• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENCAHAYAAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP PRESEPSI VISUAL UMAT PADA MASJID JAMI E DARRUSALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENCAHAYAAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP PRESEPSI VISUAL UMAT PADA MASJID JAMI E DARRUSALAM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH PENCAHAYAAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP PRESEPSI

VISUAL UMAT PADA MASJID JAMI’E DARRUSALAM

THE EFFECT OF NATURAL AND ARTIFICIAL LIGHTING ON HUMAN VISUAL

PERCEPTION IN THE JAMI'E DARRUSALAM MOSQUE

¹Muhammad Aqil Athallah, ²Veronika Widi Prabawasari. ³Lia Rosmala Schiffer ¹Jl. Margonda Raya No.100, Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16424,

mabilaq2805@gmail.com

²Jl. Margonda Raya No.100, Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16424,

vero.arsug@gmail.com

³Jl. Margonda Raya No.100, Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16424,

lrschiffer@yahoo.com

ABSTRAK

Pencahayaan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan sebuah bangunan, bukan hanya sebagai untuk penunjang visual pada suatu bangunan namun pencahayaan juga dapat menghasilkan sebuah presepsi. Dalam hal ini bangunan yang dimaksud adalah bangunan masjid. Presepsi pada ruangan shalat yang terdapat pada masjid dapat menimbulkan kesan tersendiri pada penggunanaya, salah satunya dapat menimbulkan rasa nyaman saat menjalankan ibadah, hal tersebut akan membuat pengguna lebih konsentrasi dan khusyu saat menjalankan ibadah. Pengunaan pencahayaan alami semaksimal mungkin juga dapat menghemat penggunaan energi listrik. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah teknik pencahayaan yang digunakan pada Masjid Jami’e Darrusalam dan pengaruh pencahayaan terhadap kegiatan pada masjid. Tujuan penelitian arsitektur ini adalah untuk mengetahui teknik pencahayaan yang digunakan pada Masjid Jami’e Darrusalam dan mengetahui produktivitas yang dihasilkan bagi para penggunanya. Pada penelitian ini penulis akan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kuantitatif akan dilakukan dengan menggnuakan bantuan alat Lux meter yang akan disajikan dalam bentuk tabel, variabel yang digunakan adalah titik-titik penambilan cahaya dan waktu. Metode kualitatif akan dilakukan dengan teknik deskripsi penulis terhadap pencahayan pada bangunan dan teknik wawancara yang diajukan kepada pengujung yang datang. Hasil dari penelitian di dapatkan bahwa penggunaan teknik pencahayaan buatan yang digunakan adalah teknik indirect dengan menggunakan lampu LED stip berkekuatan 18 watt, dan dari hasil cahaya siang hari yang dihasilkan menimbulkan pencahayan yang terang namun tidak mengganggu, sementara pada malam hari walau mendapat cahaya yang kurang, namun mendapatkan kesan nyaman dan menenangkan.

Kata kunci: Masjid Jami’e, Pencahayaan alami, Pencahayaan buatan

ABSTRACT

Lighting is a must-do for the construction of a building, not only as a visual support for a building but lighting can also result in a preconception. In this case the building is meant to be a mosque building. The conception of the prayer room in the mosque can give a sense of the impression on the use, one of which

(2)

2

can cause a feeling of comfort when running the worship, it will make the user more concentration and solemn when running Worship. The use of natural lighting can also save energy using electricity. The problem raised in this study was the lighting technique used in Masjid jami'e Darrusalam and the influence of lighting on the activities of the mosque. The purpose of this architectural research is to know the lighting techniques used for the Jami'e Darrusalam Mosque and to know the productivity that is generated for its users. In this research the authors will use qualitative and quantitative methods. Quantitative methods will be done by displacements the help of the Lux meter tool that will be presented in the form of a table, the variables used are the points of light and timing. The qualitative method will be done with the author's description technique on the lighting of the buildings and the interview techniques presented to the end of the coming. The result of the research is that the use of artificial lighting techniques used is indirect technique using an 18-watt-strong stip LED light, and from the results of daytime light resulting in a bright light but Not disturbing, while at night despite the lack of light, but get a comfortable and calming impression.

Keyword: Artificial lighting, Jami'e Darrusalam, Natural lighting

PENDAHULUAN

Masjid merupakan rumah ibadah orang muslim yang agamanya merupakan mayoritas di Indonesia, hal tersebut menyebabkan banyaknya pembangunan masjid di Indonesia, oleh karena itu harus ada pengendalian sumber daya alam yang mengatur pada bangunan masjid. Pencahayaan merupakan salah satu yang dapat diperhatikan dalam pembangunan masjid, dengan memaksimalkan cahaya alami dan meminimalisir penggunaaan cahaya buatan sudah dapat mengurangi penggunaan sumber daya alam, sumber cahaya alami juga dapat diatur sedemikian rupa sehingga dapat memeberikan kesan tertentu pada bangunan masjid.

Manfaat dan tujuan dalam laporan penelitian arsitektur ini adalah untuk mengetahui teknik pencahayaan alami dan buatan dalam suatu bangunan masjid serta mengetahui bagaimana produktivitas pencahayaan alami pada masjid Jami’e Darussalam

Kata masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali di dalam Al-Quran. Dari segi bahasa, kata tersebut terambil dari akar kata sajada-sujud, yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim. Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi, yang kemudian dinamai sujud oleh syariat, adalah bentuk lahiriah yang paling nyata dari makna-makna di atas. itulah sebabnya mengapa bangunan yang dikhususkan untuk melaksanakan shalat dinamakan masjid, yang artinya "tempat bersujud”[2].

Berdasarkan Dewan Masjid Indonesia yang telah tertulis dalam buku Memakmurkan Masjid, masjid terbagi menjadi beberapa kelas atau strata. Klasifikasi masjid berdasarkan statusnya dapat dibedakan sebagai berikut [1].

(3)

3

No. Klasifikasi Masjid Keterangan

1. Masjid Negara

Masjid ini berada di daerah pusat pemerintahan negara kedudukannya sebagai Masjid yang stratanya paling tinggi di negara tersebut. 2. Masjid Nasional/ Akbar Masjid ini berada di ibukota

negara.

3. Masjid Raya Masjid ini berada di tingkat

propinsi.

4. Masjid Agung Masjid ini berada di tingkat

kabupaten.

5. Masjid Besar Masjid ini berada di tingkat

Kecamatan.

6 . Masjid Jami’ Masjid ini berada di tingkat

kelurahan.

7. Masjid/ surau Masjid ini berada di tingkat

RW.

Pencahayaan alami bersumber/berasal dari lingkungan alam sekitar. Perncahayaan alami ini memiliki keterbatasan karena hanya bisa diperoleh pada saat-saat yagn tertentu saja. Umumnya perolehan pencahayaan alami ini sangat dibatasi oleh durasi waktu. Cahaya alami hanya memungkinkan untuk diperoleh pada siang hari, yaitu saat matahari menerangi bumi. Setelah matahari terbenam, cahaya alami tidak mungkin lagi bisa didapatkan [4].

Penggunaan pencahayaan alami akan memberikan keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan keuntungan pencahayaan alami perlu diperhatikan beberapa faktor yaitu, variasi intensitas cahaya matahari, distribusi dari terangnya cahaya, pemantulan cahaya, dan letak geografis serta kegunaan bangunan gedung.

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang sumbernya berasal dari buatan bukan dari alam, namun diperoleh dari sumber-sumber cahaya hasil buatan/produksi manusia. Sumber cahaya buatan antara lain dari yang berasal dari elemen-elemen berikut [4].

Tabel 1. Pengukuran intensitas cahaya pada masjid jami’e darrusalam

(4)

4 a. Api

Merupakan sumber cahaya buatan yang untuk pertama kalinya ditemukan/dimanfaatkan oleh manusia.

b. Reaksi kimia

Beberapa zat kimia jia direaksikan/dicampurkan satu sama lain atau disatukan dengan bahan-bahan yang lain akan mampu berpendar dan menghasilkan cahaya.

c. Berbagai jenis minyak bakar

minyak bakar ini ditampung dan diperlengkapi dengan komponen penyalaan. Beberapa jenis lampu non-elektrik ini menyalakan komponen penyalaan dengan cara menggunakan (a) minyak bakar yang dapat berupa lemak hewani, minyak tumbuhan, lilin. (b) bahan bakar cair seperti minyak tanah. (c) bahan bakar berbentuk gas.

d. Lampu listrik

cahaya buatan paling favorit dipergunakan pada masa kini. Lampu listrik merupakan jenis sumber cahaya yang selalu memerlukan Tenaga/arus listrik atau baterai sebagai generatornya.

Persepsi visual dibentuk oleh otak kita mmelalui indra penglihatan yaitu mata. Mata memberikan informasi kepada otak berupa optical image yang diterima oleh retina yang kemudian disalurkan melalui syaraf-syaraf penglihatan. Otak menginterpertasikan suatu objek berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh orang tersebut. Jadi akan menimbulkan kemungkinan bahwa tiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap sesuatu yang dilihatnya [3].

Persepsi diciptakan bukan dengan seberapa banyak cahaya yang masuk dalam ruang, namun seberapa kontras sumber cahaya tersebut. Kekontrasan yang diterima oleh indra penglihatan menciptakan persepsi, karena dengan kekontrasan dapat mendeteksi perbedaan bentuk, tekstur, dan kedalaman serta kepekaan akan ruang.

Dengan adanya persepsi visual yang ditimbulkan oleh kontras cahaya dari sebuah ruang akan berdampak pada emosi dan psikologi pengguna ruang tersebut. Kekontrasan cahaya dibagi menjadi dua, yaitu Low-Contrast Environment dan High-Contrast Environment, dimana kedua hal tersebut dapat menyebabkan emosi yang berbeda dari sebuah ruang. Seorang desainer interior dalam mendesain ruang, khususnya efek yang ditimbulkan dari pencahayaan dalam ruang haruslah sesuai dengan fungsi dan tujuan ruang tersebut [3].

(5)

5

METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Peneliti akan melaporkan hasil penelitian tentang pencahayaan alami dan buatan di Masjid Jami’e Darrusalam yang berlokasi di Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta.

Pada metode kuantitatif penuLis akan menggunakan teknik riset yang bersifat deskriptif dengan menguraikan fakta atau keadaan yang terjadi pada saat penelitian berlangsung. Penulis juga menggunakan Teknik wawancara guna mengetahui deskripsi bangunan dari sudut pandang orang lain. Sementara metode kuantitatif akan menggunakan tabel hasil penelitian menggunakan alat lux meter dengan menggunakan variabel waktu dan titik yang telah ditentukan.

Penelitian dilaksanakan pada lantai dua Masjid Jami’e Darrusalam. Hal tersebut dikarenakan ruangan tersebut memiliki titik-titik pencahayaan alami dan buatan yang akan dilakukan penelitian.

Gambar 1. Lantai 2 Masjid Jami’e Darussalam (lokasi penelitian)

(6)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Bangunan

Masjid Jami’e Darrusalam memiliki 2 ruangan shalat, terletak di lantai 1 dan lantai 2, dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian pada ruang shalat lantai 2, ruangan ini memiliki luasan ±96m², ruangan shalat ini memiliki atap berbentuk segitiga dengan material ACP dan kaca. Pada ruangan ini cahaya alami masuk melalui 4 sisi, 2 sisi miring pada sisi utara dan selatan, 2 sisi tegak lurus pada sisi barat dan timur. Pencahayaan buatan yang digunakan pada ruangan shalat ini adalah lampu LED strip berwarna warm light yang terletak dibalik ukiran kaligrafi pada atap masjid.

Lampu yang digunakan pada ruangan shalat ini adalah lampu LED strip berwarna warm

light yang terletak dibalik ukiran kaligrafi pada atap masjid. Lampu tersebut tersusun secara

vertical sebanyak 18 baris pada 1 sisinya.

Gambar 2. Kondisi lampu pada lantai 2 Sumber: Data Survey, November 2019

Gambar 3. Kaca berongga (sisi utara dan selatan) Sumber: Data Survey, November 2019

(7)

7 Masing-masing jendela memiliki ukuran yang berbeda, kaca berongga memiliki dimensi panjang 35 cm dengan lebar 20 cm dan bertumpuk sebanyak 8 tumpuk kaca dengan rongga 5 cm antar kaca.

Sementara kaca penuh memiliki dimensi panjang 2,4 m dengan lebar 20 cm. Kedua kaca memiliki ketebalan yang sama yaitu 5 mm dan juga menggunakan jenis kaca yang sama yaitu kaca clear glass namun menggnakan Teknik sandblast yang menyebabkan pembiasan cahaya pada dalam ruangan.

Gambar 4. Kaca penuh (sisi utara dan selatan) Sumber: Data Survey, November 2019

Gambar 5. Kaca sisi timur Sumber: Data Survey, November 2019

Gambar 6. Kaca sisi barat Sumber: Data Survey, November 2019

(8)

8 Data Pengukruan

Pada penelitian ini penulis melakukan pengukuran dengan menggunakan alat lux-meter di beberapa titik yang telah ditentukan dalam ruangan shalat lantai 2 Masjid Jami’e Darrusalam. Pengukuran dilakukan pada ruangan dengan luas ruang ± 96m². Terdapat 10 titik pengambilan cahaya dan pengambilan sample dilakukan pada jam-jam yang berbeda.

Titik pengambilan Keterangan Mimbar 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11.00 -11.30 812 lux 1087 lux 2227 lux 1185 lux 893 lux 1830 lux 1179 lux 891 lux 1170 lux 802 lux Pencahayaan alami 13.30 -14.00 1250 lux 1820 lux 2450 lux 5900 lux 758 lux 1559 lux 1562 lux 857 lux 1465 lux 1292 lux Pencahayaan alami 16.00 -16.30 710 lux 776 lux 1084 lux 691 lux 459 lux 782 lux 814 lux 493 lux 592 lux 545 lux Pencahayaan alami 18.30 – 19.00 11,9 lux 17,0 lux 13,2 lux 19,1 lux 15,2 lux 17,7 lux 19,7 lux 11,7 lux 15,0 lux 13,3 lux Penerangan buatan MIMBAR 2 1 3 5 4 6 8 7 9

Gambar 4. Sketsa titik pengukuran Sumber: Survei lapangan, 2020

Tabel 1. Pengukuran intensitas cahaya pada masjid jami’e darrusalam

(9)

9 Dari tabel diatas dapat terlihat perbedaan intensitas cahaya pada setiap waktunya, intensitas tertinggi pada pencahayaan alami terjadi pada jam 13.00 – 14.00 pada titik 3 yang terletak di depan kanan pada ruang shalat dengan angka 5900 lux. Sedangkan intersitas terendah pada pencahayaan alami terjadi pada jam 16.00 -16.30 pada titik 4 yang terletak di tengah sebelah kanan pada ruang shalat dengan angka 459 lux, hal ini diakarenakan posisi tersebut adalah tempat jatuhnya bayangan.

Hal yang dirasakan penulis pada kondisi pencahayaan alami pada saat intensitas tertinggi (pukul 13.30-14.00) di titik 4 adalah cahaya yang cukup, meskipun angka intensitas cahaya yang diterima tinggi, sinar yang masuk ke dalam ruangan tidak mengganggu konsentrasi dalam menjalankan ibadah. Hal ini dikarenakan penggunaan lapisan pada kaca clear glass dan

sandblast.

Pencahayan pada malam hari memiliki intensitas yang sangat rendah, pencahayaan buatan menggunakan lampu LED strip berkekuatan 12v yang terdapat pada 2 sisi miring dari atap ruangan tersebut, dibalik kaligrafi.

Pencahayan yang dihasilkan sangat berbanding jauh dengan keadaan dengan pencahayaan alami. Namun, meskipun pencahayaan yang dirasakan penulis pada ruangan tersebut terbilang cukup dan bahkan menimbulkan efek psikologis rasa nyaman dan tenang bagi para pengguna ruangan.

Analisis Wawancara

Responden pertama merupakan salah satu pengunjung yaitu Pak Robi, beliau terbilagn cukup sering mengunjungi Masjid Jami’e Darrusalam karena pekerjaannya yang tidak jauh dari lokasi. Beliau sering berkunjung untuk menunaikan ibadah shalat zuhur, posisi yang sering dipilih pak robi adalah posisi nomor 3, beliau mengatakan bahwa posisi tersebut mendapatkan intensitas cahaya yang terang namun tidak mengganggu ke khusyu’an dalam beribadah, hal tersebut disebabkan karena adanya penggunaan kaca film ujarnya.

Responden kedua diajukan kepada saudara Ilham merupakan salah satu pengunjung, Ilham mengatakan bahwa ini kali pertamanya mengunjungi Masjid Jami’e Darrusalam, saudara Ilham juga sependapat dengan pak Robi terkait posisi yang dipilih untuk menunaikan ibadah shalah zuhur, yaitu di bagian kanan, begitupun dengan alasannya saudara ilham juga mengatakan bahwa pada bagian kanan mendapatkan intensitas cahaya yang terang namun tidak mengganggu aktivitas beribadah.

(10)

10 Analisis Teknik Pencahayaan Buatan

SIMPULAN

Dari penelitian yang sudah dilakukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif, penulis dapat menarik kesimpulan :

• Teknik pencahayaan buatan yang digunakan adalah teknik indirect, dengan menggunakan lampu LED strip berkekuatan 18w.

• Pada pencahayaan siang hari, walau mendapat cahaya terang, hal ini tidak mengganggu kegiatan peribadatan, dan pada malam hari walau mendapat cahaya yang kurang namun mendapatkan rasa nyaman dan menenangkan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] DIREKTUR JENDRAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM. (2014). Standar Pembinaan Masjid. [2] Dr. M. Quraish Shihab, M. A. (1996). wawasan al-quran tafsir maudhu’i atas pelbagai

persoalan umat. mizan.

https://luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Quraish/Wawasan/Masjid.html [3] Gordon, G. (2003). Interior Lighting for Designer. John Wiley & Sons, Inc.

[4] Ir. E. B. Handoko Sutanto, M. T. (2017). PRINSIP-PRINSIP PENCAHAYAAN BUATAN DALAM

ARSITEKTUR (Ganjar Sudibyo (ed.)). PT KANISIUS.

Lokasi pengamatan Teknik pencahayaan Sketsa

Ruang shalat lantai 2

Penggunaan lampu LED, dengan teknik indirect

Tabel 2. Teknik pencahayaan pada masjid jami’e darrusalam

Gambar

Tabel 1. Pengukuran intensitas cahaya pada masjid jami’e darrusalam
Gambar 1. Lantai 2 Masjid Jami’e Darussalam  (lokasi penelitian)
Gambar 2. Kondisi lampu pada lantai 2
Gambar 5. Kaca sisi timur
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang Strategi Pemasaran Produk Tabungan iB Mitra Sipantas di BPRS Buana Mitra Perwira Purbalingga, dapat

Berdasarkan penelitian ini maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sebagian besar ibu b ekerja berpendidikan sarjana, berusia >30 tahun dengan paritas ≥2 dan tidak memberikan

Penangangan Bank gagal yang berdampak sistemik menjelaskan Pasal 1 angka (6) dan(7) Bank Gagal Sistemik adalah bank gagal yang dinyatakan sistemik oleh Komite Koordinasi

Oleh karena itu implementasi IbW ke desa tersebut merupakan salah satu upaya untuk memberikan informasi potensi wisata yang menarik dan unik Desa Bayung Gede

Tahapan penelitian ini dilakukan untuk menganalisis unit penangkapan ikan yang digunakan oleh armada sampel, agar dapat dipilih satu jenis alat tangkap tepat guna yang

Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penggunaan larutan pereaksi kadaluarsa dalam proses pengujian yang dilakukan departemen QC di GSK adalah menerapkan

Akan tetapi, pada saat hidrogen mulai terbentuk dengan kata lain semakin tingginya tekanan parsial hidrogen akan menyebabkan konversi metana menurun sesuai dengan

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hubungan