• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.2.Upaya Penyelesaian Konflik antara Pemerintah dengan Bangsamoro Faktor Pendorong Moro Islamic Liberation Front (MILF) untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4.2.Upaya Penyelesaian Konflik antara Pemerintah dengan Bangsamoro Faktor Pendorong Moro Islamic Liberation Front (MILF) untuk"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

vi DAFTAR ISI

Judul ... i

Halaman Pengesahan... ii

Halaman Pernyataan ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR SINGKATAN ... viii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

Bab I Pendahuluan ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 4

1.3.Tujuan Penelitian... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1. Manfaat Akademis ... 5

1.4.2. Manfaat Praktis ... 5

Bab II Tinjauan Pustaka ... 6

2.1. Kajian Pustaka ... 6

2.2. Kerangka Konseptual ... 17

2.2.1. Political Recognition (Pengakuan Politik) ... 17

2.2.2. Otonomi Khusus ... 20

2.2.3. De-escalation Conflict (De-eskalasi Konflik) ... 26

2.3. Kerangka Berpikir ... 28

Bab III Metode Penelitian ... 31

3.1. Jenis Penelitian ... 31

3.2. Sumber Data ... 31

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.4. Teknik Analisa Data dan Teknik Penyajian Data ... 32

BAB IV Pembahasan ... 33

(2)

4.2.Upaya Penyelesaian Konflik antara Pemerintah dengan Bangsamoro

... 39

4.3. Faktor Pendorong Moro Islamic Liberation Front (MILF) untuk menandatangani Framework Agreement of Bangsamoro (FAB) dengan Pemerintah Filipina pada tahun 2012 ... 43

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 63

5.1. Kesimpulan ... 63

5.2. Saran ... 65

(3)

ABSTRAK

Pemerintah Filipina telah memiliki konflik yang berkepanjangan dengan kelompok bersenjata di Mindanao, Filipina Selatan. Salah satu kelompok yang paling berpengaruh di Mindanao adalah MILF. MILF ingin mendirikan sebuah negara yang merdeka dan berdaulat di Filipina Selatan sebagai hasil dari upaya Kristenisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Filipina hingga menyebabkan sengketa tanah dan pergeseran kekuasaan. Namun, Pemerintah Filipina tidak pernah mengabulkan keinginan mereka hingga menimbulkan berbagai pemberontakan. Berbagai proses perdamaian telah dilakukan, seperti Perjanjian Tripoli, Final Peace Agreement dan Memorandum of Agreement on Ancestral Domain tapi selalu mengalami kegagalan. Akhirnya pada tahun 2012 ditandatanganilah Framework Agreement of bangsamoro (FAB) antara pemerintah Filipina dan MILF. FAB akan menjaminan hak-hak dasar Bangsmoro oleh Pemerintah. Penelitian ini akan menunjukkan faktor pendorong MILF untuk menandatangani FAB dengan Pemerintah Filipina adalah adanya pengakuan politik yang diberikan kepada Bangsamoro, otonomi khusus, serta penciptaan Undang-Undang Dasar Bangsamoro yang akan mencakup berbagai hal tentang hak-hak dasar kepada Bangsamoro .

(4)

ABSTRACT

The Philippine government has had a prolonged conflict with armed group in Mindanao, South Philippines. One of the most influential groups in Mindanao is a MILF. MILF wants to establish an independent and sovereign state in the Southern Philippines as a result of the efforts of Christianization by the Philippine Government to cause land disputes and power shift. However, it has never been realized until giving rise to various rebellions. The various peace process has been done, such as the Tripoli Agreement, the Final Peace Agreement and the Memorandum of Agreement on Ancestral Domain but always failed. Finally succeeded with the signing of the Framework Agreement of Bangsamoro (FAB) in 2012 between the Philippine government and the MILF. FAB will contain the guarantee of basic rights Bangsmoro by the Government. This study shows that the motivating factor for MILF to sign FAB with the Philippine Government is a political recognition given to the Bangsamoro, special autonomy, as well as the creation of the Bangsamoro Basic Law that will include various things about the basic rights to the Bangsamoro.

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Ketidakstabilan politik dan ekonomi seringkali menjadi alasan utama terjadinya berbagai konflik, baik itu konflik internal maupun eksternal. Filipina juga mengalami konflik serupa, yaitu konflik antara Bangsamoro dengan Pemerintah Filipina itu sendiri. Bangsamoro bukan merupakan ras, etnis, waktu, atau geografis tertentu. Bangsamoro merujuk pada kelompok orang yang berafiliasi kepada agama tertentu, dalam hal ini adalah agama Islam (VOA Islam). Konflik yang telah terjadi selama 4 dekade ini membuat Pemerintah Filipina selalu mengupayakan berbagai jalan damai agar konflik yang terjadi dengan Bangsamoro dapat terselesaikan. Pemerintah Filipina berusaha membuat nota kesepakatan dengan Moro Islamic Liberation Front (MILF).

Konflik ini terjadi jauh sebelum Fiipina mencapai kemerdekaannya, yaitu sejak penjajahan Spanyol hingga Amerika Serikat. Konflik bermula, ketika kedua penjajah tersebut memiliki misi untuk melakukan Kristenisasi di Utara Filipina. Hingga akhirnya pada saatu Filipina telah merdeka, konflik tetap berlangsung, yaitu dengan adanya perpindahan penduduk Luzon dan Visayas ke Mindanao yang dirancang dalam program kebijakan pemerintah yang menyebabkan Bangsamoro merasa terpinggirkan dengan adanya pendatang tersebut (Guerra,

(6)

2010). Perpindahan ini menyebabkan munculnya sengketa lahan, pergeseran kekuasaan, perpindahan ekonomi dari Bangsamoro ke pendatang, dan stereotip dari pendatang terhadap Bangsamoro (Guerra, 2010).

Ketidakadilan terhadap kepemilikan tanah merupakan bagian dari beberapa indikator penyebab munculnya berbagai gerakan separatis di Filipina Selatan yang menginginkan kemerdekaan, salah satunya adalah kelompok pemberontak terbesar dan paling berpengaruh di Filipina yaitu Moro Islamic Liberation Front (MILF). MILF merupakan perpecahan dari Moro National Liberation Front (MNLF) dan dibentuk pada tahun 1984 oleh Salamat Hasim, yang awalnya merupakan Wakil Ketua dari MNLF.

Perjuangan MILF adalah untuk memperoleh kembali kemerdekaan yang telah dirampas secara immoral dan illegal, dan memperjuangkan penentuan nasib sendiri (Right to self-determination). MILF memiliki 46 camp mujahidin (pejuang keadilan atau pejuang kemerdekaan) dan mengorganisir 120.000 prajurit bersenjata dan tidak bersenjata serta ribuan pengikut lainnya. Tentara MILF dikenal sebagai Bangsamoro Islamic Armed Forces (BIAF) yang terdiri dari 60% pasukan regular. Pemerintah Filipina sendiri memperkirakan organisasi ini memiliki 8000 tentara. Pemerintah memperkirakan MILF tersebar merata di seluruh Pulau Mindanao yang terdiri dari 1,6 juta orang-orang Manguindanao, 1,9 juta orang Maranao, dan sisanya merupakan orang-orang Iranun dari Cotabato Utara dan Basilan. Hal ini menunjukkan bahwa organisasi ini paling banyak memperoleh dukungan dari masyarakat Bangsamoro dibandingkan dengan organisasi serupa lainnya, seperti MNLF, Abu Sayyaf, Bangsamoro Islamic

(7)

Freedom Fighter (BIFF), Justice for Islamic Movement, Ansar Khalifah Filipina (AKP), dan Moro Independent Movement (MIM).

Perspektif MILF adalah tetap konsisten bahwa tujuan untuk memperoleh kemerdekaan Bangsamoro ditempatkan sebagai kerangka dasar perjuangan melalui diplomasi. MILF berusaha untuk terus menyuarakan keinginan mereka kepada pemerintah melalui diplomasi. Namun, semua tuntutan yang disuarakan oleh MILF tidak mendapat respon dari Pemerintah Filipina. Akibat dari tuntutan MILF tidak didengar Pemerintah, maka MILF melakukan pemberontakan dan penyerangan terhadap warga sipil di Filipina agar Pemerintah mau merespon tuntutan mereka. Antara tahun 2000 dan 2010 diperkirakan sebesar 6.935 orang telah menjadi korban. Kemudian pada tahun 2011 sekitar sekitar 2 juta penduduk telah mengungsi dan diperkiraan jumlah kematian terkait pertempuran berkisar 120.000 orang (Lisa Huang, Victor Musembi, dan Ljiljana Petronic: 2012). Berbagai penyerangan yang dilakukan oleh MILF membuat Pemerintah Filipina mencari berbagai cara untuk mengupayakan jalan damai demi mengakhiri penyerangan-penyerangan tersebut.

Tercatat berbagai perjanjian antara Bangsamoro dengan Pemerintah Filipina telah dirancang dan ditandatangani, seperti Perjanjian Tripoli, Final Peace Agreement (FPA), dan Memorandum of Agreement on Ancestral Domain (MOA-AD). Namun perjanjian-perjanjian tersebut selalu mengalami kegagalan hingga menyebabkan berbagai pemberontakan yang dilakukan Bangsamoro sebagai bentuk kekecewaan mereka. Pemerintah Filipina kembali mengupayakan jalan damai agar pemberontakan serta berbagai penyerangan dapat dihentikan.

(8)

Akhirnya pada tahun 2012 Pemerintah Filipina berusaha membuka kembali dialog dengan MILF untuk membicarakan konflik yang terjadi. Dalam dialog kesepakatan tersebut Bangsamoro yang diwakilkan oleh MILF mengajukan berbagai tuntutan yang mereka inginkan. Tidak hanya Bangsamoro, Pemerintah Filipina juga mengajukan tuntutan dalam dialog tersebut. Setelah melalui dialog yang panjang, akhirnya disepakatilah bahwa Pemerintah Filipina akan menjamin hak-hak dasar Bangsamoro dalam berbagai hal. Atas kesepakatan itulah, maka MILF mau menandatangani nota kesepakatan yang diajukan oleh Pemerintah Filipina. Nota Kesepakatan tersebut ditandatangani pada tanggal 15 Oktober 2012 dan diberi nama Framework Agreement of Bangsamoro (FAB). Nota kesepakatan yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak diharapkan mampu benar-benar menyelesaikan konflik yang terjadi di Filipina Selatan.

1.2.Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: “Faktor apa saja yang mendorong Moro Islamic Liberation Front (MILF) untuk menandatangani Framework Agreement of Bangsamoro (FAB) dengan Pemerintah Filipina pada tahun 2012?”

1.3.Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang mendorong Moro Islamic

(9)

Liberation front (MILF) untuk menandatangani Framework Agreement of Bangsamoro (FAB) dengang Pemerintah Filipina.

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan mampu memberi sumbangan ilmu dalam Hubungan Internasional terkait konflik identitas, dimana warga negara minoritas menginginkan adanya pengakuan politik akan identitas mereka yang memiliki agama, budaya, serta adat istiadat yang berbeda dengan warga negara lain secara keseluruhan dalam sebuah negara. Pengakuan politik terhadap kaum minoritas tersebut menjadi dasar penandatanganan sebuah kerangka kerja antar negara dengan kaum minoritas tersebut. 1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi dan pertimbangan ilmu bagi berbagai pihak, dimana kesepakatan akan tercapai ketika hak-hak politik warga negara minoritas diakui.

Referensi

Dokumen terkait

Kontrol negatif yang digunakan yaitu formula sampo antiketombe tanpa ekstrak Allamanda cathartica dapat memberikan zona hambat terhadap pertumbuhan jamur Candida

Putra Jaya Perkasa tersebut, maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dalam suatu penelitian dengan judul : ”Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kinerja

Sebagai awal dalam mencari model strategi, dilakukan simulasi terhadap kebutuhan anggaran dan jumlah alumni yang dapat dihasilkan berdasarkan beberapa jenis

Menurut Perenggan 4(1) Jadual 9 Akta Perkhidmatan Kewangan 2013, jika anda memohon insurans ini untuk tujuan yang berkaitan dengan perdagangan, perniagaan atau profession anda,

Pemerintah juga dapat berperan dalam mempromosikan setiap kegiatan yang dilakukan media tradional seperti Mendu misalnya dengan menampilkannya dalam situs-situs

Hasil analisis menunjukkan bahwa interaksi antara ekstrak taoge dan BAP, perlakuan tunggal ekstrak taoge dan perlakuan tunggal BAP tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah

:ari pengertian kompon" diketahui bah*a dalam proses pembuatannya digunakan baha-bahan kimia yang ditambahkan pada bahan baku karet untuk  memperoleh si'at 'isik

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Yuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan hikmat dan pengetahuan, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Pengendalian