• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan tipe penyakit jantung yang paling banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung koroner adalah Sindrom Koroner Akut (SKA). Sindrom koroner akut (SKA) adalah tanda dan gejala yang mengindikasikan angina tak stabil/Unstable Angina (UA) dan infark miokard akut (IMA) yang menyebabkan kematian dan kesakitan di hampir semua negara, salah satunya di Indonesia.

Menurut WHO pada tahun 2005, 17,5 juta atau sekitar 30% dari 58 juta kematian di dunia disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah. Dari seluruh angka tersebut, penyebab kematian antara lain disebabkan oleh serangan jantung (7,6 juta penduduk), stroke (5,7 juta penduduk), dan selebihnya disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah (4,2 juta penduduk).

Berdasarkan seluruh data yang telah dikumpulkan dari WHO, pada tahun 2015 diperkirakan kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat menjadi 20 juta jiwa. Kemudian akan tetap meningkat sampai tahun 2030, diperkirakan 23,6 juta penduduk akan meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Angka yang cukup besar mengingat penyakit jantung dan pembuluh darah dikategorikan sebagai penyakit tidak menular. Penyakit ini sebenarnya dapat dicegah.

Menurut survei yang dilakukan Departemen Kesehatan RI menyatakan prevalensi PJK di Indonesia tahun ke tahun terus meningkat. Hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan PJK menempati peringkat ke-3 penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi. Angka kejadian penyakit jantung koroner

(2)

berdasarkan data Riskesdas Kementerian Kesehatan 2007, ada sebanyak 7,2%. Berdasarkan laporan dari Rumah Sakit dan Puskesmas tahun 2007, kasus penyakit jantung koroner di Provinsi Jawa Timur sebesar 24,37 per 1.000 penduduk. Meski menjadi pembunuh utama, tetapi masih sedikit sekali orang yang tahu tentang PJK dan faktor risikonya. Menurut ilmu epidemiologi, jika faktor risiko suatu penyakit telah diketahui maka akan lebih mudah untuk melakukan tindakan pencegahan. Karena bagaimanapun mencegah lebih baik dari pada mengobati.

Gejala-gejala dari PJK diantaranya seperti sesak nafas,nyeri dada, dan berkeringat dingin (Susilo, 2005). Diantara gejala PJK tersebut yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri dada, sebab nyeri dada merupakan gejala utama dari sindrom koroner akut. Nyeri dada terasa pada daerah substernun dada dan rasa nyeri biasa terlokalisasi, namun nyeri tersebut dapat menyebar ke leher, dagu, bahu, dan ekstremitas atas. Rasa lemah di lengan atas, pergelangan tangan dan tangan dapat menyertai rasa nyeri (Smeltzer, et all, 2008). Pengkombinasian antara teknik farmakologi dan teknik non farmakologi adalah cara yang paling efektif untuk menghilangkan nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).

Menutur Susilo (2005) penanganan nyeri dengan metode paliatif merupakan modal utama untuk menuju kenyamanan. Dipandang dari segi biaya dan manfaat, penggunaan metode paliatif (manajemen nyeri non farmakologi) lebih ekonomis dan tidak ada efek sampingnya jika dibandingkan dengan penggunaan manajemen nyeri dengan farmakologi (Burroughs, 2001).

Salah satu contoh manajemen nyeri non farmakologi adalah penggunaan Teknik Relaksasi Benson (RB). Teknik Relaksasi Benson adalah penggabungan antara teknik respon relaksasi dengan sistem keyakinan individu (faith factor). Fokus relaksasi ini adalah pada ungkapan tertentu yang diucapkan berulang kali dengan ritme yang

(3)

teratur disertai sikap pasrah. Ungkapan yang digunakan dapat berupa nama-nama Tuhan, atau kata yang memiliki makna menenangkan bagi pasien itu sendiri.

Teknik relaksasi Benson merupakan salah satu teknik relaksasi yang sederhana, mudah pelaksanaanya, dan tidak memerlukan banyak biaya. Sehingga dapat dengan mudah diajarkan kepada pasien. Sudah ada beberapa penelitian mengenai pengaruh tekhnik Relaksasi Benson (RB) dalam menurunkan nyeri, antara lain penelitian Solehati (2008) tentang pengaruh RB terhadap intensitas nyeri dan kecemasan Pasien paska seksio sesaria di RS Cibabat Cimahi dan RS Sartika Asih Bandung. Penelitian ini menemukan penurunan rata-rata intensitas nyeri dan kecemasan setelah perlakuan pada kelompok intervensi. Namun belum ada penelitian tentang pengaruh Relaksasi Benson terhadap pasien PJK.

Praktek Relaksasi Benson dapat memberikan efek rileks dan menenangkan bagi pasien sehingga dapat mengubah respon fisiologis yang berhubungan dengan respon stres seperti konsumsi oksigen, produksi karbondioksida, denyut jantung, tekanan darah sistolik, frekuensi pernapasan, kapasitas volume tidal, dan kapasitas vital. Selain itu Pemberian Relaksasi Benson dapat menurunkan jumlah bahan kimia dalam tubuh seperti asam laktat yang dapat memperburuk nyeri serta melepaskan endorfin. Diperkirakan bahwa penurunan variabel-variabel ini ketika relaksasi, mungkin memiliki implikasi terapeutik untuk individu berpenyakit kardiovaskular dengan toleransi aktivitas yang terbatas (McComb, et. al ,2004).

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui observasi di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang pada tanggal 27 September 2013, rata-rata setiap bulan terdapat 20 pasien PJK yang dirawat dan mengalami nyeri dada dengan kualitas yang berbeda-beda. Perawat dalam memberikan intervensi terhadap nyeri yang dirasakan pasien PJK di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang,

(4)

biasanya langsung berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik dari pada menggunakan intervensi keperawatan mandiri seperti pemberian teknik Relaksasi dalam hal ini teknik Relaksasi Benson. Karena mereka menganggap bahwa penggunaan analgesik memberikan efek kerja yang lebih cepat dari pada menggunakan teknik nafas atau tindakan non farmakologik yang lain, disamping itu efisiensi waktu juga menjadi pertimbangan dalam pemberian analgesik dan kepercayaan pasien terhadap penurunan nyeri dengan cara farmakologik lebih tinggi.

Berdasarkan permasalahan nyeri dada yang dirasakan Pasien PJK, dan belum diaplikasikannya teknik Relaksasi Benson dalam pemberian intervensi keperawatan terhadap pasien PJK di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektifitas Teknik Relaksasi Benson terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien Penyakit Jantung Koroner di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Apakah Teknik Relaksasi Benson efektif terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien Penyakit Jantung Koroner di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang?”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui efektif tidaknya Teknik Relaksasi Benson terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien Penyakit Jantung Koroner di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang tahun 2014.

(5)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui intensitas nyeri pada pasien PJK sebelum diberikan Teknik Relaksasi Benson (RB) di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang.

2. Mengetahui intensitas nyeri pada pasien PJK setelah diberikan Teknik Relaksasi Benson (RB) di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang.

3. Mengetahui efektifitas Teknik Relaksasi Benson (RB) terhadap penurunan intensitas nyeri pada Pasien PJK di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

Bagi peneliti penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta peneliti dapat mengaplikasikan teori yang didapat serta sinergi antara teori dan kenyataan di lapang tentang aplikasi Teknik Relaksasi Benson terhadap penurunan intensitas skala nyeri NPRS (Numeric Pain Scale Rate).

1.4.2 Bagi Perawat di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang

Setelah diketahui pengaruh Teknik Relaksasi Benson terhadap nyeri pada Pasien PJK, diharapkan tehnik ini dapat dimanfaatkan oleh perawat sebagai salah satu intervensi keperawatan dalam mengatasi masalah nyeri pada Pasien dengan PJK. Sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pimpinan Rumah Sakit, khususnya dalam membuat kebijakan mengenai upaya penanganan nyeri pada Pasien PJK.

(6)

1.4.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu keperawatan, khususnya keperawatan medikal bedah terkait topik penurunan intensitas nyeri pada Pasien PJK dengan Teknik Relaksasi Benson.

1.5 Keaslian Penelitian

Dari tema yang diambil peneliti ini, belum ada peneliti lain sebelumnya yang meneliti hal yang sama, namun ada beberapa penelitian yang memiliki masalah yang hampir sama, yaitu:

1. Hasil penelitian Datak (2008) menunjukkan bahwa kombinasi RB dan terapi analgesik lebih efektif untuk menurunkan rasa nyeri paska bedah pada pasien TUR Prostat dibandingkan hanya terapi analgesik saja (p = 0,019). Dimana pada penelitian terdahulu variabel dependentnya nyeri post operasi TUR Prostat. Sedangkan variabel dependent pada penelitian kali ini nyeri PJK. 2. Penelitian Solehati (2008) tentang pengaruh RB terhadap intensitas nyeri dan

kecemasan Pasien paska seksio sesaria di RS Cibabat Cimahi dan RS Sartika Asih Bandung, dengan p = 0,000. Penelitian ini menemukan penurunan rata-rata intensitas nyeri dan kecemasan setelah perlakuan pada kelompok intervensi. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel dependent. Dimana pada penelitian terdahulu variabel dependentnya nyeri paska seksio sesaria. Sedangkan variabel dependen pada penelitian kali ini nyeri PJK.

3. Penelitian Fayazi, et al., (2010) pada pasien paska bedah Coronary Artery Bypasses Graft (CABG) menunjukkan bahwa teknik RB tidak hanya bisa mengurangi nyeri paska bedah CABG tetapi juga dapat mempengaruhi tanda-tanda vital khususnya pernapasan. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan

(7)

adalah pada variabel dependent. Dimana pada penelitian terdahulu variabel dependentnya nyeri paska bedah CABG. Sedangkan variabel dependen pada penelitian kali ini nyeri PJK.

4. Hasil penelitian Seers (2008) menunjukkan adanya penurunan nyeri yang signifikan setelah diberikan intervensi relaksasi pada pasien paska bedah. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel dependent. Dimana pada penelitian terdahulu variabel dependentnya nyeri paska bedah. Sedangkan variabel dependen pada penelitian kali ini nyeri PJK.

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis ketiga dalam penelitian dapat diterima, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri dengan motivasi

Hal tersebut diduga disebabkan adanya kuantitas tumbuhan air yang berbeda pada kedua lokasi dimana perairan pada area budiaya rumput laut terdapat rumput laut dan

Tanpa knock control, waktu titik pengapian akan diset di titik lambat dari titik momen maksimal, gunanya adalah agar bisa menghasilkan momen di putaran rendah. Apabila batas knocking

Tugas akhir ini membahas mengenai penaksiran parameter model regresi dengan metode EGEE untuk multiple- random effects pada kasus variabel respon yang berdistribusi Poisson..

Jarak posisi yang berdekatan dari pasangan ini adalah sebuah hasil dari persepsi mahasiswa bahwa operator ponsel GSM sistem prabayar yang diperbandingkan

Sedang, untuk ukuran kebocoran yang lebih besar, laju penurunan tekanan lebih cepat dan selanjutnya, injeksi akumulator dapat terjadi lebih awal, tetapi tidak cukup untuk

Yang dimaksud dengan sistem saraf pusat (central nervoussystem) adalah bagian yang mengatur keIja saraf tepi yang terdapat di otak (brain), batang otak (brain stem), dan sumsum

Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja menurut Taufik A (1987: 156) adalah: (1) Hubungan yang harmonis antara pimponan dan bawahan; (2) Kepuasan para pegawai