)... . 65 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 72 5.2 Saran ... 73 DAFTAR BACAAN RINGKASAN SKRIPSI LAMPIRAN- LAMPIRAN

(5)

ABSTRAK

Latar belakang dalam penulisan ini adalah penggunaan uang elektronik sebagai salah satu alat pembayaran non tunai yang dapat mempermudah dalam bertransaksi terkadang dapat menimbulkan kerugian bagi penggunanya apabila uang elektronik tersebut hilang atau dicuri. Uang yang tersimpan di dalam uang elektronik tersebut dapat dimanfaatkan oleh orang lain karena dalam penggunaannya tidak perlumemasukkan PIN (Personal Identification Number). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum empiris.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara dan teknik studi dokumen dilakukan atas bahan-bahan hukum yang relevan. Simpulan dari penulisan ini adalah Pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/8/PBI/2014 tentang uang elektronik terkait perlindungan hukum bagi pengunanya sebagai alat pembayaran non tunai di Kota Denpasar belum berjalan secara maksimal, meskipun dalam penggunaannya uang elektronik memberikan banyak manfaat dan dapat mempermudah dalam transaksi selain itu bank atau lembaga selain bank tidak bertanggung jawab atas kehilangan uang elektroniktersebut.

(6)

ABSTRACT

The background behind the writing of this paper is the use of electronic money as one of the non-cash payment instruments that can facilitate in the transaction. However, this method of transaction can sometimes cause harm to users if the electronic money is lost or stolen. Money stored in the electronic money can be used by others for the user does not need to enter a PIN (Personal Identification Number). The method used in this research is the empirical legal research methods. Data collection techniques used in this research is interview and document studies conducted on relevantlaw materials. The conclusion of this paper is that the implementation of Bank Indonesia Regulation Number 16/8 / PBI / 2014 on electronic money related to the legal protection of the user as a means of non-cash payments in Denpasar has not run optimally, although the use of electronic money offers many benefits and to facilitate the transaction.However, the bank or non-bank institution is not responsible for the loss of the electronic money.

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945. Pembangunan nasional Indonesia dititik beratkan pada bidang ekonomi.

Lembaga Perbankan sangat besar peranannya dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional. Perbankan adalah sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melakukann kegiatan usahanya.1 Perbankan di Indonesia juga memiliki fungsi yang diarahkan sebagai agen pembangunan (agent of development), yaitu sebagai lembaga yang bertujuan guna mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.2

1 Malayu Hasibuan, 2005 , Dasar- dasar Perbankan, PT Bumi Aksara, Jakarta, h.1. 2 Muhamad Djumhana, 2006, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,

(8)

2

Misi atau tugas yang diberikan oleh pemerintah kepada lembaga perbankan dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 sebagaimana telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan pasal 4, yang berbunyi sebagai berikut :

“Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”.

Seiring dengan kemajuan zaman maka berkembang pula sistem teknologi dan informasi didalam masyarakat, hal ini semakin mempermudah manusia dalam aktifitas kehidupan sehari-harinya. Menurut Soerjono Soekanto kemajuan dibidang teknologi akan berjalan bersamaan dengan munculnya perubahan-perubahan dibidang kemasyarakatan. Perubahan-perubahan di dalam masyarakat dapat mengenai nilai sosial, kaidah-kaidah sosial, pola-pola perilaku, organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang,interaksi sosial, dan lain sebagainya.3

Dengan adanya perkembangan teknologi saat ini mendorong bank sebagai pendukung utama pembangunan nasional untuk mengembangkan layanannya baik kepada nasabah maupun masyarakat. Perkembangan teknlogi dan informasi juga telah memberi dampak ke berbagai bidang, tak terkecuali bidang sistem pembayaran, khususnya sistem pembayaran non tunai.

Secara historis sebelum ada mata uang sebagai alat pembayaran transaksi jual beli dikenal istilah barter. Pertukaran barter dilaksanakan jika ada pihak yang saling

(9)

3

membutuhkan barang-barang, pihak pertama harus mempunyai barang atau jasa yang dibutuhkan oleh pihak kedua sedangkan pihak kedua juga harus mempunyai barang yang dibutuhkan oleh pihak pertama.

Perkembangan teknologi telah membawa suatu perubahan kebutuhan masyarakat atas suatu alat pembayaran yang dapat memenuhi kecepatan, ketepatan, dan keamanan dalam setiap transaksi pembayaran. Alat/ instrument pembayaran yang selama ini dikenal adalah uang, kartu debit, kartu kredit, cek, giro serta alat pembayaran elektronik seperti internet banking, transfer kredit melalui kliring dan alat pembayaran terbaru adalah uang elektronik (electronic money).

Uang merupakan sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau sebagai alat untuk melakukan pembelian barang dan jasa4. Seiring dengan perkembangannya alat pembayaran di Indonesia mengalami perubahan yang sangat pesat. Inovasi pada alat pembayaran elektronik dengan menggunakan kartu telah berkembang menjadi bentuk yang lebih praktis. Begitupun dengan transaksi menggunakan uang elektronik. Walaupun memuat karakteristik yang sedikit berbeda dengan alat pembayaran lainnya seperti kartu kredit dan kartu ATM/ Debet, namun penggunaan uang elektronik ini tetap sama dengan kredit dan kartu ATM/ Debet yaitu ditujukan untuk pembayaran.

Sesuai amanat Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah dirubah dengan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2004, Bank Indonesia sebagai bank sentral memiliki tujuan utama, yaitu mencapai dan memelihara

(10)

4

kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia memiliki tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank.

Dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia disebutkan bahwa dalam rangka mengatur dan menjaga sistem pembayaran sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8 huruf b, Bank Indonesia berwenang :

1. Melaksanakan dan memberi persetujuan dan izin atas penyelenggaraan sistem pembayaran;

2. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan tentang kegiatannya;

3. Menetapkan penggunaan alat pembayaran.

Bank Indonesia saat ini berupaya meningkatkan penggunaan alat pembayaran non tunai melaui penggembangan uang elektronik (electronic money). Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia ( PBI ) Nomor 16/8/PBI/2014 tentang uang elektronik (electronic money) dijelaskan bahwa uang elektronik (electronic money) adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :

a. Diterbitkan atas dasar nilai mata uang yang disetor terlebih dahulu kepada penerbit; b. Nilai uang yang disimpan secara elektronik dalam suatu server atau chip;

c. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit uag elektronik tersebut;

d. Nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.

(11)

5

Secara sederhana uang elektronik di definisikan sebagai alat pembayaran dalam bentuk elektronik dimana nilai uangnya disimpan dalam media berupa kartu. Pengguna hanya menyetorkan uangnya terlebih dahulu kepada penerbit dan disimpan dalam media elektronik sebelum menggunakannya untuk kepentingan bertransaksi. Ketika digunakan, nilai uang elektronik yang tersimpan dalam media elektronik akan berkurang sebesar nilai transaksi dan setelah itu pengguna dapat mengisi kembali saldo di dalam kartu tersebut (top-up). Media elektronik untuk menyimpan nilai uang elektronik berupa chip dan server. Penggunaan uang elektronik ini sebagai alat pembayaran yang inovatif dan praktis diharapkan dapat membantu kelancaran pembayaran, sehingga perkembangannya dapat membantu kelancaran transaksi di jalan tol, dibidang transportasi seperti kereta api maupun angkutan umum lainnya atau transaksi di minimarket, food court, atau parkir.

Dengan adanya perkembangan alat pembayaran juga harus memperhatikan perlindungan hukum bagi pengguana uang elektronik tersebut. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penggunaan uang elektronik ini sering kali menimbulkan permasalahan yang kerap merugikan konsumen sebagai pengguna uang elektronik. Masalah yang kerap terjadi karena kurang tahunya konsumen pengguna uang elektronik adalah ketika menggunakan uang elektronik dalam pembayaran dengan menempelkan uang elektronik ke alat yang akan membaca uang elektronik sebanyak 2 kali atau lebih untuk satu kali transaksi. Hal tersebut otomatis akan mengurangi jumlah uang dalam uang elektronik sebanyak dua kali transaksi dan terkadang pengguna uang elektronik tidak menyadari hal tersebut sehingga dapat merugikan penggunanya. Selain itu permasalahan yang kerap terjadi adalah uang elektronik yang dimiliki oleh penggunanya hilang. Sejumlah uang yang tersimpan di dalam uang elektronik tersebut dapat dimanfaatkan oleh orang lain yang

(12)

6

menemukan uang elektronik yang hilang tersebut karena dalam penggunaannya tidak diperlukan memasukkan pin terlebih dahulu dalam bertransaksi. Apabila uang elektronik yang berisikan sejumlah uang itu hilang maka pemilik uang elektronik akan merasa dirugikan dengan hal tersebut. Padahal seharusnya penggunaan uang elektronik dapat membantu mempermudah kegiatan konsumen di dalam kegiatan pembayaran namun apabila uang elektronik hilang akan merugikan penggunanya dalam kegiatan pembayaran.

Dalam Pasal 13 ayat 2 penerbit uang elektronik dilarang menetapkan nilai minimum uang elektronik sebagai persyaratan penggunaan uang elektronik namun pada kenyataannya penerbit uang elektronik menetapkan nilai minimum sebagai peryaratan penggunaan uang elektronik, hal tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia ( PBI ) Nomor 16/8/PBI/2014 tentang uang elektronik (electronic money) dijelaskan bahwa uang elektronik (electronic money)

Dengan adanya masalah tersebut penulis tertarik mengangkat permasalahan dengan judul “PELAKSANAAN PERATURAN BANK INDONESIA TERKAIT UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN NON TUNAI DI KOTA DENPASAR”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1) Bagaimanakah pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia tentang uang elektronik (electronic money) terkait perlindungan hukum bagi pengunanya sebagai alat pembayaran non tunai di Kota Denpasar?

(13)

7

2) Apakah Bank atau lembaga selain bank yang bertindak sebagai penerbit uang elektronik bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pengguna uang elektronik ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Didalam penulisan skripsi ini ditentukan secara tegas mengenai materi yang akan dibahas. Hal ini tentunya untuk menghindari agar materi atau isi dari pembahasan tidak menyimpang dari pokok permasalahan. Maka pembahasan yang diteliti dibatasi sesuai dengan rumusan masalah yang dibahas yaitu pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia tentang uang elektronik (electronic money) terkait perlindungan hukum bagi pengunanya sebagai alat pembayaran non tunai di Kota Denpasar dan tanggung jawab bank atau lembaga bukan bank yang bertindak sebagai penerbit uang elektronik dalam hal kerugian yang diderita konsumen dalam penggunaan uang elektronik.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang dibuat berdasarkan ide yang timbul dari pemikiran sendiri yaitu dari hasil membaca beberapa literatur. Berdasarkan penelusuran studi skripsi di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Udayana dan Internet, bahwa permasalahan hukum yang akan diteliti yang berjudul “Pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia Terkait Uang Elektronik (Electronic Money) Sebagai Alat Pembayaran Non Tunai Di Kota Denpasar” dan rumusan masalah dalam skripsi ini adalah yang pertama bagaimanakah pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia tentang uang elektronik (electronic money) terkait perlindungan hukum bagi pengunanya sebagai alat pembayaran non tunai di Kota Denpasar dan rumusan masalah yang kedua apakah Bank atau lembaga selain bank yang bertindak sebagai penerbit uang elektronik bertanggung jawab atas kerugian yang

(14)

8

diderita oleh pengguna uang elektronik merupakan hasil observasi lapangan yang dituangkan dalam bentuk skripsi serta dapat dipertanggungjawabkan secara orisinalitas.

Meskipun demikian terdapat penulisan hukum oleh Ni Putu Sanatha Sarathy L Fakultas Hukum Universitas Udayana yang berjudul “Electronic Money Sebagai Alat Pembayaran Non Tunai Dalam Praktek Perbankan” dan rumusan masalah dalam skripsi ini adalah yang pertama bagaimana kewenangan BI terhadap pengembangan electronic money dan yang kedua bagaimana perlindungan hukum terhadap pengguna electronic money dalam praktek perbankan mempunyai banyak perbedaan baik dalam menentukan judul, latar belakang masalah, dan rumusan masalah. Jika ternyata terdapat kesamaan topik yang diteliti, seperti penggunaan uang elektronik (elektronik money) sebagai alat pembayaran non tunai. Dalam hal ini permasalahan yang dimunculkan menjadi pembeda dasar antara skripsi ini dengan skripsi sebelumnya. Skripsi ini lebih menekankan pada pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia terkait uang elektronik (electronic money) sebagai alat pembayaran non tunai di kota Denpasar dan tanggung jawab penerbit uang elektronik dalam hal pengunaan uang elektronik tersebut merugikan bagi penggunanya sedangkan skripsi yang dipakai sebagai salah satu refrensi adalah membahas kewenangan Bank Inddonesia terhadap pengembangan electronic money dan perlindungan hukum terhadap pengguna electronic money dalam praktek perbankan.

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam usulan penelitian ini adalah sebagai berikut :

(15)

9

a. Untuk melatih mahasiswa dalam usaha menyatakan pikiran ilmiah secara tertulis b. Untuk melakukan Tri Darma Perguruan Tinggi, khususnya pada bidang

penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa

c. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan hukum

d. Untuk syarat dalam menyelesaikan studi di bidang ilmu hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

a. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis serta memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas tentang pengunaan uang elektronik sebagai alat pemabayaran non tunai.

b. Untuk mengetahui pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia terkait uang elektronik (electronic money) sebagai alat pembayaran non tunai di kota Denpasar

c. Untuk mengetahui dan memahami tanggungjawab penerbit uang elektronik dalam hal kerugian yang diderita oleh penguna uang elektronik.

1.6 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian selalu diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak. Manfaat secara umum dalam penulisan usulan penelitian ini terdiri dari manfaat yang bersifat teoritis dan manfaat yang bersifat praktis.

1.6.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan disiplin ilmu hukum dalam ranah hukum bisnis, khususnya dalam disiplin ilmu Hukum Perbankan.

(16)

10

1.6.2 Manfaat Praktis

Sementara manfaat praktis yang diharapkan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi masyarakat hasil penelitian ini akan memberikan wawasan mengenai pengunaan uang elektronik (electronic money) sebagai alat pembayaran non tunai

2. Merupakan sebuah prasyarat dalam meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana, hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menambah wawasan yang terkait dengan pengunan uang elektronik dan dapat dengan bijak serta lebih berhati-hati dalam mengunakan uang sebagai alat pembayaran non tunai.

1.7 Landasan Teoritis

Dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia , secara tegas memberikan landasan bagi independesi Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu ”mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah” dengan menggunakan berbagai instrument kebijakan yang telah ditetapkan sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia.

Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Bank Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut :

(17)

11

a. Menetapkan dan melaksnakan kebijakan moneter; b. Mengatur dan menjaga kelancaran pembayaran; c. Mengatur dan mengawasi bank.

Guna mendukung tercapainya tujuan Bank Indonesia secara efektif dan efisien, maka ketiga tugas tersebut harus saling mendukung.karena ketiga tugas tersebut mempunyai keterkaitan satu sama lainnya dalam mencapai kestabilan nilai rupiah.5

Sistem pembayaran yang efisien, cepat, tepat, lancar, dan aman merupakan salah satu prasyarat dalam keberhasilan pencapaian tujuan kebijakan moneter. Sehubungan dengan itu, Bank Indonesia diberi wewenang untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran melalui kewenangannya dalam menetapkan penggunaan alat pembayaran dan mengatur penyelenggaraan jasa sistem pembayaran. Penetapan penggunaan alat pembayaran yang dimaksudkan agar alat pembayaran yang digunakan dalam masyarakat memenuhi persyaratan keamanan bagi penggunanya.

Secara umum terdapat dua jenis alat pembyaran, yaitu alat pembayaran tunai dan alat pembayaran non tunai6. Bank Indonesia diberi wewenang untuk menetapkan pengunaan alat pembayaran tunai maupun alat pembayaran non tunai. Kewenangan penggunaan alat pembayaran tunai tersebut meliputi mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah, serta mencabut, menarik, dan memusnahkan uang yang dimaksud dari peredaran; serta menetapkan macam, harga, cirri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang digunakan dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah.

5 Djoni S.Gazali dan Rachmadi Usman, 2012, Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, h. 107. 6 Ibid, h. 111.

(18)

12

Sementara itu, kewenangan dalam menetapkan pengunaan alat pembayaran non tunai, baik paper based maupun non paperbased, meliputi pengaturan dan pengunaan alat pembayaran non tunai. Salah satu alat pembayaran non tunai yang dapat mempermudah dalam hal pembayaran adalah uang elektronik (electronic money).

Saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur mengenai kegiatan pmbayaran mengunakan uang elektronik (electronic money). Namun dalam rangka mendukung terwujudnya penyelenggaraan electronic money di Indonesia, sesuai dengan kewenangannya dibidang sistem pembayaran, Bank Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/52/PBI/2005, selanjutnya pengaturan uang electronic money telah mengalami beberapa kali perubahan baik penambahan ataupun pengurangan pasal-pasal dalam aturan yang terdahulu hingga kini menjadi Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/8/PBI/2014 Tentang Uang Elektronik (Electronic Money).

Peraturan Bank Indonesia yang selanjutnya disebut PBI dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan beserta peraturan pelaksanaannya, dalam pasal 8 ayat (2) dijelaskan bahwa: “Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan”.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia ( PBI ) Nomor 16/8/PBI/2014 tentang uang elektronik (electronic money) dijelaskan bahwa uang elektronik (electronic money) adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :

(19)

13

a. Diterbitkan atas dasar nilai mata uang yang disetor terlebih dahulu kepada penerbit; b. Nilai uang yang disimpan secara elektronik dalam suatu server atau chip;

c. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit uag elektronik tersebut;

d. Nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.

Dalam PBI Nomor 10/8/2008 Pasal 1 ayat 11 dijelaskan yang dimaksud dengan penyelenggara electronic money adalah bank atau lembaga selain bank yang melakukan kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu baik sebagai principal, penerbit, dan/atau acquirer. Prinsipal adalah bank atau lembaga selain bank yang menjadi pemilik tunggal hak atas merek dalam kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu, sedangkan penerbit adalah bank atau lembaga selain bank yang menerbitkan alat pembayaran dengan menggunakan kartu untuk pemegang kartu dengan menggunakan merek tertentu atas persetujuan prinsipal, dan acquirer adalah bank atau lembaga selain bank yang melakukan kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat berupa financial acquirer dan technical acquirer. Financial acquirer adalah yang melakukan pembayaran terlebih dahulu atas transaksi yang dilakukan oleh pemegang kartu, sedangkan technical acquirer adalah acquirer yang menyediakan sarana yang diperlukan dalam pemrosesan alat pembayaran dengan menggunakan kartu.

1.8 Metode Penelitian

Batas tentang pengertian metode biasa dihubungkan dengan bahasa Yunani, dimana metode berasal dari kata method yang terdiri dari kata meta yang berarti sudah dan hoddos yang berarti jalan. Dengan demikian metode dapat diartikan sebagai prosedur atau proses

(20)

14

atau cara teratur atau perilaku melakukan sesuatu atau seperangkat prosedur seperti dalam investigasi atau instruksi untuk memperoleh sesuatu yang masih samar-samar. 7

Metode penelitian merupakan suatu pedoman untuk mempelajari dan memahami lingkungan – lingkungan yang dihadapi, dan digunakan dalam setiap penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah sendiri merupakan suatu proses penalaran yang mengikuti suatu alur berpikir yang logis dan dengan menggabungkan metode yang juga ilmiah, karena penelitian ilmiah selalu menuntut pengujian dan pembuktian. Menurut Soerjono Soekanto penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya.8

Penelitian memegang perananan yang sangat penting dalam memberikan pondasi terhadap setiap tindakan dan pengambilan keputusan dalam segala aspek. Metode penelitian ini meliputi jenis penelitian, jenis pendekatan, sumber bahan hukum, teknik pengumpulan bahan hukum, dan teknik analisis bahan hukum sebagai berikut.

1.8.1 Jenis Penelitian

Dalam menulis skripsi ini, jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris merupakan penelitian ilmiah yang menjelaskan feenomena hukum tentang terjadinya kesenjangan antara norma dan perilaku masyarakat (kesenjangan antara das Sollen dan das Sein atau antara the Ought dan the is atau antara yang seharusnya dengan senyatanya dilapangan)9. Penelitian empiris dalam skripsi ini adalah

7 Ade Saptomo, 2009, Pokok-pokok Penelitian Hukum Empiris Murni, Universitas Trisakti, Jakarta, h.28. 8 Zainudin Ali, 2014, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h.18.

(21)

15

mengenai pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia terkait uang elektronik (electronic money) sebagai alat pembayaran non tunai di kota Denpasar

1.8.2 Jenis Pendekatan

Penelitian hukum umumnya mengenal 7 (tujuh) jenis pendekatan yakni:10

a. Pendekatan Kasus (The Case Approach)

b. Pendekatan Perundang-undangan (The Statue Approach) c. Pendekatan Fakta (The Fact Approach)

d. Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical & Conseptual Approach) e. Pendekatan Frasa (Word & Phrase Approach)

f. Pendekatan Sejarah (Historical Approach)

g. Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach)

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitia ini adalah pendekatan fakta (The Fact Approach) dan pendekatan perundang-undangan (The Statute Approach). Pendekatan undang- undang (the statue approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani, dan didukung menggunakan pendekatan berdasarkan fakta atau kenyataan aktual yang terjadi dalam masyarakat terkait penggunaan uang elektronik (electronic money) sebagai alat pembayaran non tunai.

1.8.3 Bahan Hukum/Data

(22)

16

Data yang diteliti dalam penelitian hukum empiris ada dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. 11 Data primer bersumber dari penelitian lapangan yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama dilapangan baik responden maupun informan. Data sekunder bersumber dari penelitian kepustakaan. Data yang digunakan dalam penulisan ini bersumber pada :

1. Data hukum primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian yakni Bank Indonesia kantor perwakilan Provinsi Bali, Bank Central Asia (BCA), Bank Mandiri,dan Bank Pembangunan Daerah Bali. Data primer diperoleh menggunakan teknik wawancara dengan informan yang terkait langsung dengan permasalahan yang dibahas.

2. Data hukum sekunder yaitu data yang diperoleh dengan melakukan penelitan kepustakaan, yang terdiri dari bahan-bahan hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan serta buku-buku ilmu hukum dan tulisan-tulisan hukum lainnya. Dalam penulisan skripsi ini digunakan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, Peraturan Bank Inonesia, Surat Edaran Bank Indonesia serta literatur tentang Perbankan dan Bank Indonesia khusunya mengenai electronic money.

3. Bahan Hukum Tersier yaitu bahan-bahan yang bersifat menunjang bahan hukum primer dan sekunder

1.8.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum/Data

(23)

17

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah teknik wawancara. Dalam kegitan ilmiah, wawancara dilakukan bukan sekedar bertanya kepada seseorang, melainkan dilakukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada responden maupun informan. 12

1.8.5 Teknik Analisis

Setelah data terkumpul kemudian dianalisis secara kulitatif yaitu dengan mengambil data yang erat kaitannya dengan permasalahan dan data tersebut mendukung permasalahan yang telah disebutkan yang selanjutnya akan diolah dan dianalisis dengan cara menyusun dara secara sistematis, dihubungkan antara satu data dengan data yang lain. Setelah dilakukan analisis secara kualitatif, kemudian data akan disajikan secara deskriptif kualitatif.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan konsumsi zat gizi yang meliputi energi, karbohidrat, lemak, protein, zat besi, vitamin A, dan seng, status gizi

Dalam menghasilkan atau mewujudkan ragam hias sebagai pengorganisasian unsur-unsur visual dalam seni rupa berupa garis, bidang, warna, tekstur dan lain-lain itu akan memberi

Lembar kerja hasil penyelesaian perhitungan tegangan normal dan tegangan geser Ketepatan hasil penyelesain masalah / tugas 15 1,2,3,4,5 9-11 Menerapkan perangkat lunak

Berdasarkan kandungan fosil Foraminifera planktonik yakni dengan hadirnya Globorotalia acostaensis untuk pertama kalinya pada sampel PS2, di bagian atas Formasi Ledok,

koperasi tersebut di atas di Persidangan Negeri Perak 2021 yang akan diadakan pada 17 Mac 2021 (Rabu). Bersama-sama ini disertakan pengesahan saya sebagai wakil

Dari hasil analisis data dari pengujian hipotesis yang dilakukan maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah: 1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberhasilan dan kegagalan shooting dalam setiap jenis point tembakan dan daerah tembakan di setiap serangan yang dilakukan tim

Kebijakan Penilaian Kinerja Pegawai di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung pada Dinas Penataan Ruang Kota Bandung Tahun 2017”..