A. NIFAS 1. Definisi
Masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal, masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2009).
Nifas disebut juga post partum atau puerpurium adalah masa atau waktu sejak bayi lahir dan plasenta keluar sampai enam minggu disertai dengan pulihnya kembali organ-organ kandungan (Suherni, Widyasih & Rahmawati, 2008).
Menurut (Sarwono, 2002) masa mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali sebelum ada kehamilan dalam waktu 3bulan.
2. Tahapan Masa Nifas
Menurut (Eni Retna Ambarwati, 2009) masa nifas dibagi dalam 3 tahapan diantaranya adalah :
a. Puerpurium dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerpurium intermedial
Adalah kepulihan menyeluruh alat alat genetalia yang lamanya 6 sampai 8 minggu.
c. Remote puerpurium
Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu ke waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu minggu, bulanan dan tahunan.
3. Perubahan Psikologi Pada Masa Nifas
Menurut (Sitti Saleha) perubahan emosi psikologi masa nifas dibagi dalam beberapa fase :
a. Fase Taking in
Adalah Terjadi pada satu sampai dua hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami.
b. Fase Taking hold
Adalah periode yang berlangsung antara 3 sampai 10 hari setelah melahirkan, pada fase ini timbul rasa khawatir akan ketidak kemampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi, ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah.
c. Fase Letting go
Adalah periode menerima tanggung jawab akan peran barunya, fase ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan, ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya, ibu mulai mengerti bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
B. LAKTASI
1. Pengertian laktasi
Laktasi (menyusui) adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh yang biologis dan kejiwaan terhadap ibu dan bayinya. Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu melindungi bayi terhadap penyakit (Anggraini Y., 2010). 2. Fisiologi Laktasi
Menurut (Anggraini Y., 2010) pemberian ASI terdapat 2 refleks yang berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu,yaitu:
a. Refleks prolaktin
Setelah seoarang ibu melahirkan dan terlepasnya plasenta fungsi korpus luteum berkurang maka estrogen dan progestinnya berkurang. Dengan adanya hisapan bayi pada putting susu dan areola akan merangsang ujung-ujung saraf sensorik, rangsangan ini
yang menghambat sekresi prolaktin namun sebaliknya. Hormon prolaktin yang akan merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat susu.
b. Refleks let down
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin rangsangan yang berasal dari hisapan bayi yang dilanjutakan ke hipofise anterior yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadinya proses involusi.
Isapan bayi juga merangsang produksi hormon lain yang dinamakan oksitosin, yang membuat sel-sel otot di sekitar alveoli berkontraksi, sehingga air susu didorong menuju puting payudara. Jadi, semakin bayi menghisap, maka semakin banyak air susu yang dihasilkan (Dwi Sunar, 2005).
3. Manfaat ASI
Menurut (Anggraini Y., 2010) manfaat ASI sebagai berikut:
a. ASI merupakan sumber makanan yang mengandung nutrisi yang lengkap untuk bayi.
b. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi yang mengandung zat antibody sehingga akan jarang sakit.
c. ASI meningkatkan kekebalan tubuh.
d. Menunjang perkembangan kepribadian, dan kecerdasan emosional. e. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.
f. Dengan menyusui maka akan terjadi rasa sayang antara ibu dan bayi. g. Melindungi anak dari serangan elergi.
C. MASALAH DALAM PEMBERIAN ASI
Berikut ini beberapa masalah pada saat menyusui: a. Puting susu lecet
Penyebabnya:
1) Kesalahan dalam tehnik menyusui.
2) Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim, dll untuk mencuci putting susu.
3) Rasa nyeri dapat timbul jika ibu menghentikan menyusui kurang hati-hati.
b. Payudara bengkak Penyebabnya:
Pembekakan ini terjadi karena ASI tidak disusukan secara adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Pembekakan ini terjadi pada hari ketiga dan keempat. c. Saluran susu tersumbat (obstuvtive duct)
Suatu keadaan dimana terdapat sumbatan pada duktus lakteferus, dengan penyebabnya adalah:
1) Tekanan jari ibu pada waktu menyusui. 2) Pemakaian BH yang terlalu ketat.
3) Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga menimbulkan sumbatan.
D. BENDUNGAN ASI a. Pengertian
Bendungan ASI (Engorgement) adalah penyempitan pada duktus laktiferus, sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya pembekakan (Sarwono, 2008).
Bendungan ASI adalah pembendungan ASI karena penyempitan duktus laktiferus atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak d kosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu, payudara yang membengkak ini yang sering terjadi biasanya terjadi sesudah melahirkan pada hari ketiga atau ke empat (Bahiyatun, 2008).
b. Gejala
Gejala bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan payudara dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri serta seringkali disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam. (Sarwono, 2008).
c. Penyebab
1) Posisi mulut bayi dan puting ibu salah saat menyusui. 2) Produksi ASI berlebihan.
3) Terlambat menyusui.
5) Waktu menyusui yang terbatas (Dwi Sunar, 2005).
Menurut (Sarwono, 2008) bendungan ASI disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik, dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui.
d. Cara mencegah
Untuk mencegah diperlukan menyusui dini, perlekatan yang baik, menyusui secara on demand. Bayi harus sering disusui. Apabila terlalu tegang, atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun.
Untuk merangsang reflek oksitosin maka dilakukan : 1) kompres untuk mengurangi rasa sakit
2) Ibu harus rileks
3) Pijat dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)
4) Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan – pelan kearah tengah)
5) Stimulasi payudara dan puting
6) Kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi oedema. 7) Pakailah BH yang sesuai.
e. Cara mengatasi
1) Susui bayinya semau dia sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa batas waktu.
2) Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau pompa ASI yang efektif.
3) Sebelum menyusui untuk merangsang reflek oksitosin dapat dilakukan kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit, masase payudara, masase leher dan punggung.
4) Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi oedema (Dwi Sunar, 2005).
Menurut (Sarwono, 2008) penanganan bendungan air susu dilakukan dengan pemakaian kutang untuk penyangga payudara dan pemberian analgetika, dianjurkan menyusui segera dan lebih sering, kompres hangat, air susu dikeluarkan dengan pompa dan dilakukan pemijatan (masase) serta perawatan payudara. Kalau perlu diberi supresi laktasi untuk sementara (2 – 3 hari ) agar bendungan terkurangi dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan. Keadaan ini pada umumnya akan menurun dalam berapa hari dan bayi dapat menyusu dengan normal.
E. PERAWATAN PAYUDARA
Merupakan suatu tindakan perawatan payudara yang dilaksanakan, baik oleh pasien maupun dibantu orang lain yang dilaksanakn mulai hari pertama atau kedua setelah melahirkan. Perawatan payudara bertujuan untuk
melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI, serta menghindari terjadinya pembekakan dan kesulitan menyusui, selain itu juga menjaga kebersihan payudara agar tidak mudah terkena infeksi. Adapun langkah-langkah dalam perawatan payudara (Anggraini Y., 2010):
1. Pengurutan Payudara
a. Tangan dilicinkan dengan minyak kelapa /baby oil.
b. Pengurutan payudara mulai dari pangkal menuju arah putting susu selama 2 menit (10 kali) untuk masing-masing payudara.
c. Handuk bersih 1-2 buah.
d. Air hangat dan air dingin dalam baskom. e. Waslap atau sapu tangan dari handuk. 2. Langkah-langkah pengurutan payudara:
a. Pengurutan yang pertama
Licinkan kedua tangan dengan minyak tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara lakukan pengurutan, dimulai dari arah atas lalu arah sisi samping kiri kemudian kearah kanan, lakukan terus pengurutan kebawah atau melintang. Lalu kedua tangan dilepas dari payudara, ulangi gerakan 20-30 kali untuk setiap satu payudara.
b. Pengurutan yang kedua
Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari tangan kanan mulai dari pangkal payudara dan berakhir pada
puting susu. Lakukan tahap mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah putting susu. Lakukan gerakan 20-30 kali.
c. Pengurutan yang ketiga
Menyokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut dan menggenggam dari pangkal menuju ke putting susu. Langkah gerakan 20-30 kali.
d. Pengompresan
Alat-alat yang disiapkan:
1) 2 buah baskom sedang yang masing-masing diisi dengan air hangat dan air dingin.
2) 2 buah waslap. Caranya:
Kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama 2 menit, kemudian ganti dengan kompres dingin selama 1 menit. Kompres bergantian selama 3 kali berturut-turut dengan kompres air hangat. Menganjurkan ibu untuk memakai BH khusus untuk menyusui.
3. Perawatan puting susu
Puting susu memegang peranan penting pada saat menyusui. Air susu ibu akan keluar dari lubang-lubang pada putting susu oleh karena itu putting susu perlu dirawat agar dapat bekerja dengan baik, tidak semua wanita mempunyai putting susu yang menonjol (normal). Ada wanita yang mempunyai putting susu dengan bentuk yang mendatar atau masuk kedalam, bentuk putting susu tersebut tetap dapat mengeluarkan ASI jika
dirawat dengan benar. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk merawat putting susu:
1. Setiap pagi dan sore sebelum mandi putting susu (daerah areola mamae), satu payudara diolesi dengan minyak kelapa sekurang kurangnya 3-5 menit.
2. Jika putting susu normal, lakukan perawatan dengan oleskan minyak pada ibu jari dan telunjuk lalu letakkan keduanya pada putting susu dengan gerakan memutar dan ditarik-tarik selama 30 kali putaran untuk kedua putting susu.
3. Jika puting susu datar atau masuk kedalam lakukan tahapan berikut: a. Letakkan kedua ibu jari disebelah kiri dan kanan putting susu,
kemudian tekan dan hentakkan kearah luar menjahui putting susu secara perlahan.
b. Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah putting susu lalu tekan serta hentakkan kearah putting susu secara perlahan.
c. Kemudian untuk masing-masing putting digosok dengan handuk kasar agar kotoran-kotoran yang melekat pada putting susu dapat terlepas.
4. Payudara dipijat untuk mencoba mengeluarkan ASI.
Lakukan langkah-langkah perawatan diatas 4-5 kali pada pagi dan sore hari, sebaiknya tidak menggunakan alkohol atau sabun untuk membersihkan putting susu karena akan menyebabkan kulit kering dan
ujungnya juga dapat digunakan untuk mengatasi masalah pada putting susu yang terbenam.
F. PENGETAHUAN 1. Definisi pengetahuan
Didefinisikan sebagai hasil dari tahu setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan perabaan. Pengetahuan juga dapat didefinisikan sebagai kumpulan informasi yang diperbaruhi yang didapat dari proses belajar selama hidup dan dapat dipergunakan sewaktu waktu sebagai alat penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri atau lingkungannya (Notoatmodjo, 2003).
2. Proses Pengetahuan
Pengetahaun atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Penelitian Rogres (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a. Awareness (kesadaran) seseorang menyadari (mengetahui) terlebih dahulu terhadap stimulus / objek.
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut, sikap subyek sudah mulai timbul.
c. Evalution (menimbang - nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, sikap sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus. Pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Namun, menurut penelitian selanjutnya menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap tahap tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran (Notoatmodjo, 2007).
3. Tingkatan Pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo, 2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain mempunyai 6 tingkatan, yakni :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplicatiaon)
Aplikasi diartikan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.
d. Analisis (Analysis)
Analisis dalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis
Menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
4. Cara Memperoleh Pengetahuan
Adapun memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo 2003 : a. Cara tradisional atau non alamiah
Ada 4 cara tradisional yang digunakan, yaitu : 1) Cara coba salah (Trial and error)
Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua gagalpula, maka dicoba kembali kemungkinan ketiga, dan
apabila kemungkinan ketiga gagal maka dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
2) Cara kekuasaan atauotoritas
Pada cara ini, pengetahuan didapatkan dari orang yang berpengaruh dalam masyarakat kemudian diikuti dengan rasionalisasi. Misalnya sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat formal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut berdasarkan dari otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama atau ahli ilmu pengetahuan.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Merupakan sumber dari pengetahuan atau pengalaman, suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
4) Melalui jalan pintas
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun berkembang. Dari sini manusia pun mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan
manusia telah menggunakan jalan pikirnya, baik melalui induksi maupun deduksi.
b. Cara modern atau ilmiah
Pada dewasa ini lebih sistemis, logis dan ilmiah yang disebut dengan metode penelitian ilmiah (Research Methodology). Metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecah suatu masalah.
c. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003).
5. Pengkatagorikan pengetahuan dibagi menjadi 3 yaitu : a. Baik jika persentase 76% - 100%
b. Cukup jika persentase 56% - 75% c. Kurang jika persentase < 55%
(Arikunto, 2006).
G. PRAKTIK a. Pengertian
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang
diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikannya apa yang diketahui atau disikapi (Notoatmodjo, 2007). b. Tingkatan Praktik
Adapun tingkatan praktik menurut (Notoatmodjo, 2007) yaitu: 1) Persepsi(perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
2) Respon terpimpin(Guided Respons)
Dapat melakukan sesuatu sesuai denagn urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.
3) Mekanisme(Mecanism)
Apabila seseorang secara otomatis dapat melakukan sesuatu dengan benar.
4) Adopsi(Adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
c. Pengukuran Praktik
Pengukuran praktik dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall), pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2007).
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perawatan payudara Menurut Lawrance Green yang dikutip dari Notoatmodjo (2005), kesehatan seseorang dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes), dan faktor non perilaku (non behavior caus). 1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor)
Yang terwujud dalam pengetahuan, pendidikan, sikap, dan kepercayaan.
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan seseorang dapat diperolah melalui pendidikan, paparan media masa (akses informasi), ekonomi (pendapatan), hubungan sosial lingkungan sosial budaya), pengalaman. Sebelum dilakukan perawatan payudara, responden harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku dan apa risikonya apabila terjadi pembekakan pada payudara dengan perawatan payudara pada ibu menyusui. Melalui pendidikan ibu menyusui akan mendapatkan pengetahuan pentingnya merawat payudara, sehingga diharapkan ibu tahu, bisa menilai, bersikap yang didukung adanya fasilitas perawatan sehingga tercipta perilaku merawat payudara.
b. Pendidikan
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, tingkat pendidikan dapat berkaitan dengan kemampuan menyerap dan menerima informasi kesehatan, demikian juga orang tua atau ibu. Semakin tinggi pendidikan seseorang biasanya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih luas sehingga akan lebih mudah menerima informasi kesehatan. Bagi orang tua yang berpendidikan tinggi tidak begitu sulit untuk menerima informasi dan pengetahuan yang di berikan. Sebaliknya orang tua yang berpendidikan rendah akan lebih sulit untuk menerima informasi dan pengetahuan kesehatan, oleh karena itu diperlukan pemahaman yang lebih untuk dapat memahami informasi dan pengetahun tentang kesehatan.
c. Sikap
Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus dan objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah ibu mengetahui tentang bahayanya pembekakan pada payudara (melalui pengalaman, pengaruh orang lain, media massa, lembaga pendidikan, emosi),
proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap kegiatan merawat payudara tersebut.
d. Kepercayaan
kepercayaan sering diperoleh dari suami, dan keluarga. Kepercayaan juga bisa diperolah melalui tenaga kesehatan, misal selain mengajari cara pentingnya merawat payudara, tenaga kesehatan atau keluarga bisa membiasakan ibu merawat payudara, sehingga ibu dapat mempraktikan sendiri dirumah. Karena ibu percaya dan menganggap benar pengarahan dan masukan yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan dan keluarga.
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factor)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dokter atau Bidan Praktek Swasta, dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung. Misalnya: perilaku pemeriksaan kehamilan, ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena ibu tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil, misalnya: Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu, Polindes,
Pos Obat Desa, Dokter atau Bidan Praktek Swasta, dan sebagainya. fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktornya disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing faktor)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku Tokoh Masyarakat (Toma), Tokoh agama (Toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku, contoh (acuan) dari para Toma, Toga, para Petugas, lebih-lebih para Petugas Kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Seperti perilaku periksa hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas periksa hamil, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil memerlukan pemeriksaan kehamilan. Oleh sebab itu intervensi pendidikan hendaknya dimulai mendiagnosis tiga faktor penyebab (determinan) tersebut kemudian intervensinya juga diarahkan terhadap tiga faktor tersebut. Pendekatan ini disebut model preced, yakni: predisposing, reinforcing and enabling couse in
H. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan dapat disusun kerangka teori sebagai berikut:
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Sumber :Lawrance Green dalam Notoatmodjo (2005) Faktor predisposisi : 1.Pengetahuan 2. Pendidikan 3. Sikap 4. Kepercayaan Faktor pendukung : 1. Tersedianya sarana dan prasarana 2. Fasilitas kesehatan Praktik Pencegahan Bendungan ASI (BREAST CARE) Faktor penguat : 1. Sikap dan perilaku
petugas kesehatan. 2. Sikap dan perilaku tokoh masyarakat.
I. Kerangka Konsep
Variabel indepeden Variabel dependen
Pengetahuan tentang Bendungan ASI
Praktik Pencegahan Bendungan ASI (BREAST CARE)
Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
J. Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesisnya adalah :
Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu nifas tentang Bendungan ASI dengan praktik pencegahan Bendungan ASI (BREAST CARE).