• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Konsep

1. Perilaku Menyimpang

Dalam Bruce J. Cohen (1992: 218-219), penyimpangan sosial atau perilaku menyimpang, sadar atau tidak sadar pernah kita alami atau kita lakukan. Penyimpangan sosial dapat terjadi besar atau kecil, dalam skala luas atau sempit tentu akan berakibat terganggunya keseimbangan kehidupan dalam masyarakat. Suatu perilaku dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat atau dengan kata lain penyimpangan (deviation) adalah segala macam pola perilaku tidak berhasil penyesuaian diri (compormity) terhadap masyarakat. Menurut pendapat beberapa tokoh mengenai perilaku menyimpang.

a. Robert M.Z. Lawang (2004:63)

Penyimpangan sosial adalah tindakan yang menyimpang dari norma norma yang berlaku dalam masyarakat dan menimbulkan usaha dari berwenang dari sistem untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang atau abnormal tersebut.

b. James Vander Zanden (1990:63)

Penyimpangan sosial adalah perilaku yang sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi.

c. Paul B. Horton (1984:66)

Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.

Secar umum, perilaku yang menyimpang dari aturan yang berlaku di dalam masyarakat (norma agama, etika, peraturan sekolah dan keluarga) dapat disebut sebagai perilaku menyimpang. Bentuk degorasi sebagai delik perbuatan anak remaja ini merupakan perbuatan yang tidak dewasa yang dengan sengaja melanggar hukum, dan anak itu sendiri mengetahui bahwa jika perbuatannya tidak dapat diketahui oleh petugas hukum maka dirinya dapat dikenai hukuman (Sarwono, 2011:253).

Soetomo (2013:94) berpendapat bahwa perilaku menyimpang dianggap menjadi sumber masalah sosial karena dapat membahayakan pemeliharaan sistem sosial. Perilaku menyimpang adalah perilaku yang melanggar, bertentangan atau menyimpang dari aturan yang berlaku.

Penyebab perilaku penyimpangan antara lain, adanya proses sosial yang dapat membentuk kepribadian individu secara negatif, baik dari pihak agen sosialisasi keluarga, teman bermain, lingkungan sekolah, media massa, dll (Rumiyati, dkk. 2006:19).

Pada masa remaja, perilaku menyimpangan sosial tidak dapat disebut dengan kejahatan, melainkan disebut sebagai kenakalan anak remaja. Pasalany, anak remaja masa proeses pencarian jati diri mereka serta mau melakukan apa saja, termasuk hal-hal yang bersifat negatif untuk sekedar bereksperimen. Berbeda dengan orang dewasa yang melakukan dalam hal negatif seperti tindakan kriminal

tersebut yang berdasarkan niat dari dalam diri seseorang. Jika seorang remaja melakukan perilaku menyimpang seperti kabur dari rumah, melanggar peraturan-peraturan yang ada di sekolah, bergabung dalam geng motor, atau melakukan kriminal seperti pencurian maka itu dapat disebut dengan kenakalan anak remaja. Sedangkan orang dewasa, yang melakukan tindak kriminal disebut dengan kejahatan.

Berperilaku menyimpang atau dapat disebut kenakalan anak remaja merupakan tindakan yang melanggar norma, serta aturan-aturan atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang dilakukan pada masa remaja.

a. Faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang

Tingkah laku yang dilakukan pada anak remaja bisa disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perilaku menyimpang pada remaja menurut kartono (2010:56). 1) Lingkungan Keluarga

Keluarga yaitu kesatuan masyarakat terkecil yang terdiri dari kepala keluarga serta beberapa anggota keluarga yang terkumpul di dalam tempat dan dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga mempunyai fungsi dalam kontrol sosial. Keluarga membantu anak-anak memahami peran mereka di dalam mayarakat. Dalam menghadapi orang lain biasanya orang tua yang akan menjadi orang yang paling pertama mengajari dan membimbing anak-anak nya bagaimana berperilaku atau menjadikan kebiaaan yang teratur sebagai media sosialisasi.

Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah harus terlebih dulu harus dinilai dari kualitas pengajaran. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan diluar sekolah bersama teman-temannya.

3) Kelompok Bermain

Playgroup adalah media sosialisasi yang sangat berkaitan, dikarenakan individu akan memiliki playgroup atau pergaulan dalam lingkungannya. Kelompok bermain yaitu dapat mempengaruhi kepribadian seorang anak untuk melakukan penyimpangan sosial, karena mereka saling meniru satu sama lain dan selalu belajar dari semua yang mereka lihat dari teman-teman sebayanya. Kemudian anak akan sadar akan orang lain disekitarnya.

4) Lingkungan Masyarakat

Masyarakat yaitu lingkungan terluas bagi anak remaja yang sekaligus paling banyak menawarkan pilihan dalam kehidupan anak terebut. Remaja menghadapi berbagai bentuk realitas yang ada dalam kehidupana sosial yang berbeda, perkembangan moral, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi a. Bentuk Penyimpangan Sosial

Bentuk-bentuk penyimpangan sosial dapat dibedakan menjadi dua (Soerjono Soekanto, 1988) sebagai berikut.

Adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan seseorang. Penyimpangan seperti ini biasanya diterima masyarakat karena sesuai perkembangan zaman. Misalnya emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita karir.

2) Penyimpangan bersifat negatif

Adalah penyimpangan yang bertindak kearah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk. Bobot penyimpangan negatif didasarkan pada kaidah sosial yang dilanggar. Pelanggaran terhadap kaidah susila dan adat istiadat pada umumnya dinilai lebih berat daripada pelanggaran terhadap tata cara dan sopan santun. Bentuk penyimpangan yang bersifat negatif sebagai berikut.

(a) Penyimpangan Primer Adalah penyimpangan yang bersifat temporer atau sementara dan hanya menguasai sebagian kecil kehidupan seseorang. Ciri-ciri penyimpangan primer antara lain, yaitu : bersifat sementara, gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang, dan masyarakat masih mentolerir/menerima. Contohnya : misalnya pegawai kerja membolos kerja, siswa yang membolos atau menyontek saat ujian, dan melanggar peraturan lalu lintas.

(b) Penyimpangan Sekunder Adalah perbuatan yang dilakukan secara khas dengan memperlihatkan perilaku menyimpang. Ciri-ciri penyimpangan sekunder, yaitu : gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang

dan masyarakat tidak bisa mentolerir perilaku penyimpangan tersebut. Contohnya : pembunuhan, perjudian, perampokan, dan pemerkosaan

(c) Penyimpangan Individu Adalah penyimpangan yang dilakukan oleh seorang individu dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku. Contohnya : pencurian yang dilakukan sendiri.

(d) Penyimpangan Kelompok Adalah penyimpangan yang dilakukan secara berkelompok dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma masyarakat yang berlaku. Contohnya : geng kejahatan, mafia, gangster.

(e) Penyimpangan Situasional Penyimpangan jenis ini disebabkan oleh pengaruh bermacam-macam kekuatan situasional/sosial di luar individu dan memaksa individu tersebut untuk berbuat menyimpang. Contohnya : seorang suami yang terpaksa mencuri karena melihat anak dan istrinya yang kelaparan

(f) Penyimpangan Sistematik Adalah suatu sistem tingkah laku yang disertai organisasi sosial khusus, status formal, peranan-peranan, nilai-nilai, norma-norma, dan moral tertentu yang semuanya berbeda dengan situasi umum. Segala pikiran dan perbuatan yang menyimpang itu kemudian dibenarkan oleh semua anggota masyarakat.

Menurut Paul B. Horton (1984:68) penyimpangan sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1) Perilaku dikatakan menyimpang atau tidak harus bisa dinilai berdasarkan kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya. Contohnya mencuri dikatakan menyimpang karena merugikan banyak orang

2) Penyimpangan juga bisa diterima bisa juga ditolak perilaku menyimpang tidak selamanya negatif, ada kala penyimpangan bisa diterima masyarakat, misalnya wanita karier. Adapun pembunuhan dan perampokan yang ditolak masyarakat.

3) Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak semua orang pernah melakukan penyimpangan sosial, tetapi pada batas-batas tertentu yang bersifat relatif untuk semua orang. Perbedaannya hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangan. Contohnya penyimpangan relatif, poligami di suatu daerah dikatakan menyimpang namun di daerah lain tidak, sedangkan penyimpangan mutlak adalah penyimpangan yang semua orang pernah lakukan seperti membuang sampah sembarangan.

c. Penyebab Terjadinya Perilaku Menyimpang

Menurut Wilnes (Soerjono soekanto, 1988:45) bukunya “punishment and

eformation” sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu

sebagai berikut.

1) Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).

2) Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan), misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.

Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa geng motor yang melakukan tindakan kriminalitas dan brutal termasuk dalam bentuk penyimpangan kelompok hal ini dikarenakan tindakan yang menyimpang itu dilakukan oleh kelompok geng motor, sedangkan kalau dilihat dari segi sifatnya keberadaan geng motor bisa diklasifikasikan sebagai perilaku penyimpangan negatif karena perbuatan mereka selalu berakibat korban dan atau kerusakan yang menimbulkan penilaian tercela dari masyarakat. Sedangkan dilihat dari contohnya tindakan geng motor menurut penulis bisa dikategorikan sebagai bentuk kenakalan anak-anak hal ini disebabkan karena pelaku dan anggota geng motor merupakan anak-anak usia dibawah 18 Tahun, yang menurut aturan hukum masuk dalam klasifikasi pidana anak.

2. Geng Motor

Dalam bahasa psikoanalisis Sigmund Freud (1856-1939) kaum remaja lebih mengikuti dorongan agresif ketimbang hati nurani. Keberadaan ego mereka gagal untuk mengatasi agresivitas menjadi aktivitas sosial yang dapat diterima dengan baik dalam kehidupan sosial (sublimasi).

Istilah gangs (geng) ini sejak lama telah digunakan untuk merujuk pada kelompok-kelompok berkisar dari “play group” (kelompok bermain di masa kanak-kanak dan remaja) hingga kelompok kejahatan terorganisasikan. Geng menjadi perhatian umum karena secara awam istilah tersebut merujuk pada

komunitas perusuh yang biasanya terdiri dari anak-anak muda. Beranjak pada pengertian yang lebih sederhana, geng adalah kelompok perkoncoan remaja, bukan kelompok pemuda yang didukung orang dewasa. Ini merupakan kelompok yang anggotanya selalu bersama-sama secara teratur dan mereka menentukan sendiri kriteria keanggotaannya.

Geng Delinquen banyak tumbuh dan berkembang di kota-kota besar dan bertanggung jawab atas banyaknya kejahatan dalam bentuk pencurian, perusakan milik orang lain dengan sengaja melanggar dan menentang otoritas orang dewasa serta moralitas yang konvensional, melakukan tindakan kekerasan meneror lingkungan, dan lain-lain. Yamil anwar andang (2000).

Jumlah anggotanya sekitar antara 3-40 anak remaja, jarang beranggotakan lebih dari 50 orang anak remaja, anggota geng lebih banyak terdiri anak laki-laki ketimbang anak perempuan, walaupun ada perempuan di dalamnya.

Menurut Kartini Kartono, geng banyak tumbuh dan berkembang di kota-kota besar. Geng juga identik dengan berbagai bentuk kenakalan yang mengarah pada tindak kriminalitas. Meskipun sebenarnya, gerombolan anak laki dari suatu geng terdiri dari anak-anak normal, namun oleh satu atau beberapa bentuk pengabaian dan upaya mereka mencari kompensasi bagi segala kekurangannya menyebabkan anak-anak muda ini kemudian menjadi jahat. Anak-anak menjadi jahat dan berusaha mendapatkan segala sesuatu yang membahagiakan dan memuaskan mereka, anak remaja menganggap apa yang diberikan oleh orang tua, keluarga, dan masyarakat sekitarnya tidak cukup. Hal-hal yang tidak ditemukan

ditengah-tengah keluarga dan lingkungan sendiri, kemudian justru mereka dapatkan di dalam sebuah geng motor, seperti kesetiakawanan dan kebersamaan.

Berkaitan dengan sanksi sebagaimana yang dikatakan oleh Kartono, maka segala sesuatu yang dianggap melanggar ketentuan dalam geng, maka individu tersebut akan dikenakan sanksi berupa kekerasan, dikucilkan, dan ejekan yang diterima dari anggota lainnya sampai dikeluarkan dari keanggotaan geng. Beberapa ciri geng tadi dapat disebutkan di bawah ini:

a) Jumlah anggotanya berkisar antara 3-40 anak remaja. Jarang beranggotakan lebih dari 50 anak remaja.

b) Anggota geng lebih banyak terdiri dari anak laki-laki ketimbang anak perempuan, walaupun ada juga anak perempuan yang ikut di dalamnya. Didalam geng tersebut umum terjadi relasi heteroseksual bebas antara laki-laki dan perempuan (yang merasa dirinya “maju dan modern”), Sering pula berlangsung perkawinan di antara mereka sungguhpun pada umumnya anak laki-laki lebih suka kawin dengan perempuan luar dan bukan dengan anggota geng sendiri.

c) Kepemimpinan ada di tangan seorang anak muda yang dianggap paling banyak berprestasi dan memiliki lebih banyak keunggulan atau kelebihan daripada anak-anak remaja lainnya.

d) Umur anggotanya berkisar 7-25 tahun. Pada umumnya semua anggota berusia sebaya, berupa per-group atau kawan-kawan sebaya yang memiliki semangat dan ambisi yang kurang lebih sama.

e) Anggota geng biasanya bersikap konvensional bahkan sering fanatik dalam mematuhi nilai-nilai dan norma geng sendiri. Pada umumnya mereka sangat setia dan loyal terhadap sesama.

f) Di dalam geng sendiri anak-anak itu mendapatkan status sosial dan peranan tertentu sebagai imbalan partisipasinya. Mereka harus mampu menjunjung tinggi nama kelompok sendiri. Semakin kasar, kejam, sadistis dan berandalan tingkah-laku mereka, semakin "tenang lah" nama gengnya, dan semakin bangga lah hati mereka. Nama pribadi dan gengnya menjadi mencuat dan banyak ditiru oleh kelompok berandalan remaja lainnya.

3. Balap Liar

Widyarini (2015:18-20) menyatakan bahwa balap liar adalah kegiatan beradu cepat kendaraan, baik sepeda motor yang dilakukan di atas lintasan umum. Artinya kegiatan ini sama sekali tidak digelar di lintasan balap resmi melainkan di jalan raya.

Perkembangan remaja memiliki berbagai kebutuhan-kebutuhan. Kebutuhan yang pertama adalah kebutuhan biologis atau yang disebut juga

biological motivation. Kebutuhan yang kedua adalah kebutuhan psikologis.

Kebutuhan psikologis meliputi kebutuhan beragama dan kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan yang terakhir adalah kebutuhan sosial, meliputi kebutuhan untuk dikenal, kebutuhan berkelompok, habit (kebiasaan), dan aktualisasi diri (Sofyan S Willis, 2008: 44). Kebutuhan untuk dikenal dan dihargai bagi sebagian remaja dipenuhi dengan melakukan balapan liar.

Kenakalan anak muda yang sedang populer di zaman sekarang ini adalah kenakalan balapan liar motor, yaitu salah satu kegiatan yang dilakukan oleh anak remaja dalam komunitas motor serta dapat mengganggu ketertiban umum yaitu adanya kegiatan aksi balapan liar yang dilakukan individu terutama di jalan raya. Balapan liar sering kita kita lihat atau didapati di jalan jalan umum, yang dimana raungan suara kendaraan sepeda motor mereka berderu kencang di tengan jalan serta pekikan klakson dari para pembalap tiada henti berbunyi diantara beberapa kendaraan yang lewat, disaat iring-iringan kendaraan sepeda motor mereka melewati simpang jalan yang terdengar suara tepukan tangan dari para penonton di pinggir jalan yang sedang asyik melihat pada saat sepeda motor melaju sangat kencang.

Balap liar terdiri dari dua kata yaitu, kata “balapan” dan kata “liar”. Kata race berasal dari kata racing dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa yang artinya racing. “balapan” berarti pengangkutan kendaraan yang bergerak cepat. “Loging” mengacu para orang yang berkompetisi dalam perlombaan kcepatan. “Race” yang artinya perlombaan cepat

a. Faktor yang melatarbelakangi balap liar

Kaum muda mengikuti balapan liar di jalan raya karena mereka mencari sensasi, mereka mendapatkan perhatian orang, mereka taruhan uang, mereka ingin merasa hebat, mereka ingin dipuji, untuk itu mereka merasa senang karena tidak ada kerjaan, jadi anak muda melakukan balapan liar. pendorong sehingga terjadinya balapan liar, yaitu:

1) Minimnya fasilitas balap membuat pelaku balap liar ini memilih jalan yang bebas hambatan. Kalaupun tersedia, biasanya harus melalui proses yang panjang.

2) Ayik dan memompa adrenalin, nikmati serunya balapan liar, ada perasaan luar biasa yang tidak dilukiskan usai balapan.

Menurut Wilnes dalam bukunya Punisment and Reformation, penyebab penyimpangan/kejahatan dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Faktor subjektif, yaitu faktor yang berasal dari manusia itu sendiri (sifat bawaan).

2. Faktor objektif, adalah faktor dari luar (lingkungan).

Seseorang yang melakukan aktivitas menyimpang karena sering membaca atau menonton program yang mempengaruhi pikirannya untuk melakukan hal yang sama, yang sedang disiarkan, itu adalah bentuk perilaku abnormal yang disebabkan oleh pembelajaran abnormal.

b. Dampak bagi yang melakukan balap liar

Akibat atau yang ditimbulkan dari balapan ilegal secara umum, yaitu: 1) Mengganggu ketertiban dan kenyamanan masyarakat.

2) Menyebabkan kecelakaan di jalan raya yang menimbulkan korban jiwa.

Dampak dari perilaku balapan liar sangat beragam dan negatif, diantaranya:

a) Sekolah mereka terganggu. b) Jarang pulang ke rumah.

d) Membuang buang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna. e) Masa depan yang akan berantakan.

f) Dikucilkan oleh masyarakat.

Dokumen terkait