• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU MENYIMPANG GENG MOTOR DI SINJAI BARAT. (Studi Kasus Balapan Liar Remaja Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERILAKU MENYIMPANG GENG MOTOR DI SINJAI BARAT. (Studi Kasus Balapan Liar Remaja Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat."

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERILAKU MENYIMPANG GENG MOTOR DI SINJAI BARAT

(Studi Kasus Balapan Liar Remaja Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat

Kabupaten Sinjai)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

HARMIANTI

NIM : 105381100216

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)
(3)
(4)

iv

SURAT PERYATAAN Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama : Harmianti

Stambuk : 105381100216

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Judul Skripsi : Perilaku Menyimpang Geng Motor di Sinjai Barat (Studi Kasus Balapan Liar Remaja Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai)

Dengan menyatakan bahwa Skripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun. Demikian peryataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Maret 2021 Yang Membuat Peryataan

(5)

v

SURAT PERJANJIAN Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama : Harmianti

Stambuk : 105381100216

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Fakultas : Keguruandan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)

2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi. 4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1.2 dan 3 saya

bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Maret 2021 Yang Membuat Perjanjian

(6)

vi ABSTRAK

Harmianti, 2021, Perilaku Menyimpang Geng Motor di Sinjai Barat Balapan Liar Remaja Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Hidayah Quraisy dan Pembimbing II Jamaluddin Arifin.

Perilaku menyimpang balapan liar kalangan remaja di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat di tinjau dari faktor kurangnya kontrol atau penegendalian sosial, teman sebaya serta kurangnya kepedulian masyarakat.

Skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang bertujuan untuk mengungkap perilaku menyimpang balapan liar remaja desa Arabika dan dampak balapan liar terhadap masyarakat desa Arabika. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di desa Arabika kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai. Informan penelitian ini yaitu pelaku balapan liar (remaja) dan masyarakat. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga cara yaitu, observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian dari perilaku menyimpang balapan liar remaja yaitu, remaja melakukan balapan liar karena ingin mencoba hal baru serta mencari kepuasan yang kemudian kecanduan dan menjadi hobi. Timbulnya perilaku menyimpang pelaku balapan liar kalangan remaja kurangnya kontrol orang tua terhadap anaknya serta pengaruh teman sebaya dan kurangnya kepedulian masyarakat sekitar.

Dampak perilaku balapan liar terhadap masyarakat sekitar yaitu ada dua dampak positif dan negatif. Dampak positifnya membawa keberkahan tersendiri bagi warga yang mempunyai usaha bengkel yang sehari-harinya sebagai tukang tambal ban. Dampak negatifnya menganggu ketertiban umum yasng mengakibatkan kenyamana masyarakat terganggu dengan suara kendaraan pelaku balap liar.

(7)

vii ABSTRACK

Harmianti, 2021, Deviant Behavior of Motorcycle Gangs in Wets Sinjai the wild race of teenagers in Arabika village west Sinjai District Sinjai Regency. Essay. Facultry of Teacher Training and Education University Muhammadiyah Makassar. Suvervisor I Hidayah Quraisy and suvervisor II Jamaluddin Arifin.

Deviant behavior of wild racing among teenagers in Arabika village wets Sinjai district in terms of the lack of control or peer social control as well as a lack of community awareness.

This thesis uses a qualitative research approach a case study that aims to ancover adolescent wild racing deviant behavior Arabika village and inpact wild a race against society Arabika village. The location in this study namely in Arabika village west Sinjai district Sinjai regency. Then informants of this research are (teenage) and community illegal racesrs. Data collection in this study used three ways namely interview, observation and documentation.

The results of research on then deviant behavior of adolescent wild racing namely, teenagers do wild racing because they want to try new things and seek satisfaction which then become addicted and become a hobby. The emergence of deviant behavior among is lack of parental control towards their children and peer influence and lack of awareness of the surrounding community.

The inpact of illegal racing behavior on the surrounding community is positive and negative. Its positive brings its own blessings for resident who have a repair shop that works as a tire repairer. The negative impact is disturbing public order which results in the comfort of the community being disturbed by the sound of vehicles innovoled in illegal racing.

(8)

viii MOTTO

Tidak masalah seberapa lambat berjalan asalakan tidak berhenti

َّ نِإ

َّ

ََّعَم

ٱ

َِّر ۡسُعۡل

َّ

ََّّا ٗر ۡسُي

٦

َّ

ََّفَّ َت ۡغَرَفَّاَذِإَف

ٱ

َّۡبَصن

ََّّ

٧

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

(urusan) yang lain. (Q.S Al-Insyirah 6-7)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ku persembahkan karya ini kepada:

Terimah kasih kepada Ayahanda Abidin Ibunda tercinta Hajerah tetesan keringatmu, jerih payahmu, do’amu selalu menyertai langkahku. Dukungan Ayahanda dan Ibunda adalah kekuatan terdahsyat saya dalam menyelesaikan

karya ini.

terimahkasih juga kepada saudaraku, keluarga besarku, sahabat-sahabatku atas semangat yang tidak pernah surut kalian berikan, canda tawa dan kesan saat

(9)

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya. Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil. Penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Di samping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: Kedua orang tua penulis yang tercinta, Abidin dan Hajerah yang dengan segala pengorbanannya yang tak akan pernah penulis lupakan atas jasa-jasa mereka. Doa restu yang tidak henti-hentinya mengalir demi kesuksesan peneliti, nasihat dan petunjuk dari mereka yang merupakan dorongan yang paling efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat ini. Kemudian terima kasih kepada saudara tercinta yang telah memberikan dukungan kepada peneliti.

Terima kasih dan penghargaan kepada Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D serta Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Ketua Program Studi

(10)

viii

Pendidikan Sosiologi Drs. H. Nurdin, M.Si dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Sosiologi Kaharuddin, S.Pd., M.Pd., Ph.D, beserta seluruh staffnya. Dr. Hidayah Quraisy, M.Pd sebagai pembimbing I (satu) dan juga Dr. Jamaluddin Arifin, M.Pd sebagai pembimbing II (dua) yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis sejak pertama menjadi mahasiswa. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan banyak masukan dan dukungan kepada penulis. Lukman, S.Sos Kepala Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai serta masyarakat Desa Arabika yang telah memberikan bantuan kepada penulis untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku menyimpang balapan liar remaja, sehingga mendukung penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran bagi berbagai pihak. Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi masukan yang bermanfaat, khususnya bagi penulis selaku calon pendidik dan pembaca pada umumnya. Semoga segala jerih payah serta kerja keras kita bernilai ibadah disisi Allah SWT. Aamiin.

Makassar, Maret 2021

(11)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... vii

ABSTRAK BAHASA INGGRIS ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 7 E. Definisi Operasional... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

...

9

A. Kajian Konsep ... 9

B. Kajian Teori ... 22

C. Kerangka Pikir ... 24

BAB III METODE PENELITIAN

...

26

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 26

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

C. Informan Penelitian ... 27

D. Fokus Penelitian ... 27

(12)

x

F. Jenis dan Sumber Data ... 28

G. Teknik Pengumpulan Data ... 29

H. Teknik Analisis Data ... 30

I. Teknik Keabsahan Data ... 31

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

...

33

A. Sejarah Lokasi Penelitian ... 33

B. Keadaan Geografis ... 33

C. Keadaan Penduduk ... 36

D. Keadaan Pendidikan ... 37

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

...

47

A. Hasil Penelitian ... 47

1.

Penyebab perilaku menyimpang balapan liar di desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai

... 47

2.

Dampak perilaku balapan liar terhadap masyarakat di desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai

... 54

B. Pembahasan ... 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

...

67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA

...

69 LAMPIRAN

(13)

xi DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Luas daerah tiap kecamatan………...35

Table 4.2 Daftar nama kepala desa………38

Tabel 4.3 Daftar perangkat desa………38

Table 4.4 Jumlah penduduk setiap dusun……….41

Tabel 4.5 Jumlah sarana pendidikan………..43

(14)

xii TABEL GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan kerangka pikir………25 Gambar 4.1 Peta kabupaten Sinjai……….34

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja seringkali menjadi perhatian bagi masyarakat dan remaja remaja itu sendiri, karena masa ini merupakan masa yang paling menyenangkan dalam hidup mereka. Akibatkanya remaja melakukan perilaku menyimpang atau berperilaku yang tidak pantas sehingga terjadi pelanggaran norma sosial yang sering terjadi di daerah dan kota besar di Indonesia. Kesalahan yang dilakukan anak remaja seringkali menimbulkan kecemasan dan perasaan yang tidak enak bagi lingkungan dan orang tua. Anak remaja sangat membutuhkan yang namanya sosialisasi, atau setidaknya diterima oleh teman-teman sebayanya, agar anak remaja dapat berinteraksi, bergaul, berbaur, dan tumbuh bersama teman-temanya.

Remaja adalah usia yang dipenuhi dengan semangat yang sangat tinggi tetapi ada kalanya semangat tersebut mengarah ke sesuatu yang bersifat negatif sehingga sering disebut dengan kenakalan remaja. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-17 tahun. Masa remaja awal merupakan masa transisi atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu . Pada usia

(16)

tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa

Pada zaman sekarang ini, di era globalisasi banyak hal yang berubah contoh kecilnya adalah pergaulan remaja yang agak tercoreng dan tidak ada batasnya lagi, banyak di kalangan remaja melakukan hal-hal yang negatif seperti tawuran antar geng, minum-minuman keras, mengonsumsi obat-obatan terlarang seperti narkoba dan lain sebagainya yang merugikan, bukan hanya merugikan dirinya tetapi merugikan juga bagi orang lain. Perubahan besar yang dialami anak membawa pengaruh pada sikap dan tindakan ke arah lebih agresif sehingga pada periode ini banyak anak-anak dalam bertindak dapat digolongkan ke dalam tindakan yang menunjukan ke arah gejala kenakalan anak. Bentuk-bentuk kenakalan remaja semakin beragam, antara lain dipengaruhi oleh arus informasi yang diterima melalui media sosial.

Penyimpangan sosial muncul diakibatkan oleh kurangnya kesadaran anak remaja terhadap norma-norma dan peraturan-peraturan sosial yang berlaku di masyarakat. Perilaku menyimpang harus dihindari karena akan mengganggu ketertiban dan kedamaian hidup bermasyarakat. Dalam bentuk penyimpangannya pun bermacam-macam seperti seorang individu melakukan tindakan-tindakan kenakalan, contohnya perkelahian, merokok, mencuri, pergaulan bebas, serta dapat mengacaukan ketentraman di dalam lingkungan, misalnya mencoret-coret tembok umum serta melakukan kebut-kebutan di jalan raya yang dapat mengganggu keamanan lalu lintas dan membahayaka nyawa sendiri serta orang

(17)

lain, kebut-kebutan para pelaku balap liar dan dilakukan seperti di jalan raya yang banyak kendaraan melintas.

Remaja-remaja saat ini sangat dipengaruhi oleh media berita. Balapan liar motor banyak ditiru sebagian anak remaja dari berbagai media dan film-film dalam maupun luar negeri. Sekarang ini anak remaja lebih menuruti egonya daripada keselamatan dirinya, anak-anak sekolah dari SMP sampai SMA banyak yang melakukan kegiatan balapan liar sepeda motor, bisa bilang hobi yang penuh tantangan dan kompetisi oleh mereka. Tidak jarang aksi mereka lakukan bermula dari perasaan senang atau berkompetsisi dan memperebutkan sesuatu, dengan mengadu kecepatan motor yang mereka dimiliki, serta mempertaruhkan uang mereka sebagai tujuan dari kegiatan lomba liar mereka.

Aksi balapan liar yang menantang bahaya dilakukan pada sore di jalan raya. Mereka ingin tampil beda dan dikenal luas. Caranya tentu bikin aksi-aksi yang sensasional. Mulai dari kebut-kebutan serta tawuran antar geng. Aksi balapan liar jika terus berlanjut maka anak-anak akan mencari pelarian yang lainnya, misalnya minum-minuman keras dan hal lainnya yang memabukan sehingga anak mendapatkan mental yang lebih untuk melakukan balapan liar, padahal aksi balapan liar tersebut terbilang sangat nekat karena belum tentu joki yang sudah terlatih dalam bidang otomotif apa lagi banyak dari joki tidak memakai helm dan pakaian yang khusus diperuntukan untuk balapan mereka hanya memakai celana panjang dan kaos. Belum lagi knalpot racingnya yang menimbulkan suara yang sangat berisik dan mengganggu warga yang memiliki rumah di daerah sekitar dan sangat mengganggu para pengguna jalan.

(18)

Balapan liar tersebut sudah sengaja diadakan yang dikoordinir oleh pemilik bengkel agar mereka mau dibujuk untuk memodifikasi mesin motor mereka dimulai dengan memodifikasi mesin, kemudian melakukan adu kecepatan secara tidak resmi dan tentunya tidak tepat karena tidak dilakukan di sirkuit yang memang disediakan khusus untuk itu. Arena adu ketangkasan balapan liar ini di lakukan di jalan raya yang merupakan fasilitas umum.

Balap liar ini sudah sangat lama kita mendengarkannya, hanya saja kejadian balap liar yang dilakukan remaja ini tidak pernah ada habisnya, setiap tahun selalu ada remaja yang melakukan balap liar. Masyarakat di Desa Arabika menemukan titik yang menjadi lokasi balapan liar motor anak-anak muda atau remaja.

Menyaksikan aksi balap liar ini bukanlah aksi positif atau pekerjaan yang patut dicontoh, karena adanya aksi balapan ini sangat merugikan pelakunya sendiri dan bahkan bisa merugikan orang lain. Faktor-faktor yang memicu terjadinya tindakan balap liar dapat disebabkan oleh rendahnya pengendalian diri remaja yang tidak mampu mengendalikan keinginanya untu menemukan jati dirinya dengan melalukan hal-hal baru, serta buruknya kontrol sosial akibat kegagalan keluarga, lingkungan sekolah, dan penegakan hukum untuk melalukanya serta menjalangkan fungsi kontrolnya. Faktor umum penyebab balapan illegal adalah kurangnya fasilitas balapan, sehingga pemilihan jalan umum bila tersedia biasanya harus melalui proses umum yang lama. Sambil menikmati serunya balapan liar, ada perasaan luar biasa yang tidak bias dilukiskan setelah balapan usai. Faktor keluarga dan lingkungan turut menyulut

(19)

balapan liar tersebut dan mengundang teman-teman juga sangat mendorong para pelaku untuk melakukan aksi balapan liar ini.

Penelitian ini bukanlah satu-satunya penelitian, sebelumnya ada beberapa penelitian yang mengkaji tentang balapan liar. Peneliti menggambil empat penelitian terdahulu yang relevan. Pertama dari Herzegovianto Hutomo Putra (2017) dengan judul “Upaya Kepolisian Dalam Menaggulangi Balapan Liar Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Wilayah Polres Metro Jakatra Timur)”. Hasil penelitianya yaitu upaya preventif, melakukan pencegahan dengan penyuluhan kepada masyarakat dan melakukan sosialisasi keselamatan berlalu lintas. Kedua dari Tuti Atika (2015) dengan judul “Perkembangan Geng motor Sebagai Salah Satu Fenomena Kenakalan Remaja di Kota Medan”. Hasil penelitianya mengidikasikan, munculnya fenomena geng motor dikalangan remaja karena kurangnya perhatian di lingkungan keluarga selain itu kurangnyawadah untuk berekspresi bagi remaja untuk mengembangkan bakat, minat dan hobinya di berbagai bidang, kreatifitas turut menyebabkan seorang remaja ikut pada pengaruh balap liar. Ketiga Sonny Henra Septian (2017) dengan Judul “Remaja Dalam Fenomena Balap Liar (Studi Kasus Tentang Remaja Yang Menjadi Kelompok Balap Liar Di Jombang)”. Hasil penelitianya yaitu menggambarkan fenomena balap liar yang melibatkan remaja yang tergabung didalam kelompok balap liar dipengaruhi oleh tiga penyebab yaitu lingkungan keluarga, ekonomi dan keinginan pribadi. Faktor lingkungan atau pergaulan yang menjadi faktor yang dominan didalam bergabungnya remaja dalam kelompok balap liar. Keempat Bambang Agus Purwono, Suryaningsih, Marisa Elsera (2017) dengan judul

(20)

“Ketertarikan Anak SMP 05 di Kelurahan Kawal Masuk Geng Motor”. Hasil penelitianya faktor penarik yang dilihat dari lingkungan (teman bermain), adapun alasan bergabung kedalam genk motor yaitu karena setiakawan, rasa solidaritas pertemanan yang cukup erat yang terjalin antara anak genk motor, faktor pandorong yang dilihat dari diri sendiri yaitu karena anak SMP 05 memiliki waktu luang yang tidak tahu dimanfaatkan untuk apa sementara orang tua/ keluarga disibukkan dengan aktiftas masing masing, hal tersbeut menyebabkan anak lebih memilih mengisi waktu luang dengan bergabung kedalam genk motor.

Berdasarkan latar belakang maka penulis meneliti dan mengkaji lebih mendalam mengenai perilaku menyimpang adapun judul yang akan diteliti oleh penulis adalah “Perilaku Menyimpang Geng Motor Di Sinjai Barat (Studi Kasus Balapan Liar Remaja Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai)”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa penyebab perilaku menyimpang balapan liar di desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai ?

2. Bagaimana dampak perilaku balapan liar terhadap masyarakat di desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya perilaku menyimpang balapan liar yang dilakukan khususnya anak remaja

(21)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah diharapkan memberikan manfaat bagi pengembangan suatu ilmu yang berkaitan dengan judul penelitian. Kegunaan ini terbagi menjadi dua bagian yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis yang secara umum diharapkan mendatangkan manfaat.

1. Manfaat Teoritis

Dalam aspek teoritis diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan keilmuan mengenai fenomena balapan liar yang dilakukan para remaja dikalangan masyarakat.

2. Manfaat Praktis

Ditinjau dari aspek praktis, penelitian diharapkan dapat memberikan pandangan dalam menyikapi fenomena balapan liar dikalangan anak remaja.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dari judul yang penulis konsepkan bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran.

Perilaku menyimpang remaja diartikan sebagai tingkah laku , perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada dalam masyarakat. Serta remaja dapat diartikan sebagai usia yang dipenuhi dengan semangat yang sangat tinggi tetapi ada kalanya

(22)

semangat tersebut mengarah ke sesuatu yang bersifat negatif sehingga sering disebut dengan kenakalan remaja

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Konsep

1. Perilaku Menyimpang

Dalam Bruce J. Cohen (1992: 218-219), penyimpangan sosial atau perilaku menyimpang, sadar atau tidak sadar pernah kita alami atau kita lakukan. Penyimpangan sosial dapat terjadi besar atau kecil, dalam skala luas atau sempit tentu akan berakibat terganggunya keseimbangan kehidupan dalam masyarakat. Suatu perilaku dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat atau dengan kata lain penyimpangan (deviation) adalah segala macam pola perilaku tidak berhasil penyesuaian diri (compormity) terhadap masyarakat. Menurut pendapat beberapa tokoh mengenai perilaku menyimpang.

a. Robert M.Z. Lawang (2004:63)

Penyimpangan sosial adalah tindakan yang menyimpang dari norma norma yang berlaku dalam masyarakat dan menimbulkan usaha dari berwenang dari sistem untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang atau abnormal tersebut.

b. James Vander Zanden (1990:63)

Penyimpangan sosial adalah perilaku yang sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi.

(24)

c. Paul B. Horton (1984:66)

Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.

Secar umum, perilaku yang menyimpang dari aturan yang berlaku di dalam masyarakat (norma agama, etika, peraturan sekolah dan keluarga) dapat disebut sebagai perilaku menyimpang. Bentuk degorasi sebagai delik perbuatan anak remaja ini merupakan perbuatan yang tidak dewasa yang dengan sengaja melanggar hukum, dan anak itu sendiri mengetahui bahwa jika perbuatannya tidak dapat diketahui oleh petugas hukum maka dirinya dapat dikenai hukuman (Sarwono, 2011:253).

Soetomo (2013:94) berpendapat bahwa perilaku menyimpang dianggap menjadi sumber masalah sosial karena dapat membahayakan pemeliharaan sistem sosial. Perilaku menyimpang adalah perilaku yang melanggar, bertentangan atau menyimpang dari aturan yang berlaku.

Penyebab perilaku penyimpangan antara lain, adanya proses sosial yang dapat membentuk kepribadian individu secara negatif, baik dari pihak agen sosialisasi keluarga, teman bermain, lingkungan sekolah, media massa, dll (Rumiyati, dkk. 2006:19).

Pada masa remaja, perilaku menyimpangan sosial tidak dapat disebut dengan kejahatan, melainkan disebut sebagai kenakalan anak remaja. Pasalany, anak remaja masa proeses pencarian jati diri mereka serta mau melakukan apa saja, termasuk hal-hal yang bersifat negatif untuk sekedar bereksperimen. Berbeda dengan orang dewasa yang melakukan dalam hal negatif seperti tindakan kriminal

(25)

tersebut yang berdasarkan niat dari dalam diri seseorang. Jika seorang remaja melakukan perilaku menyimpang seperti kabur dari rumah, melanggar peraturan-peraturan yang ada di sekolah, bergabung dalam geng motor, atau melakukan kriminal seperti pencurian maka itu dapat disebut dengan kenakalan anak remaja. Sedangkan orang dewasa, yang melakukan tindak kriminal disebut dengan kejahatan.

Berperilaku menyimpang atau dapat disebut kenakalan anak remaja merupakan tindakan yang melanggar norma, serta aturan-aturan atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang dilakukan pada masa remaja.

a. Faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang

Tingkah laku yang dilakukan pada anak remaja bisa disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perilaku menyimpang pada remaja menurut kartono (2010:56). 1) Lingkungan Keluarga

Keluarga yaitu kesatuan masyarakat terkecil yang terdiri dari kepala keluarga serta beberapa anggota keluarga yang terkumpul di dalam tempat dan dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga mempunyai fungsi dalam kontrol sosial. Keluarga membantu anak-anak memahami peran mereka di dalam mayarakat. Dalam menghadapi orang lain biasanya orang tua yang akan menjadi orang yang paling pertama mengajari dan membimbing anak-anak nya bagaimana berperilaku atau menjadikan kebiaaan yang teratur sebagai media sosialisasi.

(26)

Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah harus terlebih dulu harus dinilai dari kualitas pengajaran. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan diluar sekolah bersama teman-temannya.

3) Kelompok Bermain

Playgroup adalah media sosialisasi yang sangat berkaitan, dikarenakan individu akan memiliki playgroup atau pergaulan dalam lingkungannya. Kelompok bermain yaitu dapat mempengaruhi kepribadian seorang anak untuk melakukan penyimpangan sosial, karena mereka saling meniru satu sama lain dan selalu belajar dari semua yang mereka lihat dari teman-teman sebayanya. Kemudian anak akan sadar akan orang lain disekitarnya.

4) Lingkungan Masyarakat

Masyarakat yaitu lingkungan terluas bagi anak remaja yang sekaligus paling banyak menawarkan pilihan dalam kehidupan anak terebut. Remaja menghadapi berbagai bentuk realitas yang ada dalam kehidupana sosial yang berbeda, perkembangan moral, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi a. Bentuk Penyimpangan Sosial

Bentuk-bentuk penyimpangan sosial dapat dibedakan menjadi dua (Soerjono Soekanto, 1988) sebagai berikut.

(27)

Adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan seseorang. Penyimpangan seperti ini biasanya diterima masyarakat karena sesuai perkembangan zaman. Misalnya emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita karir.

2) Penyimpangan bersifat negatif

Adalah penyimpangan yang bertindak kearah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk. Bobot penyimpangan negatif didasarkan pada kaidah sosial yang dilanggar. Pelanggaran terhadap kaidah susila dan adat istiadat pada umumnya dinilai lebih berat daripada pelanggaran terhadap tata cara dan sopan santun. Bentuk penyimpangan yang bersifat negatif sebagai berikut.

(a) Penyimpangan Primer Adalah penyimpangan yang bersifat temporer atau sementara dan hanya menguasai sebagian kecil kehidupan seseorang. Ciri-ciri penyimpangan primer antara lain, yaitu : bersifat sementara, gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang, dan masyarakat masih mentolerir/menerima. Contohnya : misalnya pegawai kerja membolos kerja, siswa yang membolos atau menyontek saat ujian, dan melanggar peraturan lalu lintas.

(b) Penyimpangan Sekunder Adalah perbuatan yang dilakukan secara khas dengan memperlihatkan perilaku menyimpang. Ciri-ciri penyimpangan sekunder, yaitu : gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang

(28)

dan masyarakat tidak bisa mentolerir perilaku penyimpangan tersebut. Contohnya : pembunuhan, perjudian, perampokan, dan pemerkosaan

(c) Penyimpangan Individu Adalah penyimpangan yang dilakukan oleh seorang individu dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku. Contohnya : pencurian yang dilakukan sendiri.

(d) Penyimpangan Kelompok Adalah penyimpangan yang dilakukan secara berkelompok dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma masyarakat yang berlaku. Contohnya : geng kejahatan, mafia, gangster.

(e) Penyimpangan Situasional Penyimpangan jenis ini disebabkan oleh pengaruh bermacam-macam kekuatan situasional/sosial di luar individu dan memaksa individu tersebut untuk berbuat menyimpang. Contohnya : seorang suami yang terpaksa mencuri karena melihat anak dan istrinya yang kelaparan

(f) Penyimpangan Sistematik Adalah suatu sistem tingkah laku yang disertai organisasi sosial khusus, status formal, peranan-peranan, nilai-nilai, norma-norma, dan moral tertentu yang semuanya berbeda dengan situasi umum. Segala pikiran dan perbuatan yang menyimpang itu kemudian dibenarkan oleh semua anggota masyarakat.

(29)

Menurut Paul B. Horton (1984:68) penyimpangan sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1) Perilaku dikatakan menyimpang atau tidak harus bisa dinilai berdasarkan kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya. Contohnya mencuri dikatakan menyimpang karena merugikan banyak orang

2) Penyimpangan juga bisa diterima bisa juga ditolak perilaku menyimpang tidak selamanya negatif, ada kala penyimpangan bisa diterima masyarakat, misalnya wanita karier. Adapun pembunuhan dan perampokan yang ditolak masyarakat.

3) Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak semua orang pernah melakukan penyimpangan sosial, tetapi pada batas-batas tertentu yang bersifat relatif untuk semua orang. Perbedaannya hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangan. Contohnya penyimpangan relatif, poligami di suatu daerah dikatakan menyimpang namun di daerah lain tidak, sedangkan penyimpangan mutlak adalah penyimpangan yang semua orang pernah lakukan seperti membuang sampah sembarangan.

c. Penyebab Terjadinya Perilaku Menyimpang

Menurut Wilnes (Soerjono soekanto, 1988:45) bukunya “punishment and

eformation” sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu

sebagai berikut.

1) Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).

(30)

2) Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan), misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.

Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa geng motor yang melakukan tindakan kriminalitas dan brutal termasuk dalam bentuk penyimpangan kelompok hal ini dikarenakan tindakan yang menyimpang itu dilakukan oleh kelompok geng motor, sedangkan kalau dilihat dari segi sifatnya keberadaan geng motor bisa diklasifikasikan sebagai perilaku penyimpangan negatif karena perbuatan mereka selalu berakibat korban dan atau kerusakan yang menimbulkan penilaian tercela dari masyarakat. Sedangkan dilihat dari contohnya tindakan geng motor menurut penulis bisa dikategorikan sebagai bentuk kenakalan anak-anak hal ini disebabkan karena pelaku dan anggota geng motor merupakan anak-anak usia dibawah 18 Tahun, yang menurut aturan hukum masuk dalam klasifikasi pidana anak.

2. Geng Motor

Dalam bahasa psikoanalisis Sigmund Freud (1856-1939) kaum remaja lebih mengikuti dorongan agresif ketimbang hati nurani. Keberadaan ego mereka gagal untuk mengatasi agresivitas menjadi aktivitas sosial yang dapat diterima dengan baik dalam kehidupan sosial (sublimasi).

Istilah gangs (geng) ini sejak lama telah digunakan untuk merujuk pada kelompok-kelompok berkisar dari “play group” (kelompok bermain di masa kanak-kanak dan remaja) hingga kelompok kejahatan terorganisasikan. Geng menjadi perhatian umum karena secara awam istilah tersebut merujuk pada

(31)

komunitas perusuh yang biasanya terdiri dari anak-anak muda. Beranjak pada pengertian yang lebih sederhana, geng adalah kelompok perkoncoan remaja, bukan kelompok pemuda yang didukung orang dewasa. Ini merupakan kelompok yang anggotanya selalu bersama-sama secara teratur dan mereka menentukan sendiri kriteria keanggotaannya.

Geng Delinquen banyak tumbuh dan berkembang di kota-kota besar dan bertanggung jawab atas banyaknya kejahatan dalam bentuk pencurian, perusakan milik orang lain dengan sengaja melanggar dan menentang otoritas orang dewasa serta moralitas yang konvensional, melakukan tindakan kekerasan meneror lingkungan, dan lain-lain. Yamil anwar andang (2000).

Jumlah anggotanya sekitar antara 3-40 anak remaja, jarang beranggotakan lebih dari 50 orang anak remaja, anggota geng lebih banyak terdiri anak laki-laki ketimbang anak perempuan, walaupun ada perempuan di dalamnya.

Menurut Kartini Kartono, geng banyak tumbuh dan berkembang di kota-kota besar. Geng juga identik dengan berbagai bentuk kenakalan yang mengarah pada tindak kriminalitas. Meskipun sebenarnya, gerombolan anak laki dari suatu geng terdiri dari anak-anak normal, namun oleh satu atau beberapa bentuk pengabaian dan upaya mereka mencari kompensasi bagi segala kekurangannya menyebabkan anak-anak muda ini kemudian menjadi jahat. Anak-anak menjadi jahat dan berusaha mendapatkan segala sesuatu yang membahagiakan dan memuaskan mereka, anak remaja menganggap apa yang diberikan oleh orang tua, keluarga, dan masyarakat sekitarnya tidak cukup. Hal-hal yang tidak ditemukan

(32)

ditengah-tengah keluarga dan lingkungan sendiri, kemudian justru mereka dapatkan di dalam sebuah geng motor, seperti kesetiakawanan dan kebersamaan.

Berkaitan dengan sanksi sebagaimana yang dikatakan oleh Kartono, maka segala sesuatu yang dianggap melanggar ketentuan dalam geng, maka individu tersebut akan dikenakan sanksi berupa kekerasan, dikucilkan, dan ejekan yang diterima dari anggota lainnya sampai dikeluarkan dari keanggotaan geng. Beberapa ciri geng tadi dapat disebutkan di bawah ini:

a) Jumlah anggotanya berkisar antara 3-40 anak remaja. Jarang beranggotakan lebih dari 50 anak remaja.

b) Anggota geng lebih banyak terdiri dari anak laki-laki ketimbang anak perempuan, walaupun ada juga anak perempuan yang ikut di dalamnya. Didalam geng tersebut umum terjadi relasi heteroseksual bebas antara laki-laki dan perempuan (yang merasa dirinya “maju dan modern”), Sering pula berlangsung perkawinan di antara mereka sungguhpun pada umumnya anak laki-laki lebih suka kawin dengan perempuan luar dan bukan dengan anggota geng sendiri.

c) Kepemimpinan ada di tangan seorang anak muda yang dianggap paling banyak berprestasi dan memiliki lebih banyak keunggulan atau kelebihan daripada anak-anak remaja lainnya.

d) Umur anggotanya berkisar 7-25 tahun. Pada umumnya semua anggota berusia sebaya, berupa per-group atau kawan-kawan sebaya yang memiliki semangat dan ambisi yang kurang lebih sama.

(33)

e) Anggota geng biasanya bersikap konvensional bahkan sering fanatik dalam mematuhi nilai-nilai dan norma geng sendiri. Pada umumnya mereka sangat setia dan loyal terhadap sesama.

f) Di dalam geng sendiri anak-anak itu mendapatkan status sosial dan peranan tertentu sebagai imbalan partisipasinya. Mereka harus mampu menjunjung tinggi nama kelompok sendiri. Semakin kasar, kejam, sadistis dan berandalan tingkah-laku mereka, semakin "tenang lah" nama gengnya, dan semakin bangga lah hati mereka. Nama pribadi dan gengnya menjadi mencuat dan banyak ditiru oleh kelompok berandalan remaja lainnya.

3. Balap Liar

Widyarini (2015:18-20) menyatakan bahwa balap liar adalah kegiatan beradu cepat kendaraan, baik sepeda motor yang dilakukan di atas lintasan umum. Artinya kegiatan ini sama sekali tidak digelar di lintasan balap resmi melainkan di jalan raya.

Perkembangan remaja memiliki berbagai kebutuhan-kebutuhan. Kebutuhan yang pertama adalah kebutuhan biologis atau yang disebut juga

biological motivation. Kebutuhan yang kedua adalah kebutuhan psikologis.

Kebutuhan psikologis meliputi kebutuhan beragama dan kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan yang terakhir adalah kebutuhan sosial, meliputi kebutuhan untuk dikenal, kebutuhan berkelompok, habit (kebiasaan), dan aktualisasi diri (Sofyan S Willis, 2008: 44). Kebutuhan untuk dikenal dan dihargai bagi sebagian remaja dipenuhi dengan melakukan balapan liar.

(34)

Kenakalan anak muda yang sedang populer di zaman sekarang ini adalah kenakalan balapan liar motor, yaitu salah satu kegiatan yang dilakukan oleh anak remaja dalam komunitas motor serta dapat mengganggu ketertiban umum yaitu adanya kegiatan aksi balapan liar yang dilakukan individu terutama di jalan raya. Balapan liar sering kita kita lihat atau didapati di jalan jalan umum, yang dimana raungan suara kendaraan sepeda motor mereka berderu kencang di tengan jalan serta pekikan klakson dari para pembalap tiada henti berbunyi diantara beberapa kendaraan yang lewat, disaat iring-iringan kendaraan sepeda motor mereka melewati simpang jalan yang terdengar suara tepukan tangan dari para penonton di pinggir jalan yang sedang asyik melihat pada saat sepeda motor melaju sangat kencang.

Balap liar terdiri dari dua kata yaitu, kata “balapan” dan kata “liar”. Kata race berasal dari kata racing dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa yang artinya racing. “balapan” berarti pengangkutan kendaraan yang bergerak cepat. “Loging” mengacu para orang yang berkompetisi dalam perlombaan kcepatan. “Race” yang artinya perlombaan cepat

a. Faktor yang melatarbelakangi balap liar

Kaum muda mengikuti balapan liar di jalan raya karena mereka mencari sensasi, mereka mendapatkan perhatian orang, mereka taruhan uang, mereka ingin merasa hebat, mereka ingin dipuji, untuk itu mereka merasa senang karena tidak ada kerjaan, jadi anak muda melakukan balapan liar. pendorong sehingga terjadinya balapan liar, yaitu:

(35)

1) Minimnya fasilitas balap membuat pelaku balap liar ini memilih jalan yang bebas hambatan. Kalaupun tersedia, biasanya harus melalui proses yang panjang.

2) Ayik dan memompa adrenalin, nikmati serunya balapan liar, ada perasaan luar biasa yang tidak dilukiskan usai balapan.

Menurut Wilnes dalam bukunya Punisment and Reformation, penyebab penyimpangan/kejahatan dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Faktor subjektif, yaitu faktor yang berasal dari manusia itu sendiri (sifat bawaan).

2. Faktor objektif, adalah faktor dari luar (lingkungan).

Seseorang yang melakukan aktivitas menyimpang karena sering membaca atau menonton program yang mempengaruhi pikirannya untuk melakukan hal yang sama, yang sedang disiarkan, itu adalah bentuk perilaku abnormal yang disebabkan oleh pembelajaran abnormal.

b. Dampak bagi yang melakukan balap liar

Akibat atau yang ditimbulkan dari balapan ilegal secara umum, yaitu: 1) Mengganggu ketertiban dan kenyamanan masyarakat.

2) Menyebabkan kecelakaan di jalan raya yang menimbulkan korban jiwa.

Dampak dari perilaku balapan liar sangat beragam dan negatif, diantaranya:

a) Sekolah mereka terganggu. b) Jarang pulang ke rumah.

(36)

d) Membuang buang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna. e) Masa depan yang akan berantakan.

f) Dikucilkan oleh masyarakat.

B. Kajian Teori

Teori yang berspektif sosiologi tentang perilaku menyimpang berupaya menggali kondisi-kondisi sosial yang mendasari penyimpangan. Teori-teori digunakan dalam menganalisa perilaku menyimpang yaitu teori-teori sosiologi yang akan mengkaji lebih dalam mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang yang dikemukakan oleh para ahli sosiologi dalam menganalisis bentuk-bentuk perilaku menyimpang yang terjadi dalam masyarakat diantaranya, teori anomie dan teori Labelling.

1. Teori Anomie

Emile Durkheim (Iman Santosa, 2011) mengatakan anomie adalah suatu kondisi adanya norma atau tidak adanya aturan-aturan atau norma-norma bersama. Teori anomie untuk mendeskripsikan kondisi tanpa norma yang terjadi dalam masyarakat. Anomie berarti runtuhnya mengenai bagaimana masyarakat seharusnya bersikap terhadap yang lain. Teori anomie terdiri dari tiga perspektif, yaitu manusia sebagai makhluk sosial, keberadaan manusia sebagai makhluk sosial dan manusia cenderung hidup dalam masyarakat dan keberadaanya sangat tergantung pada masyarakat tersebut sebagai koloni.

Teori ini menyatakan bahwa penyimpangan terjadi apabila dalam suatu masyarakat terdapat sejumlah kebudayaan khusus (etnik, agama, kebangsaan,

(37)

kedaerahan, dan kelas sosial) yang dapat merugikan kemungkinan timbulnya kesepakatan nilai (value consensus). Dengan kata lain, anomie menggambarkan sebuah masyarakat yang memiliki banyak norma dan nilai atau norma yang dapat dipatuhi secara konsisten dan diterima secara luas. Masyarakat seperti itu tidak mempunyai arah perilaku masyarakat yang teratur.

Teori anomie berasumsi bahwa penyimpangan adalah akibat adanya ketegangan struktur sosial sehingga ada individu yang mengalami tekanan dan akhirnya menyimpang (Robert Merton dalam Elly M. Setiadi & Usman Kolip).

2. Teori Labelling

Backer (Dwi J. Narwoko dan Bagong Suyanto, 2007) menyatakan teori labeling penyimpangan adalah suatu konsekuensi dari penerapan aturan-aturan dan saksi oleh orang lain kepada seorang pelanggar penyimpangan merupakan suatu yang bersifat relative dan bahkan juga membingungkan. Karena untuk memahami apa yang dimaksud sebagai perilaku menyimpang harus diuji melalui reaksi orang lain.

Teori ini berusaha untuk menjelaskan mengapa individu tertentu tertarik atau terlibat didalam perilaku menyimpang, tapi yang lebih ditekankan adalah pada pentingnya definisi-definisi sosial dan sanksi-sangsi sosial yang negatif yang dihubungkan dengan dengan tekanan-tekanan individu untuk masuk pada perilaku menyimpang. Analisis pemberian cap itu dipusatkan kepada orang lain, atau orang yang memberi definisi julukan atau label pada individu yang bersifat negatif.

(38)

Teori ini menggambarkan bagaimana suatu perilaku menyimpang seringkali menimbulkan serangkaian peristiwa justru mempertegas keadaan tertentu pemberian julukan mendorong timbulnya penyimpangan berikutnya. Dalam keadaan tertentu lainya, pemberian julukan akan mendorong kembalinya orang yang menyimpang perilaku yang norma.

C. Kerangka Konsep

Balap liar yang dilakukan oleh beberapa orang yang masih terbilang remaja di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, dikarenakan beberapa faktor diantaranya adalah tingginya angka putus sekolah yang mengakibatkan tingkat pendidikan begitu rendah. Hal tersebut menjadi pemicu utama terjadinya perilaku menyimpang dikalangan remaja sehingga sehingga anak tersebut akan mudah terpengaruh oleh lingkungan pergaulan yang kurang baik.. Kemudian tak bisa dipungkiri di era teknologi dan informasi digital seperti saat ini, media massa seakan menjadi candu masyarakat Indonesia dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat khususnya kalangan remaja. Kehadiran media sosial yang banyak menawarkan kemudahan yang membuat remaja betah berlama-lama dalam menggunakannya. Munculnya berbagai macam aplikasi memberikan pengaruh langsung baik positif maupun negatif. Pengaruh negatif dari media sosial tersebut juga menjadi salah satu penyebab sehingga perilaku menyimpang dapat terjadi pada anak misalnya susah bersosialisasi disebabkan karena mereka malas belajar berkomunikasi secara nyata, serta mengurangi waktu belajar.

(39)

Bagang Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Peilaku menyimpang geng motor

remaja Desa Arabika

Balapan liar remaja Desa

Arabika

Faktor Penyebab terjadinya

balap liar

Dampak dari balap liar

Masyarakat

Geng motor

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian kualitatif adalah proses memahami masalah sosial berdasarkan metodologi yang berbeda. Dalam hal ini, peneliti akan menyusun gambaran yang kompleks, menganalisa kata demi kata dan menyusun hasil penelitian secara natural/sesuai fakta dilapangan., John W Creswell (2016)

Jenis penelitian penelitian ini adalah penelitian kualitatif (qualitative

research),. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berupaya menganalisis

kehidupan sosial dengan menggambarkan dunia sosial dari sudut pandang atau interpretasi individu (informan) dalam latar alamiah. Dengan kata lain, penelitian kualitatif berupaya memahami bagaimana seseorang individu melihat, memaknai atau menggambarkan dunia sosialnya yang berada di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif deskriptif yaitu pendekatan pendekatan studi kasus. Alasan peneliti menggunakan pendekatan studi kasus merupakan penelitian mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuan untuk memperoleh deskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah identitas.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

(41)

Penelitian dalam penulisan ini dilaksanakan di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan peneliti untuk melakukan penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal dikeluarkannya surat izin penelitian dalam kurang waktu kurang lebih 2 bulan.

C. Fokus Penelitian

Peneliti memfokuskan pada anak remaja yang melakukan pelanggaran aturan seperti balapan liar sepeda motor.

D. Informan Penelitian

Teknik penentuan informan dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah teknik Snowball Sampling. Teknik Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awal jumlahnya sedikit lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data.

Dalam snowball sampling identifikasi awal dimulai dari seseorang yang masuk dalam kriteria penelitian kemudian dalam hubungan keterkaitan langsung maupun tidak langsung dapat ditemukan responden selanjutnya.

Pada penelitian ini sendiri kriteria yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Kriteria dalam penelitian adalah pelaku balapan liar (anak remaja SMP-SMA)

(42)

2. Orang tua pelaku balapan liar 3. Masyarakat Desa Arabika 4. Tokoh masyarakat

5. Objek yang akan dipilih peneliti di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten sinjai yaitu berjumlah 13 informan, terdiri dari 7 pelaku balapan liar (anak remaja), 2 orang tua pelaku balapan liar, 6 masyarakat Desa Arabika, 1 tokoh masyarakat.pelaku balapan liar, orang tua, masyarakat Desa Arabika dan tokoh masyarakat adalah objek yang dimintai keterangan secara langsung mengenai penyebab terjadinya balapan liar dan dampak dari balapan liar di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.

E. Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini sesuai dengan permasalahan dan tujuan peneliti, dibagi kedalam dua jenis data yaitu:

1. Data primer

Sumber data primer diperoleh langung dari subjek penelitian. Adapun data yag dibutuhkan oleh peneliti yaitu yaitu anak remaja yang melakukan balap liar desa Arabika. Selain itu terdapat juga sumber data penunjang terhadap data mentah yaitu data yang diperoleh dari orang tua remaja dan tokoh masyarakat.

(43)

Data sekunder merupakan data yang secara tidak langung diperoleh erta melalui perantara. Data sekunder ini dapat mendukung data primer yang didaparkan sebelumnya. Data sekunder merupakan pelengkap, meliputi media seperti: internet, majalah,Koran, buku, dan skripsi yang menjadi dan berkaitan dengan masalah yang diteliti.

F. Instrumen Penelitian

Adapun instrument penelitian yang digunakanlah instrumen penelitian berupa lembar observasi, panduan wawancara, dokumentasi dan peneliti itu sendiri. Sebagai pendukung dalam penelitian. Adapun instrumen yang di maksud adalah sebagai berikut:

1. Pedoman wawancara, berisi seperangkat daftar pertanyaan peneliti sesuai dengan rumusan masalah pertanyaan mengenai balapan liar remaja serta dampak balapan liar bagi masyarakat.

2. Lembar observasi, berisi catatan yang diperoleh peneliti pada saat melakukan pengamatan langsung dilapangan.

3. Catatan dokumentasi, berisi data pendukung yang dikumpulkan sebagai penguatan data observasi dan wawancara yang berupa gambar, grafik maupun vidio serta alat dokumentasi yang dipersiapkan peneliti berupa kamera untuk memotret keadaan dan lingkungan di desa Arabika kecamatan Sinjai Barat.

(44)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara-cara yang dilakukan periset untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian. Penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data yakni:

1. Observasi

Dengan cara pengambilan data dengan mata tanpa bantuan alat standar lain untuk tujuan ini. Dalam aktivitas sehari-hari, kita selalu menggunakan mata untuk mengamati sesuatu. Observasi digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematis tentang balapan liar dikalangan remaja di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.

2. Wawancara

Yakni, proses memperoleh informasi untuk penelitian dengan tanya jawab, tatap muka antara penanya dan reponden dengan menggunakan alat bantu yang sebut pedoman wawancara.

3. Dokumentasi

Dokumen berikut adalah catatan peristiwa yang terjadi atau yang sudah berlalu. Dokumentasi reguler berupa tulisan, lukisan atau karya yang monumental seseorang.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, penjabaran ke dalam unit-unit,

(45)

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.

Langkah-langkah model analisis data Miles dan Huberman menyatakan sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data yaitu data yang diperoleh dilapangan dari jumlahnya sangat banyak, untuk itu perlu maka dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, makin lama peneliti di lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data yaitu merangkum dari hasil catatan yang didapatkan dan memilih hal-hal yang penting untuk memperoleh dalam bentuk data kemudian disusun lebih sistematis sehingga lebih mudah dipahami

2. Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Agar dalam penyajian data dapat diwujudkan dalam bentuk matrik, grafis, jaringan atau bagang sebagai wadah panduan informasi tentang apa yang terjadi. Data disajikan sesuai dengan apa yang diteliti..

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami makna, keteraturan pola penjelasan, alur sebab, akibat atau proporsi. Kesimpulan yang

(46)

ditarik segera diverifikasi dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali sambil melihat catatan lapangan agar memperoleh pemahaman yang lebih tepat. Selain itu juga dapat dilakukan agar data yang diperoleh dan penafsiran terhadap data tersebut memiliki validasi sehingga kesimpulan ditarik menjadi kokoh.

I. Teknik Pengabsahan Data

Teknik keabsahan data merupakan proses mentrigulasikan dua data yang terdiri data observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun alat yang digunakan untuk menguji keabsahan data antara lain :

1. Trigulasi sumber yang mana peneliti mencari kebenaran informasi melalui berbagai cara dan sumber diperoleh data. Seperti, peneliti melakukan wawancara tentang balapan liar remaja secara mendalam dan observasi, peneliti bias menggunakan observasi terlibat, dokumen tertulis, catatan resmi dan lainnya.

2. Trigulasi teknik disini menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data kepada sumber sama tetapi dengan teknik yang berbeda. Seperti data diperoleh dengan cara wawancara, kemudian dicek dengan observasi dan dokumentasi. Apabila dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data mana yang dianggap benar.

(47)

BAB IV

GAMBARAN HISTORIS LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Kabupaten Sinjai

Kabupaten Sinjai adalah kabupaten yang terdiri dari beberapa kerajaan kerajaan-kerajaan, seperti kerajaan-kerajaan yang bergabung dalam federasi Tellu Limpoe dan kerajaan-kerajaan yang tergabung dalam federasi Pitu Limpoe. Tellu Limpoe yang terdiri dari kerajaan-kerajaan yang berada dekat pesisir pantai, yaitu kerajaan Tondong, Bulo-bulo dan Lamatti. Sedangkan Pitu Limpoe adalah kerajaan-kerajaan yang berada di dataran tinggi, yaitu kerajaan Turungeng, Manimpahoi, Terasa, Pao, Manipi, Suka dan Bala Suka. Dalam lontara susunan raja-raja yang ada di Sinjai pada masa lampau, bahwa yang pertama menjadi raja dan arung ialah Manurung Tanralili, yang kemudian dikenal dengan gelar Timpae Tanah atau To Pasaja. Keturunan Puatta Timpae Tanah atau To Pasaja merupakan cikal bakal dan pendiri kerajaan Tonddong dan Lamatti.

2. Keadaan Geografis dan Iklim

a. Secara geografis

Kabupaten Sinjai adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Balangnipa. Balangnipa atau Kota Sinjai berjarak sekitar ±220 km dari Kota Makassar. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 819,96 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 228.879 jiwa.

(48)

kabupaten Sinjai terletak pada titik 5o21’16” lintang selatang dan 119o56’30” bujur timur. Kabupaten sinjai terletak di bagian pantai timur provinsi Sulawesi Selatan yang berjarak sekitar 819,96 km2 (81.996 ha)

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Sinjai

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sinjai

Secara astronomi Kabupaten Sinjai terletak pada Koordinat: 2'19' 50" - 5' 36' 47" LS & 119'48'30" - 120'10'00" BT. Kabupaten Sinjai secara geografis terdiri atas dataran rendah di kecamatan Sinjai Utara, Tellu Limpoe dan Sinjai Timur. Selanjutnya daerah dataran tinggi dimulai dari Sinjai Barat, Sinjai Tengah, Sinjai Selatan dan Sinjai Borong. Sedangkan kecamatan terunik adalah kecamatan Pulau Sembilan berupa hamparan 9 pulau yang berderet sampai mendekati Pulau Buton.

(49)

Kabupaten Sinjai terletak di bagian pantai timur Provinsi Sulawesi Selatan yang berjarak sekitar 223 km dari kota Makassar. Posisi wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Bone (bagian Utara), Teluk. Bone (bagian Timur), Kabupaten Bulukumba (di bagian Selatan) dan Kabupaten Gowa (di bagian Barat) .Secara administrasi Kabupaten Sinjai terdiri dari 9 (sembilan) kecamatan, dan sebanyak 80 (delapan puluh) desa/kelurahan.

Tabel. 4.1 Luas daerah tiap Kecamatan di Kabupaten Sinjai

No Kecamatan Ibu Kota Luas Wilayah (Km)

1. Sinjai Barat Manipi 135,5316

2. Sinjai Borong Pasir putih 66,978

3. Sinjai Selatan Bikeru 131,9916

4. Sinjai Timur Mangarabombang 71,888

5. Sinjai Tengah Lappadata 129,7015

6. Sinjai Utara Balangnipa 29,573

7. Bulupoddo Bulupoddo 99,4712

8. Tellu Limpoe Mannanti 147,3017

9. Pulau Sembilan Kunbuno 7,550,92

JUMLAH 1.507.3066

Sumber: badan Pusat Statistik 2020

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat luas setiap Kecamatan di Kabupaten Sinjai. Yang mana Kecamatan Pulau Sembilan memiliki luas terbesar dengan 7,550,92Km², sementara Kecamatan Sinjai Utara memiliki luas wilayah yang terkecil dengan 29,573 Km².

(50)

Sinjai Bersatu adalah motto Kabupaten Sinjai. Motto ini memiliki makna yang dalam dan merupakan harapan, tekad serta keinginan masyarakat Sinjai. Motto ini juga menggambarkan keinginan masyarakat Sinjai untuk membangun dan mempertahankan kebersamaan, persatuan dan kesatuan serta sebagai sumber inspirasi dan motivasi dalam pembangunan daerah pada berbagai aspeknya. Sinjai Bersatu juga merupakan dua kata yang dirangkai dari kata Sinjai yang menunjukkan bumi dan masyarakat Sinjai, sedangkan BERSATU selain makna dan harapan menunjukkan keinginan untuk membangun dan mempertahankan kebersamaan, persatuan kesatuan.

b. Iklim

Sepanjang tahun daerah ini termasuk beriklim sub tropis, yang mengenal 2 (dua) musim, yaitu musim penghujan pada periode April-Oktober dan musim kemarau yang berlangsung pada periode Oktober-April.Dari keseluruhan tipe iklim yang ada tersebut, Kabupaten Sinjai mempunyai curah hujan berkisar antara mm/tahun, dengan hari hujan yang bervariasi antara hari hujan/tahun. Kelembaban udara rata-rata, tercatat berkisar antara 64 87%, dengan suhu udara rata-rata berkisar antara 21,1 o C 32,4 o C.

3. Topografi dan bahasa

a. Topografi

Kabupaten Sinjai Secara geografis terdiri atau wilayah pesisir, dataran rendah dan dataran tinggi dengan ketinggian antara 0- 2.871 meter diatas

(51)

permukaan laut (mdpl). Wilayahnya termasuk 9 pulau-pulau kecil di teluk bone yang masuk wilayah kecamatan pulau sembilan. Pesisir di Kabupaten Sinjai berada disepanjang batas sebelah timur dan tergolong sempit meliputi kecamatan Sinjai Timur, Sinjai Utara dan Kecamatan Tellu Limpoe. Selanjutnya dataran tinggi yang merupakan lereng timur Gunung Lompobattang dan Gunung Bawakaraeng meliputi Kecamatan Sinjai Barat dan Sinjai Borong serta dataran tinggi pegunungan Bohonglangi meliputi sebagian wilayah Kecamatan Bulupoddo.

c. Bahasa

Bahasa resmi Kabupaten Sinjai adalah bahasa Indonesia. Menurut statistik kebahasaan 2019 oleh badan bahasa , terdapat satu bahasa di Kabupaten Sinjai yaitu bahasa Bugis (khusus dialek Sinjai).

B. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Desa Arabika

Menurut sejarah desa Arabika yang terletak di sepanjang sungai Arango dengan sungai Rumpala yang dihuni oleh masyarakat kerajaan yang bernama Kasuarang dengan pemimpinnya yang bernama Puangta Kasuarang. Dengan berkembangnya penduduk maka terbentuk suatu perkampungan yang bernama kampong Arabika yang berarti perkumpulan dari beberapa kampung yaitu: Arango, Ambi, Bihulo, dan Kasuarang. Ambi dan Bihulo adalah nama kampung yang terletak di sepanjang sungai Rumpala. Dengan berkembangnya penduduk maka pada tahun 1983 desa Arabika dimekarkan menjadi menjadi 2 (dua) Desa

(52)

yaitu desa Arabika dan desa Bontolempangan, kemudian desa Arabika membentuk satu dusun yaitu dusun Bondu jadi jumlah dusun ada tiga yaitu: dusun Arango, dusun Bondu dan dusun Kasuarang.

Tabel 4.2 Daftar nama kepala Desa Arabika yang pernah menjabat

No Nama Jabatan

1. Andi Abdullah Bs Ba Kepala Desa

2. Andi Syamsuddin Temma Kepala Desa

3. Andi Muh. Hasyim Kepala Desa

4. Letnan Cando Kepala Desa

5. Andi Martadi Kepala Desa

6. Drs. Muh. Asra T Kepala Desa

7. Nasir Diking S.Sos Pelaksanaan Tugas Kepala Desa

8. Andi Baso Ag Kepala Desa Sekarang

Sumber: Kantor Desa Arabika

Tabel 4.3 Data Perangkat Desa

No Nama Jabatan Keterangan

1) Andi Baso AG Kepala Desa

2) Lukman S.Sos Sekretaris Desa

3) Haeruddin S.Pd.I Kepala Seksi Pemerintahan 4) Sutarni Sunusi SE Kepala Seksi Pelayanan

(53)

6) Musafir S.Pd Kepala Urusan Keuangan

7) Andi Suhartina Kepala Urusan Administrasi

8) Resky Aris Munandar Kepala Urusan Perencanaan

9) Wahyuddin S.Pd Kepala Kewilayahan Arango

10) Muhammad Nasir S.Ag Kepala Kewilayahan Idaman 11) Andi Baso Tabrani Kepala kewilayahan Ramah

12) Sam Tuo Jaya Kepala Kewilayahan Bondu

13) Gading Kepala Kewilayahan

Kasuarang

Sumber: Kantor Desa Arabika

2. Letak Geografis dan Luas Wilayah

Desa Arabika merupakan salah satu desa di Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis desa Arabika berbatasan dengan wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Bontolempangan

b. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Bontolempangan dan Bonto Salama c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Bontolempangan

d. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Gunung Perak dan Kelurahan Tassililu

Secara Administratif wilayah desa Arabika terdiri dari 5 dusun, Rukun 13 warga dan 28 rukun tetangga.

(54)

Secara umum tipologi desa Arabika terdiri dari (persawahan, perladangan, perkebunan, peternakan kerajinan dan industri kecil, industri sedang dan besar jasa dan perdagangan).

Topografis desa Arabika secara umum termasuk daerah berbukit dan gelombang, perbukitan terjal dan berdasarkan ketinggian wilayah desa Arabika dari permukaan laut 800-900 M dengan curah hujan 1500 mm/tahun. Luas desa Arabika adalah 1310 ha dengan rincian sebagai berikut:

1) Sawah irigasi teknis = 275.01 ha

2) Lading = 27,50 3) Pemukiman = 129 ha 4) Lapangan = 1,5 ha 5) Perkantoran pemerintah = 1,7 ha 6) Hutan lindung = 300 ha 7) Lain-lain = 117,01

3. Aspek Demografi Desa Arabika

Uraian data aspek demografi di Desa Arabika meliputi jumlah penduduk di setiap dusun.

Jumlah penduduk Desa Arabika tercatat sebanyak 2876 jiwa. Dengan perbandingan 1043 jiwa untuk penduduk laki-laki dan sebanyak 1473 jiwa untuk penduduk perempuan, yang tersebar dalam 5 (lima) dusun sebagaimana dalam tabel berikut:

(55)

Tabel. 4.4 Jumlah penduduk setiap Dusun

No Dusun Jumlah Penduduk (jiwa)

1. Arango 654 2. Idaman 647 3. Ramah 479 4. Kasuarang 490 5. Bondu 606 Desa Arabika 2876

Sumber: Laporan Pertanggung jawaban Kepala Desa (LKPJ) tahun 2020

Diantara kelima dusun yang ada di desa Arabika, dusun Arango merupakan dusun yang paling banyak penduduknya, yakni sekitar 654 jiwa dari 2876 jiwa jumlah keseluruhan penduduk desa Arabika. Kemudian dusun yang paling sedikit penduduknya dari kelima dusun yaitu dusun Ramah yakni sekitar 479 jiwa dari 2876 dari keseluruhan penduduk.

4. Visi Misi Desa

a. Visi

“ Memajukan Penyelenggaraan Pembangunan Di Segala Aspek Kehidupan Masyarakat Menuju Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa Arabika Dengan Berbasis Kemandirian Lokal”

b. Misi

1) Melaksanakan musyawarah pada awal tahun untuk merencanakan anggaran pendapatan belanja desa (APBD) merencanakan program

(56)

pembangunan dan pada akhir tahun melaksanakan rapat pertanggungjawaban pelaksanaan tugas-tugas kepala desa selama setahun.

2) Mengupayakan untuk mengaktifkan secara optimal aparat desa dan lembaga-lembaga desa diantaranya BPD, LPM, KATIMBAS, Organisasi Pemuda dan Institusi masyarakat lainya yang ada dalam wilayah desa Arabika.

3) Memantapkan pembinaan kelompok tani dan memfasilitasi bantuan para petani dari pemerintah daerah secara teknis

4) Memberikan hak kepada aparat desa dan kepala dusun untuk mengatur penataan kerja sesuai dengan fungsinya masing-masing. 5) Mengoptimalkan program kerukunan etnis suku dan budaya

6) Mengaktifkan TK/TPA dan memberdayakan majelis-majelis taklim yang sudah ada melalui kegiatan-kegiatan keagamaan atau kegiatan lainnya serta lebih meningkatkan penyuluhan-penyuluhan agama lewat pengajian dan kegiatan semacamnya

7) Peningkatan partisipasi dan gotong royong masyarakat 8) Peningkatan jalan tani masing-masing dusun

9) Peningkatan irigasi dan sarana air bersih 5. Infrastruktur Pendidikan

Dalam kehidupan ini untuk menunjang agar hidup bisa lebih baik atau

mapan maka salah satu yang dibutuhkan adalah Pendidikan disebabkan karena pendidikan merupakan suatu hal yang penting, karena sesungguhnya Allah SWT

(57)

telah memperingatkan umat manusia bahwa Allah tidak akan merubah nasib kaum apabila mereka tidak mau merubah nasib mereka sendiri. Dimana untuk mengetahui hal-hal dimuka bumi ini maka dibutuhkan suatu hal yang mampu membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya, maka tentu hal ini adalah melalui pendidikan.

Di era yang serba modern ini untuk menguasai berbagai teknologi, sebagai salah satu penunjang dalam mengembangkan diri, maka dari itu seluruh lapisan masyarakat di Desa Arabika percaya bahwasanya hanya dengan memiliki ilmu pengetahuan yang banyak maka mereka dapat meraih segala bentuk dan jenis keinginan dan cita-cita, sehingga para orang tua yang ada di daerah ini berlomba-lomba dan berupaya untuk menyekolahkan anak-anak mereka setinggi-tingginya, dengan harapan bahwa lewat pendidikanlah mereka dapat merubah keadaan masing-masing keluarga terlebih dalam material dan ilmu pengetahuan.

Untuk partisipasi warga terhadap pendidikan dapat dikatakan cukup menggembirakan, sebab dengan melihat berbagai jenis sekolah yang ada di wilayah ini, mulai dari playgroup sampai dengan Sekolah Menengah Atas atau sederajat. Sehingga dengan melihat keberadaan sarana pendidikan ini, cukup memberikan gambaran bahwa partisipasi masyarakat yang cukup tinggi terhadap pendidikan. Untuk lebih lengkapnya dapat kita lihat pada tabel berikut:

Tabel. 4.3 Jumlah Sarana Pendidikan

No Nama Sekolah Jumlah

Gambar

Gambar  2.1 Bagan kerangka pikir………………………………………………25  Gambar 4.1 Peta kabupaten Sinjai……………………………………………….34
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Sinjai
Tabel 4.2 Daftar nama kepala Desa Arabika yang pernah menjabat

Referensi

Dokumen terkait