• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. postmodern berjalan, zaman modern lenyap? Serta banyak pertanyaan lain yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. postmodern berjalan, zaman modern lenyap? Serta banyak pertanyaan lain yang"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Postmodern merupakan salah satu isu yang seolah tidak pernah padam di dunia pemikiran filsafat. Hingga saat ini pun banyak yang memperdebatkan tentang pengertian maupun batas dari zaman postmodern itu sendiri. Apa yang menjadi pembeda antara modern dan postmodern? Apakah ketika zaman postmodern berjalan, zaman modern lenyap? Serta banyak pertanyaan lain yang muncul terkait postmodern.

Istilah ‘Postmodernismee’ konon pada mulanya muncul di bidang seni, kemudian menjadi istilah yang cukup popular di dunia sastra-budaya sejak tahun 1950-an. Pada perkembangan selanjutnya di bidang Filsafat dan ilmu-ilmu sosial baru menggema pada tahun 1970-an. Meskipun demikian tidak ada definisi yang pasti mengenai istilah tersebut. Hal ini karena sejak istilah itu dilabelkan pada berbagai bidang tersebut di atas dan dipelopori oleh sekian banyak tokoh dengan seluruh variasinya yang kadang saling bertentangan. Inilah yang terkadang membuat banyak tokoh saling bertentangan dalam memahami istilah postmodernisme. Pada penjelasan skripsi ini istilah Postmodern akan coba dibahas menggunakan pandangan Jean-Francois Lyotard sebagai salah satu tokoh Postmodern.

(2)

Jika ingin mengetahui pengertian dari ‘postmodern’, perlu diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan ‘modern’. Jean-Francois Lyotard memandang bahwa modern adalah proyek intelektual dalam sejarah dan kebudayaan Barat, yang mencari kesatuan di bawah bimbingan ide pokok yang terarah pada kemajuan. Aufklarung (Masa Pencerahan) yang menandai abad ke-18 dapat disebut sebagai salah satu contoh jelas tentang proyek ini (Bertens, 2014: 338-339). Kesimpulan dari pengertian tersebut adalah bahwa salah satu ciri paling khas dari zaman modern adalah adanya ide-ide besar atau biasa disebut dengan grand narratives yang benar-benar menjadi ide pemersatu banyak golongan demi mendapatkan sebuah tujuan bersama yang ingin dicapai.

Ciri khas zaman postmodern adalah bahwa kisah-kisah besar itu sudah kehilangan daya pikatnya dan karena itu mulai ditinggalkan. Itulah inti postmodernismee, seperti dimengerti oleh Lyotard. Semua meta-kisah itu sekarang sudah tidak berlaku lagi (Bertens, 2014: 339). Inilah salah satu ciri khas pembeda antara zaman modern dan postmodern yang harus diketahui terlebih dahulu sebelum beranjak pada pembahasan yang lebih kompleks. Meskipun demikian masih ada beberapa pengertian lain yang menjelaskan tentang ciri khas dari proyek postmodern.

Lyotard memandang bahwa postmodern tidak saja menunjukkan pada suatu keadaan, melainkan juga kepada suatu tugas, kepada apa yang harus dikerjakan sekarang oleh manusia. Akan tetapi, pekerjaan itu tidak akan menghasilkan ‘meta-cerita’. Tidak dapat diharapkan masyarakat postmodern akan menyusun kisah lebih besar lagi daripada sebelumnya. Lebih tepat masyarakat

(3)

membatasi diri pada ‘mikrologi’ saja (Bertens, 2014: 342). Pandangan Lyotard tersebut berarti bahwa dalam sebuah masyarakat postmodern, tidak akan muncul lagi sebuah ide tunggal yang menjadi pemersatu semua ide dan menjadi tolok ukur dari kebenaran. Dapat dikatakan bahwa masyarakat postmodern akan muncul dengan ide-ide yang beragam. Jika masyarakat modern memiliki ciri khas homogen, maka masyarakat postmodern akan memunculkan sebuah ciri khas yang heterogen.

Di era postmodern, ilmu pengetahuan akan menjadi sebuah daya yang memperkuat sebuah negara. Hal ini menimbulkan kesenjangan yang semakin lebar antara negara maju dan negara berkembang. Pada akhirnya negara akan saling bersaing untuk mengontrol teknologi informasi, bahan mentah, dan tenaga kerja murah. Kemudian akan muncul Mercantilization of Knowledge yang bertujuan untuk memperbanyak aset dan modal yang dimiliki oleh suatu negara. Munculnya kapitalisme lanjut di bidang teknologi akan semakin sering terlihat di era posmodern (Lyotard, 1979: 5). Itulah fenomena besar yang digambarkan oleh Jean-Francois Lyotard di era postmodern. Kapitalisme lanjut yang dapat ditangkap di sini adalah upaya-upaya kapitalisme yang tidak lagi menjadikan pasar sebagai daya tarik, melainkan memanfaatkan hasrat manusia dalam memanfaatkan sebuah perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.

Berbicara mengenai teknologi dan ilmu pengetahuan, dua hal ini, khususnya teknologi, memang seolah tak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Manusia dari zaman ke zaman seolah tak pernah luput dan berhenti menemukan alat berteknologi demi meringankan beban mereka sehari-hari.

(4)

Keberadaan benda-benda berteknologi canggih yang dihasilkan tentunya memberikan dampak yang cukup besar bagi kehidupan manusia, baik berupa dampak positif ataupun negatif. Dampak positif yang didapatkan berupa kemudahan yang dapat dirasakan oleh manusia dengan bantuan teknologi. Adapun dampak negatif yang didapatkan tergantung dari penggunaan teknologi tersebut misalnya munculnya senjata, pistol, yang akan mampu melukai jika tidak digunakan secara semestinya.

Perdebatan mengenai kenetralan teknologi dilakukan oleh kaum determinisme sosial dan determinisme teknologis. Pendapat umum muncul dari determinisme sosial, yakni bahwa teknologi hanyalah entitas yang netral. Teknologi tidak memiliki efek, kecuali jika berada di tangan manusia. Adapun dalam pandangan determinisme teknologis, setelah teknologi-yang tidak netral- diciptakan, teknologi mempunyai alur hidupnya sendiri dan berjalan sendiri sehingga menjadi otonom. (Lim, 2008: 17-18). Para penganut determinsme teknologis, meskipun teknologi awalnya netral namun pada perkembangannya akan ada teknologi ‘artifisial’ yang berdiri otonom. Bertitik tolak dari fenomena tersebut, kemudian muncul berbagai anggapan tentang teknologi yang memberikan dampak karena bagaimanapun teknologi memiliki cara tersendiri untuk berkembang baik melalui bantuan manusia atau secara otonom.

Masih membicarakan mengenai teknologi, dalam penelitian ini akan diulas mengenai salah satu penemuan teknologi yang terbilang cukup canggih dan masih dikembangkan hingga saat ini oleh para ilmuwan yang bergerak di dalamnya. Teknologi tersebut adalah teknologi 3D Printing. Dalam sebuah buku berjudul 3D

(5)

Printing: Build Your Own 3D Printing and Print Your Own Objects karya James Kelly disebutkan secara singkat mengenai pengertian dari teknologi 3D Printing :

“A 3D Printing is a printer that prints in three dimensions. That’s as simple a definition as you’ll ever find. When your inkjet or laser printer prints out a square on a piece of paper, all you have is a two-dimensional square on a flat piece of paper. It lacks height. In fact, an advertisement for a 3D Printing might state, “New and improved! Now comes with HEIGHT”. (Kelly, 2013: 5)

Disebutkan bahwa teknologi 3D Printing merupakan alat yang dapat digunakan untuk membuat atau mencetak objek solid 3 dimensi dari file digital. Dalam proses produksinya, objek dicetak dengan meletakkan lapisan yang berurutan dari materi khusus mulai dari bagian bawah hingga objek selesai dibuat seluruhnya. Berdasarkan pengertian singkat tersebut, dapat diambil pengertian bahwa teknologi 3D Printing dapat mencetak berbagai benda 3 dimensi seperti tiruan sebuah bangunan, sepatu, dan masih banyak lagi contoh lain seperti yang akan diulas dalam penelitian ini.

Kehadiran teknologi 3D Printing yang semakin meluas di seluruh belahan dunia memberikan banyak perdebatan pro dan kontra. Hal ini karena 3D Printing, layaknya teknologi yang diperdebatkan oleh kaum determinisme teknologi dan determinisme sosial, dapat memberikan manfaat sekaligus berbagai dampak negatif jika tak digunakan secara arif. Melihat kemampuan yang dapat dihasilkan dari 3D Printing, teknologi ini pun menjadi alat yang mulai dilirik oleh instansi kesehatan karena dapat membantu mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh pasiennya. Hal tersebut tak dapat dilepaskan dari fungsi 3D Printing

(6)

yang memungkinkan untuk mencetak berbagai benda 3 dimensi termasuk organ tubuh buatan untuk manusia.

Teknologi 3D Printing sebagai mesin cetak organ tubuh memang sudah dikembangkan beberapa tahun lalu di beberapa negara. Adanya teknologi yang dapat mencetak organ tubuh buatan tentunya sangat membantu permasalahan yang dihadapi oleh dunia medis. Dalam sebuah kasus, teknologi 3D Printing mulai dimanfaatkan untuk mencetak replika jantung yang berguna untuk dipelajari sebelum dimulainya operasi. Dalam sebuah website disebutkan :

“Hospital official at the Kosair Children’s Hospital have stated that 3D Printing was used to support an infant pediatric heart patient for the first time recently. Doctors operating on a 14-month-old with heart defect studied a three dimensional replica of the child’s heart to aid successful surgery outcomes. The infant’s heart was riddled with defects before the surgery at the Hospital and his surgeon, Dr. Erle Austin, said that he had anticipated that surgery would be tricky and thus sought a model that offered more detail than traditional 2D scans. Dr. Austin’s team contacted the University of Lousville J.B. Speed School of Engineering, which used a 3D Printing to create a polymer model of the heart to provide vital insight ahead of the planned surgery.” (Taylor, 2014)

Maksudnya adalah bahwa pegawai rumah sakit anak Kosair menyatakan 3D Printing telah digunakan pertama kalinya untuk mendukung pasien, anak bayi, yang mengalami ketidaksempurnaan pada fungsi jantungnya. Pada kasus tersebut, teknologi 3D Printing dimanfaatkan untuk mencetak replika jantung buatan bayi berusia 14 bulan tersebut. Hal ini bertujuan agar para dokter dapat mengambil langkah yang tepat sehingga proses keberhasilan operasi dapat lebih besar. Ini adalah salah satu contoh pemanfaatan teknologi 3D Printing di dunia medis, yakni untuk mencetak replika organ. Dengan adanya replika organ buatan yang

(7)

dihasilkan, maka operasi yang akan dilakukan oleh tim medis tentu akan memiliki peluang keberhasilan yang lebih tinggi.

Perkembangan teknologi 3D Printing sebagai penghasil organ buatan, yang kemudian disebut sebagai teknologi 3D Bioprinting, tentunya membuat para peneliti tertarik untuk mengembangkan teknologi tersebut. Replika organ buatan tentu menjadi salah satu contoh kecil produk yang dapat dihasilkan oleh 3D Bioprinting. Lebih jauh lagi, teknologi yang satu ini bahkan sedang dikembangkan dan telah berhasil mencetak beberapa tiruan organ manusia yang memiliki fungsi layaknya organ asli manusia. Beberapa contoh organ yang mampu dihasilkan oleh 3D Bioprinting di antaranya adalah tulang, kulit buatan, dan beberapa organ buatan lainnya. Meskipun 3D Bioprinting belum dapat mencetak organ dalam dengan fungsinya yang sempurna, namun tidak menutup kemungkinan bahwa teknologi yang satu ini dalam beberapa tahun mendatang akan dapat dimanfaatkan untuk menciptakan organ tubuh manusia buatan secara sempurna beserta segala bentuk fungsinya.

Pembahasan mengenai fenomena munculnya teknologi 3D Bioprinting sebagai alat yang dapat memanipulasi kehidupan manusia tersebut tentunya sangat cocok diulas dengan salah satu pemikiran Lyotard tentang inhuman. Garis besar dari pemikiran Inhuman Lyotard adalah mengenai kekhawatirannya tentang penguasaan tekno-sains (teknologi plus sains) yang digunakan untuk menguasai atau mengendalikan kehidupan manusia. Dengan kata lain, manusia yang pada awalnya menciptakan dan mempunyai kekuasaan penuh terhadap teknologi yang

(8)

mereka ciptakan akan sedikit banyak dikuasai oleh teknologi tersebut. Inilah sebuah gagasan yang tentunya sangat menarik untuk diulas, khususnya di zaman yang serba maju seperti saat ini.

Jean-Francois Lyotard merupakan seorang filsuf postmodern yang pemikirannya cukup memberikan gambaran tentang keadaan manusia di era postmodern saat teknologi semakin berkembang pesat. Gagasan Lyotard yang paling menonjol dalam menyikapi perkembangan inhumanism dalam kehidupan masyarakat postmodern dituangkan dalam karyanya yang berjudul The Inhuman: Reflection on Time. Gagasan inilah yang akan dijadikan sebagai pisau analisis dalam merefleksikan perkembangan teknologi, yang mengandung upaya inhuman.

Perkembangan teknologi 3D Printing di dunia medis yang dapat digunakan untuk mencetak organ apapun tentu dapat digunakan untuk mengatasi masalah difabel atau disabilitas, seperti kehilangan kaki, kelainan organ dalam, dan sebagainya yang dialami seseorang sejak lahir atau mengalami kecelakaan. Hal yang bahkan lebih mencengangkan adalah ketika teknologi 3D Bioprinting mulai coba untuk diaplikasikan dalam percobaan manipulasi embrio bayi yang ada dalam kandungan. Namun permasalahan tidak berhenti sampai di situ saja karena berbagai pertanyaan muncul seperti ‘apakah manusia yang tubuhnya telah digantikan oleh teknologi tetap dapat disebut sebagai manusia?’ ‘Apakah teknologi yang ditanamkan dalam tubuh manusia tidak menggeser sisi kemanusiaan?’ dan masih banyak lagi pertanyaan menarik yang layak untuk dibahas. Oleh karena itulah peneliti akan mencoba untuk mengkaji tentang

(9)

femonema pemanfaatan 3D Bioprinting dalam pandangan Jean-Francois Lyotard tentang Inhuman.

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Apa hakikat teknologi 3D Bioprinting di dunia medis? b. Apa esensi dari pemikiran Inhuman Jean-Francois Lyotard ?

c. Bagaimana perkembangan teknologi 3D Bioprinting di dunia medis dalam pandangan Inhuman Jean-Francois Lyotard ?

2. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran yang dilakukan oleh peneliti, belum ada yang mengulas tentang pemanfaatan teknologi 3D Printing di dunai medis yang ditinjau dari pemikiran nirmasunia Jean-Francois Lyotard. Lebih jauh, belum ada skripsi, baik dari Fakultas Filsafat UGM maupun Fakultas lain, yang membahas secara detail tentang pemikiran inhuman Lyotard. Namun ada beberapa penelitian yang membahas tentang pemikiran Lyotard, diantaranya adalah :

1. Robertus Suryanto tahun 1996 dengan judul Konsep Masyarakat Ideal menurut Jean-Francois Lyotard, skripsi Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Skripsi ini tidak membahas secara spesifik tentang pemikiran inhuman Lyotard. Dalam skripsi yang ditulis oleh

(10)

Robertus Suryanto, lebih banyak diulas mengenai konsep manusia ideal menurut Lyotard baik dari pandangan Lyotard yang masih terpengaruh oleh Karl Marx dan setelahnya.

2. Paulus Kurniawan tahun 2001 dengan judul Language games Wittgenstein dan Mininarratives Lyotard (Sebuah Interrelasi Filosofis atas Keberagaman), skripsi Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Dalam skripsi ini lebih mengarah pada perbandingan pemikiran antara Ludwig Wittgenstein dan Jean-Francois Lyotard mengenai filsafat bahasa.

3. Ahmad Anwarudin tahun 2013 dengan judul Narasi dan Metanarasi: Telaah atas Pemikiran Postmodernismee Jean-Francois Lyotard, skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini lebih banyak mengulas tentang pemahaman dan perkembangan konsep postmodern menurut Lyotard.

Adapun penelitian tentang objek material 3D Printing, ada beberapa penelitian yang pernah ditulis, diantaranya adalah :

4. Dede Sumantri tahun 2012 dengan judul Peningkatan Kinerja Mesin Rapid Prototyping berbasis Fused Deposition Modelling, Skripsi Fakultas Teknik Universitas Indonesia Jakarta. Skripsi ini membahas tentang beberapa teknologi mesin prototyping, salah satunya 3D Printing yang cukup banyak dimanfaatkan. Dalam skripsi ini, Dede Sumantri juga mengulas tentang pemanfaatan teknologi 3D Printing sebagai teknologi

(11)

mesin prototyping yang mampu digunakan untuk mencetak berbagai benda 3 dimensi yang pada masa yang akan datang akan banyak dimanfaatkan.

5. Aulia Hakim Darmodjo tahun 2014 tentang 3D Printing dengan judul Pengembangan Desain dan Manufaktur Innovative Prosthetic Hand untuk membantu Pasien Pasca Amputasi, skripsi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Dalam skripsi ini diulas mengenai alat bantu yang diciptakan dari mesin cetak 3 dimensi demi membantu fungsi tubuh pasien setelah amputasi.

Untuk mendukung dilakukannya penelitian, peneliti akan menyertakan penelitian mengenai kemungkinan pemanfaatan organ buatan yang diaplikasikan dalam tubuh manusia dan eksistensi manusia yang telah dimodifikasi oleh organ buatan. Berikut adalah contoh penelitian yang pernah ditulis :

6. Imam Parsudi Abdulrochim tahun 1992 dalam pidato pengukuhan guru besar Universitas Diponegoro Semarang dengan judul Transplantasi Ginjal dan Prospek Pengembangannya di Indonesia. Dalam tulisan ini dijelaskan mengenai kemungkinan-kemungkinan perkembangan ilmu medis, di masa depan, yang mampu ‘memodifikasi’ organ tubuh untuk memperkecil kemungkinan penolakan organ selama proses pencangkokan organ. Dalam tulisannya tersebut, Imam Parsudi mengatakan bahwa penolakan-penolakan yang dilakukan oleh tubuh

(12)

terhadap segala upaya transplantasi lambat laun akan dapat diatasi oleh teknologi.

7. Muhammad Rifqi tahun 2010 dengan judul Mortalitas: Sebuah Kondisi Eksistensi, skripsi Filsafat Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Skripsi ini membahas tentang eksistensi manusia serta usaha-usaha manusia untuk menjadi immortal. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rifqi menyebutkan bahwa manusia secara sadar atau tidak dikuasai oleh keinginan untuk terus hidup demi menunjukkan eksistensinya.

Penelitian ini secara garis besar akan berfokus membahas mengenai perkembangan dan pemanfaatan teknologi 3D Printing di dunia medis dalam pandangan Inhuman atau Inhumanism Jean-Francois Lyotard. Pemanfaatan yang dimaksud adalah pengaplikasian organ buatan hasil mesin cetak 3D Printing sebagai organ pengganti tubuh yang asli. Oleh karena itu, peneliti dapat menyatakan bahwa ide dari penelitian ini masih bersifat original dan dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.

3. Manfaat Penelitian a. Bagi ilmu pengetahuan

Memperkaya pengetahuan di bidang teknologi mengenai 3D Printing (mesin cetak 3 dimensi) yang mulai dapat dimanfaatkan di dunia medis sebagai penghasil organ buatan. Selain itu, diharapkan dampak positif dan

(13)

negatif juga dapat diperhitungkan dalam pengembangan teknologi 3D Printing tersebut.

b. Bagi filsafat

Bagi bidang keilmuan filsafat, pengetahuan ini diharapkan menjadi salah satu sumber pustaka yang dapat dijadikan rujukan bagi mahasiswa filsafat yang lain. Hal ini karena pemikiran-pemikiran Lyotard belum begitu banyak diangkat sebagai pisau analisis, terutama pemikirannya tentang

inhumanism atau inhuman yang banyak menyorot mengenai

perkembangan teknologi yang semakin tak terkendali pada masyarakat postmodern.

c. Bagi bangsa Indonesia

Penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan bacaan dan bahan refleksi pemerintah Indonesia dalam menyikapi dampak positif maupun negatif dari perkembangan teknologi 3D Printing di dunia medis.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membahas pertanyaan-pertanyaan yang telah dikemukakan di rumusan masalah, yaitu :

1. Menjelaskan tentang perkembangan dan pemanfaatan teknologi 3D Printing di dunia medis.

2. Menjelaskan pemikiran Inhuman Jean-Francois Lyotard.

3. Menjelaskan tentang perkembangan teknologi 3D Printing di dunia medis dalam pandangan Inhuman Jean-Francois Lyotard.

(14)

C. Tinjauan Pustaka

3D Printing adalah alat yang dapat digunakan untuk mencetak/membuat objek solid 3 dimensi dari file digital. Itu adalah pengertian yang paling sederhana. Jika biasanya laser pada printer hanya dapat mencetak persegi pada selembar kertas, maka mesin cetak 3 dimensi tidak seperti itu. Objek yang dihasilkan mempunyai ketinggian. Ini adalah sebuah penemuan baru yang sangat hebat (Kelly, 2013: 5). Dapat disimpulkan bahwa teknologi 3D Printing dapat mencetak benda apa saja yang berbentuk 3 dimensi mulai dari benda yang simple hingga benda yang mempunyai bentuk rumit sekalipun.

Dede Sumantri, tahun 2012, tadalam skripsinya tentang teknologi prototype menjelaskan bahwa Three Dimensional Printing (3D Printing) menggunakan ink jet untuk memberikan perekat cair sebagai pengikat powder bed pada tiap layernya. Beberapa material yang dapat digunakan untuk metode ini adalah bubuk keramik yang sangat terbatas namun lebih murah dibandingkan material lainnya. Mesin yang satu ini dapat mencetak 2 hingga 4 layer dalam satu menit. (Sumantri, 2012: 13).

Aulia Hakim Darmodjo, dalam skripsinya, menjelaskan tentang pemanfaatan teknologi 3D Printing dalam membantu difabel. Menurutnya, anggota tubuh adalah bagian yang penting untuk manusia namun tak semua orang dapat memiliki anggota tubuh yang sempurnya. Rehabilitasi robot adalah metode

(15)

yang digunakan untuk mengganti anggota gerak tangan dengan prosthetic yang dapat meniru fungsi biologis seseorang, bentuk penampilan luar alami dan membutuhkan perawatan minimal dengan aman dan cerdas. (Darmodjo, 2014: viii)

Aulia Hakim Darmodjo melanjutkan bahwa penggunaan tangan buatan di luar negeri sudah sangat berkembang. Tangan buatan yang dikembangkan memiliki struktur yang kompleks. Diharapkan bahan robot dapat didesain menggunakan bahan-bahan dari dalam negeri dan diharapkan harganya dapat terjangkau masyarakat. Material robot dipilih dari bahan ABS yang dimanufaktur dari proses mesin 3D Printing dan aluminium yang dimanufaktur dengan proses permesinan. (Darmodjo, 2014: 2)

Mohsan Alvi dan Matthew Duckett menjelaskan dalam buku yang berjudul yang berjudul “3D Bioprinting of human transplant organs” menyebutkan bahwa :

Within healthcare, 3D printed prosthetics and implants have already been in the market for some years. 3D bio-Printing is a field of tissue engineering, which aims to print functional human tissue from thin layers of cells. Bio-inks consist of a suspension of cells in a liquid medium, and hydrogels are used to hold cells in a geometric construct once printed. Donated organs can be rejected by a patient’s body. 3D printed organs can be based on a patient’s own cells, which can be cultured and could potentially reduce the risk of rejection during transplantation. (Alvi dan Matthew, 2014: 5)

Mohsan Alvi dan Matthew Duckett menjelaskan bahwa dalam dunia kesehatan, mesin 3D Printing sudah mulai dimanfaatkan untuk mencetak objek implan beberapa tahun terakhir. Mesin yang digunakan untuk mencetak organ tersebut adalah 3D bio-Printing yang merupakan perkembangan dari teknologi 3D

(16)

Printing. 3D bio-Printing, sebagai informasi, merupakan mesin perekayasa jaringan sel yang bertujuan untuk mencetak jaringan tubuh manusia. Adapun tinta yang digunakan disebut sebagai bio-ink. Dalam bio-ink, terdapat sel serta hidrogel yang merupakan bahan utama untuk mencetak jaringan hidup. Teknologi 3D bio-Printing mulai dilirik karena dapat mencetak organ dari sel pasien sendiri. Hal ini karena tidak semua organ yang disumbangkan untuk proses transplantasi dapat diterima oleh tubuh pasien. Dalam penelitian terakhir, teknologi ini mulai dikembangkan untuk mencetak lambung serta organ dalam buatan yang lainnya.

Perkembangan teknologi dari zaman ke zaman memang terjadi semakin pesat, begitu juga dengan perkembangan pengetahuan mengenai transplantasi. Imam Parsudi Abdurrochim pada tahun 1992 dalam penelitiannya telah mengungkapkan tentang kemungkinan dilakukannya rekayasa organ untuk transplantasi. Imam Parsudi menyebutkan:

“Saat ini dunia transplantasi telah memasuki generasi kedua biologi transplantasi, terutama akibat terjadinya revolusi molekuler. Ada 3 macam teknologi yang mendasari terjadinya atau paling tidak yang merupakan penggerak revolusi molekuler. Pertama adalah kemajuan kimia protein yang dapat mengenal struktur dan fungsi protein dengan tepat sehingga memungkinkan pembuatan model molekuler. Kedua, kemajuan dalam bidang biologi sel sehingga memungkinkan dibuat binatang transgenik dan ketiga adalah kemajuan dalam teknologi DNA rekombinan yang memungkinkan dilakukannya human genome. Penelitian-penelitian tentang diagnosis dini reaksi penolakan, imunosupresi, toleransi spesifik telah maju dengan pesat dan diharapkan akan mempunyai arti klinik di masa mendatang.” (Abdurrochim, 1992: 7)

Dalam penelitian lengkapnya juga diulas mengenai kemajuan Xenotransplants yang memungkinkan terjadinya transplantasi silang antara manusia dengan spesies lainnya. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa transplantasi dengan

(17)

organ yang berasal dari luar tubuh manusia, baik hewan ataupun organ buatan, bukanlah sebuah hal yang mustahil.

Gary Orentlicher dalam bukunya Atlas of the Oral and Maxillofacial Surgery Clinics of North America: Digital Technologies in Oral and Maxillofacial Surgery menyatakan :

“3D Printing has many applications in medicine. Initially, these manufacturing methods concentrated on manufacturing models and prototypes. Recently, the areas of application were expanded, with the term rapid prototyping now used. In addition, new procedures based on the same technology have been established. 3D organ Printing techniques have been developed that use different techniques to automate construction of 3D structures. Organ Printing involves deposition of sequential layers of gels containing cell or aggregates onto gel paper to build a 3D structure. The gel is then resorbed to give rise to functional tissues or organs.” (Orentlicher, 2012: 29)

Teknologi 3D Printing banyak diaplikasikan dalam bidang medis. Pada awalnya, teknologi ini terkonsentrasi pada pembuatan model barang atau prototype akan tetapi baru-baru ini bidang aplikasi semakin diperluas dengan metode produksi yang sama seperti sebelumnya. Teknik cetak organ 3D menggunakan metode 3 dimensi yang dikembangkan sedemikian rupa dan telah disempurnakan di berbagai sektor. Printing organ tubuh manusia membutuhkan deposisi lapisan berurutan gel yang mengandung sel di atas kertas gel untuk membangun struktur 3D. Gel tersebut kemudian diserap dan menimbulkan jaringan fungsional atau organ (Orentlicher, 2012: 29).

Hal lain yang kemudian dipertanyakan adalah sisi humanisme manusia bila transplantasi organ buatan telah benar-benar sukses dilakukan. Muhammad Rifqi dalam skripsinya menjelaskan bahwa kalaupun manusia mampu mempertahankan

(18)

kerja setiap sistem organ dengan berbagai alat penunjang hidup, memperbaiki jaringan-jaringan tubuh yang rusak melalui transplantasi atau teknologi nano, maupun mengganti organ-organ tubuh kita dengan organ tubuh buatan, masalahnya tetap sama. Permasalahan lain yang terjadi hanyalah pemanjangan masa hidup, kemudian pergeseran pengertian mengenai kematian atas dasar kemampuan masyarakat untuk mempertahankan kehidupan, manusia tak akan pernah dapat melenyapkan kematian itu sendiri (Rifqi, 2010: 45). Tidak terlalu jauh dari permasalahan eksistensi manusia, inhumanism atau inhuman juga dapat diartikan sebagai hilangnya eksistensi manusia dikarenakan beberapa faktor yang dianggap tidak manusiawi seperti penanaman organ buatan untuk menggantikan organ asli manusia yang telah rusak. Meskipun hal tersebut, mengganti organ rusak atau cacat, merupakan salah satu upaya untuk hidup seperti manusia pada umumnya, namun dampak ketergantungan pada salah satu teknologi tertentu atas pergantian organ tersebut juga harus diwaspadai.

D. Landasan Teori

Berbicara mengenai keinginan manusia untuk terus dapat bertahan hidup, Lyotard mengatakan bahwa:

“The human race is already in the grip of the necessity of having to evacuate the solar system in 4.5 billion years. It will have been the transitory vehicle for an extremely improbable process of complexification. The exodus is already on the agenda. The only chance of success lies in the species adapting itself to the complexity that challenges it. And if the exodus succeeds, what it will have

(19)

preserved is not the species itself but the ‘most complexity monad’ with which it was pregnant” (Lyotard, 1991: 64-65).

Gagasan Inhuman Lyotard berangkat dari kekhawatirannya tentang kemajuan teknologi yang semakin lama semakin menakutkan. Hal ini karena menurut Lyotard teknologi yang awalnya digunakan untuk membantu kebutuhan manusia akan berkembang pesat hingga akhirnya teknologi berdiri secara otonom tanpa bantuan manusia. Pendapatnya ini tak terlepas dari keinginan manusia postmodern yang ingin terus ‘hidup’ di dunia ini. Manusia tak akan berhenti untuk menemukan teknologi yang lebih canggih. Ini adalah keadaan yang dikhawatirkan oleh Lyotard sehingga Lyotard mengkaji mengenai inhuman hingga akhir hayatnya. Lyotard juga berharap agar para pemikir lain juga memperdebatkan pemikirannya tersebut.

Untuk saat ini kiranya cukup jika dikatakan bahwa Lyotard mengungkapkan kecemasan dalam situasi di mana komputer akan diprogramkan untuk menggantikan manusia, dengan tujuan memperpanjang kehidupan hingga melampaui saat terbakarnya matahari (kiamat). Bagaimanapun, yang akan berlangsung bukan lagi kehidupan manusiawi dan Lyotard sangat menentang perubahan apa pun yang akan mengarah pada solusi bersifat inhuman semacam itu, yang dalam pandangan Lyotard, didukung oleh kekuatan-kekuatan ‘tekno-sains’ (teknologi plus sains plus kapitalisme lanjut, perusahaan-perusahaan multinasional, dan sebagainya) (Sim, 2003: 4).

Sudah sejak lama ilmu kedokteran memperkenalkan Inhuman dalam kehidupan manusia (untuk mengambil contoh yang tidak konvensional dan banyak dipakai, kita dapat menyebut di sini, misalnya, alat pacu jantung atau alat cuci

(20)

darah), dan itu adalah kecenderungan yang pasti kian menguat seiring dengan teknologi kedokteran yang kian canggih. Kemudian ada pula mesin-mesin penunjang hidup (yang menggantikan fungsi tubuh). Setidaknya, perangkat tersebut membuat kita dapat tetap ‘hidup’ selama puluhan tahun, yang pada zaman dahulu pasti sudah diputuskan mati begitu saja (Sim, 2003: 7).

Bila Lyotard berupaya melawan tekno-sains, sesungguhnya yang Lyotard jadikan sasaran tidak lain adalah AI (Artificial Intelligence), yakni suatu wilayah di mana masalah-masalah utamanya tengah menanti tanggapan dari para pembela kemanusiaan. AI menciptakan hantu berupa bentuk kehidupan lain yang maju dan mengancam dominasi manusia atas planet ini beserta sumber dayanya – yang pada taraf itu hakikat Inhuman benar-benar menjadi persoalan ‘hidup’ bagi seluruh umat manusia, dalam pengertian sepenuhnya dari istilah ‘hidup’ itu sendiri. Tidak seorang pun yang mampu bersikap netral jika konflik tersebut terjadi. Hidup bersama Inhuman, sebagaimana yang sekarang kita alami, adalah satu hal; dikuasai oleh kehendak Inhuman, sebaliknya, adalah hal lain yang sepenuhnya berbeda (Sim, 2003: 8).

Hubungan antara manusia dan mesin telah berubah secara dramatis dalam beberapa dasawarsa terakhir. Bila tadinya hubungan itu berupa dominasi, di mana manusia yang memegang kendali, semakin lama hubungan itu menjadi hubungan kerja sama – dan bahkan kadang kala dominasi berada di pihak mesin (terutama ketika mesin menjelma menjadi bentuk Artificial Intelligent yang semakin canggih) (Sim, 2003: 14).

(21)

Kemudian Lyotard mulai mempertanyakan mengenai masalah apa yang akan terjadi bila sisi inhumanism kemudian mulai merasuki kehidupan manusia. Dua pertanyaan yang diajukan oleh Lyotard adalah bagaimana jika manusia dalam arti humanisme, berada dalam proses, menjadi inhuman? Dan bagaimana jika apa yang ‘tepat’ untuk manusia akan dihuni oleh inhuman? (Lyotard, 1991: 2).

Tubuh dapat dianggap sebagai perangkat keras dari perangkat teknis yang rumit yakni pemikiran manusia. Dengan kata lain, filsafat anda mungkin ada hanya karena merupakan sekumpulan bahan yang disebut ‘manusia’ diberkahi oleh perangkat lunak yang sangat canggih. Namun, software ini, yakni bahasa manusia, kondisinya juga tergantung pada hardware. Sekarang: hardware akan hilang dalam ledakan matahari yang juga mengambil pemikiran-pemikiran filosofis (dan semua pikiran lain) bersamanya dan hilang seperti dalam kobaran api (Lyotard, 1991: 13).

Jadi secara teoritis solusinya sangatlah mudah: membuat perangkat keras yang mampu ‘memelihara’ software setidaknya kompleks (atau repleks) sebagai otak manusia masa kini, tetapi dalam kondisi non-terestrial. Itu jelas berarti mencari sebuah ‘gizi’ untuk ‘tubuh’ yang dapat memberikan apapun komponen biokimia yang disintesis di permukaan bumi melalui penggunaan energi surya. Atau: belajar efek dari energi sintesis ini di tempat lain selain bumi. Kedua kasus tersebut menjelaskan bahwa manusia akan terus mencoba untuk memproduksi perangkat keras yang mampu memberikan ‘gizi’ pada perangkat lunak manusia atau yang setara dengan itu, namun satu dipertahankan dan hanya didukung oleh

(22)

sumber-sumber energi yang tersedia di alam semesta pada umumnya (Lyotard, 1991: 14).

E. Metode Penelitian

Peneliti memerlukan metode penelitian untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik. Adapun metode yang akan digunakan oleh peneliti dari awal hingga akhir secara bertahap adalah metode penelitian masalah aktual. Alasan pemilihan metode masalah aktual sebagai metode penelitian adalah karena teknologi 3D Bioprinting menjadi teknologi yang sedang hangat dibicarakan. Selain itu, pemanfaatan teknologi 3D Bioprinting sebagai teknologi pencetak organ buatan juga memunculkan pro dan kontra yang layak untuk diulas. Berikut adalah beberapa tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam penyusunan skripsi.

1. Bahan dan Materi Penelitian

Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian kepustakaan. Bahan penelitian didapatkan dari pustaka yang berkaitan dengan objek material dan objek formal penelitian. Data kepustakaan dapat dibagi menjadi kepustakaan primer dan kepustakaan sekunder. Sumber pustaka primer meliputi:

(23)

a. Lyotard, Jean-Francois. 1991. The Inhuman: Reflection on Time (diterjemahkan oleh Geoffrey Bennington dan Rachel Bowlby dari judul asli L’Inhumain: Causeries sur le temps). Oxford: Polity Press.

b. Lyotard, Jean-Francois. 1979. The Postmodern Condition: A Report on Knowledge. United Kingdom: Manchester University Press.

c. Forgacs, Gabor and Newman, A. Stuart. 2005. Biological Physics of the Developing Embryo. USA : Cambritge University Press.

d. Sim, Stuart. 2003. Lyotard dan Inhuman diterjemahkan dari Lyotard and the Inhuman. Yogyakarta : Penerbit Jendela.

Selain pustaka primer, penelitian ini juga menggunakan beberapa pustaka sekunder, antara lain:

a. Evans, Brian. 2012. Practical 3D Printings: The Science and Art of 3D Printing. New York : Apress.

b. Orentlicher, P. Gary. 2012. Atlas of the Oral and Maxillofacial Surgery Clinics of North America: Digital Technologies in Oral and Maxillofacial Surgery. USA : Elsevier.

2. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut : a. Inventarisasi dan kategorisasi.

Pada tahapan pertama, dilakukan pengumpulan data kepustakaan dan penunjang lainnya yang bersangkutan dengan objek material dan objek formal penelitian. Studi pustaka dilakukan dalam upaya untuk memperoleh

(24)

gambaran lengkap mengenai perkembangan dan pemanfaatan teknologi 3D Printing di dunia medis serta pemikiran inhuman Jean-Francois Lyotard. b. Klasifikasi dan pengolahan data

Pada tahapan ini akan dilakukan klasifikasi terhadap data yang sudah dikumpulkan. Pengklasifikasian bertujuan untuk membedakan data objek material dan data objek formal yang selanjutnya akan menjadi data yang diolah.

c. Penyusunan penelitian

Tahapan selanjutnya adalah penyusunan penelitian berupa laporan sistematis dan objektif. Pada tahapan ini peneliti melakukan refleksi kritis atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

3. Analisis Kritis

Analisis data pada penelitian ini mengacu pada buku karangan Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair tahun 1990. Adapun unsur-unsur yang digunakan antara lain sebagai berikut (Bakker dan Achmad Charris Zubair, 1990: 111-113) :

a. Deskripsi

Menguraikan hasil pemahaman secara sistematis tentang perkembangan dan pemanfaatan teknologi 3D Printing di dunia medis dan pemikiran Jean-Francois Lyotard dengan tujuan untuk mendapat gambaran yang jelas mengenai topik penelitian.

(25)

Interpretasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan lebih mendalam berdasarkan data yang diperoleh tentang perkembangan dan pemanfaatan teknologi 3D Printing di dunia medis yang selanjutnya akan dianalisis menggunakan pemikiran Jean-Francois Lyotard tentang inhuman.

c. Holistika

Data yang telah dikumpulkan akan dilihat secara keseluruhan dalam memandang permanfaatan teknologi 3D Printing di dunia medis serta konsep inhuman yang ada dalam teknologi tersebut searah dengan pemikiran inhuman Lyotard.

d. Refleksi Peneliti Pribadi

Menunjukkan kelemahan dan kelebihan dari teknologi 3D Printing di dunia medis, kemudian juga akan diulas mengenai hal yang sesuai maupun tidak dengan apa yang dipikirkan oleh Lyotard tentang mengenai Inhuman sehingga dapat diperoleh sebuah penelitian yang bersifat objektif.

F. Hasil yang Ingin Dicapai

Adapun beberapa hasil yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui lebih detail mengenai perkembangan dan pemanfaatan teknologi 3D Printing di dunia medis.

(26)

2. Mendapat pemahanan menyeluruh mengenai esensi dari pemikiran Inhuman Jean-Francois Lyotard.

3. Analisis kritis perkembangan teknologi 3D Printing di dunia medis dalam pandangan inhuman Jean-Francois Lyotard.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini terdiri atas lima bab yang disusun dengan sistematika berikut ini :

Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, keaslian penelitian, manfaat penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan daftar isi.

Bab II berisi uraian sistematis mengenai objek formal pemikiran Jean-Francois Lyotard dengan urutan : riwayat hidup Lyotard, karya-karya Lyotard, dan pemikiran inhuman Lyotard yang dibahas secara khusus.

Bab III berisi tentang objek material penelitian meliputi perkembangan dan pemanfaatan teknologi 3D Printing di dunia medis. Dalam bab ini peneliti juga akan memaparkan beberapa penelitian dan fakta-fakta tentang pengaplikasian 3D Printing sebagai mesin utama mencetak sel bio-teknologi.

Bab IV berisi analisis kritis mengenai perkembangan dan pemanfaatan teknologi 3D Printing di dunia medis dalam pemikiran inhuman Jean-Francois Lyotard.

(27)

Bab V berisi uraian bagian penutup yang di dalamnya terdapat kesimpulan dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

Juga disebutkan dalam Kisah Para Rasul 22:3 "Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini; dididik dengan teliti

Perhitungan indeks RCA bertujuan untuk menjelaskan kekuatan dayasaing komoditas nenas dan pisang Indonesia secara relatif terhadap produk sejenis dari negara lain (dunia) yang juga

Gambar 3.53 Sequence untuk hitung rute dengan Dual Genetic Algorithm 131 Gambar 3.54 Sequence untuk hitung rute dengan Hybrid Savings-Dual Genetic Algorithm 132 Gambar 3.55

5.3.5 Setiap Ofisial di dalam PON-XIX Tahun 2016 ini sedapat mungkin adalah seorang Atlet yang telah mengetahui dan memahami setiap peraturan PERKEMI dan peraturan

(2) Dalam hal setelah berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pembelian saham Bank lain dan mengakibatkan yang

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji upaya Kejaksaan RI dalam mencegah dan menanganni tindak pidana korupsi dalam proyek strategis nasional serta mengkaji

Keempat server tersebut selalu aktif untuk melayani pelanggan yang datang untuk memperoleh pelayanan; Antrian: antrian yang terjadi karena 2 hal, yaitu karena

Proses ini akan menghasilkan hasil dari sebuah klasifikasi pada dokumen rekam medis untuk digunakan proses informasi ekstraksi teks kedalam database yang akan