602
HUBUNGAN RENANG DENGAN KONSENTRASI PADA ANAK
Ainul Mardliyah1, Susiana Candrawati2, Dewi Nilamsari3
1 Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal SoedirmanPurwokerto
2 Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal SoedirmanPurwokerto 3 RSUD Margono Soekardjo Purwokerto
ABSTRACT
Background. The ability to sustain attention over period of time is called concentration.
Concentration is one of the important factor for studying, especially for school children. Swimming as an exercise expected to be improving concentration.
Objective. The aim of this study was to know the relation between swimming and concentration in
childrens.
Method. This study was experimental study with pre-posttest without control group design. Subjects
were 8 children within 6-12 years old (age 8,50 + 1,41) by total sampling method. Swimming had been done 2 times a week in mild intensity with 60 minutes duration for 8 weeks at Bina Taruna swimming club, Purwokerto. Concentration score before and after the intervention was measured with army-alpha test by pshycologist. Wilcoxon test was performed to determine the relation between swimming and concentration.
Results. There was significant relation between swimming and concentration (p= 0,042). The mean
concentration score had increased after the 8-weeks swimming intervention (76,25+ 13,30 to 83,13 + 9,98.)
Conclusion. There was relation between swimming and concentration in children
603
PENDAHULUAN
Fungsi kognitif merupakan kemampuan untuk memproses informasi, menerapkan ilmu, dan mengubah kecenderungan yang sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Fungsi kognitif terdiri dari memori, bahasa, visuospasial, fungsi eksekutif dan atensi1.Atensi merupakan upaya
untuk memusatkan perhatian yang ditujukan pada suatu objek tertentu, tanpa terganggu oleh stimulus yang lain. Kemampuan untuk mempertahankan atensi dalam periode yang lebih lama disebut konsentrasi2.
Kurangnya konsentrasi dapat mengganggu masa perkembangan dalam aspek kognitif, perilaku, sosialisasi, dan komunikasi3,4. Salah satu bentuk dari
gangguan konsentrasi adalah tidak mendengarkan dengan baik, tidak mengikuti instruksi, dan mudah teralihkan. Menurut Prayitno5anak yang terganggu konsentrasinya
akan kesulitan untuk memperhatikan dan fokus dalam menyelesaikan tugasnya secara terus-menerus.
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi konsentrasi seseorang, yaitu factor eksternal seperti cahaya, temperatur, suara, dan metode belajar, sedangkan faktor internal seperti motivasi belajar, gender, usia, nutrisi, keadaan psikologis, keadaan fisiologis, dan aktivitas fisik6. Aktivitas fisik
adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang membutuhkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang terstruktur, terencana dan berulang disebut latihan fisik. Latihan fisik akan memiliki manfaat yang maksimal bagi tubuh apabila seseorang melakukannya secara teratur dengan takaran yang sesuai, yaitu meliputi durasi, frekuensi, intensitas dan tipe7,8.
Aktivitas fisik 30 menit setiap hari dapat menstimulasiotak 9. Blaydes10meneliti
manfaat latihan fisik dan menemukan bahwa konsentrasi dan fokus mental anak-anak meningkat sesudahmelakukan latihan fisik yang terstruktur. Latihan-latihan ini mempunyai efek padalobus frontalis otak yang berguna untuk konsentrasi mental, perencanaan, danpengambilan keputusan. Latihan fisik dapatmemicu pelepasan BDNF (brain-derived neurotropic factor), yang memungkinkansatu neuron berkomunikasi dengan neuron lainnya.
Renang merupakan salah satu bentuk latihan fisik. Renang adalah olahraga air tanpa gaya gravitasi bumi (non weight barring) yang memiliki risiko kecelakaan kecil, dan dapat dilakukan siapapun. Renang memiliki sifat anaerobik maupun aerobik, namun cenderung bersifat aerobik atau lebih banyak dipengaruhi oleh endurance. Aktivitas
604 aerobik seperti renang diduga dapat
meningkatkan kemampuan fungsi kognitif seperti merencanakan, menjadwalkan, dan membantukerja memori11.
Griffin et al12melakukan penelitian
membandingkan pengaruh latihan fisik terhadap fungsi kognitif antara yang bersifat akut, 3 minggu, dan 5 minggu. Hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa semakin lama seseorang melakukan latihan fisik, peningkatan pada fungsi kognitif semakin signifikan. Gasparini & Andrea13menyatakan
waktu yang dibutuhkan neuron sejak pembentukan sampai dapat bekerja secara fungsional adalah 6-8 minggu. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk melihat hubungan latihan fisik, dalam hal ini adalah berenang dengan konsentrasi selama kurun waktu 8 minggu.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental dengan desain penelitian pretest-posttest without control group design. Penelitian ini dilaksanakan selama 8 minggu pada bulan Februari 2015 sampai April 2015 di klub renang Bina Taruna Purwokerto. Subyek penelitian adalah anak-anak 6-12 tahun yang belum pernah/kurang dari 6 minggu melakukan latihan renang rutin di Bina Taruna di Purwokerto. Kriteria pemilihan subyek penelitian adalah bersedia
menjadi subyek penelitian yang dibuktikan dengan Informed Consent; layak dan sehat melakukan latihan fisik renang yang dibuktikan dengan Physical Activity Readiness Questionnairre (PAR-Q); menjalani latihan fisik renang sesuai ketentuan; hasil tes konsentrasi lengkap; dan tidak menderita gangguankonsentrasi seperti ADHD. Sejumlah 16 subyek penelitian melakukan tes konsentrasi dengan Army-Alpha test sebelum dan setelah intervensi renang. Ketentuan intervensi renang adalah dilakukan dengan frekuensi 2 kali perminggu, intensitas sedang, durasi 60 menit selama 8 minggu. Data skor konsentrasi sebelum dan setelah intervensi renang dianalisis dengan uji Wilcoxon karena normalitas data dengan uji Shappiro-Wilk, didapatkan data tidak terdistribusi normal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik subyek penelitian berdasarkan usia, skor konsentrasi sebelumintervensi, dan skor konsentrasi setelahintervensi dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
605
Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian
Variabel Rerata± SD
Usia (tahun) 8,5+ 1,4
Skor konsentrasi
Sebelum intervensi 76,25+13,30
Setelah intervensi 83,13+9,98
Berdasarkan tabel 1, subyek penelitian memiliki rerata umur 8,5+ 1,4 tahun. Rerata skor konsentrasi subyek penelitian sebelum intervensi adalah 76,25+13,30, dan mengalami peningkatan pada rerata skor konsentrasi setelah intervensi yaitu
83,13+9,98. Skor konsentrasi sebelum intervensi meningkat sebesar 6,88.
Karakterisitik jenis kelamin subyek penelitian diambil menggunakan data primer. Persentase karakteristik jenis kelamin dapat
dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Karakterisitik Jenis Kelamin Subyek Penelitian (Sumber: data yang diolah)
Gambar 1 menunjukkan jumlah antara responden laki-laki dengan perempuan sama. Jenis kelamin merupakan salah satu variabel perancu yang tidak dikendalikan oleh peneliti,
akan tetapi pada pelaksanaannya didapatkan jumlah yang sama antara responden laki-laki dan perempuan.
50% 50%
Laki-laki Perempuan
606 Gambar 2. Peningkatan Skor Konsentrasi Laki-laki dan Perempuan
(Sumber: data yang diolah)
Gambar 2 menunjukkan adanya perbedaan rerata skor konsentrasi pada laki-laki dan perempuan. Rerata skor konsentrasi laki-laki sebelum dan setelah intervensi (68.75±14.93 dan 78.75±13.15) lebih rendah dibanding dengan perempuan (83.75±6.29 dan
87.50±2.89) meskipun keduanya mengalami peningkatan dibanding dengan skor konsentrasi sebelum intervensi, akan tetapi peningkatan skor konsentrasi laki-laki (10.00) lebih tinggi dibanding perempuan (3.75) meskipun skor konsentrasinya lebih rendah.
Tabel 2. Analisis Bivariat
Variabel Rerata±SD p value
Skor Konsentrasi Sebelum intervensi 76,25+13,30 0,042 Setelah intervensi 83,13+9,98 68.75±14.93 n=4 78.75±13.15 n=4 83.75±6.29 n=4 87.50±2.89 n=4 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Sebelum intervensi setelah intervensi Laki-laki Perempuan
607 Berdasarkan hasil analisis bivariat untuk
mengetahui hubungan renang terhadap konsentrasi pada anak sebelum dan setelah intervensi didapatkan nilai p < 0,05 pada Uji Wilcoxon sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada skor konsentrasi pada anak sebelum dan sesudah intervensi. Skor konsentrasi meningkat setelah intervensi renang 8 minggu yaitu dari rerata 76,25+13,30 menjadi rerata 83,13+9,98.
Respondenpadapenelitianiniadalah anak usia 6-12 tahun yang belum pernah atau kurang dari 6 minggu mengikuti latihan renang
danmemenuhicriteriainklusidaneksklusi. Usia 6-12 tahun dipilih karena pada usia tersebut anak memasuki usia sekolah sehingga adanya peningkatan akan kebutuhan kognitif14.
Reratausiarespondenadalah 8,5+ 1,4 tahun.
Subyek penelitian terdiri dari 50% perempuan dan 50% responden laki-laki. Skor konsentrasi pada laki-laki lebih rendah dibanding dengan perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian Bayliss et al15 bahwa
perempuan memiliki konsentrasi yang lebih baik dibanding laki-laki, kemungkinan hal ini dapat disebabkan karena adanya perbedaan pengolah informasi di otak antara perempuan dan laki-laki, meskipun menghasilkan output yang sama. Pada laki-laki, amigdala kanan lebih aktif dan menunjukkan banyak
konektivitas pada korteks visual dan striatum. Korteks visual bertanggung jawab untuk penglihatan dan striatum berkoordinasi dengan aksi motorik. Pada perempuan, amigdala sebelah kiri lebih aktif dan berhubungan dengan daerah korteks insular dan hipotalamus, yang berguna untuk menerima input yang kuat dari sensori tubuh dalam hal ini sensor suditorik. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki cenderung akan lebih fokus pada objek visual seperti simbol dan objek daripada mendengarkan kalimat16.
Pada pengambilan skor konsentrasi digunakan army-alpha test, responden akan diberikan beberapa instruksi oleh psikolog secara lisan sehingga memungkinkan untuk skor konsentrasi pada responden laki-laki lebih rendah dibanding perempuan. Peningkatan skor konsentrasi pada laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Hal ini dapat disebabkan karena pada Army-Alpha test 1 skor konsentrasi pada subjek perempuan cenderung sudah tinggi sehingga meskipun mengalami peningkatan, peningkatan skor yang terjadi tidak terlalu tinggi.
Hasil analisis bivariat menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara renang dengan konsentrasi pada anak.Rerata skor konsentrasi sebelum intervensi adalah 76,25+13,30, sedangkan rerata skor konsentrasi setelah intervensi yaitu
608 83,13+9,98. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Hinkle et al17 yang menyatakan
adanya peningkatan kreativitas anak setelah melakukan latihan fisik yang bersifat aerobik selama 8 minggu. Tomporowski et al18 juga
menyatakan adanya peningkatan proses kognitif pada anak setelah melakukan latihan fisik aerobik selama 8 minggu.
Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Coe et al19 yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara latihan fisik dan prestasi belajar siswa, salah satu komponennya adalah konsentrasi. Perbedaan hasil penelitian tersebut diduga disebabkan adanya perbedaan intensitas latihan fisik pada subyek. Pada penelitian Coe et al19 tidak dikendalikan
intensitas latihan fisik subyek, intensitas merupakan salah satu faktor penting dalam mendapatkan manfaat latihan fisik secara maksimal. Intensitas sedang-berat dapat memberikan manfaat yang maksimal dibanding dengan intensitas yang ringan7.
Selain itu pengambilan skor juga menggunakan instrumen yang berbeda, yaitu Terra Nova test yang memiliki cakupan yang lebih luas dan tidak spesifik, sedangkan pada penelitian ini menggunakan Army-alpha test yang lebih spesifik untuk menilai konsentrasi.
Peningkatan skor konsentrasi setelah intervensi renang selama 8 minggu kemungkinan disebabkan oleh adanya peningkatan pelepasan BDNF. Latihan fisik
dapat menginduksi pelepasan BDNF dari otak. BDNF berperan dalam pembentukan memori, pembelajaran, plastisitas sinaps, efikasi sinaps, konektivitas neuronal, pembentukan neuron immature, dan meningkatkan daya tahan neuron yang telah dewasa20.
Pelepasan BDNF terjadi melalui 3 mekanisme tergantung pada letak pelepasannya, yaitu: pada postsinaptik, presinaptik, dan intrasel. Influks Ca yang dimediasi oleh ionotropik glutamat dan ion kanal Ca menginduksi terjadinya pengeluaran BDNF pada postsinaptik, influks Ca yang terjadi di daerah presinaptik menginduksi pengeluaran BNDF, selain itu pengeluaran Ca dari penyimpanan intrasel dapat juga menginduksi pengeluaran BDNF21.
Aktivitas neuronal juga meregulasi transport BDNF menuju dendrit21, mekanisme
ini memberikan kemampuan untuk memodulasi transmisi sinaps dan sinaptogenesis. Selain itu, BDNF ditemukan paling banyak berada di hipoccampus, neurocortex, cerebellum, striatum, dan amigdala, semuanya merupakan regio otak yang bertanggung jawab terhadap fungsi kognitif22.
Latihan fisik juga dapat meningkatkan pelepasan VEGF di otak yang memeliki kemampuan angiogenesis. Selain itu, VEGF memiliki kemampuan umtuk menginduksi pertumbuhan sel endotel
609 vascular pada arteri, vena dan limfe23.
Peningkatan aliran darah di otak dapat menyebabkan peningkatan fungsi otak, terutama pada bagian prefrontalis yang merupakan pusat atensi dan konsentrasi24.
Peningkatan konsentrasi juga dapat disebabkan karena anak mulai menguasai beberapa keterampilan gerak. Renang merupakan latihan fisik yang memerlukan adanya keterampilan gerak dalam mengkoordinasikan seluruh tubuh. Proses keterampilan gerak terbagi menjadi 3 tahapan25: (1) verbal kognitif, diberikannya
informasi mengenai gerakan baru;(2) tahap motorik, membentuk gerakan yang lebih efektif dan efisien;(3) tahap otomatisasi, gerakan sudah lebih efektif dan efisien, meski adanya gangguan stimulus lain gerakan tetap konsisten. Pada tahap otomatisasi konsentrasi lebih terpusat dan cenderung tidak menghiraukan stimulus lain.
Setelah intervensi selama 8 minggu diharapkan anak telah memasuki tahap otomatisasi sehingga mengalami peningkatan konsentrasi, akan tetapi perkembangan keterampilan gerak tiap anak berbeda karena faktor usia26. Oleh sebab itu hasil skor
konsentrasi setelah intervensi yang didapatkan beragam meskipun tidak ada yang menurun.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara renang dengan konsentrasi pada anak. Konsentrasi anak meningkat setelah 8 minggu melakukan latihan fisik renang.Skor konsentrasi anak sebelum 8 minggu melakukan latihan fisik renang adalah 76,25+13,30.Skor konsentrasi anak setelah 8 minggu melakukan latihan fisik renang adalah 83,13+9,98.
DAFTAR PUSTAKA
1. Markam S. Pengantar Neuropsikologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2003. 2. Knudsen E I. Fundamental
Components of Attention. Annual Review of Neuroscience. 2007. 30(1),57–78.
3. Hatiningsih, N. Play Therapy Untuk Meningkatkan Konsentrasi padaAnak Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD). Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. 2013. 01(02), 324-342. 4. Hidayat, S., & Marettih, A. K. E.
Pengaruh musik klasik terhadap daya tahan konsentrasi dalam belajar.JurnalPsikologi, 2011. 2(7). 5. Salbiah, S. Pengaruh Musik Klasik
(Karya Wolfgang Amadeus Mozart yang Terdapat pada Album “The Mozart Effect – Music For Children”
610 Vol.1) Terhadap Konsentrasi Belajar
Anak di Dalam Kelas. 2012.
6. Lestari, D. Y. Hubungan Antara Makan Pagi dengan Tingkat Konsentrasi Belajar Anak Usia Sekolah Dasar. Universitas Muhammadiyah Malang. 2009. 5(11)
7. World Health Organization. Physical Activity: in Guide to Community Preventive Services Web site 2008. 2010.
8. Tseng et al. Scientific benefits of swiming. 2011. Dapat diakses di:
http://charlotteaquatics.com/wp- content/uploads/2013/02/9-scientific-benefits-of-swimming.pdf
9. The President’s Council on Physical Fitness and Sports. 1996
10. Blaydes J. A Case for Daily Quality Physical Education. 2001.
11. Ratey, J. J., & Loehr, J. E. The positive impact of physical activity on cognition during adulthood: a review of underlying mechanisms, evidence and recommendations. Reviews in the Neurosciences, 2011.22(2), 171-185. 12. Griffin, E. W., Mullally, S., Foley, C.,
Warmington, S. A., O'Mara, S. M., & Kelly, A. M. Aerobic exercise improves hippocampal function and increases BDNF in the serum of young adult males. Physiology & behavior, 2011.104(5), 934-941.
13. Gasparini, L.,& Andrea, C. Targeting Adult Neurogenesis for Therapy of Intelectual Disability. Review Article. Advance in Clinical Neuroscience and Rehabilitation. 2013.13(4)
14. Behrman et al,. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak Vol.1. Jakarta:EGC. 2000.
15. Bayliss, A. P., Pellegrino, G. D., & Tipper, S. P. Sex differences in eye gaze and symbolic cueing of attention. The Quarterly Journal of Experimental Psychology, 2005.58(4), 631-650.
16. Zaidi, Z. F. Gender differences in human brain: a review. The Open Anatomy Journal. 2010. 2(1).
17. Hinkle, J. S., Tuckman, B. W., & Sampson, J. P. The psychology, physiology, and creativity of middle school aerobic exercisers. Elementary School Guidance & Counseling, 1993. 133-145.
18. Tomporowski, P. D., Davis, C. L., Miller, P. H., & Naglieri, J. A. Exercise and children’s intelligence, cognition, and academic achievement.Educational Psychology Review, 2008.20(2), 111-131.
19. Coe, D. P., Pivarnik, J. M., Womack, C. J., Reeves, M. J., & Malina, R. M. Effect of physical education and activity levels on academic
611 achievement in children. Medicine and
science in sports and exercise, 2006.38(8), 1515.
20. Zolads. The effect of physical activity on the brain derived neurotrophic factor: from animal to human studies. Journal of physiology and pharmacology. 2010.61(5), 533-541. 21. Tongiorgi, E. Activity-dependent
expression of brain-derived neurotrophic factor in dendrites: facts and open questions. Neuroscience research, 2008.61(4), 335-346.
22. Cunha, C., Brambilla, R., & Thomas, K. L. A simple role for BDNF in
learning and memory. Frontiers in molecular neuroscience, 2010. 3. 23. Ferrara, N., Gerber, H. P., & LeCouter,
J. The biology of VEGF and its receptors. Nature medicine, 2003. 9(6), 669-676
24. Tortora& Gerard J. Principles of Anatomy and Physiology. United States : John Wiley & Sons, Inc. 2009.
25. Ma’mun A. Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi. 2000.
26. Widodo, B. Melatih Keterampilan Gerak Dasar Anak Madrasah Melalui Aktivitas Olahraga. Madrasah, 2012. 2(2).