• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Pada akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan Laporan Ringkasan ini.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Pada akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan Laporan Ringkasan ini."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Kajian Capaian Target MDGs i

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Laporan Ringkasan Kajian Capaian Target MDGs terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya Buku ini merupakan ringkasan yang menggambarkan tentang pencapaian hasil kerja penyedia jasa berdasarkan tahapan-tahapan pekerjaan sebagaimana ditetapkan dalam KAK. Substansi Laporan Ringkasan ini berisikan deskripsi hasil Kajian Capaian Target MDGs dan kesimpulan serta implikasinya bagi Kajian Capaian Target MDGs

Laporan Ringkasan ini telah melalui beberapa diskusi dan perbaikan namun tentunya masukan-masukan konstruktif demi penyempurnaan laporan ini masih diperlukan.

Dalam penyusunan Laporan Ringkasan ini kami menyadari kemungkinan masih adanya kekurangan atau kesalahan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan masukan dari berbagai pihak terkait untuk menghasilkan output yang benar-benar sesuai dengan tujuan dan sasaran. Pada akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan Laporan Ringkasan ini.

Demikianlah Laporan Ringkasan ini kami buat dan sampaikan untuk digunakan sebagaimana mestinya. Atas perhatian dan kerjasama yang baik, kami haturkan terima kasih.

PT. Perencana Indah Engineering

Luhut Manalu, ST, MT Direktur Utama

(3)

Kajian Capaian Target MDGs 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

A.

Pendahuluan

Millennium Development Goals (MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada bulan September Tahun 2000. Targetnya adalah tercapainya kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada Tahun 2015. Deklarasi berisi komitmen masing-masing negara dan komunitas internasional untuk mencapai delapan sasaran pembangunan MDGs, yaitu: 1). Penanggulangan kemiskinan dan kelaparan, 2). Mencapai pendidikan dasar untuk semua, 3). Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, 4). Menurunkan angka kematian anak, 5). Meningkatkan kesehatan ibu, 6). Memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya, 7). Memastikan kelestarian lingkungan hidup dan 8). Membangun kemitraan global untuk pembangunan.

Untuk mengukur pencapaian target MDGs, maka setiap tahun pemerintah provinsi menyiapkan laporan tahunan. Tinjauan status pencapaian MDGs dikelompokkan menjadi tatus yang sudah tercapai, akan tercapai dan yang perlu perhatian khusus. Berkaitan dengan laporan MDGs dari setiap provinsi, maka terdapat tiga klasifikasi indikator MDGs yang dijabarkan, yaitu (i) indikator yang telah dicapai oleh provinsi sebelum Tahun 2015, (ii) indikator MDGs yang diperkirakan akan dapat dicapai oleh provinsi pada akhir Tahun 2015 (ontrack), dan (iii) indikator MDGs yang memerlukan kerja keras untuk mencapainya pada Tahun 2015 (off-track).

TUJUAN 1:

MENANGGULANGI KEMISKINAN

DAN KELAPARAN

TARGET 1A MENURUNKAN HINGGA SETENGAHNYA PROPORSI PENDUDUK DENGAN TINGKAT PENDAPATAN KURANG DARI USD 1,00 (PPP) PER HARI DALAM KURUN WAKTU 1990-2015

Indikator Acuan dasar

Saat ini Target MDGs 2015

Status Sumber

1.1 Proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari USD 1,00 (PPP) per kapita per hari 1.1a Persentase penduduk yang

hidup di bawah garis kemiskinan nasional 21,84% (1993) 46,73% (1999) 36,29% (2000) 27,86% (2004) 27,99% (2006) 25,65% (2008) 20,48% (2011) 20,41% (2012) 20,24% (2013) 19,82% (Maret 2014) 7,55%

BPS 1.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan 8.27 (2008) 4,04 (2010) 3,34 (Maret Berkurang

BPS, Nakertrans

(4)

Kajian Capaian Target MDGs 2

3,62 (2011) 3,27 (2012) 3,39 (2013)

2014)

TARGET 1B MENCIPTAKAN KESEMPATAN KERJA PENUH DAN PRODUKTIF DAN PEKERJAAN YANG LAYAK UNTUK SEMUA, TERMASUK PEREMPUAN DAN KAUM MUDA

Indikator Acuan dasar

Saat ini Target MDGs 2015

Status Sumber

1.4 Laju pertumbuhan PDB per tenaga kerja

3,24 (2007) 5,42

(2012)

BPS 2013

1.5 Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas 72,53 (2007) 97,11 (2012)

Sekretariat MDGs, BPS

1.7 Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja 50,93% (2009) 49,99% (2011) 35,03 (2012) Menurun

Sekretariat MDGs, BPS

TARGET 1C MENURUNKAN HINGGA SETENGAHNYA PROPORSI PENDUDUK YANG MENDERITA KELAPARAN DALAM KURUN WAKTU 1990-2015

Indikator Acuan dasar

Saat ini Target MDGs 2015

Status Sumber

1.8. Prevalensi balita dengan berat badan rendah / kekurangan gizi 45,41% (1989) 33,60% (2000) 41,07% (2006) 33,60% (2007) 14.1% (2012) 15,5%

RPJMD dan Dinkes Prov. NTT

1.8.a Prevalensi balita gizi buruk 9,4% (2007) 1,2% ( 2011) 1,4% (2012) 1,96 % (2013) 0,71% Semester I 2014 3,6%

RPJMD dan Dinkes Prov. NTT

1.8.b Prevalensi balita gizi kurang 24,2 % (Riskesdas 2007) 12,55% (2013) 7,48 (Semester I 2014) 11,9%

RPJMD dan Dinkes Prov. NTT 1.9 Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum

- 1.400 Kkal/kapita/hari 13,4% (2005) 29,10 (2013) 8,50%

BPS NTT

- 2.000 Kkal/kapita/hari 45,38% (2005) 73,98 (2013) 35,32%

BPS NTT

Status : ● Sudah Tercapai ► Akan Tercapai ▼ Perlu Perhatian Khusus

Indikator tujuan pertama MDGs yang telah dicapai oleh pemerintah Provinsi NTT sebelum Tahun 2015 adalah: 1. Prevalensi balita dengan berat badan rendah (kekurangan gizi). Target MDGs untuk indikator ini pada Tahun 2015 adalah 15,5 persen dan capaian NTT sampai dengan Tahun 2012 adalah 14,1 persen. 2. Prevalensi

(5)

Kajian Capaian Target MDGs 3 balita gizi buruk. Target MDGs untuk indikator ini pada tahun 2015 adalah 3,6 persen dan capaian NTT sampai dengan Tahun 2013 adalah 1,96 persen.

Indikator tujuan pertama MDGs yang akan dicapai oleh Pemerintah Provinsi NTT pada akhir Tahun 2015 adalah: 1. Indeks kedalaman kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan menurun cukup signifikan dari 8,27 persen pada Tahun 2008 menjadi 3,34 persen pada bulan Maret Tahun 2014. 2. Prevelensi balita gizi kurang. Target MDGs untuk indikator ini pada Tahun 2015 adalah 11,9 persen dan capaian NTT sampai dengan Tahun 2013 adalah 12,55 persen.

Indikator MDGs yang memerlukan kerja keras untuk mencapainya pada akhir tahun 2015 (off-track) adalah: 1. Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Untuk tujuan pertama yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan dan kelaparan, data BPS menunjukan bahwa penanggulangan jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT pada periode Tahun 2008-2014 menunjukkan kemajuan. Hal ini ditandai dengan penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 5,83% untuk jangka waktu 5 tahun. Pada Tahun 2008 jumlah penduduk miskin 1.098,400 (25,65%), menurun menjadi 994.680 (19,82%) pada bulan Maret 2014. Jika dibandingkan dengan rata-rata capaian nasional pada bulan Maret Tahun 2014 sebesar 11,25% dan target MDGs tahun 2015 sebesar 7,55%, maka masih sangat dibutuhkan upaya keras dari semua komponen masyarakat dan pemerintah untuk percepatan pencapaian target dimaksud di NTT. 2. Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja. Target MDGs untuk indikator ini adalah penurunan yang signifikan sampai dengan akhir 2015. Indikator ini telah menurun dari 50,93 persen pada Tahun 2009 menjadi 30,03 persen pada Tahun 2012. 3. Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum: a. Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah 1.400 Kkal/kapita/hari meningkat dari 13,40 persen pada Tahun 2005 menjadi 29,10 persen pada Tahun 2013. b. Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah 2.000 Kkal/kapita/hari meningkat dari 45,38 persen pada Tahun 2005 menjadi 73,98 persen pada Tahun 2013.

Pengurangan jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT pada periode Tahun 2008-2014 menunjukkan kemajuan yang cukup baik. Hal ini ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 5,83% untuk jangka waktu lima tahun. Pada Tahun 2008, jumlah penduduk miskin 1.098,400 (25,65%) orang, menurun menjadi 994.680 (19,82%) pada bulan Maret 2014. Namun demikian, jika dibanding dengan rata-rata capaian nasional pada bulan Maret Tahun 2014 sebesar 11,25% dan target MDGs Tahun 2015 sebesar 7,55%, maka masih dibutuhkan upaya keras dari semua komponen masyarakat untuk percepatan pencapaian target dimaksud di NTT. Selanjutnya, kondisi kemiskinan berdasarkan aspek yang berpengaruh sebagai berikut: a). Garis kemiskinan pada September Tahun 2008 sebesar Rp.161.693,- perkapita/bulan meningkat menjadi Rp.265.955,- perkapita/bulan pada Maret Tahun 2014; b). Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 8,27 pada September 2008 menjadi 3,34 pada Maret 2014, dan c). Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 3,08 pada September 2008 menjadi 0,83 pada Maret 2014.

Target yang berkaitan dengan laju PDRB tenaga kerja menunjukan bahwa pada Tahun 2007 sebesar 3,24%, meningkat menjadi 5,42 pada Tahun 2012, sedangkan rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia kerja 15 tahun ke atas pada Tahun 2007 sebesar 72,53%, meningkat menjadi 74,43% pada Tahun 2012. Khusus untuk target proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja telah menurun dari 50,93% pada Tahun 2009 menjadi 49,99% pada Tahun 2011. Persentase anak berusia di bawah 5 tahun yang mengalami

(6)

Kajian Capaian Target MDGs 4 gizi buruk (severe underweight) pada Tahun 2007 sebesar 9,4% dan pada Tahun 2013 menurun menjadi 1,96% sedangkan persentase anak berusia di bawah 5 tahun yang mengalami gizi kurang (moderate underweight) pada Tahun 2007 sebesar 24,2%, dan pada Tahun 2013 menurun menjadi 12,55%. Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah 1.400 Kkal/kapita/hari telah mengalami peningkatan dari 13,40 persen pada Tahun 2005 menjadi 29,10 persen pada Tahun 2013 sedangkan asupan kalori di bawah 2.000 Kkal/kapita/hari telah mengalami perubahan dari 45,38 persen pada Tahun 2005 menjadi 73,98 persen pada Tahun 2013.

TUJUAN 2:

MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR

UNTUK SEMUA

TARGET 2A MENJAMIN PADA 2015 SEMUA ANAK-ANAK, LAKI-LAKI MAUPUN PEREMPUAN DI MANAPUN DAPAT MENYELESAIKAN PENDIDIKAN DASAR

Indikator Acuan dasar

Saat ini Target MDGs 2015

Status Sumber

2.1 Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah Dasar 91,72% (2008) 92,13% (2011) 92,40% (2012) 95,88% (2012) 100%

Pendidikan, Dinas BPS 2.2 .

Proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan sekolah dasar 62,27% (2008) 97,26 (2012) 100%

Sekretariat MDGs

2.3 Angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun, perempuan dan laki-laki P:86,99% L:90,21% (2008) P:88,84% L:91,21% (2012) 100%

Pendidikan, Dinas BPS, Meneg PP

Status : ● Sudah Tercapai ► Akan Tercapai ▼ Perlu Perhatian Khusus

Indikator tujuan kedua MDGs yang akan dicapai oleh pemerintah Provinsi NTT pada akhir tahun 2015 adalah Angka Partisipasi Murni SD/MI. Hal ini didasarkan pada peningkatan yang cukup siginfikan APM SD/MI dari 91,72 persen pada tahun 2008 menjadi 95,88 pada tahun 2012.

Indikator tujuan kedua MDGs yang memerlukan kerja keras untuk mencapainya pada tahun 2015 adalah proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan SD/MI. Indikator ini meningkat cukup signifikan yaitu dari 62,27 persen pada tahun 2008 menjadi 97,26 pada tahun 2012. Walau menunjukan perkembangan yang cukup signifikan, namun dalam melaksanakan berbagai kebijakan, program dan kegiatan prioritas masih membutuhkan dukungan dari banyak pihak. Dibutuhkan komitmen dan kerja keras untuk mencapai target 100 persen pada akhir tahun 2015.

Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) penduduk usia sekolah 7-12 tahun dan 13-15 tahun serta perkembangan angka melek huruf di provinsi NTT menunjukan tren yang positif. APM penduduk usia sekolah 7-12 tahun yang bersekolah pada sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah pada tahun 2008 sebesar 91,72% dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 95,88%. APM penduduk usia sekolah 13-15 tahun yang bersekolah pada sekolah menengah pertama/madrasah itsanawiyah pada tahun 2008 sebesar 49,87 % dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 84,51%.

(7)

Kajian Capaian Target MDGs 5 Angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun pada tahun 2008 untuk perempuan 86,99% dan laki-laki 90,21%. Pada tahun 2012 meningkat menjadi 88,84% untuk perempuan dan 91,21% untuk laki-laki. Persentase penduduk yang belum dapat membaca dan menulis pada tahun 2008 sebesar 11,43% dan persentase penduduk yang dapat membaca dan menulis 88,57%. Pada tahun 2012 persentase penduduk yang belum dapat membaca dan menulis menurun menjadi 9,70%, sedangkan persentase penduduk yang dapat membaca dan menulis meningkat menjadi 90,30%.

TUJUAN 3

MENDORONG KESETARAAN GENDER

DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

TARGET 3A MENGHILANGKAN KETIMPANGAN GENDER DI TINGKAT PENDIDIKAN DASAR DAN LANJUTAN PADA TAHUN 2005, DAN DI SEMUA JENJANG PENDIDIKAN TIDAK LEBIH DARI TAHUN 2015

Indikator Acuan dasar

Saat ini Target MDGs 2015

Status Sumber

3.1 Rasio perempuan terhadap laki-laki di tingkat pendidikan dasar, menengah dan tinggi - Rasio APM perempuan/ laki-laki di SD 99,51 (2007) 101,27 (2013) 100

Sekretariat MDGs, BPS NTT

- Rasio APM perempuan/ laki-laki di SMP 108,4 (2007) 108,8 (2013) 100

Sekretariat MDGs, BPS NTT

- Rasio APM perempuan/ laki-laki di SMA 105,6 (2007) 98,2 (2013) 100

Sekretariat MDGs, BPS NTT

- Rasio APM perempuan/ laki-laki di Perguruan Tinggi 151,5 (2005) 144,67 (2013) 100

Sekretariat MDGs, BPS NTT 3.1 a

Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15-24 tahun Perempuan: 98,79% Laki-Laki: 96,35% (2008) Rasio 2007: 101,17 Perempuan: 98,81% Laki-Laki: 98,24% (2010) Rasio 2013: 100,31 100%

Sekretariat MDGs 3.2 Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor nonpertanian 24,99 (2005) 31,06% (2006) 30,98 (2013) Meningkat

Sekretariat MDGs

3.3 Proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPR 7,20% (2004) 7,37% (2009) 8,52% (2014) Meningkat

KPUD, Kesbangpol Linmas, Biro Pemerintahan dan BPPPA

(8)

Kajian Capaian Target MDGs 6 Indikator tujuan ketiga MDGs yang telah dicapai oleh pemerintah Provinsi NTT sebelum Tahun 2015 adalah: 1. Rasio APM perempuan/laki-laki di SD/MI. Target MDGs untuk indikator ini pada tahun 2015 adalah 100 persen dan posisi NTT sampai dengan tahun 2013 adalah 101,27 persen. 2. Rasio APM perempuan/laki-laki di SMP. Target MDGs untuk indikator ini pada tahun 2015 adalah 100 persen dan posisi NTT sampai dengan tahun 2013 adalah 108,80 persen. 3. Rasio APM perempuan/laki-laki di Perguruan Tinggi. Target MDGs untuk indikator ini pada tahun 2015 adalah 100 persen dan posisi NTT sampai dengan tahun 2013 adalah 144,67 persen. 4. Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15-24 tahun. Target MDGs untuk indikator ini pada tahun 2015 adalah 100 persen dan posisi NTT sampai dengan tahun 2013 adalah 100,31 persen.

Indikator tujuan ketiga MDGs yang akan dicapai oleh pemerintah Provinsi NTT sebelum tahun 2015 adalah: 1. Rasio APM perempuan/laki-laki di SMA. Target MDGs untuk indikator ini pada tahun 2015 adalah 100 persen dan posisi NTT sampai dengan tahun 2013 adalah 98,2 persen. 2. Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor nonpertanian. Target MDGs untuk indikator ini adalah terus mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2015. Perkembangan indikator ini menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan dari 24,99 persen pada tahun 2005 menjadi 30,98 pada tahun 2013.

Indikator tujuan ketiga MDGs yang memerlukan kerja keras untuk mencapainya pada tahun 2015 adalah proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD. Target MDGs untuk indikator ini adalah mengalami peningkatan sampai dengan akhir tahun 2015. Indikator ini telah meningkat dari 7,20 persen pada tahun 2004 menjadi 7,37 persen pada tahun 2009 dan 8,52 persen pada tahun 2014.

Rasio APM perempuan/laki-laki di SD/MI meningkat dari 100,01 persen pada tahun 2005 menjadi 101,27 persen pada tahun 2013. Rasio APM perempuan/laki-laki di SMP menurun dari 113,33 persen pada tahun 2005 menjadi 108,80 persen pada tahun 2013. Rasio APM perempuan/laki-laki di SMA pada tahun 2013 adalah 98,15 persen atau menurun 9,85 persen jika dibandingkan dengan tahun 2005 sebesar 108 persen. Rasio APM perempuan/laki-laki di Perguruan Tinggi pada tahun 2013 adalah 144,67 persen atau meningkat 33,93 persen, jika dibandingkan dengan tahun 2005 sebesar 110,74 persen. Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15-24 tahun menningkat yaitu perempuan 98,79 persen dan laki-laki 96,35 persen tahun 2010 menjadi perempuan 98,81 persen dan laki-laki 98.24 persen tahun 2013.

Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor nonpertanian, perkembangan indikator ini menunjukan peningkatan dari 24,99 persen pada tahun 2005 menjadi 30,98 pada tahun 2013. Proporsi perempuan dalam lembaga legislatif (DPRD I dan DPRD II) dalam kurun waktu satu dekade telah mengalami peningkatan sebesar 1,32 persen. Pada tahun 2004 sebesar 7,20 persen, pada tahun 2009 meningkat menjadi 7,37 persen dan tahun 2014 sebesar 8,52 persen. Untuk DPRD I, hasil pemilu legislatif 9 April 2014 terdapat 4 perempuan wakil rakyat atau 6,15 persen dan untuk DPRD II sebanyak 56 orang atau 8,76 persen.

(9)

Kajian Capaian Target MDGs 7

TUJUAN 4:

MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN

ANAK

TARGET 4A MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN BALITA (AKBA) HINGGA DUA PER TIGA DALAM KURUN WAKTU 1990-2015

Indikator Acuan dasar

Saat ini Target MDGs 2015

Status Sumber

4.1 Angka Kematian Balita (AKBa) per 1000 kelahiran hidup 73 (SDKI 2002 - 2003) 58/1000 KH (SDKI 2012) 32/1000 KH

Dinkes Prov 4.2 Angka Kematian Bayi

(AKB) per 1000 kelahiran hidup 57/1000 KH (SDKI 2002 - 2003) 45/1000 KH (SDKI 2012) 23/1000 KH

Kemenkes

4.2a Angka Kematian Neonatal per 1000 kelahiran hidup

31/1.000 (2007) 26 /1.000 (2012) Menurun

Sekretariat MDGs

4.3 Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak

78,10% (Profil, 2008) 116,10 % (Profil, 2012) Meningkat

Dinkes

Status : ● Sudah Tercapai ► Akan Tercapai ▼ Perlu Perhatian Khusus

Indikator tujuan keempat MDGs yang telah dicapai oleh pemerintah Provinsi NTT sebelum akhir tahun 2015 adalah proporsi anak berusia 1 tahun yang diimunisasi campak. Target MDGs untuk indikator ini adalah terjadi peningkatan yang signifikan untuk setiap periode. Perkembangan indikator ini menunjukan tren yang positif yaitu meningkat dari 79,1 persen pada tahun 2008 menjadi 116,1 persen pada tahun 2012.

Indikator MDGs yang akan dicapai oleh pemerintah Provinsi NTT pada akhir tahun 2015 adalah Angka Kematian Neonatal per 1.000 kelahiran hidup. Target MDGs untuk indikator ini adalah terjadinya penurunan yang signifikan untuk setiap periode. Perkembangan indikator ini menunjukan tren yang positif yaitu dari 31 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2008 menjadai 26 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Berdasarkan tren positif tersebut, pemerintah provinsi NTT yakin bahwa indikator ini dapat dicapai pada akhir tahun 2015.

Indikator MDGs yang memerlukan kerja keras untuk mencapainya pada akhir tahun 2015 (off-track) adalah: 1. Angka Kematian Balita (AKABA) per 1.000 kelahiran hidup. Target MDGs untuk indikator ini sampai dengan akhir 2015 adalah 32/1.000 kelahiran hidup. Perkembangan indikator ini menunjukan penurunan sebesar 15 point dalam kurun waktu 10 tahun, yaitu dari 73/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 58/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 (SDKI). Untuk menurunkan AKABA dibutuhkan kerjasama dan dukungan dari semua pemangku kepentingan agar target tahun 2015 dapat dicapai. 2. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup. Target MDGs untuk indikator ini sampai dengan akhir 2015 adalah 23/1.000 kelahiran hidup. Perkembangan indikator ini di provinsi NTT menurun 12 point dalam kurun waktu 10 tahun yaitu dari 57/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 45/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 (SDKI). AKB menunjukan

(10)

Kajian Capaian Target MDGs 8 penurunan relatif lambat, namun demikian pemerintah provinsi NTT berkomitmen berkerja keras sehingga target tahun 2015 dapat tercapai.

TUJUAN 5:

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU

Target 5A Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015

Target 5B Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015

Indikator Acuan dasar

Saat ini Target MDGs 2015

Status Sumber Target 5A: Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990- 2015

5.1 Angka Kematian Ibu per 100,000 kelahiran hidup 554 (Surkesnas 2004) 306 (SDKI 2007) 102

BPS Kemenkes

5.2 Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih 79,1% (Profil 2008) 86,04% (Profil 2013) Meningkat

Dinkes

Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015

5.3 Angka pemakaian kontrasepsi (CPR) bagi perempuan menikah usia 15-49, semua cara 33,8% (Statistik Indonesia 2005) 72,40% (2013, BKKB N) meningkat

BKKBN BPS

5.3a Angka pemakaian kontrasepsi (CPR) pada perempuan menikah usia 15-49 tahun, cara modern 30% (2007, BPS) 31,65% (2012 sekretariat MDGs) meningkat

Sekretariat MDGs BPS

5.4 Angka kelahiran remaja (perempuan usia 15-19 tahun) per 1000 perempuan usia 15-19 tahun

5.5 Cakupan pelayanan Antenatal (sedikitnya 1 kali kunjungan dan 4 kali kunjungan)

- 1 kunjungan: 85,0% (profil 2007) 88,5% (Profil 2012) Meningkat

Dinkes - 4 kunjungan: 64,1 % (Profil 2008) 83,23 % (Profil 2012)

Dinkes

5.6 Unmet Need (kebutuhan keluarga berencana/KB yang tidak terpenuhi) 17,4% (SDKI, 2007) 15,70% ( 2013, BKKBN) Menurun

BKKBN Dinkes

Status : ● Sudah Tercapai ► Akan Tercapai ▼ Perlu Perhatian Khusus

Indikator tujuan kelima MDGs yang telah dicapai oleh pemerintah Provinsi NTT sebelum tahun 2015 adalah proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan

(11)

Kajian Capaian Target MDGs 9 terlatih. Target MDGs untuk indikator ini adalah adanya peningkatan pada setiap periode. Perkembangan indikator ini menunjukan tren yang positif yaitu 79,1 persen pada tahun 2008 menjadi 86,04 persen pada tahun 2013, bahkan pada awal tahun 2014 telah mencapai 86,65 persen. Maka dapat disimpulkan bahwa provinsi NTT telah mencapai target untuk indikator tersebut.

Indikator yang akan dicapai pada akhir tahun 2015 adalah: 1. Angka pemakaian kontrasepsi (CPR) bagi perempuan menikah usia 15-49 tahun (semua cara). Capaian indikator ini meningkat dari 33,8 persen pada tahun 2005 menjadi 71,40 persen pada tahun 2013. 2. Angka pemakaian kontrasepsi (CPR) bagi perempuan menikah usia 15-49 tahun (cara moderen). Indikator ini meningkat dari 30 persen pada tahun 2007 menjadi 31,65 persen pada tahun 2012. 3. Cakupan pelayanan antenatal (sedikitnya satu kali kunjungan, K1) dan empat kali kunjungan, K4)). K1 meningkat dari 85,0 persen pada tahun 2007 menjadi 88,5 persen pada tahun 2012. K4 meningkat dari 64,1 persen pada tahun 2008 menjadi 83,23 persen pada tahun 2012. Target MDGs untuk keempat indikator diatas adalah terjadinya peningkatan yang signifikan untuk setiap periode. Berdasarkan peningkatan keempat indikator tersebut maka pemerintah provinsi NTT memiliki keyakinan bahwa indikator ini dapat dicapai pada akhir tahun 2015. 4. Unmet need KB (kebutuhan keluarga berencana / KB yang tidak terpenuhi). Target MDGs untuk indikator ini adalah terjadinya penurunan yang signifikan untuk setiap periode. Perkembangan indikator ini di provinsi NTT cukup baik, yaitu dari 17,4 persen pada tahun 2007 menurun menjadi 15,70 persen pada tahun 2013. Berdasarkan tren penurunan tersebut, pemerintah provinsi NTT yakin bahwa indikator ini dapat dicapai pada akhir tahun 2015.

Indikator MDGs yang memerlukan kerja keras untuk mencapainya pada akhir tahun 2015 (off-track) adalah: Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup. Indikator ini menunjukan penurunan yang signifikan, yaitu dari 554/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 306/100.000 pada tahun 2007 atau turun 248 point. Kondisi AKI nasional pada tahun 2004 sebesar 307/100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2007 sebesar 228/100.000 kelahiran hidup atau turun sebesar 79 point. Dengan jumlah penurunan AKI yang lebih besar dari rata-rata angka nasional tersebut, pemerintah provinsi NTT yakin bahwa dengan berbagai kebijakan yang dijalankan dan dukungan berbagai pihak, kondisi AKI di provinsi NTT pada akhir tahun 2015 akan mencapai target MDGs. Keyakinan ini juga didukungan oleh kondisi ril bahwa jumlah kasus kematian ibu di provinsi NTT terus menurun dari 330 kasus kematian ibu pada tahun 2008 menjadi 176 kasus pada tahun 2013.

TUJUAN 6:

MEMERANGI HIV DAN AIDS, MALARIA

DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA

TARGET 6A MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU HIV DAN AIDS HINGGA TAHUN 2015

TARGET 6B MEWUJUDKAN AKSES TERHADAP PENGOBATAN HIV DAN AIDS BAGI SEMUA YANG MEMBUTUHKAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2010

(12)

Kajian Capaian Target MDGs 10

Indikator Acuan dasar

Saat ini Target MDGs 2015

Statu s

Sumber TARGET 6A MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU HIV DAN AIDS HINGGA TAHUN 2015

6.1 Prevalensi HIV dan AIDS (persen)dari total populasi

10,03 (2011) 10,57 (2012) Menurun

Dinkes BPS, P3BM

6.2 Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi

12,80% (2002/3) : (SKRRI-BPS) 27,5% (Riskes das 2010) Meningkat

Dinkes

6.3 Proporsi jumlah penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS

29,2% (Riskesdas 2007) 30,9% (Riskes das 2010) Meningkat

Dinkes

TARGET 6B MEWUJUDKAN AKSES TERHADAP PENGOBATAN HIV DAN AIDS BAGI SEMUA YANG MEMBUTUHKAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2010

6.5 Proporsi penduduk terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat-obatan anti-retroviral

98,3% (Profil 2009) 91,3% (Profil 2010) Meningkat

Dinkes

TARGET 6C MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU MALARIA DAN PENYAKIT UTAMA LAINNYA HINGGA TAHUN 2015

Indikator Acuan dasar

Saat ini Target MDGs 2015

Statu s

Sumber TARGET 6C MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU MALARIA DAN PENYAKIT UTAMA LAINNYA HINGGA TAHUN 2015

6 Angka kematian akibat malaria 0.0083 (2011)

0,018

(2012)

Dinkes, BPS, P3BM

66.a Angka kejadian malaria (per 1,000 penduduk) 24,72/ 1000 (2011) 23,33/ 1000 (2012) Menurun

Dinkes

6.7 Proporsi anak balita yang tidur dengan kelambu berinsektisida 6.8 Proporsi anak balita dengan

demam yang diobati dengan obat anti malaria yang tepat

TARGET 6 C MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU MALARIA DAN PENYAKIT UTAMA LAINNYA HINGGA TAHUN 2015

Indikator Acuan dasar

Saat ini Target MDGs 2015

Status Sumber TARGET 6C MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU MALARIA DAN PENYAKIT UTAMA LAINNYA HINGGA TAHUN 2015

6.9 Angka kejadian, prevalensi dan tingkat kematian akibat Tuberkulosis

6.9a Angka kejadian Tuberkulosis (semua kasus/100.000 penduduk/ tahun) 32,23 (2011) 120,91 ( 2013) Dihentikan, mulai berkurang

Dinkes

6.9b Tingkat prevalensi Tuberkulosis (per 100.000 penduduk) 32,23/ 100.000 (2011) 96/ 100.000 (2012) Dihentikan, mulai berkurang

Dinkes/ BPS, P3BM

(13)

Kajian Capaian Target MDGs 11

6.9c Tingkat kematian karena Tuberkulosis (per 100.000 penduduk) 1,52 (2011) 2,41 (2012) Dihentikan, mulai berkurang

Dinkes

6.10 Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis yang terdeteksi dan diobati dalam program DOTS 6.10

a

Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis yang terdeteksi dalam program DOTS

41,45 (2011) 38,50 (2012) 70%

Dinkes/ BPS, P3BM 6.10 b

Proporsi kasus Tuberkulosis yang diobati dan sembuh dalam program DOTS 81,15 (2011) 65,33 (2012) 85%

Dinkes/ BPS, P3BM

Status : ● Sudah Tercapai ► Akan Tercapai ▼ Perlu Perhatian Khusus

Indikator tujuan 6 yang diperkirakan akan dicapai oleh pemerintah Provinsi NTT pada akhir tahun 2015 adalah: 1. Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi. Indikator ini meningkat dari 12,8 persen pada tahun 2002 menjadi 27,5 persen pada tahun 2010. 2. Proporsi penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS. Sampai dengan tahun 2010 capaian indikator ini sebesar 30,9 persen atau meningkat sebesar 1,7 point dari tahun 2007 yaitu 29,2%. 3. Tingkat prevalensi tuberculosis per 100.000 penduduk. Tingkat prevalensi tuberculosis penduduk NTT pada tahun 2012 sebesar 96 per 100.000 peduduk. 4. Proporsi kasus tuberkulosis yang diobati dan sembuh melalui DOTS. Capaian indikator ini sampai dengan tahun 2012 sebesar 65,33.

Indikator MDGs yang memerlukan kerja keras untuk mencapainya pada akhir tahun 2015 (off-track) adalah: 1. Prevalensi HIV/AIDS (persen) dari total populasi. Target MDGs untuk indikator ini adalah terjadinya penurunan pada setiap periode. Pencapaian indikator ini pada akhir tahun 2015 masih membutuhkan kerja keras dan dukungan dari semua pihak. Pada tahun 2011 angka prevalensi sebesar 10,03 dan malah meningkat menjadi 10,57 pada tahun 2012. 2. Proporsi penduduk terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat-obatan antiretroviral. Pada tahun 2009 indikator ini mencapai 98,3 persen sedangkan tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 91,3 persen. Target MDGs untuk indikator ini adalah terjadinya peningkatan pada setiap periode. Dengan demikian, dibutuhkan kerja keras dan dukungan dari semua pihak. 3. Angka kejadian malaria (per 1.000 penduduk). Angka kejadian malaria pada tahun 2009 sebanyak 66,53 per 1.000 penduduk menurun menjadi 23,33 pada tahun 2012. Walau telah menurun, capaian ini masih cukup rendah sehingga diperlukan kerja keras untuk mencapai target tahun 2015. 4. Angka kejadian tuberkulosis (semua kasus/100.000 penduduk/tahun). Pada tahun 2011 angka kejadian tuberkulosis sebesar 32,23 dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 120,91. 5. Tingkat kematian karena tuberkulosis (per 100.000 penduduk). Pada tahun 2011 tingkat kematian sebesar 1,52 dan meningkat menjadi 2,41 pada tahun 2012. 6. Proporsi jumlah kasus tuberkulosis yang terdeteksi dalam program DOTS. Jumlah kasus yang terdeteksi pada tahun 2009 sebanyak 37 persen dan meningkat menjadi 38,50 persen pada tahun 2012. Walau menunjukan perkembangan yang cukup baik, akan tetapi masih berada dibawah target capaian MDGs tahun 2015 sebesar 70 persen sehingga dibutuhkan kerja keras dan komitmen dari semua pihak untuk mencapainya. 7. Proporsi jumlah kasus tuberkulosis yang diobati dan sembuh melalui DOTS. Capaian indikator ini sampai dengan tahun 2012 sebesar 65,33 persen atau 19,67 point dari target pada tahun 2015 sebesar 85 persen.

Prevalensi HIV/AIDS dari total populasi pada tahun 2012 sebesar 10,57. Sesuai dengan target MDGs, maka setiap tahunnya harus diupayakan penurunan secara

(14)

Kajian Capaian Target MDGs 12 signifikan. Sedangkan proporsi penduduk terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat obatan antiretroviral sampai tahun 2010 sebesar 91,3 persen. Walaupun indikator ini telah mengalami penurunan dari tahun 2009 sebesar 98,3, akan tetapi harus terus ditingkatkan capaiannya. Proporsi penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS pada tahun 2010 mencapai 30,9 persen.

Angka kejadian malaria (per 1.000 penduduk) pada tahun 2012 telah menurun menjadi 23,33 per 1000 penduduk. Angka kejadian tuberkulosis (semua kasus/ 100.000 penduduk/tahun) pada tahun 2013 sebesar 120,91. Sedangkan tingkat kematian akibat tuberkulosis pada tahun 2012 sebesar 2,41 per 100.000 penduduk. Proporsi jumlah kasus tuberkulosis yang terdeteksi dalam program DOTS sebesar 38,50 persen pada tahun 2012. Walaupun telah menunjukan perkembangan yang cukup baik, akan tetapi masih berada dibawah target capaian MDGs pada tahun 2015 sebesar 70 persen sehingga masih dibutuhkan kerja keras dan komitmen dari semua pihak untuk mencapainya. Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi mencapai 27,5 persen pada tahun 2010. Tingkat prevalensi tuberkulosis penduduk di provinsi NTT pada tahun 2012 sebesar 96 per 100.000 peduduk.

TUJUAN 7:

MEMASTIKAN KELESTARIAN

LINGKUNGAN HIDUP

TARGET 7A MEMADUKAN PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN DALAM KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL SERTA MENGURANGI KERUSAKAN PADA SUMBER DAYA LINGKUNGAN

Indikator Acuan dasar Saat ini Target MDGs 2015 Statu s Sumber

MEMADUKAN PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN DALAM KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL SERTA MENGURANGI KERUSAKAN PADA SUMBER DAYA LINGKUNGAN

7.1 Rasio luas kawasan tertutup pepohonan berdasarkan hasil pemotretan citra satelit dan survei foto udara terhadap luas daratan 10,40% (1990) 34,30 % (2009) Meningkat

Kementrian Kehutanan

7.2 Jumlah emisi karbon dioksida (CO2) 1.711.626 Gg CO2e (2008) Ber kurang 26% pada 2020

Kementrian Lingkungan Hidup

7.2a Jumlah konsumsi energi primer (per kapita)

7.2b Intensitas energi 7.2c Elastisitas energi

7.2d Bauran energi untuk energi terbarukan

7.3 Jumlah konsumsi bahan perusak ozon (BPO) dalam metrik ton 7.4 Proporsi tangkapan ikan yang

berada dalam batasan biologis yang aman 27,80% (2000) 34,97 % (2012) Tidak mele bihi batas

BPS, Bappeda

(15)

Kajian Capaian Target MDGs 13

7.5 Rasio luas kawasan lindung untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati terhadap total luas kawasan hutan

38,20

(2014)

7.6 Rasio kawasan lindung perairan terhadap total luas perairan teritorial

TARGET 7C MENURUNKAN HINGGA SETENGAHNYA PROPORSI RUMAH TANGGA TANPA AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP SUMBER AIR MINUM LAYAK DAN FASILITAS SANITASI DASAR LAYAK HINGGA TAHUN 2015

Indikator Acuan dasar

Saat ini Target MDGs 2015

Status Sumber

MENURUNKAN HINGGA SETENGAHNYA PROPORSI RUMAH TANGGA TANPA AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP SUMBER AIR MINUM LAYAK DAN FASILITAS SANITASI DASAR LAYAK HINGGA TAHUN 2015

7.8 Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak, perkotaan dan perdesaan

40,16% (1993) 52,78% (2013) 68,87%

Susenas, BPS, pokja AMPL NTT 7.8 a Perkotaan 76,97% (2009) 79,17% (2013) 75,29%

Susenas, BPS, pokja AMPL NTT 7.8 b Perdesaan 39,00% (2009) 68,33% (2013) 65,81%

Susenas, BPS, pokja AMPL NTT

7.9 Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap fasilitas sanitasi dasar layak, perkotaan dan perdesaan

6.53% (1993) 33.42% (2013) 62,41%

Susenas, BPS,pokja AMPL NTT 7.9 a Perkotaan 35,43% (2009) 54,59% (2012) 69,51% (2013) 76,82%

7.9 b Perdesaan 10,80% (2009) 21,65% (2012) 22.03% (2013) 55,55%

Target 7D: Mencapai Peningkatan yang Signifikan Dalam Kehidupan Penduduk Miskin di Permukiman Kumuh (Minimal 100 Juta) Pada Tahun 2020 Indikator Acuan dasar Saat ini Target MDGs 2015 Status Sumber

Mencapai Peningkatan yang Signifikan Dalam Kehidupan Penduduk Miskin di Permukiman Kumuh (Minimal 100 Juta) Pada Tahun 2020

7.1 0

Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan 33,7% (2006, BPS) 20,70% (2010) 20,36% (2013) 6%

Sekretariat MDGs, Susenas, Sekertariat MDGS nasional

Status : ● Sudah Tercapai ► Akan Tercapai ▼ Perlu Perhatian Khusus

Indikator tujuan ketujuh MDGs yang telah dicapai oleh pemerintah Provinsi NTT sebelum tahun 2015 adalah: 1. Proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman. Pada tahun 2012 capaian propinsi NTT untuk indikator ini adalah sebesar 34,97 persen dari potensi lestari. 2. Proporsi rumah tangga dengan

(16)

Kajian Capaian Target MDGs 14 akses berkelanjutan terhadap air minum layak untuk perkotaan. Pada tahun 2013 capaian target ini sebesar 79,17 persen. Target MDGs pada tahun 2015 sebesar 75,29 persen. 3. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak untuk perdesaan. Pada tahun 2013 capaian target ini sebesar 68,33 persen. Target MDGs tahun 2015 sebesar 65,81 persen.

Indikator yang diperkirakan akan dicapai oleh pemerintah Provinsi NTT pada akhir tahun 2015 adalah: 1. Rasio luas kawasan tertutup pepohonan berdasarkan hasil pemotretan citra satelit dan survei foto udara terhadap luas daratan di provinsi NTT. Sampai dengan tahun 2009 capaian target ini sebesar 34,30 persen. 2. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak (total perkotaan dan perdesaan). Sampai dengan tahun 2013 capaian target ini sebesar 52,78 persen.

Indikator MDGs yang masih memerlukan kerja keras untuk mencapainya pada akhir tahun 2015 (off-track) adalah: 1. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak (total perkotaan dan perdesaan). Pada tahun 2013 capaian indikator ini sebesar 33,42 persen. 2. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak untuk perkotaan. Pada tahun 2013 capaian indikator ini sebesar 69,51 persen. 3. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak untuk perdesaan. Pada tahun 2013 capaian indikator ini sebesar 22,03 persen. 4. Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan. Pada tahun 2013 capaian indikator ini sebesar 20,36 persen.

Berdasarkan hasil pemotretan citra satelit dan survei foto udara, rasio luas kawasan tertutup pepohonan terhadap luas daratan di provinsi NTT sampai dengan tahun 2009 sebesar 34,30 persen atau meningkat 23,9 persen dibanding tahun 1990 yaitu sebesar 10,40 persen. Proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman pada tahun 2000 sebesar 27,80 persen, meningkat menjadi 34,97 persen pada tahun 2012 atau mengalami peningkatan sebesar 7,17 persen. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak untuk perkotaan tahun 2013 sebesar 79,17 persen. Capaian indikator ini telah melampaui target MDGs tahun 2015 sebesar 75,29 persen. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak untuk perdesaan tahun 2013 sebesar 68,33 persen. Capaian ini juga telah melampaui target MDGs pada tahun 2015 sebesar 65,81 persen. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak untuk perkotaan pada tahun 2013 sebesar 69,51 persen. Capaian ini masih berada dibawah target MDGs tahun 2015 yaitu sebesar 76,82 persen. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak untuk perdesaan pada tahun 2013 sebesar 22,03 persen. Capaian ini juga masih berada dibawah target MDGs tahun 2015 sebesar 55,55 persen. Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan tahun 2013 sebesar 20,36 persen. Walaupun menurun sebesar 13,44 persen dari tahun 2007, namun capaian tersebut masih jauh dari target MDGs yaitu 6 persen pada tahun 2020.

TUJUAN 8:

MEMBANGUN KEMITRAAN GLOBAL

UNTUK PEMBANGUNAN

TARGET 8 A MENGEMBANGKAN SISTEM KEUANGAN DAN PERDAGANGAN YANG TERBUKA, BERBASIS PERATURAN, DAPAT DIPREDIKSI DAN TIDAK DISKRIMINATIF

(17)

Kajian Capaian Target MDGs 15

Indikator Acuan dasar

Saat ini Target MDGs 2015

Sta tus

Sumber

MENGEMBANGKAN SISTEM KEUANGAN DAN PERDAGANGAN YANG TERBUKA, BERBASIS PERATURAN, DAPAT DIPREDIKSI DAN TIDAK DISKRIMINATIF

8.6a Rasio ekspor dan impor terhadap PDB (indikator keterbukaan ekonomi) Ekspor (juta US$): 44,66 Inpor:73,24 Selisih: -29,08

BPS 20103 8.6b Rasio pinjaman terhadap simpanan di bank umum 15,61 (2011) (% rumah tangga penerima kredit usaha) 16,61 (2012) (% rumah tangga penerima kredit usaha)

Susenas 2012 8.6c Rasio pinjaman terhadap simpanan di BPR

TARGET 8 D MENANGANI UTANG NEGARA BERKEMBANG MELALUI UPAYA NASIONAL MAUPUN INTERNASIONAL UNTUK DAPAT MENGELOLA UTANG DALAM JANGKA PANJANG

Indikator Acuan dasar

Saat ini Target MDGs 2015

Status Sumber

MENANGANI UTANG NEGARA BERKEMBANG MELALUI UPAYA NASIONAL MAUPUN INTERNASIONAL UNTUK DAPAT MENGELOLA UTANG DALAM JANGKA PANJANG 8.12 Rasio pinjaman luar negeri

terhadap PDB 8.12

a

Rasio pembayaran pokok utang dan bunga utang luar negeri terhadap penerimaan

hasil ekspor (DSR)

TARGET 8 F BEKERJA SAMA DENGAN SWASTA DALAM MEMANFAATKAN TEKNOLOGI BARU, TERUTAMA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Indikator Acuan dasar

Saat ini Target MDGs 2015

Statu s

Sumber

BEKERJA SAMA DENGAN SWASTA DALAM MEMANFAATKAN TEKNOLOGI BARU, TERUTAMA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

8.14 Proporsi penduduk yang memiliki jaringan PSTN (kepadatan fasilitas telepon per jumlah penduduk) 4,06 (2010) 3,75 (2011) 2,48 (2012) Meningkat

Susenas 2012 8.15 Proporsi penduduk yang

memiliki telepon seluler

49,51 (2010) 52,62 (2011) 62,89 (2012) Meningkat

Susenas 2012 8.16 Proporsi rumah tangga dengan

akses internet 72 (2012) Meningkat

Susenas 2012 8.16 a

Proporsi rumah tangga yang memiliki komputer pribadi

3,78 (2010) 4,12 (2011) 5,67 (2012) Meningkat

Susenas 2012

(18)

Kajian Capaian Target MDGs 16 Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dapat dilihat dari proporsi rumah tangga yang memiliki komputer pribadi dan proporsi rumah tangga dengan akses internet. Proporsi rumah tangga yang memiliki komputer pribadi mencapai 10,20 persen pada Tahun 2009 meningkat menjadi 12,30 persen pada Tahun 2011. Proporsi rumah tangga yang memiliki komputer pribadi di DKI Jakarta mencapai 25,69 persen sementara di provinsi NTT hanya 5,34 persen. Namun demikian, penggunaan internet mengalami peningkatan pesat sejalan dengan semakin terjangkaunya harga layanan dan perangkat untuk mengakses internet. Proporsi rumah tangga dengan akses internet mencapai 11,60 persen pada tahun 2009 dan 23,46 persen pada tahun 2010 dan meningkat menjadi 26,21 persen pada tahun 2011.

Persentase penduduk yang menonton televisi pada tahun 2012 di NTT meningkat menjadi 53,28 persen dibanding pada tahun 2009 sebesar 48,91 persen. Penduduk yang tinggal di perkotaan yang menonton televisi sebanyak 87,57 persen atau hampir dua kali lipat dibanding penduduk pedesaan yang hanya 44,90 persen. Mendengarkan radio dan membaca surat kabar atau majalah menurun tajam masing-masing menjadi 10,25 persen dan 8,12 persen. Persentase penduduk yang mendengarkan radio, menonton televisi dan membaca surat kabar atau majalah terbanyak di Kota Kupang yakni 34,03 persen, 93,69 persen dan 38,57 persen. Kabupaten lain yang cukup tinggi persentase penduduknya menonton televisi adalah Kabupaten Ende (82,58 persen), Kabupaten Kupang (72,68 persen). Penduduk yang mendengarkan radio di Kabupaten Ende dan Manggarai lebih banyak dibanding kabupaten lainnya yakni masing-masing 19,40 persen dan 18,91 persen. Sementara itu kabupaten yang penduduknya masih lebih banyak membaca surat kabar atau majalah selain Kota Kupang adalah Kabupaten Nagekeo (15,33 persen) dan Ngada (12,23 persen).

Perkembangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang pesat sekarang ini terlihat pada peningkatan kepemilikan alat komunikasi, seperti telepon seluler, komputer dan akses internet. Peningkatan terjadi pada semua penggunaan alat komunikasi kecuali telepon. Kenaikan tertinggi terjadi pada pemilikan telepon seluler (hp) oleh anggota rumah tangga yang mencapai 62,89 persen pada tahun 2012. Penguasaan komputer (desktop dan laptop) dan akses internet juga naik sedikit masing-masing menjadi 7,83 persen dan 5,67 persen. Kenaikan pemilikan telepon seluler, komputer dan akses internet oleh rumah tangga di perkotaan terlihat sangat pesat masing-masing mencapai 93,47 persen, 27,28 persen dan 21,11 persen. Persentase penggunaan telepon oleh rumah tangga terus mengalami penurunan terutama di daerah perkotaan. Pada tahun 2012, penggunaan telepon oleh rumah tangga di perkotaan turun menjadi 7,75 persen, sedangkan pada tahun 2010 sebesar 16,44 persen.

Telkomsel mencatat peningkatan penggunaan layanan broadband atau internet di NTT sepanjang tahun 2012. Dibandingkan tahun 2011, trafik layanan internet Telkomsel meningkat sekitar 116 persen atau lebih dari dua kali lipat. Pada tahun 2012, penggunaan layanan internet, baik melalui ponsel, komputer tablet, maupun modem internet yang terkoneksi dengan laptop, meningkat dari 912 gigabyte perhari menjadi 1.967 gigabyte perhari. Lonjakan tersebut salah satunya dipicu meningkatnya jumlah pelanggan internet Telkomsel di NTT sekitar 72 persen dibandingkan tahun 2011. Tingkat pertumbuhan pelanggan pengguna jasa telepon flexi cukup mengembirakan rata-rata setiap hari berkisar antara 300-400 pelanggan. Pada periode Agustus-September 2008, pertumbuhan pelanggan flexi mencapai 210 persen. Untuk wilayah Nusa Tenggara, selama kurun waktu Januari hingga Mei 2012, jumlah pelanggan Telkomsel tumbuh 13 persen atau di atas rata-rata pertumbuhan industri

(19)

Kajian Capaian Target MDGs 17 yang berkisar 8-9 persen. Hingga akhir Mei 2012, jumlah pelanggan broadband Telkomsel meningkat 30 persen dibandingkan akhir tahun 2011. Tahun 2011, jumlah pelanggan Telepon, pelanggan perusahaan 5 362, pelanggan perorangan 37 952.

Pada tahun 2012, persentase rumah tangga (ruta) yang menerima kredit usaha sebanyak 16,61 persen dan naik dari 15,61 persen pada tahun 2011. Persentase terbanyak penerima kredit adalah rumah tangga di perkotaan yakni 17,51 persen. Neraca perdagangan luar Negeri Nusa Tenggara Timur, pada Tahun 2012 (juta US $) yaitu: Ekspor sebanyak 44,66, impor 73,74 dan selisih -29,08. Volume dan nilai ekspor pada Tahun 2012 yaitu: Volume (kg) sebanyak 66 542 009, Value (US $) 44 656 884. Volume dan nilai impor pada Tahun 2012 yaitu: Berat bersih (kg) 106 866 283, nilai (US $) 73 742 304 (BPS NTT 2013).

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, dampak positif authoritative parenting practices yang dilakukan orangtua pada proses pencapaian prestasi belajarnya sesuai dengan hasil penelitian

Pemberian kombinasi pupuk hayati dengan pupuk organik cair memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter yang diamati (persentase bobot pucuk peko, rasio

(setiap akan pergi papalele diawali dengan berdoa “Tuhan saya mau pergi cari bahan untuk dijual. Jualan apapun yang didapat, adalah dari Tuhan dan pasti ada untuk

Technical Assistance for Institutional Development in Participatory Irrigation Management (IDPIM) Water Resources and Irrigation Sector Management Project (WISMP) Indonesia Deputi

Menunjukkan kelemahan dan kelebihan dari teknologi 3D Printing di dunia medis, kemudian juga akan diulas mengenai hal yang sesuai maupun tidak dengan apa yang

Adapun saran pada penelitian selanjutnya adalah membangkitkan data dengan varian error yang tidak konstan untuk dapat melihat lebih jelas kemampuan analisis

berikut adalah penjelasan dari Kepala Seksi Registrasi dan Tata Bangunan DKPT Kota Magelang mengenai sumber daya yang digunakan dalam implementasi kebijakan retribusi IMB

mentalitas, kokoh sipritualitas, kuat kompetensi, menjadi motivator, dinamisator dan pengerak terdepan dalam perubahan menuju kehidupan yang lebih bermartabat. Pemuda santri