• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PENURUNAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PENURUNAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PENURUNAN

PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

DI KEBUN SEI LALA, PT TUNGGAL PERKASA

PLANTATIONS, INDRAGIRI HULU, RIAU

ANA YUNITA S

A24061855

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(2)

RINGKASAN

ANA YUNITA S. Analisis Faktor Penyebab Penurunan Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau. (Dibimbing oleh ADE WACHJAR).

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan yang hingga saat ini masih menjadi komoditas unggulan Indonesia. Hal tersebut disebabkan kelapa sawit menghasilkan minyak nabati dengan kadar kolesterol yang rendah dan dengan tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya seperti kelapa dan jarak pagar.

Magang yang dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lapangan. Selain itu, kegiatan magang juga bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dan meminimalisir faktor-faktor tersebut.

Magang dilaksanakan di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations selama empat bulan mulai dari bulan Februari hingga Juni 2010. Selama kegiatan magang, penulis bekerja sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten.

Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan secara langsung di lapangan dengan mengikuti semua kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan, sedangkan data sekunder meliputi data yang telah tersedia di perusahaan yang menunjang kegiatan magang. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan pendekatan

Univariate General Linear Model dan menggunakan uji Bonfferoni tingkat lanjut.

Alat bantu yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah SPSS v. 16 for

windows.

Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit adalah curah hujan, topografi, jenis pupuk, umur tanaman, jumlah populasi tanaman per hektar (SPH), serta faktor penyebab kehilangan produksi, yaitu buah mentah dipanen dan buah busuk. Pemilihan fakor-faktor tersebut didasarkan pada asumsi dan kelengkapan data yang tersedia.

(3)

Curah hujan berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit. Produktivitas tanaman kelapa sawit terbesar diperoleh saat curah

hujan terbesar pula (CH > 100 mm/bulan). Akan tetapi pada CH 60 – 100 mm/bulan produktivitas tanaman kelapa sawit yang dihasilkan lebih

kecil daripada produktivitas tanaman pada CH < 60 mm/bulan.

Umur tanaman berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit. Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations salah satunya disebabkan oleh umur tanaman kelapa sawit yang masih muda karena adanya program peremajaan tanaman kelapa sawit. Tidak terdapat perbedaan nyata antara produktivitas tanaman kelapa sawit yang berumur 12 – 25 tahun dan tanaman kelapa sawit yang berumur di atas 25 tahun.

Jenis pupuk yang digunakan berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman kelapa sawit. Produksi tanaman kelapa sawit yang dipupuk dengan menggunakan pupuk campuran (tunggal + majemuk) lebih besar daripada produksi tanaman kelapa sawit yang dipupuk dengan menggunakan pupuk tunggal.

Penurunan produksi tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Lala dipengaruhi juga oleh peningkatan jumlah buah mentah. Semakin banyak buah mentah dipanen, semakin besar pula penurunan produksi tanaman kelapa sawit. Pemanenan 1 % buah mentah akan menurunkan 0.488 % produktivitas tanaman kelapa sawit untuk periode pemanenan berikutnya.

Curah hujan, umur tanaman, jenis pupuk, dan buah mentah dipanen merupakan faktor-faktor yang menyebabkan penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations. Interaksi jenis pupuk dan umur tanaman, interaksi curah hujan dan jenis pupuk, interaksi umur tanaman dan buah mentah, serta interaksi topografi dan buah mentah menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap penurunan produktivitas tersebut. Variasi variabel penentu produktivitas tanaman kelapa sawit dapat diterangkan sebesar 92.8 % oleh model.

(4)

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PENURUNAN

PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

DI KEBUN SEI LALA, PT TUNGGAL PERKASA

PLANTATIONS, INDRAGIRI HULU, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Ana Yunita S

A24061855

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(5)

Judul : ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PENURUNAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI LALA, PT TUNGGAL PERKASA PLANTATIONS, INDRAGIRI HULU, RIAU

Nama : ANA YUNITA S NIM : A24061855 Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr Ir Ade Wachjar, MS NIP. 19550109 198003 1008 Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr NIP. 19611101 198703 1003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ana Yunita S, dilahirkan pada tanggal 11 Juni 1988 di Kuala Tungkal, Jambi. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Sopwana dan Ibu Saidah.

Penulis menjalani pendidikan sekolah dasar pada tahun 1994 di SDN 25/V Serdang Jaya. Tahun 2000 penulis lulus dari sekolah dasar dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Betara dan lulus pada tahun 2003. Pendidikan Sekolah Menengah Umum dilalui di SMAN 1 Kuala Tungkal dan lulus pada tahun 2006.

Tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Lalu penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007. Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis juga mengikuti kegiatan kampus. Penulis pernah menjabat sebagai sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (2007 - 2008) dan anggota unit kegiatan mahasiswa (UKM) LISES Gentra Kaheman (2006 – 2010). Penulis juga aktif dalam kepanitiaan yang diselenggarakan di lingkungan Kampus IPB seperti Pagelaran KI Sunda Midang Empat dalam rangka memecahkan rekor MURI Rampak Suling Sunda pada tahun 2007, Masa Perkenalan Fakultas Pertanian pada tahun 2008 dan Festival Tanaman XXIX pada tahun yang sama. Selain itu penulis juga pernah menjadi peserta Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang proposalnya didanai DIKTI pada tahun ajaran 2007 – 2008 dan tahun 2009 – 2010.

Penulis mengakhiri masa studi di IPB dengan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor Penyebab Penurunan Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau”. Penulisan ini terlaksana dengan bimbingan Dr Ir Ade Wachjar, MS.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor Penyebab Penurunan Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau”. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir strata S1 pada Departemen Agronomi dn Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dukungan dan bantuan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak sangatlah berarti bagi penulis. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dan mamak serta kakak dan adik-adik penulis, Bang Aan, Ria, dan Riski, atas doa, kasih sayang, perhatian, pengertian, dukungan, dan kepercayaan kepada penulis.

2. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi.

3. Bapak Ir Supijatno, MSi. selaku dosen penguji. 4. Bapak Ir Abdul Qadir, MSt. selaku dosen penguji.

5. Bapak Ir Bambang Soemantri, MSi. atas bimbingannya dalam mengajarkan pengolahan dan analisis data.

6. Ibu Ani Kurniawati, SP, MSi. selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani studi.

7. Bapak M. Nizam Tambusai, SP, MSi. selaku pembimbing lapangan yang telah membimbing penulis selama menjalani magang.

8. Bapak Ir H. Sembiring, Bapak Suwandi dan keluarga besar PT Tunggal Perkasa Plantation, Indragiri Hulu, Riau.

9. Ardi Pratama yang selalu setia mendampingi dan memberikan warna dalam hidup penulis.

(8)

10. Yudha Asmara Adhi, Shut., Kamelia, Anif, Seri, Rani, Ade Raja, teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 43, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bogor, Oktober 2010

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 3 Hipotesis ... 3 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Botani Kelapa Sawit... 4

Kondisi Iklim ... 5 Topografi ... 6 Curah Hujan... 7 Umur Tanaman ... 8 Populasi Tanaman ... 8 Pemupukan ... 9

Buah Mentah dan Buah Busuk ... 10

METODE MAGANG ... 11

Tempat dan Waktu... 11

Metode Pelaksanaan ... 11

Pengumpulan Data ... 11

Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 12

KEADAAN UMUM ... 16

Sejarah Perusahaan ... 16

Profil Perusahaan ... 17

Letak Geografis ... 18

Keadaan Iklim dan Tanah ... 18

Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 19

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 20

Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan ... 20

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 24

(10)

Aspek Manajerial... 38

PEMBAHASAN ... 41

KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

Kesimpulan ... 55

Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produksi dan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Kebun Sei Lala ... 20

2. Jumlah Staf dan Non Staf di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantation, Indragiri Hulu, Riau ... 22

3. Rekomendasi Pemupukan Bibit Kelapa Sawit PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau. ... 26

4. Kriteria Matang Panen Berdasarkan Tingkat Fraksi Buah Kelapa Sawit di PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau. ... 33

5. Faktor Kualitas Kelapa Sawit PT Tunggal Perkasa Plantations ... 36

6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit... 42

7. Hasil Uji-F Faktor Penentu Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit ... 43

8. Pengaruh Umur Tanaman terhadap Produktivitas Kelapa Sawit di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations ... 45

9. Pengaruh SPH terhadap Produktivitas Kelapa Sawit ... 46

10. Pengaruh Curah Hujan terhadap Produktivitas Kelapa Sawit ... 47

11. Pengaruh Curah Hujan terhadap Penurunan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit ... 48

12. Pengaruh Jenis Pupuk terhadap Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit pada Umur Tanaman yang Berbeda ... 52

13. Pengaruh interaksi Curah Hujan dan Jenis Pupuk terhadap Produktivitas Kelapa Sawit ... 53

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Penyiraman dengan Menggunakan Pipa Sumi Sansui ... 25

2. Penyetekan dan Penanaman Mucuna bracteata. ... 27

3. Pertumbuhan Nephrolepis biserrata 2 Minggu Setelah Tanam ... 28

4. Pemupukan Manual dan Pemupukan Mekanis ... 31

5. Pengarungan Berondolan dan Gagang Cangkem Kodok ... 35

6. Produktivitas Kelapa Sawit di Kebun Sei Lala Tahun 2002 – 2009 ... 37

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Curah Hujan dan Hari Hujan di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations,

Indragiri Hulu, Riau Tahun 2000 - 2009 ... 62

2. Kelas Kesesuaian Lahan PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau .. 63

3. Peta PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau ... 64

4. Struktur Organisasi PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau ... 65

5. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations ... 66

6. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations ... 68

7. Sistem Pembibitan Double Stage di PT Tunggal Perkasa Plantations ... 71

8. Jenis dan Dosis Herbisida untuk Pengendalian Gulma di Piringan ... 72

9. Jenis dan Dosis Herbisida untuk Pengendalian Gulma di Gawangan... 73

10. Sistem Perhitungan Premi Pemanen PT Tunggal Perkasa Plantations ... 74

11. Kriteria Kelas Pemanen PT Tunggal Perkasa Plantations ... 75

12. Penggunaan Jenis Pupuk di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau ... 76 13. Tahun Tanam Kelapa Sawit di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations 77

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati dengan berbagai keunggulan jika dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain. Keunggulan tersebut diantaranya memiliki kadar kolesterol yang rendah, bahkan tanpa kolesterol (Sastrosayono, 2003). Pada tahun 2008, luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 7 363 847 ha atau meningkat 553.59 % jika dibandingkan dengan akhir tahun 1990 yang hanya 1 126 677 ha. Produktivitas kelapa sawit pada tahun 2008 adalah 3.33 ton/ha/tahun untuk perkebunan rakyat dan 3.42 ton/ha/tahun untuk perkebunan swasta (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009). Produktivitas kelapa sawit tersebut cukup tinggi jika dibandingkan dengan produktivitas komoditas perkebunan lain seperti kelapa dan jarak pagar.

Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang hingga saat ini masih menjadi unggulan Indonesia, sehingga perluasan areal perkebunan kelapa sawit masih akan terus dilakukan. Akan tetapi perluasan areal perkebunan kelapa sawit seringkali tidak memperhatikan kesesuaian lahan untuk kelapa sawit. Ketidaksesuaian lahan dapat menyebabkan terjadinya penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya penurunan produktivitas minyak kelapa sawit (CPO) nasional pada tahun 2008 sebesar 11.54 % dari tahun sebelumnya, yaitu dari 2.6 ton per ha menjadi 2.3 ton per ha. (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit, yaitu iklim, bentuk wilayah, kondisi tanah, bahan tanam, dan teknik budidaya (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006). Selanjutnya Risza (2009) menambahkan bahwa umur tanaman, jumlah populasi tanaman per hektar, sistem pengawetan tanah, sistem penyerbukan, sistem koordinasi panen-angkut-olah, sistem pengamanan produksi, serta sistem premi panen juga berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Dari sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit, tujuh faktor di antaranya akan menjadi bahan kajian penulis dalam pelaksanaan magang. Ketujuh faktor tersebut terdiri atas

(15)

topografi, curah hujan, umur tanaman, jenis pupuk, jumlah populasi tanaman per hektar, buah mentah dipanen, dan buah busuk.

Topografi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap produktivitas kelapa sawit, terutama dalam sistem pengolahan pengawetan tanah. Walaupun pengaruh topografi merupakan faktor alami yang seolah-olah tidak dapat diubah, akan tetapi sampai tingkat tertentu hal tersebut masih dapat dikendalikan dengan pendekatan teknologi atau setidaknya dapat mengeliminasi dampak besar dari faktor penghambat menjadi lebih kecil. Dja’far, Anwar, dan Purba (2001) menyatakan bahwa pengaruh topografi lahan terhadap produksi adalah sebesar 14.56 persen. Topografi berpengaruh besar terhadap buah mentah dipanen dan buah busuk.

Air hujan merupakan sumber air utama perkebunan kelapa sawit. Curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 2 500 – 3 000 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun, tidak terdapat bulan kering berkepanjangan dengan curah hujan di bawah 120 mm dan tidak terdapat bulan basah dengan hari hujan lebih dari 20 hari (Hadi, 2004). Pengaruh musim kering dan defisit air (water deficit) sangat besar pengaruhnya terhadap produktivitas kelapa sawit. Water deficit merupakan suatu kondisi dimana suplai air tersedia tidak mampu memenuhi kebutuhan air tanaman. Water deficit pada tanaman kelapa sawit akan mempengaruhi proses kematangan tandan bunga sehingga akan mengurangi jumlah tandan buah segar yang akan dihasilkan (Risza, 2009).

Terdapat hubungan antara penurunan produksi dan kerapatan tanam, kelapa sawit yang hidup di tempat yang terlindung dan kurang mendapat cahaya matahari pertumbuhannya akan meninggi, tidak normal, habitusnya kurus, lemah, jumlah daun sedikit, dan produksi bunga betina berkurang (Risza, 2009). Lubis (1992) menyatakan bahwa populasi tanaman kelapa sawit yang banyak digunakan di perkebunan di Indonesia adalah 143 pokok/ha.

Pemupukan pada tanaman kelapa sawit bertujuan untuk menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi maksimal dan menghasilkan minyak berkualitas baik (Adiwiganda dan Siahaan, 1994). Untuk meningkatkan produksi maksimal kelapa sawit, maka

(16)

dalam pelaksanaan pemupukan harus mengacu pada tujuh tepat, yaitu tepat jenis, dosis, waktu, cara, penempatan, bentuk formulasi, dan rotasi.

Menurut Risza (2009) produktivitas tanaman kelapa sawit juga bergantung pada komposisi umur tanaman. Semakin luas komposisi umur tanaman remaja dan tanaman tua, semakin rendah produktivitas per hektarnya. Komposisi umur tanaman ini berubah setiap tahunnya sehingga berpengaruh terhadap pencapaian produktivitas per hektar per tahunnya.

Tujuan

Tujuan magang yang dilaksanakan adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman lapangan. Selain itu, kegiatan magang ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dan meminimalisir faktor-faktor tersebut.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam pelaksanaan magang adalah:

1. Curah hujan, topografi, jenis pupuk, jumlah populasi tanaman per hektar, umur tanaman, buah mentah dipanen, dan buah busuk merupakan faktor yang menyebabkan penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit.

2. Terdapat interaksi antara satu faktor dengan faktor lainnya yang menyebabkan penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae

Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil. Batangnya lurus, berbentuk bulat panjang dengan diameter 25 - 75 cm dan tidak bercabang. Pada tanaman tua pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam meruas (Sunarko, 2007). Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu, yaitu bunga jantan dan bunga betina terletak dalam satu pohon, tetapi terletak terpisah satu sama lain. Masa masak atau anthesis bunga tidak serempak sehingga domiman terjadi penyerbukan silang (Lubis, 2008).

Akar kelapa sawit berfungsi sebagai penunjang struktur batang, menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah, serta sebagai salah satu alat respirasi. Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut yang terdiri atas akar primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Akar primer panjangnya dapat mencapai 15 cm dan mampu bertahan hingga 6 bulan, keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horisontal dan vertikal hingga mencapai 15 - 20 m ke dalam tanah. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder dengan diameter 2 - 4 mm yang mengarah ke atas mendekati permukaan tanah. Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 1 - 2 mm dan membentuk akar kuartener yang berada di dekat pemukaan tanah dengan panjang 2 cm dan berdiameter 0.5 mm (PT Tania Selatan, 1997).

(18)

Jumlah pelepah daun tanaman kelapa sawit bergantung pada umur tanaman. Pada tanaman dewasa dapat dijumpai 40 - 56 pelepah. Setiap pelepah terdiri atas 100 – 160 pasang anak daun. Pada pelepah daun terbentuk dua baris duri pada kedua sisinya dengan duri yang sangat tajam (PT Tania Selatan, 1997). Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk dan mempunyai filotaksi 1/8 yang memutar ke kanan ataupun ke kiri, tetapi sebagian besar daun memutar ke kanan. Stomata umumnya terletak pada permukaan anak daun saja (Lubis, 1992).

Buah kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian, yaitu eksokarp, perikarp, mesokarp, endokarp, dan kernel. Mesokarp yang masak mengandung 45 - 50 % minyak dan berwarna merah kuning karena mengandung karoten.

Kondisi Iklim

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27 ºC dengan suhu maksimum 33 ºC dan suhu minimum 22 ºC sepanjang tahun. Curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan adalah 1 250 - 3 000 mm yang merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari 3 bulan). Curah hujan optimal berkisar 1 750 - 2 500 mm. Kelapa sawit lebih toleran dengan curah hujan yang tinggi dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya, meskipun demikian dalam kriteria klasifikasi kesesuaian lahan nilai tersebut menjadi faktor pembatas ringan. Jumlah bulan kering lebih dari 3 bulan merupakan faktor pembatas berat. Adanya bulan kering yang panjang dan curah hujan yang rendah akan menyebabkan terjadinya defisit air (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006).

Lama penyinaran matahari yang optimal adalah 6 jam per hari dengan kelembaban nisbi pada kisaran 50 – 90 % (optimal pada 80 %). Aspek iklim lainnya yang juga berpengaruh pada budidaya kelapa sawit adalah ketinggian tempat dari permukaan laut atau elevasi. Elevasi untuk pengembangan tanaman kelapa sawit adalah kurang dari 400 m dari permukaan laut (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006).

(19)

Topografi

Menurut Lubis (1992) tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada ketinggian 0 – 400 m di atas permukaan laut. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2006) menambahkan bahwa bentuk wilayah yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit adalah datar sampai berombak, yaitu wilayah dengan kemiringan lereng 0 – 8 persen. Pada wilayah bergelombang sampai berbukit (kemiringan 8 - 30 %), kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik melalui upaya pembuatan teras. Pada wilayah berbukit dengan kemiringan lebih dari 30 % tidak dianjurkan untuk kelapa sawit karena akan memerlukan biaya yang besar untuk pengelolaannya, sedangkan produksi kelapa sawit yang dihasilkan relatif rendah. Bentuk wilayah merupakan faktor penentu produktivitas yang mempengaruhi kemudahan panen, pengawetan tanah dan air, pembuatan jaringan jalan, dan keefektivitasan pemupukan.

Menurut Dja’far et al. (2001) topografi lahan yang tidak disertai penerapan

kultur teknis yang standar berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit dan penggunaan tenaga pemanen. Perbedaan produksi pada areal yang

bertopografi berombak dengan areal bertopografi berbukit bisa mencapai 3.96 ton TBS/ha/tahun. Pada daerah berbukit walaupun pemakaian tenaga panen

9.11 % lebih banyak dibandingkan di daerah berombak tetapi produksi yang dihasilkan akan tetap rendah. Hal tersebut dikarenakan oleh sekitar 13.31 % tandan buah segar (TBS) tidak dipanen serta kehilangan brondolan mencapai 51.36 persen.

Curah Hujan

Air hujan merupakan sumber air utama untuk tanaman perkebunan. Menurut Mangoensoekarjo (2007) curah hujan optimal untuk tanaman kelapa sawit adalah 1 250 – 2 500 mm/tahun, sedangkan Hadi (2004) menyatakan bahwa curah hujan

yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah 2 500 – 3 000 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun serta tidak terdapat

(20)

bulan kering berkepanjangan dengan curah hujan di bawah 120 mm dan tidak terdapat bulan basah dengan hujan lebih dari 20 hari.

Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan bahwa kekurangan air pada tanaman kelapa sawit dapat mengakibatkan penurunan produksi tandan buah segar. Hadi (2004) menambahkan kekurangan air pada tanaman kelapa sawit dapat mengakibatkan buah terlambat masak, berat tandan buah berkurang, jumlah tandan buah menurun hingga sembilan bulan kemudian, serta meningkatkan jumlah bunga jantan dan menurunkan jumlah bunga betina.

Pengaruh musim kering dan defisit air (water deficit) sangat besar pengaruhnya terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit. Water deficit merupakan suatu kondisi dimana suplai air tersedia tidak mampu memenuhi kebutuhan air tanaman. Batas pengaruh water deficit pada tanaman kelapa sawit adalah 400 mm, jika lebih besar dari 400 mm akan berpengaruh pada produksi secara langsung, yaitu tandan bunga yang telah muncul akan terganggu proses kematangannya serta dapat mengganggu munculnya bunga dan sex differentiation (Risza, 2009).

Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2006) terdapat beberapa pengaruh musim kering terhadap produksi kelapa sawit, yaitu sebagai berikut:

a. Pengaruh terhadap produksi semester II

1. Jika sampai batas stadia I (water deficit 200 – 300 mm), hal ini belum berpengaruh terhadap produksi.

2. Jika sampai batas stadia II (water deficit 300 – 400 mm), maka kemungkinan kehilangan produksi semester II berkisar 10 – 20 persen. 3. Jika sampai batas stadia III (water deficit 400 – 500 mm), maka

kemungkinan kehilangan produksi semester II berkisar 20 - 40 persen. 4. Jika sampai batas stadia IV (water deficit 500 mm), maka kemungkinan

kehilangan produksi semester II berkisar 40 - 60 persen. Akibat kekeringan, buah menjadi lebih cepat matang tetapi akan berakibat turunnya rendemen minyak dan jumlah buah parthenocarpi meningkat. Kemungkinan serangan tikus juga meningkat yang akan merusak bunga jantan dan betina untuk mengambil air dari tandan bunga.

(21)

b. Pengaruh terhadap produksi tahun II dan III

1. Jika sampai batas stadia I, maka pengaruhnya terhadap produksi tahun II tidak ada.

2. Jika seluruhnya terkena stadia II, maka kemungkinan kehilangan produksi tahun II mencapai 0 - 10 persen.

3. Jika seluruhnya terkena stadia III, maka kemungkinan kehilangan produksi semester I tahun II mencapai 10 - 20 % karena mengganggu sex

differentiation.

Umur Tanaman

Tinggi rendahnya produktivitas tanaman kelapa sawit di suatu kebun dipengaruhi oleh komposisi umur tanaman yang ada di kebun tersebut. Semakin luas komposisi umur tanaman remaja dan tanaman tua, semakin rendah pula produktivitas per hektarnya. Komposisi umur tanaman berubah setiap tahunnya sehingga juga berpengaruh terhadap pencapaian produksi per hektar per tahunnya (Risza, 2009). Lubis (1992) menyatakan bahwa produktivitas maksimal tanaman kelapa sawit dapat dicapai ketika tanaman berumur 7 – 11 tahun.

Populasi Tanaman

Susunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman. Kerapatan tanam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit. Menurut Risza (2009) terdapat hubungan antara penurunan produksi dan kerapatan tanam, kelapa sawit yang hidup di tempat yang terlindung dan kurang mendapat cahaya matahari pertumbuhannya akan meninggi, tidak normal, habitusnya kurus, lemah, jumlah daun sedikit, dan produksi bunga betina berkurang. Intensitas cahaya matahari optimum yang diperlukan oleh tanaman bervariasi menurut jenis tanaman. Salah satu dari pengaruh kualitas dari intensitas dan lama penyinaran adalah perubahan morfologi dan fisiologi tanaman. Lubis (1992) menyatakan bahwa populasi tanaman kelapa sawit yang banyak digunakan di perkebunan di Indonesia adalah 143 pokok/ha.

(22)

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Upaya pemupukan pada tanaman kelapa sawit harus dapat menjamin pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi TBS yang maksimal serta menghasilkan minyak kelapa sawit (CPO) yang tinggi, baik kualitas maupun kuantitasnya (Mangoensoekarjo, 2007). Dalam kegiatan pemupukan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu tanaman yang akan dipupuk, jenis tanah yang akan dipupuk, jenis pupuk yang akan digunakan, dosis pupuk yang diberikan, cara aplikasi, dan waktu pemupukan (Hardjowigeno, 2003). Pengelolaan aplikasi pemupukan merupakan hal yang paling penting karena merupakan kunci utama tercapainya target produksi yang diharapkan.

Adiwiganda (2002) menyatakan bahwa tidak kurang dari 50 % biaya pemeliharaan adalah merupakan biaya pemupukan mulai dari biaya pengadaan, transportasi, dan pengawasan. Sugiyono et al. (2005) menambahkan bahwa pemupukan pada tanaman kelapa sawit membutuhkan biaya yang sangat besar sekitar 30 % terhadap biaya produksi atau sekitar 60 % terhadap biaya pemeliharaan. Akan tetapi dipihak lain pemupukan mempunyai peranan yang sangat penting untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi. Pemupukan yang tidak baik akan mengakibatkan tidak tercapainya target produksi. Manajemen pupuk dan pemupukan harus direncanakan dengan baik, dipersiapkan dengan matang, dilaksanakan secara terencana, dan diawasi dengan ketat sehingga aplikasi pupuk dapat mencapai sasaran yang diinginkan.

Dewasa ini terjadi penggolongan jenis-jenis pupuk berdasarkan kandungan unsur haranya, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Menurut Purwa (2007) pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara primer (N, P, atau K), sementara itu unsur lain yang terkandung di dalamnya hanya berperan sebagai pengikat atau juga sebagai katalisator. Sedangkan pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara primer.

(23)

Buah Mentah dan Buah Busuk

Kehilangan hasil produksi dalam suatu perkebunan merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan, tetapi hal tersebut dapat diminimalisir dengan perbaikan teknik budidaya dan manajemen panen yang baik. Buah mentah dipanen dan buah matang tidak dipanen (buah busuk) merupakan faktor penyebab kehilangan hasil produksi. Semakin banyak buah mentah dipanen dan buah busuk maka kehilangan hasil produksi semakin tinggi.

(24)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantation, Kecamatan Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau, selama empat bulan mulai dari bulan Februari hingga Juni 2010.

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan yang dilakukan penulis adalah dengan cara melakukan kegiatan di lapangan sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling serta dengan cara mempelajari dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit di kebun Sei Lala.

Pada bulan pertama dan kedua, penulis bertugas sebagai pendamping mandor dengan tugas melaksanakan instruksi dari asisten afdeling. Pada bulan ketiga dan keempat penulis bertugas sebagai pendamping asisten afdeling dengan tugas sebagai berikut: (1) menyusun rencana kerja dan anggaran biaya afdeling, (2) melaksanakan rencana kerja yang telah disusun, (3) mengawasi pelaksanaan kerja, (4) mengevaluasi pelaksanaan kerja, dan (5) membuat laporan hasil pelaksanaan kerja dan biaya yang telah digunakan.

Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam pelaksanaan magang terdiri atas dua, yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan secara langsung di lapangan dengan mengikuti semua kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan. Aspek teknik budidaya yang secara khusus diamati adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan produktivitas kelapa sawit, yaitu pemupukan dan jumlah populasi tanaman per hektar. Data sekunder meliputi data yang telah tersedia di perusahaan yang menunjang kegiatan magang, seperti sejarah dan kondisi umum perusahaan, data iklim, peta, kondisi lahan, varietas

(25)

tanaman kelapa sawit dan data lain yang berkaitan dengan aspek pemeliharaan tanaman, kondisi pertanaman dan produksi, faktor tenaga kerja (jumlah, prestasi, dan keterampilan), sarana serta prasarana yang tersedia, norma kerja di perusahaan, serta aspek manajerial perusahaan (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi kegiatan yang dilakukan). Data sekunder diperoleh dengan mempelajari dan menganalisis laporan manajerial yang ada (laporan bulanan, laporan triwulanan, dan laporan tahunan) serta studi pustaka.

Data sekunder yang digunakan untuk kepentingan analisis terdiri atas data topografi, curah hujan, pemupukan, jumlah tanaman per hektar (SPH), umur tanaman, buah mentah, dan buah busuk. Data yang digunakan merupakan data selama enam tahun terakhir, yaitu mulai dari bulan Januari 2004 hingga bulan Desember 2009.

Data curah hujan yang digunakan dalam analisis merupakan rata-rata jumlah curah hujan per bulan. Data topografi disesuaikan dengan klasifikasi yang telah dibuat oleh PT Tunggal Perkasa Plantations untuk tiap blok tanaman. Data kelompok umur diperoleh dari hasil pengurangan tahun yang digunakan untuk analisis (2002 – 2009) dengan tahun tanam kelapa sawit. Data SPH merupakan hasil rata-rata jumlah SPH per blok tanam. Data pemupukan merupakan data jenis pupuk yang digunakan oleh Kebun Sei Lala. Data buah mentah dan buah busuk merupakan hasil rata-rata jumlah buah mentah dan buah busuk per blok tanam.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan untuk setiap satuan terkecil yang ada di kebun, yaitu blok. Metode yang digunakan untuk mengolah data yang diperoleh adalah metode Ordinary Least Square (OLS) dengan pendekatan Univariate General

Linear Model dan menggunakan uji Bonferroni tingkat lanjut. Alat bantu yang

digunakan untuk mengolah data tersebut adalah SPSS v. 16 for windows.

Model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-douglas, yaitu:

(26)

Y = a X1.1 b1.1 X1.2 b1..2 X1.3 b1.3 X2.1 b2.1 X2.2 b2.2 X2.3 b2.3 X2.4b2.4 X3.1 b3.1 X3..2b3.2 X3.3b3.3X4.1 b4.1 X4.2 b4.2 X4.3 b4.3 X5.1 b5.1 X5.2 b5.2 X5.3b5.3 X5.4b5.4 X6 b6 X7 b7 eu

dimana :

Y = produktivitas tanaman kelapa sawit. Satuan pengukurannya adalah kg/ha/bulan.

X 1.1 = kelompok curah hujan < 60 mm/bulan. X 1.2 = kelompok curah hujan 60 – 100 mm/bulan. X 1.3 = kelompok curah hujan > 100 mm/bulan.

X 2.1 = kelompok umur tanaman kelapa sawit < 7 tahun. X 2.2 = kelompok umur tanaman kelapa sawit 7 – 11 tahun. X 2.3 = kelompok umur tanaman kelapa sawit 12 – 25 tahun. X 2.4 = kelompok umur tanaman kelapa sawit > 25 tahun. X 3.1 = kelompok topografi flat/datar.

X 3.2 = kelompok topografi rolling/bukit. X 3.3 = kelompok topografi rendahan. X 4.1 = kelompok jenis pupuk tunggal.

X 4.2 = kelompok jenis pupuk campuran (tunggal dan majemuk). X 4.3 = kelompok jenis pupuk majemuk.

X 5.1 = kelompok standar pokok per hektar (SPH) < 130 pokok. X 5.2 = kelompok SPH 130 – 135 pokok.

X 5.3 = kelompok SPH 136 – 143 pokok. X 5.4 = kelompok SPH > 143 pokok. X 6 = Buah mentah dipanen. X 7 = Buah busuk.

a = intersep, merupakan besaran parameter.

bij = koefisien produksi yang juga merupakan elastisitas produksi. i = 1, 2, 3, 4, 5, 6.

j = subfaktor produksi. u = pengganggu.

(27)

Bentuk persamaan di atas dapat diubah ke dalam bentuk linier Ln, sebagai berikut: Ln Y = Ln a + b1.1 Ln X1.1 + b1.2 Ln X1.2 + b1.3 Ln X1.3 + b2.1 Ln X2.1 + b2.2 Ln X2.2 + b2.3 Ln X2.3 + b2.4 Ln X2.4 + b3.1 Ln X3.1 + b3.2 Ln X3.2 + b4.1 Ln X4.1 + b4.2 Ln X4.2 + b4.3 Ln X4.3 + b5.1 Ln X5.1 + b5.2 Ln X5.2 + b5.3 Ln X5.3 + + b5.4 Ln X5.4 + b6 Ln X6 + b7 Ln X7 + U

Peubah curah hujan, topografi, kelompok umur, SPH, dan jenis pupuk untuk memudahkan pengamatan diubah menjadi peubah kualitatif, yakni kategorik dengan bantuan peubah boneka (dummy). Sandi boneka yang digunakan adalah 1 untuk pengamatan yang masuk satu kategori dan 0 untuk pengamatan yang masuk kategori lain. Jika peubah bebasnya berjumlah k, misal D1, D2, D3,..., Dk, maka peubah bonekanya berjumlah k-1.

Hasil perhitungan dari fungsi Cobb-Douglas diuji pengaruhnya, baik pengaruh keseluruhan parameter regresi maupun pengaruh masing-masing faktor secara tersendiri, menggunakan uji-F dan uji-t.

Hipotesis yang diajukan dalam melakukan analisis dengan menggunakan uji F adalah:

H0 : bi = 0 H1 : bi ≠ 0 F hitung = 𝐾𝑇 𝑏𝑖

𝐾𝑇 𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 , dimana

KT bi : kuadrat tengah variabel ke-i. KT galat : kuadrat tengah galat variabel ke-i. Bila : F hitung > F tabel maka tolak H0.

F hitung < F tabel maka terima H0.

Jika H0 ditolak berarti secara bersama-sama variabel dalam proses produksi mempunyai hubungan terhadap proses produksi, sebaliknya jika H0 diterima berarti secara bersama-sama variabel dalam proses produksi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Pengujian koefisien produksi bertujuan untuk mengetahui apakah faktor produksi tertentu berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit.

(28)

Hipotesis yang diajukan dalam melakukan analisis dengan menggunakan uji-t adalah:

H0 : bi = 0 H1 : bi ≠ 0

t - hitung = 𝑠𝑏𝑖𝑏𝑖, dimana

bi : koefisien regresi variabel ke-i. sbi : standar error variabel ke-i.

Bila : t - hitung > F tabel maka tolak H0. t - hitung < F tabel maka terima H0.

Jika H0 ditolak berarti faktor produksi yang digunakan berpengaruh nyata terhadap hasil produksi dan jika H0 diterima maka faktor produksi tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi.

(29)

KEADAAN UMUM

Sejarah Perusahaan

Pada tahun 1918 terdapat tiga perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dengan luas lahan sebesar 28 000 ha yang berada di Air Molek, Riau. Perusahaan tersebut adalah NV Cultur Maatachappij Indragiri milik Swiss, Indragiri Rubber Limited (IRL), dan Klawat Syndicate yang merupakan joint

venture antara perusahaan Inggris dengan Strut Company Malaysia.

Ketiga perusahaan tersebut dinasionalisasikan oleh pemerintah Republik

Indonesia (RI) pada tahun 1963 dan pengelolaannya diserahkan kepada PT Perkebunan Indragiri (PT PI) yang kemudian dilikuidasi kembali oleh

pemerintah RI dan diserahkan kepada PT Kulit Aceh Raya Kapten Markam (PT Karkam). Pada tahun 1964 PT Karkam diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Setelah itu, pada tahun 1966 - 1968 perkebunan tersebut diserahkan kepada PT Aslam Karkam II (PT Askar II) dan pada tahun 1968 - 1969 perkebunan tersebut diserahkan kembali kepada PT Perkebunan Indragiri.

Pada Tahun 1969 - 1971 perkebunan ini dilikuidasi kembali oleh Pemerintah RI dan diserahkan kepada PT Berdikari Jakarta dengan status Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pada tahun 1971, PT Berdikari diserahkan kepada pemilik lama yaitu IRL – CMI (PT Plantagen) yang berpusat di Zurich, Swiss serta Kelawat Cyndicate dan diubah namanya menjadi PT Indragiri Raya. Pada tahun 1973 masa kontrak PT Indragiri Raya telah habis sehingga PT Indragiri Raya dinasionalisasikan oleh pemerintah Indonesia melalui Departemen Pertanian pada tahun 1973, dan luas arealnya dibagi menjadi:

1. PTP IV : 11 228 ha

2. NES II : 2 063 ha

3. Perluasan desa : 604 ha 4. PT Tunggal Investment : 9 799 ha

Pada tahun 1975 PT Tunggal Investmen mulai beroperasi dengan komoditi olah berupa karet dan kelapa sawit. Pada tahun 1979 nama PT Tunggal Investmen diubah menjadi PT Tunggal Perkasa Plantations (PT TPP). Pada bulan

(30)

September 1983, Astra Group masuk dalam PT TPP, dan sejak saat itu PT TPP hanya memfokuskan perusahaan pada pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas produksi 60 ton/hari.

Sadang Mas yang merupakan joint venture antara Salim Mas Group dan Sinar Mas Group juga ikut ambil bagian dalam PT TPP dan kapasitas pabrik ditingkatkan menjadi 60 ton/jam. Lalu pada bulan Juni 1991, Astra Group melalui PT Astra Agro Niaga membeli 100 % saham, sehingga sekarang PT TPP resmi dimiliki secara total oleh Astra Agro Niaga. Pada tahun 1998, PT Astra Agro Niaga, sebagai Holder PT Tunggal Perkasa Plantations mencatatkan sahamnya pada Bursa Efek Jakarta dan namanya diubah menjadi PT Astra Agro Lestari Tbk.

Profil Perusahaan

PT Tunggal Perkasa Plantations (PT TPP) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri perkebunan kelapa sawit yang berada di bawah naungan PT Astra Agro Lestari Tbk. Produk utama yang dihasilkan oleh PT TPP adalah minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan inti sawit (kernel). PT TPP terletak di Kecamatan Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. PT TPP memiliki areal kebun kelapa sawit dengan luas hak guna usaha (HGU) sebesar 14 935.40 ha dengan areal tanam seluas 14 153.56 ha dan memiliki pabrik pengolahan crude plam oil (CPO) dan kernel dengan kapasitas olah 60 ton/jam. Jumlah karyawan PT TPP adalah 3 016 orang yang terdiri atas 50 orang staf, 482 orang karyawan bulanan, 1 045 karyawan harian tetap, dan 1 439 karyawan harian lepas. Sehingga diketahui indeks tenaga kerja (ITK) PT Tunggal Perkasa Plantations sebesar 0.202.

Kebun Sei Lala terletak di Kecamatan Sungai Lala dengan luas areal sebesar 3 377.48 ha. Jumlah karyawan Kebun Sei Lala adalah 823 orang, yang terdiri atas enam orang staf, 52 orang karyawan bulanan, 273 orang serikat karyawan utama (SKU), dan 492 orang buruh harian lepas (BHL). ITK Kebun Sei Lala sebesar 0.24.

(31)

Letak Geografis

Secara geografis PT Tunggal Perkasa Plantations berada antara 0°22’12” - 0°12’36” Lintang Selatan dan antara 102°9’36” - 102°19’48” Bujur Timur yang terletak di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Lirik dan Kecamatan Pasir Penyu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah barat berbatasan dengan Desa Sungai Lala dan Jati Rejo, Kecamatan Sungai Lala; sebelah timur berbatasan dengan Desa Sungai Sagu, Desa Sungai Karas Desa Japura Kecamatan Lirik, Desa Kongsi Empat Kecamatan Pasir Penyu; sebelah utara berbatasan dengan Desa Radang Seko, Desa Banjar Balam Kecamatan Lirik, serta sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kembang Harum, Desa Air Molek Kecamatan Pasir Penyu.

Keadaan Iklim dan Tanah

PT Tunggal Perkasa Plantations mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Puncak musim hujan terjadi pada bulan Oktober dan November, sedangkan puncak musim kemarau terjadi pada bulan Juni dan Juli. Temperatur udara rata-rata antara 28 - 31 °C. Rata-rata curah hujan selama 10 tahun terakhir (2000 – 2009) adalah 2 763.5 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan adalah 135 hari/tahun. Rata-rata bulan kering 1.9 bulan/tahun dan rata-rata bulan basah 9.2 bulan/tahun. Menurut klasifikasi Schimdth-Ferguson, iklim di PT TPP termasuk tipe iklim B (basah). Keadaan curah hujan bulanan di PT Tunggal Perkasa Plantation dapat dilihat pada Lampiran 1.

Jenis tanah PT TPP terdiri atas dua ordo, yang menurunkan lima subgroup, yaitu Inceptisol (Fluvaquepts, Aquic Dystrudepts) dan Ultisols (Typic, Hapludults, Typic Kanhapludults, Typic kandiudults) dengan fisiografi pada sebagian areal berbentuk flat, rolling, dan rendahan.

Sifat-sifat tanah lapisan atas dari kebun kelapa sawit PT TPP semuanya bereaksi sangat masam dengan pH-H2O (1:5) < 4.5. Keadaan tanah yang sangat masam tersebut juga disertai dengan kandungan kation-kation basa (Ca, Mg, K, dan Na) yang sangat rendah, sehingga kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basanya (KB) juga rendah atau sangat rendah. Kemampuan tanah yang

(32)

rendah dalam pertukaran kation tersebut diperburuk oleh adanya tekstur tanah yang kasar, yaitu tanah pasir (sand) atau tanah berpasir (sandy). Kandungan fosfor (P) dan kalium (K) potensial tanah ekstrak HCl 25 % semua contoh tanah termasuk sangat rendah. Sedangkan P tersedia ekstrak Bray 1 dan K dapat ditukar bervariasi dari sangat rendah sampai sedang atau tinggi, walaupun demikian sebagian besar termasuk sangat rendah.

Kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kelapa sawit di PT TPP terdiri atas dua kelas, yaitu Kelas S2 (cukup sesuai) dan Kelas S3 (sesuai marjinal). Kelas S2 mencakup areal seluas 7 318 ha (49.1 %) dengan pembatas utama retensi hara (pH masam dan sebagian KTK rendah). Kelas S3 seluas 7 580 ha (50.9 %) dengan pembatas utama adalah lereng agak curam, tekstur agak kasar serta drainase terhambat. Klasifikasi kelas kesesuaian lahan PT TPP berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh USDA tahun 2003. Klasifikasi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Luas hak guna usaha PT Tunggal Perkasa Plantations adalah 14 935.4 ha dengan areal tanam seluas 14 153.56 ha yang terbagi atas lima kebun, yaitu Kebun Sei Sagu (3 234.88 ha), Kebun Sei Meranti (3 029.79 ha), Kebun Sei Lala (3 377.48 ha), Kebun Redang Seko (4 511.46 ha), dan Kebun Plasma KKPA (1 393.02 ha). Peta PT Tunggal Perkasa Plantations dapat dilihat pada Lampiran 3. PT TPP memiliki pabrik pengolahan crude palm oil (CPO) dan kernel dengan kapasitas 60 ton/jam.

Kebun Sei Lala terdiri atas lima afdeling, yaitu Afdeling Kilo (601.26 ha) yang terbagi atas 23 blok, Afdeling Lima (644.08 ha) terbagi atas sembilan blok, Afdeling Mike (750.62 ha) terbagi atas 15 blok, Afdeling Nency (686.34 ha) terbagi atas 23 blok, dan Afdeling Oscar (695.18 ha) yang terbagi atas 22 blok. Areal pembibitan terdapat di Afdeling Mike dengan luas 25 ha.

(33)

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di PT Tunggal Perkasa Plantations adalah varietas Tenera yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dan PT Socfindo Tenera Gathering and Tour. Jarak tanam yang digunakan adalah 9 m x 9 m x 9 m dengan jarak antar barisan 7.79 m dan jarak dalam barisan 9 m sehingga populasi tanaman per hektarnya 143 pokok. Akan tetapi di lapangan menunjukkan bahwa populasi tanaman rata-rata lebih rendah dari populasi yang seharusnya, yaitu 117 pokok. Hal tersebut disebabkan oleh adanya tanaman yang mati karena terserang hama dan penyakit, kemiringan tempat, dan kondisi lahan lainnya yang tidak mungkin ditanami. Terdapat tujuh tahun tanam kelapa sawit di Kebun Sei Lala, yaitu tahun 1975, 1983, 1984, 1985, 1986, 1987, dan 2006.

Produksi tandan buah segar (TBS) Kebun Sei Lala setiap tahunnya bervariasi, dengan produksi tertinggi selama delapan tahun terakhir (2002 – 2009) dicapai pada tahun 2008 yaitu sebesar 80 210.64 ton. Penurunan produksi dan produktivitas tanaman kelapa sawit terjadi pada tahun 2007, dan 2009 (Tabel 1).

Tabel 1. Produksi dan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Kebun Sei Lala

No. Tahun Produksi TBS Produktivitas

(ton/ha) (ton) (janjang) 1. 2002 49 196.23 2 513 579 14.57 2. 2003 56 336.63 2 802 476 16.68 3. 2004 69 681.42 3 417 077 20.63 4. 2005 73 978.51 3 622 489 21.90 5. 2006 70 484.34 3 306 224 20.87 6. 2007 69 819.09 3 002 413 20.67 7. 2008 80 210.64 3 160 846 23.75 8. 2009 72 359.82 2 918 988 21.42

Sumber: Kantor Besar PT Tunggal Perkasa Plantations (2010)

Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan

Perkebunan Kelapa sawit PT Tunggal Perkasa Plantations merupakan salah satu unit usaha dari PT Astra Agro Lestari Tbk (PT AAL). Struktur organisasi PT AAL berdasarkan susunan garis dan staf dengan kekuasaan tertinggi dipegang

(34)

oleh presiden komisaris, sedangkan operasional perusahaan dipegang oleh presiden direksi, direktur area, dan administratur.

PT Tunggal Perkasa Plantations dipimpin oleh seorang administratur yang bertanggung jawab kepada dewan direksi. Administratur dibantu oleh seorang deputi administratur, kepala tata usaha (KTU), kepala pabrik, kepala kebun, kepala teknik, dan staf administratur. Struktur organisasi PT Tunggal Perkasa Plantations dapat dilihat pada Lampiran 4.

Administratur bertugas sebagai penjamin kesinambungan pertumbuhan perusahaan melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi kebun dan pabrik, menjamin operasionalisasi kebun dan pabrik agar berjalan efektif dan efisien guna mencapai target yang ditetapkan dengan menerapkan aturan yang berlaku, baik internal maupun eksternal perusahaan atau pemerintah, menjamin keselarasan operasional kebun dan pabrik dengan lingkungan di sekitarnya termasuk masalah territorial dan community development, serta menjamin ketersediaan kader pimpinan di unit organisasinya.

Kepala kebun berperan untuk menjamin kualitas dan kuantitas panen yang disesuaikan dengan target yang ditetapkan, menjamin aplikasi perawatan, menjamin terjadinya peningkatan produktivitas tanaman, menjamin operasional kebun agar berjalan efektif, efisien, dan mengikuti kaidah sistem manajemen yang berlaku, serta menjamin ketersediaan kader pimpinan dan sumberdaya manusia di unit organisasinya. Dalam menjalankan tugasnya, kepala kebun dibantu oleh kepala afdeling yang bertugas menjamin tercapainya target minimal produksi kebun sesuai dengan kualitas yang ditetapkan, menjamin produksi yang dihasilkan terangkut ke pabrik, menjamin tercapainya kondisi perawatan standar kebun dan tanaman bebas hama dan penyakit, menjamin tersedianya tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan produksi serta menjamin produktivitas tenaga kerja, menjamin keamanan unit kerja, serta menjamin perencanaan dan pemakaian biaya sesuai dengan kebutuhan atau perencanaan.

Kepala afdeling bertugas dan bertanggung jawab untuk mengelola afdeling secara menyeluruh, baik dalam hal teknis maupun administrasi afdeling. Pengelolaan teknis meliputi pengarahan dan instruksi kerja kerani afdeling,

(35)

mandor satu, mandor, dan pekerja, melakukan pengawasan dan pengontrolan pelaksanaan pekerjaan serta mengevaluasi hasil kerja lapangan. Pengelolaan administrasi yang dilakukan oleh asisten divisi meliputi pembuatan rencana kerja harian, bulanan, dan tahunan, memeriksa dan mengevaluasi laporan kerja mandor, laporan manajemen dan laporan lainnya, serta membuat bon permintaan dan pengeluaran barang (BPPB). Dalam melaksanakan tugasnya asisten afdeling dibantu oleh mandor satu, mandor panen, dan mandor rawat untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada di lapangan serta kerani afdeling yang bertugas menangani dan mencatat seluruh kegiatan administrasi dan keuangan afdeling. Setiap mandor panen memiliki satu orang kerani panen yang bertugas untuk mencatat seluruh produksi buah matang dan jumlah janjangan yang didapat oleh setiap pemanen.

Status pegawai di PT Tunggal Perkasa Plantation terdiri atas staf, karyawan bulanan, serikat karyawan utama (SKU), dan buruh harian lepas (BHL). Jumlah karyawan staf dan non staf Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan jumlah karyawan (Tabel 2), maka dapat diketahui indeks tenaga kerja (ITK) dari Kebun Sei Lala dan PT TPP tersebut, yaitu hasil pembagian antara jumlah karyawan dengan luas areal.

Tabel 2. Jumlah Staf dan Non Staf di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau

No. Status Pegawai Jumlah (orang)

Kebun Sei Lala PT TPP

1. Staf 6 50

2. Karyawan Bulanan 52 482

3. Serikat Karyawan Utama (SKU) 273 1 045

4. Buruh Harian Lepas (BHL) 498 1 439

Jumlah ITK 823 0.24 3 016 0.20 Sumber : Kantor Besar PT Tunggal Perkasa Plantations (2010)

Hari kerja karyawan dalam seminggu adalah 6 hari dengan lama jam kerja 7 jam/hari kecuali hari Sabtu yaitu 5 jam/hari. Buruh harian lepas bekerja sesuai dengan ada tidaknya pekerjaan atau bergantung pada rotasi kerja suatu kegiatan,

(36)

bila pekerjaan telah selesai BHL diliburkan dan akan mulai bekerja kembali pada rotasi baru.

PT Tunggal Perkasa Plantations dalam menunjang kesejahteraan karyawannya menyediakan perumahan yang dilengkapi sarana air bersih dan listrik, tempat peribadatan, klinik kesehatan, lapangan olahraga, koperasi, dan sarana pendidikan. Koperasi yang berada dalam lingkungan perusahaan menyediakan kebutuhan sehari-hari bagi karyawan. Keberadaan koperasi diharapkan dapat membantu karyawan dalam memperoleh barang-barang kebutuhan pokok.

Sarana pendidikan yang berada dalam lingkungan perusahaan adalah taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Perusahaan juga menyediakan kendaraan antar jemput bagi anak-anak karyawan yang berada pada jenjang sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA).

(37)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Selama menjalani kegiatan magang di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations penulis berstatus sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping mandor meliputi pengawasan pembibitan, perawatan tanaman, dan pemanenan. Kegiatan sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten tertera pada Lampiran 5 dan Lampiran 6.

Pembibitan

Pada saat penulis melaksanakan kegiatan magang, di PT Tunggal Perkasa Plantations (PT TPP) sedang tidak melaksanakan kegiatan penanaman kecambah sehingga penulis hanya melakukan pengawasan terhadap penyiraman dan pemupukan bibit kelapa sawit. Pengawasan dilakukan terhadap bibit kelapa sawit yang diintroduksi dari Kamerun, Afrika Barat. Bibit tersebut dikenal dengan nama bibit kamerun. Bibit kamerun termasuk varietas Dura yang memiliki cangkang tebal. Potensi bibit kamerun belum diketahui secara pasti dan masih dalam penelitian. Penanaman bibit kamerun ditujukan untuk kepentingan penelitian. Pemeliharaan yang dilakukan sama dengan bibit kelapa sawit lainnya. Sistem pembibitan yang digunakan di PT TPP adalah sistem double stage dengan tahapan pada Lampiran 7.

Penyiraman bibit. Penyiraman di pembibitan kelapa sawit di PT TPP

dilakukan sebanyak dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari dengan kebutuhan air sebanyak 1 – 2 l/hari. Semakin tua umur bibit, semakin besar pula debit air yang diberikan. Penyiraman tidak mesti dilakukan setiap hari, jika pada malam hari hujan dengan debit air lebih besar dari 8 mm maka penyiraman pagi hari ditiadakan, sedangkan jika hujan pada pagi hari dengan debit air lebih besar dari 8 mm maka tidak dilakukan penyiraman.

(38)

Penyiraman menggunakan dua sistem, yaitu sumi sansui dan drip irrigation. Mekanisme penyiraman dengan menggunakan sumi sansui, yaitu dengan memanfaatkan tekanan sehingga air yang masuk ke dalam pipa akan tersebar melalui lubang kecil yang terdapat pada pipa bagian atas. Pipa sumi sansui berdiameter 2 inci dengan banyak lubang halus yang dirancang ke arah kanan kiri secara berselang-seling. Drip irrigation atau irigasi tetes merupakan sistem penyiraman dengan meletakkan selang infus pada setiap media pembibitan. Sistem tersebut memiliki kelebihan, yaitu efisiensi dalam penggunaan air dan meminimalkan kehilangan media tanam dan pupuk. Sistem penyiraman dengan menggunakan pipa sumi sansui dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Penyiraman dengan Menggunakan Pipa Sumi Sansui

Pemupukan bibit. Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis dan umur

bibit yang mengikuti standar rekomendasi pemupukan, seperti tertera pada Tabel 3. Pupuk diaplikasikan dengan cara menabur pupuk di atas tanah polybag secara melingkar dengan jarak 4 – 5 cm dari pangkal bibit dan tidak boleh mengenai daun atau akar. Akar yang terbuka terlebih dahulu harus dibumbun dengan tanah halus. Pemupukan dilakukan dan diselesaikan petak demi petak. Pemupukan dilakukan setelah 1 jam penyiraman pertama.

(39)

Tabel 3. Rekomendasi Pemupukan Bibit Kelapa Sawit PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau

Umur (minggu)

Dosis

(gram) Jenis Pupuk

4 5, 6 7 8 9 30.0 60.0 75.0 90.0 3.5

Urea (dilarutkan dalam 18 liter air)

NPK 15-15-6-4 (dilarutkan dalam 18 liter air) NPK 15-15-6-4 (dilarutkan dalam 18 liter air) NPK 15-15-6-4 (dilarutkan dalam 18 liter air) NPK 15-15-6-4 + 30 g Humega crumbles 10 3.5 NPK 15-15-6-4 12 7.0 NPK 15-15-6-4 14 7.0 NPK 12-12-17-2 + TE 16 7.0 NPK 15-15-6-4 18 20 22 24 26 28 30 32 34, 36,40 42 44, 46, 48 51 54, 57 60 7.0 7.0 7.0 7.0 15.0 15.0 15.0 15.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 NPK 12-12-17-2 + TE + 7 g Kieserite NPK 15-15-6-4 NPK 12-12-17-2 + TE NPK 12-12-17-2 + 7 g Kieserite NPK 12-12-17-2 + TE NPK 15-15-6-4 NPK 12-12-17-2 + TE NPK 15-15-6-4 + 15 g Kieserite NPK 12-12-17-2 + TE Kieserit NPK 12-12-17-2 + TE Kieserit NPK 12-12-17-2 + TE NPK 12-12-17-2 + TE + 30 g Kieserit Keterangan : Total NPK-15 = 75 gram/pokok

NPK-12 = 321 gram/pokok Kieserit = 149 gram/pokok

Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit

Kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit dibagi atas dua, yaitu pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada fase TBM dan TM hampir sama, hanya tujuannya yang berbeda. Pasa fase TBM, pemeliharaan dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang sehat dan jagur atau mengacu pada pertumbuhan vegetatif, sedangkan untuk fase TM pemeliharaan ditujukan untuk memperoleh produksi optimal.

(40)

Penanaman dan pemeliharaan Mucuna bracteata. Mucuna bracteata

merupakan tanaman penutup tanah yang dibudidayakan di PT TPP untuk tanaman belum menghasilkan. Mucuna bracteata memiliki ciri-ciri, yaitu berdaun lebar yang berwarna hijau, batang berwarna ungu untuk batang muda dan berwarna hijau dan berbulu untuk batang tua, serta berkembang biak dengan menggunakan stolon. Seperti halnya tanaman penutup tanah lainnya, Mucuna sp. berfungsi sebagai penyimpan air, menahan terjadinya erosi, dan menahan pertumbuhan gulma.

Perbanyakan Mucuna bracteata dilakukan dengan cara stek batang, dengan tahapan penyetekan sebagai berikut: (1) tanah digemburkan, disiram, lalu diaduk hingga agak terapung; (2) batang Mucuna sp. diulurkan dan distek mulai dari pangkal dengan cara membengkokkan batang hingga 2 – 3 buku saling bertemu; serta (3) tanah digumpalkan dan diaplikasikan ke Mucuna sp. yang telah dibengkokkan dan ditutup dengan plastik lalu diikat dan dilubangi. Setelah 2 minggu stek dapat langsung ditanam di lapangan. Penyetekan dan penanaman

Mucuna sp. dapat dilihat pada Gambar 2. Hari kerja yang diperoleh saat penulis

mengawasi BHL yang melakukan penyetekan Mucuna bracteata adalah sebesar 1 HK/125 stek.

(a) (b)

Gambar 2. Penyetakan (a) dan Penanaman Mucuna bracteata (b)

Setiap satu pokok TBM ditanami empat stek Mucuna bracteata. Mucuna

bracteata ditanam dengan jarak sekitar 3 m dari tanaman kelapa sawit. Mucuna

(41)

15 cm/hari sehingga membutuhkan pemeliharaan khusus agar pertumbuhan teratur dan tidak menutupi tanaman kelapa sawit. Penanaman dan pemeliharaan

Mucuna sp. membutuhkan tenaga khusus dengan kebutuhan tenaga 2 hari kerja

(HK). Pemeliharaan Mucuna sp. meliputi penyiraman, penyulaman, dan mengarahkan sulur Mucuna sp. agar tidak membelit tanaman kelapa sawit.

Penanaman Nephrolepis biserrata. Penanaman Nephrolepis biserrata

hanya dilakukan untuk tanaman kelapa sawit telah menghasilkan. Tujuan penanaman Nephrolepis biserrata adalah untuk menjaga kelembaban daerah sekitar tanaman dan sebagai tanaman inang untuk predator ulat api. Bibit

Nephrolepis biserrata diperoleh dari tanaman Nephrolepis sp. yang telah tumbuh

sebelumnya. Penanaman dilakukan dengan cara mencabut bibit Nephrolepis sp. yang kemudian ditanam di areal yang telah ditentukan. Jumlah Nephrolepis

biserrata yang ditanam disesuaikan dengan kondisi areal tanam. Penanaman

dilakukan di gawangan mati sehingga tidak mengganggu proses pemanenan. Pertumbuhan Nephrolepis biserrata dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pertumbuhan Nephrolepis biserrata 2 Minggu Setelah Tanam

Pengendalian gulma. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dan

kimiawi. Pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan pengendalian diarahkan pada pengendalian secara manual. Pengendalian secara kimiawi dilakukan untuk

(42)

piringan, pasar pikul, dan tempat pengumpulan hasil (TPH) serta untuk pengendalian ilalang (Imperata cylindrica).

Rawat piringan, pasar pikul, dan TPH (CPT). Piringan merupakan areal

di sekeliling pohon dengan jari-jari 2 – 2.5 meter dari pohon. Piringan harus dibersihkan dari semua jenis gulma, hal ini bertujuan untuk memberikan ruang tumbuh untuk tanaman, sebagai tempat penaburan pupuk, serta untuk memudahkan pemanenan. Pengendalian gulma di piringan dikendalikan dengan cara Circle Weeding Chemis (CWC) dan Circle Weeding Manual (CWM). Pengendalian CWM dengan cara garuk piringan lebih diutamakan daripada CWC guna menuju pertanian ramah lingkungan. Pengendalian CWC dengan menggunakan herbisida disesuaikan dengan umur tanaman dan jenis gulma yang tumbuh di piringan, seperti tertera pada Lampiran 8.

Pasar pikul merupakan jalan panen di tengah barisan tanaman yang diperuntukan bagi pemanen guna memudahkan pelaksanaan panen, mempermudah pengangkutan hasil, dan juga memudahkan dalam perawatan. Pemberantasan gulma di gawangan dilakukan secara kimiawi dengan rotasi 60 hari dan kebutuhan hari kerja (HK) sebesar 0.3 HK. Jenis dan dosis herbisida tertera pada Lampiran 9. TPH merupakan tempat untuk mengumpulkan TBS dan brondolan sehingga memudahkan dalam pengangkutan buah ke pabrik kelapa sawit. TPH berukuran 3 m x 2 m. Pengendalian gulma di TPH dilakukan secara manual. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari TBS dan brondolan terkontaminasi herbisida. Rotasi pengendalian gulma disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan gulma.

Pemberantasan Imperata cylindrica dan Clidemia hirta. Imperata cylindrica dan Clidemia hirta merupakan jenis gulma berbahaya yang harus

diberantas. Hal ini disebabkan Imperata cylindrica dan Clidemia hirta dapat tumbuh dengan cepat, baik secara generatif maupun vegetatif. Selain itu kedua jenis gulma tersebut juga memiliki alelopati yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman lain. Pengendalian Imperata cylindrica dilakukan secara manual dan kimiawi. Pengendalian secara manual yaitu dengan cara membabad lalu dicangkul atau digarpu. Pengendalian secara kimiawi yaitu dengan cara

(43)

penyemprotan herbisida maupun pengusapan (wiping) dengan herbisida. Herbisida yang digunakan adalah Biosat dengan dosis 112.5 l/ha untuk penyemprotan dan 0.02 l/ha untuk wiping dengan rotasi 90 hari. Kebutuhan HK yang diperoleh penulis untuk pengendalian Imperata cylindrica secara kimiawi adalah sebesar 0.3 HK. Sedangkan pengendalian Clidemia hirta dilakukan dengan cara dongkel anak kayu (DAK) dengan rotasi disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Pengendalian Clidemia hirta dilakukan dengan menggunakan sistem target dengan kebutuhan HK disesuaikan dengan jumlah Clidemia hirta dan areal target. Kegiatan pengendalian Clidemia hirta yang diawasi penulis saat pelaksanaan magang dilakukan di Afdeling Kilo dengan kebutuhan HK sebesar 1.4 HK.

Pemupukan. Aplikasi pupuk merupakan salah satu upaya untuk memacu

pertumbuhan dan meningkatkan produksi TBS. Aplikasi pupuk yang dilakukan di PT TPP disesuaikan dengan hasil analisis daun yang dilakukan setiap tahun yaitu pada akhir semester satu (bulan Juni). Hasil analisis daun digunakan sebagai rekomendasi pemupukan pada tahun berikutnya. Analisis daun dilakukan per blok tanaman, sehingga dosis dan konsentrasi pupuk per blok tidaklah sama. Pemupukan dilakukan dengan rotasi dua kali setahun. Tujuan pemupukan adalah untuk memacu pertumbuhan vegetatif tanaman pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan untuk meningkatkan produksi untuk tanaman menghasilkan (TM).

Jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk majemuk (NPK), RP, MOP, Borate, dolomit, dan Kieserit. Penaburan pupuk NPK dilakukan pada awal musim hujan (Maret dan September) dengan kisaran curah hujan 100 – 200 mm/bulan, sedangkan penaburan pupuk RP, MOP, Borate, dolomite, dan Kieserit dilakukan berdasarkan jadwal aplikasi pupuk yang telah ditentukan, yaitu pada bulan Maret atau bulan September. Aplikasi pupuk NPK dilakukan sebanyak dua kali dalam satu tahun, yaitu pada semester satu (Januari – Juni) dan semester dua (Juli – Desember), sedangkan aplikasi pupuk tambahan (RP, MOP, Borate, dolomite, dan Kieserit) dilakukan sebanyak satu kali dalam satu tahun, yaitu pada semester satu atau semester dua.

(44)

Pemupukan dilakukan secara manual dan mekanis. Pemupukan secara manual dilakukan pada daerah bergelombang atau rolling dengan menggunakan sistem target. Pada saat penulis melakukan pengawasan pemupukan di Afdeling Kilo Blok Sembilan target yang dicapai adalah 358 pokok/orang/hari atau sekitar 18 baris/orang/hari dengan dosis pemupukan sebesar 3 kg/pokok, sedangkan target yang dicapai di Afdeling Lima Blok Empat adalah 401 pokok/orang/hari atau sekitar 21 baris/orang/hari dengan dosis pemupukan sebesar 2.5 kg/pokok. Pupuk yang digunakan merupakan pupuk NPK (16:4:25).

Pemupukan dilakukan secara berkelompok yang terdiri atas beberapa orang tenaga penguntil, satu orang pengumpul karung, empat orang pelangsir pupuk, dan beberapa orang penabur yang disesuaikan dengan jumlah pupuk yang akan ditabur. Peralatan yang digunakan untuk pemupukan secara manual adalah ember plastik, kain untuk menggendong, takaran, dan ayakan yang terbuat dari jerigen 10 liter yang dilubangi dengan diameter 2 mm dengan jumlah lubang yang disesuaikan. Ayakan berfungsi untuk menghindari penumpukan pupuk pada piringan dan menghindari pemberian pupuk beku di piringan. Pemupukan secara mekanis menggunakan fertilizer spreader dan hanya dilakukan untuk daerah datar atau flat. Dosis pupuk yang digunakan untuk pemupukan secara manual maupun mekanis adalah sama. Pemupukan secara manual dan mekanis dapat dilihat pada Gambar 4.

(a) (b) Gambar 4. Pemupukan Manual (a) dan Pemupukan Mekanis (b)

Gambar

Gambar 1. Penyiraman dengan Menggunakan Pipa Sumi Sansui
Tabel 3. Rekomendasi Pemupukan Bibit Kelapa Sawit PT Tunggal Perkasa  Plantations, Indragiri Hulu, Riau
Gambar 2. Penyetakan (a) dan Penanaman Mucuna  bracteata (b)
Gambar 3. Pertumbuhan Nephrolepis biserrata 2 Minggu Setelah Tanam
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nornor 23 Tahun 2011 ten tang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nornor 2 Tahun 2008 tentang

Adapun sistem pelayanan sarana air bersih di Kapuas Hulu hingga tahun 2004 tercatat baru dilayani dan dikelola oleh 1 (satu) perusahaan Air Minum (PDAM) dengan sumber air baku

Kedung Pengilon Waduk Kedungsuren Brangsong kaliwungu selatan Mijen Singorojo Boja Limbangan Mijen Singorojo Sta 25 N E W S.

Hal ini bisa terjadi mungkin karena perbedaan tingkat nonpolar diantara pelarut-pelarut tersebut.dengan tetapan dielektrik benzena 2,284, sikloheksana 1,924,

[r]

Viskositas yang hasilkan pada konsentrasi tersebut mengalami penurunan yang membuat sediaan menjadi lebih encer, sehingga dilakukan peningkatan konsentrasi basis gel

Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Terhadap Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Periode 2014-2016) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Menurut penelitian relevan yang sudah dilakukan oleh Yeo, kesulitan yang biasanya dialami oleh siswa itu terdapat 4 jenis yaitu siswa kesulitan dalam memahami masalah yang diberikan,