• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 Tari Pendet Bali “Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan”

Oleh

Dra. Lilin Candrawati S., M.Sn

============================================================ Abstrak

Tari Pendet merupakan salah satu tari putri yang biasa ditarikan secara berkelompok dan atau berpasangan, dengan menggunakan property berupa bokor.

Pada awalnya Pendet tergolong tari wali (tarian sakral), dengan ciri koreografi sederhana yang tampak pada susunan gerak, penggunaan ruang, waktu dan tata rias busananya.

Terjadinya perubahan koreografi tari Pendet disebabkan oleh adanya penyesuaian kebutuhan akan hiburan. Hal itu menuntut seniman bali berkreasi pada tatanan tari Pendet menjadi tari balih-balihan (tarian hiburan atau tarian ucapan selamat datang).

Keyword : Tari Pendet, tari wali, tari Balih-balihan

============================================================ Pendahuluan

Bali merupakan salah satu propinsi yang tersohor dengan keanekaragaman kebudayaan dan eksotisme tempat wisata yang dimilikinya. Bali mempunyai beberapa kesenian tari yang sudah mendunia popularitasnya. Selain Tari Kecak, Tari Pendet merupakan salah satu kesenian yang sudah tak asing lagi bagi para pelancong lokal maupun manca negara. Tari ini secara rutin dipentaskan dan menjadi hiburan bagi para wisatawan.

Tari Pendet sendiri merupakan sebuah pernyataan dari persembahan yang dituangkan dalam bentuk kesenian tari. Menjadi semakin populer karena kesenian ini sangat mudah ditarikan oleh semua orang dan tidak perlu dengan latihan yang intensif.

(2)

2 Dahulunya tari Pendet merupakan tarian yang bersifat sakral dan hanya dipentaskan di Pura pada saat ada ritual keagamaan tertentu. Selain itu Tari Pendet juga termasuk dalam jenis tarian wali, yaitu tarian Bali yang dipentaskan khusus untuk keperluan upacara keagamaan dan pemujaan yang bercerita tentang turunnya Dewi-Dewi kahyangan ke bumi.

Sejarah Perkembangan tari Pendet di awali pada tahun 1950. Tari Pendet tetap mengandung anasir sakral-religius dengan menyertakan muatan-muatan keagamaan yang kental. Pada 1961, I Wayan Beratha mengolah kembali tari Pendet tersebut dengan pola seperti sekarang, termasuk menambahkan jumlah penarinya menjadi lima orang. Berselang setahun kemudian, I Wayan Beratha dan kawan-kawan menciptakan tari pendet massal dengan jumlah penari tidak kurang dari 800 orang, untuk ditampilkan dalam upacara pembukaan Asian Games di Jakarta.

1. Tari Sakral

Pada awalnya tari Pendet dibawakan secara berkelompok atau berpasangan oleh para putri, dan lebih dinamis dari tari Rejang. Ditampilkan setelah tari Rejang di halaman Pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih), dimana Bhatara dan Bhatari itu bersemayam. Pendet dilakukan oleh para wanita dengan memakai pakaian adat. Para penari membawa bokor yang berisi canang sari, bunga-bunga dan kwangen. Sebagian diantara mereka juga membawa alat-alat upacara sesajian dan persembahan seperti : sangku (wadah air suci), kendi dan pasepan. Tari ini dilakukan secara massal dan dipimpin oleh seorang pemangku (pemimpin upacara) dengan membawa sebuah pasepan atau alat pedudusan yang diberi menyan dan dibakar. Pada bagian akhir dari tariannya, para penari meletakkan saji-sajian, canang sari dan kwangen itu pada pelinggih dan ada juga yang menaburkan bunga kepada

(3)

3 Bhatari sebagai suatu penghormatan. Tari ini diiringi dengan gambelan gong kebyar.

Lahirnya tari Pendet adalah sebuah ritual sakral odalan di pura yang disebut mamendet atau mendet. Prosesi mendet berlangsung setelah pendeta mengumandangkan puja mantranya dan seusai pementasan topeng sidakarya - teater sakral yang secara filosofis melegitimasi upacara keagamaan. Hampir setiap pura besar hingga kecil di Bali disertai dengan aktivitas mamendet. Pada beberapa pura besar seperti Pura Besakih yang terletak di kaki Gunung Agung itu biasanya secara khusus menampilkan ritus mamendet dengan tari Baris Pendet. Tari ini dibawakan secara berpasangan atau secara masal oleh kaum pria dengan membawakan perlengkapan sesajen dan bunga. Aktivitas mendet yang secara etimologis berasal dari mendak (menyambut) itu, penarinya tak selalu dipersiapkan secara khusus, umumnya dapat dibawakan oleh seluruh partisipan, pria-wanita tua dan muda.

Gambar Tari

Pendet – Bali

Ketika gamelan sudah melantunkan gending papendetan, mereka yang ingin ngayah mendet; menari secara tulus akan bergantian

(4)

4 tampil di halaman suci pura, bisa secara solo, berpasangan, atau juga masal. Para remaja yang masih energik sering dapat disaksikan

mamendet dengan menari sesungguh-sungguhnya. Semuanya

dilakukan dalam bingkai berkesenian sebagai sebuah persembahan yang bermakna kegirangan menyongsong kehadiran para dewa.

Lambat laun, seiring perkembangan zaman, para seniman tari Bali mengubah tari Pendet menjadi tari “Ucapan Selamat Datang”, dilakukan sambil menaburkan bunga di hadapan para tamu yang datang, seperti Aloha di Hawaii. Kendati demikian bukan berarti tari Pendet jadi hilang kesakralannya. Tari Pendet tetap mengandung anasir sakral-religius dengan menyertakan muatan-muatan keagamaan yang kental.

2. Tari Pendet Penyambutan

Pencipta atau koreografer bentuk modern tari Pendet ini adalah I Wayan Rindi (pada tahun 1967), merupakan penari yang dikenal luas sebagai penekun seni tari dengan kemampuan menggubah tari dan melestarikan seni tari Bali melalui pembelajaran pada generasi penerusnya. Semasa hidupnya ia aktif mengajarkan beragam tari Bali, termasuk tari Pendet kepada keturunan keluarganya maupun di luar lingkungan keluarganya.

Oleh I Wayan Rindi seni tari ini diubah menjadi kesenian yang dapat dipentaskan tidak hanya pada setiap ritual keagamaan. Tarian ini dibawakan oleh beberapa orang remaja putri yang dalam menarikannya membawa mangkuk dari perak dimana di dalamnya diisi penuh dengan Bunga. Pada akhir pementasan, bunga yang berada di dalam mangkuk perak itu nantinya akan ditaburkan oleh para penari kepada para penonton sebagai ucapan selamat datang. Oleh karena itu tari Pendet sering disebut sebagai tari penyambutan.

Guru Besar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Wayan Dibia, menegaskan bahwa menarikan tari Pendet sudah sejak lama

(5)

5 menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan spiritual masyarakat Hindu Bali. Tarian ini merupakan tarian yang dibawakan oleh sekelompok remaja putri, masing-masing membawa mangkuk perak (bokor) yang penuh berisi bunga. Pada akhir tarian para penari menaburkan bunga ke arah penonton sebagai ucapan selamat datang. Tarian ini biasanya ditampilkan untuk menyambut tamu-tamu atau memulai suatu pertunjukkan (1999: 47).

Merunut dari sejarah, tari Pendet telah lama mengakar dalam budaya Bali. Wayan Dibia guru besar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar mengatakan, tari Pendet merupakan salah satu tarian yang paling tua di antara tari-tarian sejenis yang ada di Pulau Dewata. Penggagas tarian tersebut lanjut Dibia adalah dua seniman kelahiran Desa Sumertha Denpasar, yakni I Wayan Rindi dan Ni Ketut Reneng. ”Kedua seniman ini menciptakan tari Pendet penyambutan dengan empat orang penari, untuk disajikan sebagai bagian dari pertunjukan turistik di sejumlah hotel yang ada di Denpasar, Bali,” tambahnya.

Ia mengatakan, sejak diciptakan tarian itu selalu dijadikan acara pembuka bagi sajian tari Bali lainnya.

(6)

6 Gambar Tari Pendet – Bali

Wayan Rindi adalah penekun seni tari yang dikenal karena kemampuannya menggubah tari dan melestarikan seni melalui pembelajaran pada generasi penerusnya. Salah satunya terekam dalam beragam foto semasa hidupnya yang aktif mengajarkan beragam tari Bali, termasuk tari Pendet pada keturunan keluarga maupun di luar lingkungan keluarganya. Menurut anak bungsunya, Ketut Sutapa, Wayan Rindi memodifikasi tari pendet sakral menjadi tari pendet penyambutan. Rindi menciptakan tari pendet ini sekitar tahun 1950. Meski dimodifikasi, namun semua busana dan unsur gerakan tarinya tetap mengacu pada pakem seni Bali yang dikenal khas dan dinamis.

Pada 1961, I Wayan Beratha mengolah kembali tari pendet tersebut dengan pola seperti sekarang, termasuk menambahkan jumlah penarinya menjadi lima orang. Berselang setahun kemudian, I Wayan Beratha dan kawan-kawan menciptakan tari pendet massal dengan jumlah penari tidak kurang dari 800 orang, untuk diperkenalkan ke dunia internasional melalui suatu event

(7)

7 internasional yaitu Asian games. Tari pendet ini dipertunjukkan pada upacara pembukaan Asian games di Jakarta yang dibuka oleh Presiden Soekarno.

B. Perkembangan tari Balih-Balihan

Pendet merupakan salah satu contoh bentuk seni pertunjukan yang telah mengalami perkembangan dalam dua dekade. Perkembangannya ditandai dengan munculnya kembali tarian Pendet baru yang memiliki bentuk, isi dan tata penyajian serta fungsi yang berbeda dengan tarian Pendet pada waktu sebelumnya. Tari Pendet baru disajikan dalam bentuk, isi dan struktur penyajian yang terpola. Unsur-unsur seni yang terkandung dalam tari seperti : musik, gerak, pola lantai, level, ruang dan waktu diatur dengan sebuah tatanan yang terstruktur, sehingga dapat memunculkan sebuah sajian tari yang menarik.

(8)

8 Menurut Dibia (1993:31) ada sejumlah tari-tarian hiburan/tontonan yang biasa disebut dengan tari Balih-balihan. Tarian ini biasanya dipentaskan sebagai seni hiburan, baik bagi masyarakat Bali sendiri maupun masyarakat di luar pulau Bali (wisatawan) yang berkunjung di pulau Dewata dengan tujuan untuk menghibur atau sebagai suguhan hasil kreatifitas seni berkualitas tinggi. Jenis tarian hiburan meliputi berbagai jenis tari klasik tradisional, seperti tari Telek/Jauk, Topeng, Arja, Wayang wong dan Legong, serta tari lepas lainnya seperti tari Baris tunggal, Pendet, Gabor dan lain-lain.

Kesimpulan

Sebagai salah satu jenis tari putri yang bisa ditarikan secara berkelompok dan atau berpasangan, dengan menggunakan properti berupa bokor. Pendet termasuk jenis tarian Bali yang simpel. Pada awalnya tari Pendet tergolong ke dalam jenis tari Wali (tarian sakral), dengan ciri kesederhanaan penggarapan koreografinya. Sifat kesederhanaan muncul pada susunan gerak yang selalu berjalan beriringan dengan penggunaan ruang dan waktu serta tata rias dan busana. Terjadinya perubahan koreografi tari Pendet disebabkan pula oleh adanya penyesuaian terhadap kepentingan pemenuhan kebutuhan akan hiburan, hal ini menuntut seniman Bali untuk dapat berkreasi pada tatanan yang lebih tinggi, sesuai dengan perubahan fungsinya dari tari Wali (sakral) menjadi tari Balih-balihan (tarian hiburan atau tarian ucapan selamat datang).

(9)

9 DAFTAR PUSTAKA

Bandem, I Made. 1983. Ensiklopedi Tari Bali. Denpasar : Akademi Seni Tari Indonesia.

Bandem, I Made. 1983. Gerak Tari Bali. Denpasar : Akademi Seni Tari Indonesia.

Bandem, I Made. 1996. Etnologi Tari Bali. Denpasar : Kanisius

Bandem, I Made. 2004. Kaja dan Kelod : Tarian Bali dalam Transisi. Yogyakarta : Badan Penerbit Institut Seni Indonesia.

Cristina Formaggia, Maria. 2000. Gambuh Drama Tari Bali ( Wujud Seni Pertunjukan Gambuh Desa Batuan dan Desa Pedungan ). Jakarta : Yayasan Lontar.

Dibia, I Wayan. 1977. Perkembangan Seni Tari di Bali. Denpasar : Proyek Sasana Budaya Bali.

Dibia, I Wayan. 1999. Selayang Pandang Seni Pertunjukan Bali. Bandung: Masyarakat seni Pertunjukan Indonesia.

Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta : Sinar Harapan Soebadyo, Haryati, et al. 2002. Seni Pertunjukan. Jakarta : Buku Antar Bangsa

(10)

10 BIODATA PENULIS

Dra. Lilin Candrawati S., M.Sn, saat ini merupakan Widyaiswara di PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta. Meraih gelar sarjana seni di Institut Seni Indonesia jurusan Komposisi Tari tahun 1990, dan meraih gelar Magister Seni (MSn) Pengkajian Seni Tari di Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada tahun 2006.

Gambar

Gambar  Tari
Gambar Penari Pendet oleh remaja putri

Referensi

Dokumen terkait

Kejadian penyebaran fasciolosis pada sapi selama empat tahun terakhir lebih tinggi mencapai 209 kasus yang meliputi Kabupaten Tapin, Tanah Laut, Banjar dan Tabalong, sementara

Seperti yang dikemukakan di atas, focus penelitian ini adalah penelitian ini adalah “koordinasi pemerintah daerah dalam pembangunan jalan di kecamatan Salibabu,

Strategi komunikasi secara mikro yakni dengan media internal yang digunakan oleh perusahaan yang mengerjakan jaringan listrik proyek penerangan jalanan umum (PJU) tersebar di

Effects of organic and chemical fertilizer inputs on biomass production and carbon dynamics in a maize farming on ultisols.. AGRIVITA Journal of

PERBANDINGAN STANDING SHOOT, JUMP SHOOT, SIDE SHOOT DENGAN FLYING SHOOT TERHADAP HASIL TEMBAKAN PADA CABANG OLAHRAGA BOLA TANGAN.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Hasil uji F dalam penelitian ini menyatakan bahwa Harga Minyak Dunia (X1), Inflasi (X2), dan Nilai Tukar (X3) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan

Kegiatan untuk mengenali objek yang tergambar pada citra berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor dengan mengunakan alat stereooskop adalah….. Konvergensi

[r]