• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. ternak. Pakan merupakan salah satu aspek yang sangat penting. Pakan yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. ternak. Pakan merupakan salah satu aspek yang sangat penting. Pakan yang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pakan Ternak

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan merupakan salah satu aspek yang sangat penting. Pakan yang diberikan kepada hewan ternak harus bernilai gizi tinggi dan dalam jumlah yang cukup. Menurut asalnya, pakan ternak dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu, pakan yang berasal dari hewan dan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Secara kuantitas, pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan paling besar pemanfaatannya dibandingkan dengan pakan yang berasal dari dari hewan. Pakan yang berasal dari hewan misalnya tepung ikan, bekicot, cacing tanah, dan hydrolized feather meal. Pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dapat berupa rumput-rumputan, daun-daunan, umbi-umbian serta golongan dedak dan bungkil (Widayati & Widalestari,1996).

2.1.1 Hydrolized Feather Meal

Bulu unggas merupakan hasil buangan dari ternak unggas. Biasanya sebagai bahan buangan sering dimanfaatkan sebagai bahan pengisi bantar, selimut, lukisan, shuttle cock, atau kemuceng. Selain itu bulu unggas juga bisa digunakan sebagai pakan ternak, karena kandungan proteinnya cukup tinggi yaitu sekitar 82-91%. Walaupun begitu, bulu unggas juga memiliki beberapa kekurangan yaitu adanya keratin (sejenis protein yang sukar larut dan sulit dicerna) dan rendahnya kandungan beberapa asam amino essensial seperti metionin, triptofan, dan

(2)

histidin. Oleh karena itu, pakan jenis ini lebih tepat digunakan sebagai pakan pendukung dengan hanya 0-3% dari jumlah ransum. Apabila peternak akan menggunakan bulu unggas sebagai pakan ternak, tentu saja bulu-bulu unggas tersebut harus dibuat menjadi tepung lebih dahulu (Widayati & Widalestari,1996).

Perkembangan ekonomi, sosial, dan teknologi saat ini berjalan seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat, salah satunya kebutuhan terhadap makanan bergizi. Kebutuhan terhadap bahan makanan berupa protein hewani mencapai 15 kg/kapital/tahun dan akan meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk (Ketaren 2008).

Jumlah ayam yang dipotong setiap tahun semakin meningkat, dan hal ini akan menghasilkan jumlah bulu yang melimpah. Jumlah bulu yang sangat banyak jika tidak dimanfaatkan dan dikelola dengan baik, dengan demikian maka akan mengakibatkanpencemaran lingkungan serta menimbulkan penyakit baik yang menyerang ternak maupun menyerang manusia (Priyono, 2009).

(3)

Adapun kandungan nutrisi dari hidrolisat bulu ayam yang meliputi dari kandungan protein, serat, abu,calium, phospor dan garam tertera pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1. Kandungan Nutrisi Tepung Bulu Terolah/ Terhidrolisa Nutrisi Kandungan Kandungan (%)

Protein Kasar 85 Serat Kasar 0,3 – 1,5 Abu 3,0 – 3,5 Calium 0,20 – 0,40 Phospor 0,20 – 0,65 Garam 0,20

Sedangkan menurut Dale hidrolisat bulu ayam mengandung 2-12% lemak, tergantung dari jenis unggas. Pada proses hidrolisis protein, juga dihasilkan lemak sekitar 2-4%. Lemak tersebut teradsorpsi pada protein dengan berat molekul rendah dari hidrolisat bulu ayam.

2.2 PROTEIN

Protein adalah molekul organik yang paling banyak didalam sel. Zat ini terdapat disemua bagian jasad hidup dan merupakan golongan yang paling beraneka macamnya diantara senyawa yang penting dalam biologi. Protein bertanggung jawab atas keterpaduan struktur jasad tertentu maupun enzimyang mengatur

(4)

fungsi kehidupan. Penelitian mengenai protein menunjukkan batas-batas yang agak dipaksakan dalam ilmu kimia (Pine,1988).

Protein merupakan polipeptida berbobot molekul tinggi yang terdapat secara alami. polipeptida yang memiliki hanya asam amino saja digolongkan sebagai protein sederhana. Protein terkonjugasi mengandung komponen bukan asam amino yang dikenal sebagai gugus prostetik di samping kerangka utama asam amino. Struktur primer protein merupakan rangkaian asam amino dan komponen prostetik pembentuk protein, hal ini terutama ditentukan dengan cara kimia yang telah dibahas. Struktur protein sekender dan tersier mengacu pada kedudukan tiga matra dari makromolekul, struktur kuartener menggambarkan susunan kompleks protein nekarantai (Parakkasi,1995).

Protein juga merupakan kelompok nutrien yang amat penting. Senyawa ini didapatkan dalam sitoplasma pada semua sel hidup, baik binatang maupun tanaman. Protein adalah substansi organik dan mereka mirip lemak maupun karbohidrat dalam hal kandungan unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Tatapi, semua protein juga mengandung nitrogen, dan beberapa di antaranya mengandung belerang dan fosfor. Maka protein lebih bervariasi dan lebih kompleks strukturnya dibanding lemak atau karbohidrat. Tumbuh-tumbuhan dapat mensintesis protein dari bahan-bahan anorganik. Karbondioksida dari udara dan air dari tanah menyediakan karbon, hidrogen dan oksigen yang penting untuk sintesis protein. Nitrogen diperoleh dari dalam tanah dalam bentuk senyawa anorganik, umumnya nitrat dan nitrit.

(5)

2.2.1 Struktur Protein

Molekul protein amat besar dan terdiri dari rantaian panjang asam-asam amino yang berikatan secara kimiawi. Dua puluh enam asam amino dapat ditemukan dalam protein, dua puluh diantaranya sering terdapat dalam protein yang biasa didapat dalam makanan. Setiap molekul asam amino mengandung paling sedikit sebuah gugus amino (-NH2) dan sekurang-kurangnya sebuah gugus asam (-COOH). Dengan demikian asam amino dapat bersifat asam dan basa sekaligus, dan keadaan ini disebut amfoter. Tidak benar jika dikira bahwa semua asam amino mempunya pH dibawah 7. Dapat dilihat struktur atau rumus umum dari asam amino seperti gambar dibawah ini:

H H O

N C C OH H R

Gambar 2.1 Rumus umum asam amino

Satu molekul protein mengandung kira-kira 500 asam amino, tergabung bersama dengan ikatan peptida. Ikatan peptida terbentuk jika gugus amino (-NH2) dari satu asam amino bereaksi dengan gugus asam (-COOH) dari asam amino berikutnya. Keadaan alami molekul protein adalah kompleks karena molekul tersebut dapat memuat ke 20 asam amino dalam sembarang rangkaian. Jika satu polipeptida disusun hanya dengan 10 macam asam amino saja, susunan asam aminonya akan sebanyak 2010 atau lebih dari satu miliar. Karena protein yang paling sederhana saja mengandung lebih dari 50 unit asam amino maka dapat

(6)

dipahami bahwa dapat dibentuk berbagai molekul protein dalam jumlah yang hampir tak terhingga. Ukuran atau pola asam amino dalam molekul protein dikenal sebagai proteinstruktur primer.

Struktur protein sangat bervariasi, tetapi meraka dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, menurut bentuk molekulnya.

1. Protein Globular

Molekul-molekul protein globular adalah bulat tetapi tidak harus berbentuk bola (bundar). Rantai asam aminonya terlipat dan molekul dapat dipertahankan bentuk oleh adanya ikatan-ikatan silang antar asam amino dalam rantai itu. Strukturnya tiga dimensi tetapi dapat direpresentasikan dalam dua dimensi. Molekul-molekulnya tidak rapat atau tersusun dalam aturan tertentu. Molekul air mudah menerobos keruang ruang kosong dalam molekul protein. Protein globular dapat terdispersi dengan mudah baik dalam air atau larutan garam membentuk koloid. Beberapa contoh protein globular adalah albumin telur, dijumpai pada putih telur dan kasein pada susu.

2. Protein Bentuk Serat

Molekul-molekul protein bentuk serat ini lebih lurus. Mereka dapat dalam keadaan hampir lurus sempurna (protein tidak elastis atau gulungan). Dalam protein bentuk serat biasanya terdapat susunan yang teratur dan molekul-molekulnya terkumpul rapat. Pada molekul itu terdapat ikatan silang antar rantai-rantai asam amino yang berdekatan sehingga molekul air sukar menerobos struktur itu. Karena protein bentuk serat biasanya tidak larut dalam air. Gluten, protein tidak larut yang didapatkan pada

(7)

gandum adalah contoh protein yang elastis. Jika ditarik, gluten akan terentang tetapi cenderung untuk kembali ke bentuk semula jika gayanya tidak ada lagi. Ini disebabkan karena molekul-molekul gluten membentuk gulungan sehingga berwatak seperti pegas. Mereka dapat terentang tetapi tidak akan kembali ke porsi semula karena genggaman ikatan-ikatan silang atas rantaian protein. Elastin, penyusun jaringan ikat yang didapatkan dalam daging dan dikenal sebagai tulang rawan, dan keratin, salah satu protein yang juga didapatkan pada jaringan ikat adalah contoh proteiin terentang.

2.2.2 Sifat-sifat protein

Sifat substansi ditemukan oleh strukturnya, karena amat banyaknya variasi struktur protein sifatnya pun juga sangat bervariasi. Protein bentuk serat bersifat lebih tidak terlarut dan tidak terlalu dipengaruhi oleh asam, basa dan panas yang tidak terlalu tinggi. Protein globular membentuk larutan koloidal dan terpengaruh oleh asam, alkali dan panas. Protein dapat mengalami suatu proses yang dikenal sebagai denaturasi, jika molekul sekundernya berubah tetapi struktur primernya tetap. Bentuk molekulnya mengalami perubahan, biasanya karena terpecah atau terbentuknya ikatan-ikatan silang tanpa mengganggu urutan asam aminonya. Proses ini biasanya tidak dapat berlangsung balik (irreversible), sehingga tidak mungkin untuk mendapatkan kembali struktur asal protein itu. Denaturasi dapat merubah sifat protein, menjadi lebih sukar larut dan makin kental, keadan ini disebut koagulasi.

(8)

Koagulasi dapat ditimbulkan dengan berbagai cara: 1. Dengan pemanasan

Banyak protein mengkoagulasi jika dipanaskan. Koagulasi ini digunakan secara meluas dalam penyimpanan berbagai jenis makanan seperti puding telur.

2. Dengan asam

Jika susu menjadi asam, bakteri dalam susu memfermentasi laktosa menghasilkan asam laktat. Derajat keasaman susu menurun menyebabkan protein susu, yaitu kasein mengkoagulasi.

3. Dengan enzim-enzim

Rennin yang secara komersial dikenal sebagai rennet adalah enzim yang mengkoagulasikan protein.

4. Dengan perlakuan mekanis

Perlakuan mekanis seperti mengocok putih telur dapat menyebabkan terjadinya koagulasi parsial pada protein.

5. Penambahan garam

Garam-garam tertentu seperti natrium klorida, dapat mengkoagulasikan protein.

2.2.3 Fungsi Protein Dalam Tubuh 1. Pertumbuhan dan pemeliharaan

Protein merupakan penyusunan utama sel-sel tubuh. Membran sekeliling sel terbuat dari protein, protein juga didapatkan didalam sel. Jumlah sel dalam tubuh meningkat selama periode pertumbuhan karenanya selama

(9)

periode anak-anak dan remaja kebutuhan proteinnya sangat tinggi. Tambahan lagi, protein dalam jaringan selalu mengalami perombakan, karena itu harus diganti, dari asam amino yang disediakan dalam susunan makanan.

2. Energi

Kelebihan protein ini digunakan untuk energi. Asam amino yang tidak diperlukan untuk sintesis protein akan mengalami deaminasi di dalam hati, yaitu bagian dari molekul asam amino yang mengandung nitrogen dipisahkan untuk membentuk urea (Gaman & Sherrington,1981).

2.2.4 Klasifikasi protein

Yang disebut protein kasar adalah semua ikatan yang mengandung nitrogen (N) yang dapat dibagi dalam Protein sesungguhnyadan zat-zat yang mengandung N tapi bukan protein, misalnya asam-asam amino, alkaloid-alkaloid, garam-garam amonium dan lain sebagainya.

Protein terdiri atas unsur-unsur C (karbon) 51,0-55,0%, H (Hidrogen) 6,5-7,3%, O (oksigen) 21,5-23,5%, N (nitrogen) 15,5-18,0% dengan rata-rata 16%, S (sulfur) 1,5-2,0% P (phospor) dan 0,0-1,5% kemungkinan unsur-unsur lain.

Menurut sifat-sifat fisiknya, protein dapat dibagi atas tiga macam: a. Protein Sederhana

b. Protein (sederhana) yang berikatan dengan molekul-molekul lainnya (conjugated proteins) yang termasuk dalam protein golongan ini adalah: Nukleo-protein, yakni protein yang berikatan dengan asam nukleat

(10)

(misalnya protein dari lembaga biji-bijian. Glikoprotein, yakni protein yang berikatan dengan karbohidrat bukan asam nukleat ( misalnya musin). Posfoprotein, yakni protein yang berikatan dengan molekul-molekul yang mengandung P bukan asam nukleat lesitin (misalnya kasein). Hemoglobin, yakni protein-protein yang berikatan dengan hematin dan molekul-molekul yang serupa (misalnya hemoglobin), dan Lesitiprotein, yakni protein yang berikatan dengan molekul-molekul lesitin (misalnya fibrinogen).

c. Protein yang diperoleh (derived proteins) dari suatu proses. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah produk-produk yang diperoleh akibat pemanasan, proses-proses enzimatis atau proses kimia dari ikatan protein (misalnya protein yang berkoagulasi, peptida-peptida.

2.3 Lemak

Lipida adalah kumpulan zat-zat makanan yang tidak larut dalam eter, khloroform dan benzon. Umumnya didalam praktek disebut dengan lemak. Dalam analisa peroksimat, lemak yang diperoleh merupakan lemak kasar. Dan secara umum ada beberapa perbedaan lemak dan pati yang terutama terletak pada tingginya kandungan atom C dan H dibanding dengan atom O dalam molekulnya dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini:

(11)

Tabel 2.3 Kandungan unsur C, H dan O dalam lemak dan pati C (%) H (%) O (%)

Lemak 77 12 11

Pati 44 6 50

Dengan demikian lemak mempunya nilai energi yang lebih tinggi oleh karena lebih banyak dari pada pati (Parakkasi,1990).

Lipid merupakan senyawa yang dapat disarikan dari sel dan jaringan oleh pelarut organik tak polar. Lipid ini merupakan komponen tak larut air yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Cara penggolongannya agak tidak biasa, karena lipid tidak mempunyai sifat kimia dan struktur yang khas. Satu-satunya kesamaan yang mempertalikan senyawa dalam golongan ini adalah cara mengisolasinya dan asal mula biogenetiknya yang sama. Dalam banyak segi, penggolongan lipid merupakan wadah bagi banyak molekul biologi yang beraneka dan menarik. Lemak dan minyak merupakan gliserol lipid paling umum. Senyawa ini merupakan triester dari asam karboksilat berantai panjang. Karena meraka dapat terbentuk dari kelebihan karbohidrat dalam jasad hidup, maka lemak dan minyak berfungsi sebagai gudang utama energi.

Lemak merupakan trigliserida padat, sedangkan minyak mmerupakan cairan pada suhu kamar tertentu. Sudah lazim untuk menyebut semua cairan organik kental sebagi minyak. Asam lemak yang merupakan senyawa penyusun lemak dan minyak, biasanya merupakan molekul tak bercabang yang mengandung

(12)

14 sampai 22 atom karbon. Yang menarik ialah, senyawa itu hampir selalu mempunyai jumlah atom yang genap. Baik asam lemak jenuh maupun tidak jenuh biasanya diperoleh kembali daari hidrolisis bahan lipid. Trigliserida mungkin merupakan ester asam lemak yang sama atau yang berbeda. Lemak alam dan minyak alam merupakan campuran ester gliserol dengan satu atau dua komponen asam lemak yang biasanya terdapat paling banyak. Sebagai contoh misalnya, minyak jaitun mengandung asam oleat berkadar tinggi dan minyak jagung terutama terdiri atas asam linoleat dan asam oleat. Ini adalah minyak tak jenuh yang umum digunakan dalam memasak makanan. Mentega mengandung banyak asam lemak, yang kebanyakan bersifat jenuh (Pine et al,1988).

Lemak dan minyak mempunyai struktur kimia umum yang sama. Dalam penggunaan secara umum, kata lemak (“fat”) dipakai untuk menyebut trigliserida yang padat pada suhu udara biasa, sedangkan kata minyak (“oil”) dipakai untuk menyebut senyawa yang cair pada suhu tersebut. Perbedaan antara lemak dan minyak disebabkan karena terdapatnya asam-asam lemak yang berbeda. Lemak mengandung sejumlah besar asam-asam lemak jenuh yang terdistribusi diantara trigliserida-trigliserida sedangkan minyak mempunyai sejumlah besar asam lemak tidak jenuh. Adanya asam-asam lemak tidak jenuh akan menyebabkan rendahnya titik lincir yaitu suhu dimana lemak atau minyak mulai mencair. Pada umumnya, lemak diperoleh dari bahan hewani sedangkan minyak dari bahan nabati. Keduanya, lemak dan minyak mengandung sejumlah kecil non-trigliserida, khususnya senyawa kompleks asam lemak yang mengandung fosfat yang dinamakan fosfolipida.

(13)

2.3.1 Sifat Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak memiliki sifat yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain. Sifat-sifatnya yaitu sebagai berikut:

1. kelarutan

Lemak dan minyak tidak larut dalam air. Namun begitu, karena adanya suatu substansi tertentu yang dikenal sebagai agensia pengemulsi, dimungkinkan terbentuknya campuran yang stabil antara lemak dan air. Campuran ini dinamakan emulsi. Lemak dan minyak larut dalam pelarut organik seperti minyak tanah, eter dan karbon tetraklorida. Pelarut-pelarut tipe ini dapat digunakan untuk menghilangkan kotoran gemuk pada pakaian.

2. pengaruh panas

Jika lemak dipanaskan, akan terjadi perubahan-perubahan nyata pada tiga titik suhu.

(a) Titik cair

Lemak mencair jika dipanaskan. Karena lemak adalah campuran trigliserida mereka tidak mempunyai titik cair yang jelas tetapi akan mencair pada suhu rentangan suhu. Suhu pada saat lemak terlihat mulai mencair disebut titik lincir. Titik cair untuk lemak adalah dibawah suhu udara biasa, yaitu kebanyakan pada suhu antara 300C dan 400

(b) Titik asap

C.

Jika lemak atau minyak dipanaskan sampai suhu tertentu, dia akan mulai mengalami dekomposisi, menghasilkan kabut berwarna biru atau menghasilkan asap dengan bau karakteristik yang menusuk. Kebanyakan

(14)

lemak dan minyak mulai berasap pada suhu diatas 2000

(c) Titik nyala

C, umumnya, minyak nabati mempunyai titik asap lebih tinggi dari pada minyak hewani.

Jika lemak dipanaskan hingga suhu yang cukup tinggi, dia akan menyala. Suhu ini dikenal sebagai titik nyala.

3. Plastisitas

Lemak bersifat plastis pada suhu tertentu, lunak dan dapat dioleskan. Plastisitas lemak disebabkan karena lemak merupakan campuran trigliserida yang masing-masing mempunya titik cair sendiri-sendiri. Ini berarti bahwa pada suatu suhu, sebagian dari lemak akan cair dan sebagian lagi dalam bentuk kristal padat. Lemak yang mengandung kristal-kristal kecil akibat proses pendinginan cepat selama proses pengolahannya akan memberikan sifat lebih plastis.

4. Ketengikan

Ketengikan adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan rusaknya lemak dan minyak. Pada dasarnya ada dua tipe reaksi berperan pada proses ketengikan.

5. Safonifikasi

Trigliserida bereaksi dengan alkali membentuk sabun dan gliserol. Proses ini dikenal dengan safonifikasi.

2.3.2 Fungsi Lemak

Ada beberapa fungsi lemak yang paling umum diketahui, diantaranya adalah sebagai berikut:

(15)

1. Energi

Lemak dipecah (diuraikan) dalam tubuh oleh proses oksidasi, dan energi dibebaskan. 1 gram lemak menyediakan 38Kj (9 kkal). Lemak mempunyai nilai kalori lebih dari dua kalinya karbohidrat sehingga merupakan sumber energi yang jauh lebih tinggi. Untuk orang yang berkebutuhan energinya tinggi, sebaiknya memasukkan sejumlah lemak dalam susuanan makanannya sehingga dapat mengurangi volume makanan yang harus dimakan.

2. Pembentukan Jaringan Adipose

Kelebihan lemak yang tidak segera diperlukan untuk energi, disimpan dalam jaringan adipose dimana memiliki tiga fungsi:

(a) Lemak disimpan dengan cara ini untuk penyusun cadangan energi.

(b) Lemak dalam jaringan adipose dibawah kulit membentuk lapisan isolator panas dan membantu mencegah kehilangan panas yang berlebihan dari dalam tubuh. Ini akan membantu menjaga agar suhu tubuh tetap.

(c) Lemak disimpan dalam jaringan adipose sekitar organ yang peka seperti ginjal untuk melindungi organ ini dari kerusakan fisik.

3. Asam-asam Lemak Esensial

Asam-asam lemak esensial tersebut meliputi asam-asam linoleat,linolenat dan asam arakidonat, yang pernah disebut dengan vitamin F. Kemungkinan hanya asam linoleatlah satu-satunya asam lemak esensial yang sesungguhnya, karena penelitian memberikan petunjuk bahwa asam-asam linoleat dan arakidonat dapat dibentuk dalam tubuh dari asam-asam linoleat.

(16)

4. Vitamin yang Larut dalam Lemak

Lemak-lemak tertentu dalam susunan makanan membantu memberi jaminan akan tercukupinya suapan vitamin A, D, E, yang larut dalam lemak.Tetapi, di negara-negara dengan suapan lemak rendah, vitamin-vitamin ini dapat diperoleh dengan cara lain (Gaman & Sherrington,1981).

2.3.3 Sifat-sifat Penting Lemak

Bebarapa sifat penting dari lemak yaitu sebagai berikut: a. Menambah efesiensi penggunaan makanan

b. Menyediakan asam-asam lemak esensial dan kholine c. Menambah palatabilitas

d. Mengandung vitamin yang larut dalam lemak e. Sumber energi yang lebih tinggi dari karbohidrat

f. Mempengaruhi penyerapan vitamin A dan karoten dalam saluran pencernaan

g. Menambah efisiensi penggunaan (dalam beberapa ransum yang mengandung energi yang sama, ransum yang mengandung lemak lebih tinggi mempunyai efek menurunkan HI (“Heat Increament”).

2.3.4 Klasifikasi Lemak

Secara sederhana, klasifikasi lemak yaitu: 1. Lipid sejati

(17)

- sederhana yaitu lemak, ester dari asam-asam lemak dan gliserol. Waxes, ester dari asam-asam lemak dan alkohol

- kompleks yaitu dengan asam posfat, dengan lesitin posfat 2. Pseudo-lipid

Lipid yang terdapat dalam lemak tetapi tidak terdiri dari asam-asam lemak.

- Vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E dan K - Hormon yang larut dalam lemak yaitu se dan produk adrenal - Hidrokarbonnya yaitu karoten

2.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Cerna/Penyerapan Lemak a. Panjang rantai dari asam-asam lemak

Trigilserida-trigliserida yang mempunyai asam-asam lemak berantai pendek akan terhidrolisa lebih cepat dibanding dengan yang mempunyai asam lemak berantai panjang.

b. Berat molekul dari lemak tersebut

Lemak yang menerangkan bahwa lemak yang mempunyai berat molekul yang lebih besar mempunyai daya cerna yang lebih rendah

c. Asam-asam lemak jenuh/tidak jenuh (derajat kejenuhan)

Semakin tinggi asam-asam lemak tidak jenuh dalam lemak semakin baik daya cernanya. Sebelumnya telah dikemukakan bahwa asam stearat merendahkan daya cerna lemak. Akan tetapi minyakkedelai atau minyak jagung yang relatif mengandung lebih banyak asam-asam lemak tidak jenuh/rendah akan asam stearat, daya cernanya lebih rendah dibanding

(18)

dengan lemaknya. Penambahan lemak yang mempunyai asam lemak tidak jenuh akan menambah penyerapan. Hal ini disebut dengan sinergisme antara asam lemak dan penting artinya didalam pemakaian berbagai macam asam lemak di dalam praktek sebagai sumber energi. Seperti diketahui bahwa kegunaan dari suatu asam lemak tergantung kepada daya cerna asam-asam lemaknya. Asam-asam lemak tak jenuh mudah membentuk miselle dengan garam-garam empedu sedangkan asam-asam lemak tak jenuh yang nonpolar tidak. Akan tetapi bila miselle telah terbentuk, miselle-miselle tersebut akan dapat melarutkan sejumlah asam-asam lemak jenuh.

d. Monogliserida lebih mudah diserap dibanding dengan asam lemak bebas e. Umur

f. pH dalam usus

Sehubungan dengan aktifitas enzim. g. Mikroflora

Meskipun tidak seintensif ruminan anum sedikit atau banyak ada juga pengaruh mikro organisme dalam mengubah asam-asam lemak tak jenuh menjadi jenuh.

h. Sumber-sumber protein

Sumber-sumber protein mempengaruhi daya cerna lemak (kasein lebih baik dibanding dengan protein kedelai).

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil uji F diketahui bahwa F hitung > F tabel (85,620 > 3,071), maka H 0 ditolak berarti terdapat pengaruh yang positif dari motivasi belajar siswa dan kekatifan

e) Pas foto berwarna. Pengertian Penyalagunaan Visa Kunjungan.. Peyalahgunaan visa kunjungan adalah kedatangan atau kehadiran orang di wilayah Republik Indonesia di mana

Dalam penelitian ini akan dikembangkan hubungan-hubungan antara koordinat- koordinat termodinamika untuk suatu sistem partikel tunggal yang terjebak dalam sumur potensial

Demikian Pedoman Manajemen mutu ini dibuat dan telah disahkan oleh Kepala Puskesmas untuk dijadikan acuan dalam bertindak dan mengambil keputusan dalam rangka menjalankan

Rincian Dana Desa untuk setiap Desa Tahun Anggaran 2016 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini2. BAB

Fluorite sangat mudah untuk mengidentifikasi jika Anda mempertimbangkan belahan dada, kekerasan dan berat jenis. Ini adalah satu-satunya mineral umum yang memiliki empat arah

Dari sinilah kami memiliki ide untung membuat meranggas (memanfaatkan karya seni lukis pada sepatu bekas di surakarta).. Sepatu dapat digunakan Kemana pun orang

Penyusunan gagasan proyek perubahan oleh peserta diklat selama masa taking ownership dilaksanakan mulai dengan melakukan diagnosa situasi problematik dan tantangan yang