APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
DALAM MENENTUKAN LOKASI LAHAN POTENSIAL PERUMAHAN DI KOTA PADANG
Hala Haidir1), Ezra Aditia2), Tomi Eriawan,3)
Jurusan Perencaaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta, Padang
Email: [email protected]), [email protected]), [email protected])
ABSTRAK
Kota Padang adalah kota terbesar di Pantai Barat Pulau Sumatera sekaligus Ibukota Provinsi Sumatera Barat, luas Kota Padang adalah 1.414,96 km² (720,00 km² di antaranya adalah wilayah laut). Padang merupakan kota inti dari pengembangan wilayah metropolitan Palapa, dan sebagai sentra perekonomian dengan jumlah pendapatan per kapita tertinggi di Sumatera barat. Selain itu menjadi pusat pendidikan dan kesehatan di wilayah Sumatera bagian tengah. Dengan demikian tidak heran jika pertumbuhan atau permintaan perumahan di Kota Padang selalu meningkat.
Kendala yang sering dialami dalam pembangunan perumahan yaitu : Terbatasya lahan yang tersedia, terbatasnya informasi tentang segala hal yang berkaitan dengan pengadaan dan teknologi pembangunan perumahan, terbatasnya kemampuan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan perumahan. Berkembangnya SIG dalam berbagai bidang dapat melakukan analisis spasial dan menyajikan informasi yang cepat, efektif dan lebih menarik. Dengan demikian didalam kajian ini sistem Informasi Geografis (SIG) akan diaplikasikan dalam memecahkan permasalahan yang ada. Metode yang digunakan dalam analisa ini adalah penyaringan dengan menggunakan tumpang tindih (overlay) dan Buffer beberapa peta parameter. Peta dasar yang digunakan dalam kajian ini bersumber dari RTRW Kota Padang Tahun 2010-2030. Berdasarkan hasil analisis didapat lahan potensial perumahan di Kota Padang seluas 551,38 Ha atau sekitar 0,80% dari luas Kota Padang yang tersebar pada 6 (enam) Kecamatan yaitu Kuranji (217,62 Ha), Koto Tangah (203,78Ha), Padang Timur (42,75 Ha), Lubuk Begalung (39,08 Ha), Pauh (30,22 Ha) dan Padang Selatan (17,93 Ha).
Kata Kunci: Kota Padang, Perumahan, SIG
ABSTRAK
Padang City is the largest city on the West Coast of Sumatra Island once the Capital of West Sumatra, Padang city area is 1414.96 km² (720.00 km² of which are marine areas). Padang is the core city of the metropolitan area development Palapa, and as economic centers with the highest number per capita income in west Sumatra. Besides it being a center of education and health in the region of central Sumatra. Thus do not be surprised if growth or demand for housing in the city of Padang is always increasing. Constraints are often experienced in housing construction, namely: Lack of available land, limited information on all matters relating to the procurement and technology development of housing, limited the government's ability to meet housing needs. Development of GIS in various fields can perform spatial analysis and present information that is fast, effective and more attractive. Thus in this study geographic information system (GIS) will be applied in solving the existing problems. The method used in this analysis is filtering using the overlap (overlay) and Buffer multiple parameter map. Base map used in this study comes from RTRW city of Padang 2010-2030. Based on the analysis of potential land acquired housing in Padang area of 551.38 hectares, or approximately 0.80% of the area of Padang, spread in 6 (six) Subdistrict namely Kuranji (217.62 Ha), Koto Tangah (203.78 Ha), Padang Timur (42.75 Ha), Lubuk Begalung (39.08 Ha), Pauh (30.22 Ha) and Padang Selatan (17.93 Ha).
1. PENDAHULUAN
Kota Padang adalah kota terbesar di Pantai Barat Pulau Sumatera sekaligus Ibukota Provinsi Sumatera Barat, dengan luas keseluruhan Kota Padang adalah 1.414,96 km² (720,00 km² di antaranya adalah wilayah laut). Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Padang tahun 2014, Kota padang memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.000.096 jiwa. Padang merupakan kota inti dari pengembangan wilayah metropolitan Palapa.
Kota Padang merupakan sentra perekonomian dengan jumlah pendapatan per kapita tertinggi Sumatera barat. Selain itu menjadi pusat pendidikan dan kesehatan di wilayah Sumatera bagian tengah, ditopang dengan keberadaan sejumlah perguruan tinggi dan fasilitas kesehatan. Dengan demikian tidak heran jika pertumbuhan atau permintaan perumahan di Kota Padang selalu meningkat. Kendala yang sering dialami dalam pembangunan perumahan (Suparno Sstra M. Dan Endy Marlina, 2005) yaitu:
a. Terbatasya lahan yang tersedia, yang dibarengi dengan meningkatnya pembangunan serta perkembangan jumlah penduduk yang pesat, telah mengakibatkan adanya ketimpangan
antara jumlah permintaan dengan penawaran.
b. Terbatasnya informasi, keterbatasan informasi tentang segala hal yang berkaitan dengan pegadaan dan teknologi pembangunan perumahan
c. Terbatasnya kemampuan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan perumahan. Dengan perkembangan Sistem Informasi dan Geografis (SIG) yang semakin pesat ditandai dengan berbagai bidang telah banyak memanfaatkannya, mulai dari swasta sampai dengan pemerintah. Hal ini dikarenakan kemudahan operasi spasial dalam SIG dan analisis secara spasial dari kenampakan permukaan bumi dan hubungan keduanya yang berdasarkan koordinat geografi.
Dengan demikian didalam kajian ini SIG akan diaplikasikan dalam memecahkan permasalahan yang ada, yaitu bagaimanakan menentukan lahan lokasi perumahan di Kota Padang dengan mempertimbangkan faktor yang membatasi dan faktor yang mendukung
suatu lokasi perumahan sehingga
memudahkan penyedia dalam memilih lokasi yang potensial dalam bentuk digital berguna untuk pemerintah maupun swasta.
2. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian studi ini terbagi menjadi dua metode yaitu metode pengumpulan data dan metode analisis, sebagai berikut:
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data meliputi pengumpulan data sekunder serta data primer. Adapun data yang dikumpulkan memberikan gambaran mengenai kawasan studi. Untuk mendukung kebutuhan data dan tahap analisis maka pada studi ini menggunakan metode pengumpulan data yang meliputi :
• Metode Survey Primer, metode ini dengan melakukan pengamatan langsung (observasi) ke lapangan yaitu mengamati perkembangan perumahan di wilayah studi, guna mengetahui potensi dan permasalahan eksisting yang terjadi. Observasi, yaitu melihat sebaran, kondisi fisik seperti kawasan terbangun dan tidak terbangun.
• Metode Survey Sekunder, metode ini merupakan metode pengumpulan data dari berbagai instansi maupun studi literatur dengan objek studi dalam bentuk buku-buku relevan yang diolah menjadi satu informasi. Instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bappeda Kota Padang.
2. Metode Analisis Analisis
Pada tahap ini dilakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Merubah peta tematik ke dalam bentuk digital
b. Memasukkan attribut peta dan parameter/kriteria yang telah ditentukan c. Tumpang tindih (overlay) dan Buffer
peta-peta tematik dan faktor yang relavan untuk menghasilkan peta lokasi lahan perumahan
d. Penyaringan lahan yang berpotensi untuk dilakukan analisis selanjutnya. Adapun metode analisis yang akan dilakukan untuk menentukan lahan potensial perumahan di Kota Padang yaitu sebagai berikut.
1. Analisis Peruntukan Kawasan
Peruntukan kawasan didapatkan dari hasil overlay dan pembobotan dari peta jenis tanah, kelerengan dan curah hujan (Keputusan Menteri Pertanian No.837/Kpts/II/1980). Yang akan menghasilkan tiga peruntukan kawasan yaitu lidung, penyangga dan budidaya. Dari ketiga peruntukan tersebut yang bisa dijadikan sebagai lahan perumahan yaitu kawasan yang diperuntukkan untuk budidaya.
2. Analisis Bebas Rawan Bencana Tinggi Kebencanaan di Kota Padang terdiri dari bencana banjir, longsor, gempa
bumi, erosi dan tsunami. Namun dalam penelitian ini yang dikaji yaitu bencana
yang tingkat resikonya bisa
diminimalisir karena dapat disebabkan oleh faktor manusia (merusak lingkungan) seperti banjir dan longsor. Data yang digunakan yaitu berasal dari peta rawan bencana banjir dan bencana longsor RTRW Kota Padang 2010-2030. Ke-2 peta rawan bencana tersebut akan di overlay. Jika salah satu dari bencana memiliki kerawanan tinggi, maka lahan tersebut dikatakan tidak potensial untuk perumahan
3. Analisis Kesesuaian Dengan Peruntukan Pola Ruang (kebijakan)
Analisis kesesuaian dengan pola ruang yaitu meng-overlay peta kawasan budidaya yang bebas rawan bencana tinggi dengan Pola Ruang RTRW Kota Padang tahun 2010-2030. Kawasan perumahan menurut pola ruang yang berada pada kawasan budidaya bebas rawan bencana tinggi yang akan menjadi lahan potensial untuk analisis berikutnya.
4. Analisis Sarana Pelayanan Perkotaan Analisis lahan potensial perumahan berdasarkan sarana pelayanan perkotaan yaitu terdiri dari sarana pendidikan SD, Pendidikan SLTP, Pendidikan SLTA, kesehatan dan perdagangan
(Pasar/plaza). Masing-masing sarana akan di buffer untuk mengetahui radius pelayanan, mana lahan yang terlayani dan mana yang tidak terlayani. Langkah selanjutnya dengan meng-overlay (Union) semua peta radius sarana pelayanan perkotaan. sehingga menghasilkan lahan potensial berdasarkan sarana pelayanan perkotaan.
Tabel 1
Radius Jangkauan Sarana Pelayanan Perkotaan
No Variabel Kriteria Deskripsi
1 SD
Radius 1000 m
Ditengah kelompok
keluarga. Tidak
menyeberang jalan raya. Bergabung dengan taman sehingga terjadi pengelompokan kegiatan 2 SLTP Radius 1000 m Dapat dijangkau dengankendaraan umum, Disatukan dengan
lapangan olah raga. Tidak selalu harus di pusat lingkungan 3 SLTA Radius 3000 m Dapat dijangkau dengankendaraan umum, Disatukan dengan lapangan olah raga. Tidak selalu harus di pusat lingkungan
4 Puskesmas Radius 3000 m
Dapat dijangkau dengan kendaraan umum 5 Pusat Pertokoan + Pasar Lingkungan Radius 3000 m
Dapat dijangkau dengan kendaraan umum dan Terletak di jalan utama.
Sumber: SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan
5. Kedekatan dengan Radius Jaringan Jalan Utama
Analisis radius jaringan jalan utama berdasarkan kemampuan jarak tempuh orang berjalan kaki di indonesia
menurut Unterman (1984:24) dan Tri Rochadi, dkk (1991; (III-15). Menurut Subdit Penataan Ruang dan Kawasan tahun 1995/1996 kriteria untuk kawasan perumahan Memiliki jalan penghubung ke jalan arteri primer/sekunder dan jalan kolektor peimer/sekunder dalam jaringan jalan kota. Maka dapat disimpulkan, semakin dekat dengan jaringan jalan utama maka semakin baik.
6. Identifikasi Lahan Terbangun dan Tidak Terbangun
untuk mendapatkan lahan potensial selanjutnya yaitu dengan melihat lahan terbangun dan tidak terbangun. Dari semua proses analisis lahan potensial sebelumnya, maka lahan potensial yang telah didapatkan akan melalukan proses penyaringan lagi yaitu meng-overlay dengan lahan terbangun dan tidak terbangun. Kawasan yang berada di lahan yang sudah terbangun tidak bisa dijadikan sebagai lahan potensial perumahan, dan sebaliknya lahan yang tidak terbangun dijadikan sebagai lahan potensial perumahan di Kota Padang Secara umum studi ini menggunakan software ArcGIS 10.1 dan pembobotan. Peta yang digunakan yaitu bersumber dari RTRW Kota Padang Tahun 2010-2030 dan citra satelit. Analisis spasial yang akan dilakukan yaitu
dengan metoda tumpang tindih (overlay), Union, Buffer, dan analisis terhadap layer tematik dengan Sistem Informasi Geografis (SIG).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis penyaringan yang telah
dilakukan diperoleh lahan potensial
perumahan di Kota Padang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel rekapitulasi luas lahan potensial berdasarkan analisis berikut ini yang semakin lama luas lahan semakin berkurang:
Tabel 2
Rekapitulasi Luas Lahan Potensial Berdasarkan Analisis
No Klasifikasi Lahan Luas
(Ha) (*)Persentase (%) 1 Kota Padang 69.124,78 100 2 Kawasan Budidaya 20.082,59 29,05 3 Bebas Bencana Tinggi 17.961,48 25,98 4 Sesuai Peruntukan Pola Ruang 8.921,39 12,91 5 Dalam radius Sarana Pelayanan Perkotaan 2.747,20 3,97 6 Dekat dengan Radius Jaringan Jalan Utama 1.994,64 2,89 7 Lahan Tidak Terbangun 562,71 0,81 8 Lahan Potensial Perumahan Kota Padang 551,38 0,80
Sumber: Hasil Analisis,Tahun 20 *)dari luas wilayah Kota Padang
Berdasarkan tabel diatas luas perumahan di Kota Padang yaitu seluas 551,38 Ha atau 0,80% dari luas Kota Padang. Tersebar pada 6 (enam) Kecamatan berikut rinciannya:
a. Kecamatan Koto Tangah
Kecamatan Koto Tangah memiliki luas lahan potensial 203,781 Ha yaitu tersebar di Kelurahan Batipuh Panjang, Lubuk Buaya, Padang Sarai dan Dadok Tunggul Hitam. Dari ke-empat Kelurahan tersebut yang memiliki lahan paling luas yaitu bearada di Kelurahan Batipuh Panjang, dimana dari 5 (lima) 3 area berada pada Lingkungan III. Lebih jelasnya pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Luas Lahan Potensial Kecamatan Koto Tangah
Area Kelurahan Lingkungan Luas
(Ha)
1.1 Batipuh Panjang Lingkungan III 95,083 1.2 Batipuh Panjang Lingkungan III 24,043 1.3 Batipuh Panjang Lingkungan I 3,455 1.4 Batipuh Panjang Lingkungan III 29,327 1.5 Batipuh Panjang Lingkungan II 12,558 1.6 Lubuk Buaya Lingkungan I 3,759 1.7 Lubuk Buaya Lingkungan I 4,315 1.8 Lubuk Buaya Lingkungan II 5,078 1.9 Lubuk Buaya Lingkungan I 1,320 1.10 Lubuk Buaya Lingkungan I 1,319 1.11 Padang Sarai Lingkungan II 7,291 1.12 Padang Sarai Lingkungan II 14,927 1.13 Dadok Tunggul
Hitam Lingkungan I 1,306
Total 203,781
Sumber: Hasil Analisis,Tahun 2015
b. Kecamatan Pauh
Lahan potensial yang berada di Kecamatan Pauh memiliki luas 30,224 Ha yaitu tersebar di Kelurahan Limau Manis Kapalo Koto, dan Cupak Tangah. Dari ke-tiga Kelurahan tersebut yang memiliki lahan paling luas yaitu
berada di Kelurahan Cupak Tangah yang terdiri dari 4(empat) area. Lebih jelasnya pada tabel berikut ini:
Tabel 4
Luas Lahan Potensial Kecamatan Pauh
Area Kelurahan Lingkungan Luas
(Ha)
2.1 Limau Manis Lingkunngan I 2,304 2.2 Kapalo Koto Lingkunngan I 4,384 2.3 Kapalo Koto Lingkunngan II 7,622 2.4 Cupak Tangah Lingkunngan I 2,032 2.5 Cupak Tangah Lingkunngan I 4,083 2.6 Cupak Tangah Lingkunngan II 7,057 2.7 Cupak Tangah Lingkunngan I 2,742
Total 30,224
Sumber: Hasil Analisis,Tahun 2015
c. Kecamatan Kuranji
Kecamatan Kuranji memiliki lahan potensial perumahan terluas yaitu 217,618 Ha, merupakan Kecamatan yang paling banyak memiliki area lahan potensial perumahan yaitu sebanyak 24 area yang tersebar di Kelurahan Pasar Ambacang, Kelurahan Kuranji, Kelurahan Ampang Kuranji, Lubuk Lintah, Korong Gadang, Anduring dan Kalumbuk. Pada kecamatan ini tidak terdapat area yang berada pada lingkungan III. Lebih jelasnya pada tabel berikut ini:
Tabel 5
Luas Lahan Potensial Kecamatan Kuranji
Area Kelurahan Lingkungan Luas
(Ha)
3.1 Pasar Ambacang Lingkungan II 12,837 3.2 Pasar Ambacang Lingkungan II 12,522 3.3 Pasar Ambacang Lingkungan I 3,211 3.4 Pasar Ambacang Lingkungan II 11,688 3.5 Pasar Ambacang Lingkungan II 19,030
3.6 Kuranji Lingkungan I 1,917
Area Kelurahan Lingkungan Luas (Ha) 3.8 Kuranji Lingkungan II 12,440 3.9 Kuranji Lingkungan I 3,123 3.10 Kuranji Lingkungan II 20,320 3.11 Kuranji Lingkungan I 1,343
3.12 Ampang Kuranji Lingkungan I 3,775 3.13 Ampang Kuranji Lingkungan II 5,773 3.14 Ampang Kuranji Lingkungan II 16,638 3.15 Lubuk Lintah Lingkungan II 6,320 3.16 Lubuk Lintah Lingkungan II 16,156 3.17 Lubuk Lintah Lingkungan II 10,725 3.18 Korong Gadang Lingkungan II 18,906 3.19 Korong Gadang Lingkungan I 2,257 3.20 Korong Gadang Lingkungan II 7,230 3.21 Korong Gadang Lingkungan II 8,327 3.22 Anduring Lingkungan I 4,011 3.23 Kalumbuk Lingkungan II 13,082 3.24 Kalumbuk Lingkungan II 4,115
Total 217,618
Sumber: Hasil Analisis,Tahun 2015
d. Kecamatan Padang Timur dan Padang Selatan
Lahan potensial yang berada di Padang Timur seluas 42,75 Ha yaitu tersebar di Kelurahan Parak Gadang Timur, Andalas, Kubu Dalam Parak Karakah dan Kubu Marapalam. Memiliki sebanyak 5(lima) area yang terdiri dari 4(empat) area yang berada pada lingkungan II dan 1(satu) area berada di lingkungan I.
Sedangkan di Kecamatan Padang Selatan lahan potensial perumahan seluas 17,93 Ha, hanya memiliki 1 (satu) area yang berada di lingkungan II, dan Kecamatan ini merupakan Kecamatan yang memiliki paling sedikit area. Lebih jelasnya pada tabel berikut ini:
Tabel 6
Luas Lahan Potensial Kecamatan Padang Timur dan Padang Selatan
Area Kelurahan Lingkungan Luas
(Ha) Kecamatan Padang Timur
4.1 Parak Gadang Timur II 8,2
4.2 Andalas II 10,22
4.3 Andalas II 7,13
4.4 Kubu Dalam Parak
Karakah II 14,72 4.5 Kubu Narapalam I 2,48 Total 42,75 Padang Selatan 5.1 Rawang II 17,93 Total 17,93
Sumber: Hasil Analisis,Tahun 2015
e. Kecamatan Lubuk Begalung
Lahan potensial yang berada di Lubuk Begalung yaitu seluas 39,08 Ha tersebar di Kelurahan Parak Laweh, Kampung Baru, Cengkeh, Lubuk Begalung dan Koto Baru. Memiliki sebanyak 9 (sembilan) area yang terdiri dari 6(enam) area yang berada pada lingkungan I dan 3 (tiga) area berada di lingkungan II. Lebih jelasnya pada tabel berikut ini:
Tabel 7
Luas Lahan Potensial Kecamatan Lubuk Begalung
Area KELURAHAN Lingkungan Luas
(Ha)
6.1 Parah Laweh Lingkungan I 4,361 6.2 Parah Laweh Lingkungan I 3,453 6.3 Kampung Baru Lingkungan I 2,266 6.4 Kampung Baru Lingkungan I 4,041 6.5 Kota Baru Lingkungan II 6,277
6.6 Cengkeh Lingkungan II 4,734
6.7 Lubuk
Begalung Lingkungan II 9,231 6.8 Kota Baru Lingkungan I 3,166
Area KELURAHAN Lingkungan Luas (Ha)
6.9 Cengkeh Lingkungan I 1,550
Total 39,08
Sumber: Hasil Analisis,Tahun 2015
4. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil analisis lahan potensial perumahan di Kota Padang seluas 551,38 Ha yang tersebar pada 6 (enam). Dimana lahan potensial dibagi menjadi 3 kategori lingkungan, yaitu lingkungan I, lingkungan II, dan lingkungan III. Lahan potensial yang paling luas yaitu berada di Kecamatan Kuranji dengan luas 217,618 Ha yang terdiri dari Lingkungan I dan Lingkungan II, dan kecamatan yang paling sedikit dari ke-enam kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Padang Selatan hanya memiliki sebanyak 1 (satu) area dengan luas 17,93 Ha.
Pemilihan lokasi lahan potensial perumahan di Kota Padang dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari berbagai kalangan baik dari masyarakat, maupun penyedia perumahan (pemerintah dan swasta). Berikut adalah manfaat dan rekomendasi agar lokasi lahan potensial perumahan di Kota Padang dapat dimanfaat secara optimal:
1. Bagi masyarakat manfaat yang akan didapatkan yaitu dilihat dari kedekatan dengan sarana pelayanan dan jaringan jalan utama sehingga dapat memudahkan, penghematan biaya dan waktu dalam
pencapaiannya. Serta pertimbangan mengenai kebencanaan yaitu untuk meminimalisir korban bencana (keselamatan jiwa,dll).
Bagi penyedia perumahan (pemerintah/swasta) diharapkan hendaknya lahan potensial perumahan
yang terpilih menjadi panduan dalam memilih lokasi perumahan. Tidak hanya mengedepankan keuntungan semata, karena ada beberapa hal mendasar yang dipertimbangkan seperti kedekatan dengan pencapaian sarana pelayanan dan jaringan jalan utama, serta faktor
kebencanaan yang harus sangat
diperhatikan. Pertimbangan lainnya yaitu lahan perumahan harus sesuai dengan peruntukan semestinya, tidak menyimpang dari peraturan dan kebijakan khususnya pola ruang dan peruntukan kawasan.
5. DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku
- Prahasta, Eddy. 2009. “Sistem Informasi Geografis Konsep-konsep dasar (perspektif feodesi & geomatika)”, Informatika: Bandung
- Sastra M., Suparno. & Marlina, Endy. 2005. “Perencanaan dan Pengembangan Perumahan”, Penerbit Andi: Yogyakarta. - Catanese, Anthony J. & James C. Synder.
1998 “Perencanaan Kota”, Erlangga: Jakarta
- Adisasmita. 2010. “Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang”, Graha Ilmu: Makassar
- Hartoyo, G.Majela Eko, dkk. 2010. “Modul Pelatihan Sistem Informasi
Tingkat Dasar” Penerbit Tropenbos
International Indonesia Programme: Bogor - Ir. Haryani. 2010. “Perencanaan Tapak
Perumahan” Penerbit: Bung Hatta
University Press. Padang
Penelitian
- Aiman, Umul. 2005 “Aplikasi Sistem Geografis (SIG) Untuk Menganalisa Ksesuaian Lahan Tanaman Cassiavera dan Kopi di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi” Skripsi Universitas Bung Hatta : Padang
- Ekawaty, Fitria. 2002 “ Arahan
Pengembangan Lahan Permukiman Berdasarkan Analisis Kesesuaian lahan dan kriteria Spasial di Kota Padang Panjang” Skripsi Universitas Bung Hatta : Padang
- Hartadi, Arief. 2009. “Kajian Kesesuaian Lahan Perumahan Berdasarkan Karakteristik Fisik Dasar Di Kota Fakfak”. Tesis Universitas Diponegoro : Semarang
- Putri, Amelia Agisti. 2014 “Arahan Pemanfaatan Lokasi Perumahan Berdasarkan Faktor Kebencanaan” Skripsi Universitas Bung Hatta : Padang - Purbosari, Annisa. 2012 “Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Bertempat Tinggal Di Kota Bekasi Bagi Penduduk Migran Berpenghasilan Rendah Yang Bekerja Di Kota Jakarta”. Skripsi Universitas Diponegoro : Semarang
Terbitan Terbatas
- Kota Padang dalam Angka, Tahun 2014 - Undang-undang No 4 tahun 1992 Tentang
Perumahan dan Permukiman
- Undang-undang No 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman - Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis kawasan Budi Daya
- Pedoman Konstruksi Dan Bangunan
tentang Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Kawasan Perkotaan. Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah
- SNI-1728-1989 Tata Cara Pemilihan Lokasi Prioritas Untuk Pengembangan Perumahan Dan Permukiman Di Kawasan Perkotaan
- SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Website
- https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kota_Pada ng (Profil Kota Padang)
- http://perencanaankota.blogspot.co.id/2012 /08/teori-lokasi-kawasan-perumahan.html
(Teori Lokasi Kawasan Perumahan)
- https://Membuat Peta Jangkauan dengan Analisis Buffering dan Overlay di ArcGIS 10 ~ Air Itu Mengalir.htm (Peta Jangkauan)
- perencanaankota.blogspot.co.id/2015/08/ka
rakteristik-kemampuan-jarak-berjalan.html?m=1 (kemampuan jarak tempuh orang berjalan kaki di indonesia)