• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1. Kajian Bibliometrika

Bibliometrika pertama kali diperkenalkan oleh Alan Pitchard sebagai pengganti istilah Statistical Bibliography. Bibliometrika ada pada awal abad ke-20 dengan terbitnya karya Cole dan Eales tentang bibliografi statistic. Istilah “Statistical Bibliograpy” diganti Pritchard karena menganggap sebagai istilah yang kaku, kurang deskriptif serta sering dirancukan dengan istilah “statistic” ataupun “bibliography of statistics”. Karena itu Pritchard mengusulkan istilah baru yaitu bibliometrics (bibliometrika) sebagai pengganti istilah “Statistical bibliograpy”.

“Bibliometrics” berasal dari 2 kata, yaitu : (i) biblio dan (ii) metrics. Istilah biblio berasal dari kombinasi kata latin dan Yunani “biblion” ekivalen dengan Bybl(os) yang artinya buku, sedangkan “metrics” menunjukkan pengetahuan tentang meter atau pengukuran, berasal dari kata latin atau Yunani metricus atau metrikos yang artinya ukuran.(Sulystio-Basuki, 2002)

(2)

Bibliometrika berkembang dari ketertarikan segelintir ilmuwan terhadap dinamika ilmu pengetahuan yang begitu menakjubkan pada saat Perang Dunia II usai. Dinamika ini tercermin dalam produksi literatur ilmiah yang tiba-tiba melonjak dan meluas. Putubuku menyatakan bahwa, ada beberapa orang yang tertarik pada dinamika ini yang segera dikenal sebagai pioner untuk beberapa topik khusus, yaitu:

1) Produksi karya ilmiah sejalan dengan waktu dan menurut negara asal ilmuwannya (Cole dan Eagles)

2) Persoalan yang dihadapi perpustakaan dalam mengendalikan “ledakan” karya ilmiah (Bradford)

3) Produktifitas ilmuwan dalam menghasilkan karya tulis (Lotka)

2.2. Tujuan dan Manfaat Bibliometrika

Bibliometrika merupakan kajian ilmiah yang mempunyai tujuan dan manfaat. Brookes dalam Sulistyo-Basuki (2002:7) menyatakan bahwa tujuan umum bibliometrika adalah:

1. Merancangbangun sistem dan jaringan informasi yang lebih ekonomis 2. Penyempurnaan tingkat efisiensi proses pengolahan informasi

3. Identifikasi dan pengukuran efisiensi pada jasa bibliografi yang ada dewasa ini 4. Meramalkan kecenderungan penerbitan

5. Penemuan dan elusidadi hukum empiris yang dapat menyediakan basis bagi pengembangan sebuah teori dalam Ilmu Informasi

Tujuan bibliometrika adalah menjelaskan proses komunikasi tertulis dan sifat serta arah pengembangan sarana deskriptif perhitungan dan analisis berbagai faset komunikasi (Sulistyo-Basuki 2002:3).

Manfaat analisis bibliometrika bagi perpustakaan menurut Ishak (2005:18) adalah: 1. Mengidentifikasi majalah inti dalam berbagai disiplin ilmu

2. Identifikasi arah dan gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan pada berbagai disiplin ilmu

3. Menduga keluasan literature sekunder 4. Mengenali pemakai berbagai subjek

5. Mengenali kepengarangan dan arah gejalanya pada dokumen berbagai subjek 6. Mengukur manfaat jasa SDI ad-hoc dan retrospektif

7. Meramalkan arah gejala perkembangan masa lalu, sekarang dan mendatang 8. Mengukur arus masuk informasi dan komunikasi

9. Mengkaji keusangan dan penyebaran literature ilmiah

10. Meramalkan produktifitas penerbit, pengarang, organisasi, negara atau seluruh disiplin ilmu.

(3)

Berdasarkan uraian diatas, tujuan bibliometrika menurut Sulistyo-Basuki lebih menekankan ke komunikasi. Manfaat bibliometrik untuk dapat mengidentifikasi informasi pertumbuhan pengetahuan pada berbagai disiplin ilmu.

2.3. Kolaborasi Pengarang 2.3.1. Pengertian

Kolaborasi merupakan terjemahan dari kata collaboration yang artinya kerjasama antara lebih satu orang atau lebih dari satu lembaga dalam sebuah kegiatan, baik kegiatan penelitian maupun pendidikan (Sulistyo-Basuki dalam Prihanto, 2002:1).

A Handbook for NEPA Practitioners (2007:13) menyatakan “collaboration is a broadly used term that describes how people and organizations work together, literally meaning “co-labor”. A Handbook for NEPA Practitioners menyatakan bahwa kolaborasi merupakan istilah yang digunakan secara umum untuk mendeskripsikan bagaimana orang dan organisasi bekerja bersama-sama dan secara harafiah dikatakan “co-labor”.

Kolaborasi adalah salah satu bentuk kerjasama yang lebih agresif melebihi dari sekedar kerja bersama. Tiap orang membawa sesuatu dalam forum itu yang dapat meningkatkan nilai, baik dalam bentuk hubungan maupun sinergi pada tim. Efek berganda ini yang diinginkan terbentuk dalam mengatasi permasalahan yang kompleks baik dalam lingkup besar seperti negara, organisasi, kelompok atau mungkin rumah tangga atau Collaboration is multiplication” (Humas KAMMI Jepang 2003 – 2004, 2004 - 2005) . Gupta dalam Purnomowati(2005:2), mengatakan bahwa kolaborasi adalah:

1. Derajad kolaborasi (degree of collaboration) yaitu proporsi artikel pengarang ganda dalam keseluruhan artikel contoh;

2. index kolaborasi (collaboration index) yaitu rata-rata jumlah pengarang per artikel untuk keseluruhan artikel contoh

3. koefisien kolaborasi (collaboration coefficient) yaitu rata-rata proporsi jumlah artikel dengan tiap nomor pengarang.

Konsep kolaborasi tumbuh dari anggapan bahwa ada kalanya karya penelitian tidak dapat dikerjakan seorang diri, sehingga dibutuhkan bantuan penulis lain. Jika dilihat dari sumbangannya, bantuan tersebut dapat berupa penyediaan sumber data, korespondensi lewat surat, pertukaran gagasan, kunjungan ke laboratorium di tempat lain, dan tukar menukar makalah (Frame dan Carpenter dalam Elita, 2008:12).

(4)

Seorang yang berkolaborasi atau disebut orang yang kolaboratif memiliki sikap yang penting yaitu cenderung untuk saling melengkapi ketimbang saling berkompetisi. Menjadi tim yang kolaboratif diperlukan pemusatan kosentrasi dan fokus pada tim bukan pada individu. Kolaborasi menumbuhkan efek penggandaan yang luar biasa karena meningkatkan dan menumbuhkan keterampilan tidak hanya dari kita tapi juga anggota tim lainnya, selain sebuah kemenangan bersama. Menjadi tim yang kolaboratif diperlukan pemusatan konsentrasi dan fokus pada tim bukan pada individu.

Ilmuwan tidak selalu bekerja secara sendiri-sendiri atau individu akan tetapi seringkali mereka bekerja dengan ilmuan-ilmuan lain ataupun tenaga ahli lainnya terutama dalam pengembangan ilmu pengetahuan atau teknologi. ”Konsep kolaborasi muncul dari anggapan bahwa ada kalanya sebuah karya atau artikel tidak dapat ditangani sendiri sehingga memerlukan bantuan dari orang lain “(Sulistyo- Basuki dalam Prihanto, 2002: 2).

Stack (2008:5) menyatakan bahwa “Collaboration is key in the research and development of information product and service that meet scientific researchers needs” yang diterjemahkan sebagai berikut yaitu kolaborasi merupakan kunci dalam penelitian dan pengembangan produk dan layanan informasi yang mempersatukan kebutuhan para peneliti ilmiah.

Apapun bentuk dan tempat, kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada sebuah kolaborator. Efektifitas hubungan kolaborasi professional membutuhkan mutual respek baik setuju dan ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi tersebut.

Ide untuk berkolaborasi, sebenarnya jika dikelola dengan tepat maka akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Karena tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui senua hal dengan pasti. Tetapi setiap orang memiliki pengetahuan tentang sesuatu. Maka, bila pengetahuan tiap orang digabungkan maka akan diperoleh sesuatu pengetahuan yang dapat berguna.

Contoh lain dari sebuah kolaborasi adalah dalam menterjemahkan buku asing kedalam bahasa Indonesia. Dengan kolaborasi, proses menterjemahkan bisa dilakukan bersama-sama dengan banyak orang. Misalnya ada pembagian tugas, si A menterjemahkan Bab I, si B menterjemahkan Bab II, dan seterusnya. Dan satu sama lain bisa saling mengkoreksi terjemahan yang lain.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kolaborasi pengarang adalah suatu kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih pengarang atau peneliti yang

(5)

menyangkut penciptaan suatu karya bersama. Kolaborasi pengarang dilakukan karena ada kecenderungan bahwa tidak selamanya suatu penelitian dapat dikerjakan secara individu, melainkan membutuhkan bantuan dari beberapa pihak yang pada akhirnya dapat memberikan konstribusi yang lebih baik terhadap hasil penelitian.

2.3.2. Unsur-unsur kolaborasi

Dari pengertian-pengertian kolaborasi di atas maka dapat dikatakan unsur-unsur kolaborasi adalah :

a. Adanya kerjasama antara dua orang atau lebih b. Adanya tujuan tertentu

c. Adanya karya bersama

Menurut Suaraatr (2008:2), unsur-unsur yang ada pada kolaborasi adalah:

1. Keyakinan orang, artinya bagaimana anda dapat mempengaruhi orang, kalau tidak ada keyakinan orang manfaat yang akan ditarik dari visi anda untuk mewujudkan kerjasama. Oleh karena itu harus ditumbuhkan prinsip kolaborasi kedalam sikap dan perilaku.

2. Lakukan Assesmen, artinya setelah timbulnya keyakinan orang akan pentingnya kolaborasi, maka perlu diikuti adanya satu pengawasan secara berkeinambungan untuk mengadakan penilaian apakah penerimaannya karena keterpaksaan atau datang dari dalam diri yang bersangkutan untuk melakukan kolaborasi sebagai suatu kebutuhan.

3. Budaya organisasi, artinya semua anggota dalam organisasi memenuhi norma, nilai, wewenang dan ganjar yang telah disepakati bersama dalam bersikap dan berperilaku karena dengan budaya itulah dapat menuntun kita melaksanakan kolaborasi sebagai keyakinan dan kebutuhan.

4. Reaktif Adaptif, artinya setiap individu, kelompok dan organisasi harus mampu menggerakkan dalam tindakan pada saat yang mana dapat melaksanakan pikiran yang reaktif dan atau adaptif. Ukurannya dikaitkan dengan waktu dan tingkat masalah yang diha-dapi, oleh karena itu dengan kolaborasi yang ditopang oleh keyakinan, kebutuhan dan budaya akan dapat memusatkan bertindak kapan reaktif dan atau adaptif.

5. Sistem intergrasi, artinya setiap individu, kelompok dan organisasi mampu bergerak dalam satu tindakan berdasarkan unsur keyakinan, kebutuhan, budaya, tindakan kedalam satu sistem yang dapat menyatukan pengga-bungan unsur yang ada agar pelaksanaan kolaborasi menjadi satu kesatuan yang bulat.

Setiap unsur yang telah dikemukakan memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Kolaborasi akan dilakukan antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, untuk keseimbangan perilaku individu, kelompok dan organisasi harus dapat diwujudkan untuk memecahkan semua

(6)

masalah masa lampau, masa kini dan masa depan didasarkan pada prinsip bahwa semua pihak menyadari pentingnya kolaborasi dan tujuan berkolaborasi.

2.3.3. Manfaat kolaborasi

Kolaborasi memberikan beberapa manfaat yang dapat dirasakan oleh setiap peserta kolaborasi. Menurut Australian Goverment (2002:2), manfaat kolaborasi adalah:

a. the sharing and transfer of knowledge, skills and techniques, including social and team management skills

b. the creation of critical mass in research skills, facilities and larger infrastructure c. enhanced capability for creation of new knowledge

d. decreased lead time for research outputs and their practical application

e. cross-fertilisation of ideas which can generate new insights to provide better outcomes

f. enhanced intellectual companionship and peer recognition

g. the opportunity to increase the visibility of work including dissemination of information and knowledge through formal and informal networks, publication and route to end use activities

h. the early integration of researchers and industry to ascertain the capacity of local industry to commercialise likely research outcomes

i. prestige and influence.

Manfaat kolaborasi yang dapat dinyatakan sebagai berikut:

1) Berbagi dan bertukar pengetahuan, keahlian dan teknik, termasuk sosial dan ahli manajemen

2) Kreasi dari kritik massa dalam kemampuan penelitian, fasilitas dan infrastruktur yang lebih besar

3) Mempertinggi kemampuan untuk berkreasi pada pengetahuan yang baru 4) Mempersingkat waktu untuk hasil penelitian dan aplikasi praktis mereka

5) Penggabungan ide yang dapat menghasilkan wawasan baru untuk memberikan hasil yang lebih baik

6) Meningkatkan kerjasama intelektual dan saling mengakui 7) Penghargaan dan pengaruh

8) Mempercepat integrasi peneliti dan industri untuk mengetahui kapasitas dari industri lokal untuk mengkomersilkan seperti hasil penelitian

(7)

9) Kesempatan untuk meningkatkan cara pandang dari informasi dan pengetahuan melalui jaringan kerja formal dan informal, publikasi dan petunjuk akhir untuk melakukan aktivitas.

Dengan kolaborasi ada keuntungan yang dapat dirasakan, keuntungan tersebut dapat berupa terciptanya masyarakat yang kritis, peningkatan pembiayaan, atau peningkatan intelektual atau kombinasi dari ketiganya. Kegiatan kolaborasi pada umumnya dilakukan dalam kegiatan pengembangan jaringan penelitian. Kolaborasi dilakukan dalam rangka memperoleh keuntungan sebagai berikut:

1. meningkatkan ruang lingkup kegiatan 2. mengurangi biaya dan resiko

3. meningkatkan kemampuan secara kompleks 4. meningkatkan kapasitas belajar anggota 5. dampak kesejahteraan interval (pembiayaan)

6. fleksibilitas dan efisiensi , pada pembelian dan penggunaan peralatan

7. mengurangi keterlambatan waktu untuk menimbulkan kesempatan atau tantangan Kolaborasi memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut :

a. Memberikan sumbangan dalam bentuk ilmu pengetahuan dan tindakan yang sifatnya intelektual maupun material.

b. Dapat mengatasi permasalahan yang kompleks baik dalam lingkup kecil maupun dalam lingkup yang besar.

Dari beberapa manfaat di atas maka manfaat kolaborasi adalah meningkatkan kerjasama intelektual sehingga muncul ide-ide baru yang menghasilkan wawasan baru dan mempersingkat waktu penelitian.

2.4. Jenis Kolaborasi

Secara umum jenis kolaborasi yang terjadi di kalangan ilmuan terdiri dari berbagai jenis. Menurut Subramanyan (1983:30) jenis kolaborasi terdiri atas:

1 Kolaborasi dosen-mahasiswa

Kolaborasi semacam ini sering dijumpai di perguruan tinggi. Pada kolaborasi semacam ini seorang dosen memberikan arahan, gagasan, petunjuk, ataupun biaya penelitian, dan mahasiswa yang melakukannya. Oleh karena itu, nama penulis yang tercantum dilaporan penelitian tersebut adalah nama dosen yang bersangkutan.

(8)

Kondisi ini jelas sangat memungkinkan nama seorang dosen dapat muncul pada waktu yang bersamaan dangan kolaborator lain.

2. Kolaborasi sesama rekan

Kolaborasi ini jelas dilaksanakan di lembaga penelitian. Dalam hal ini, penelitian dilakukan oleh sekelompok peneliti, masing-masing anggota memberikan sumbangan sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki dalam berbagai aspek penelitian.

3. Kolaborasi penyelia (supervisor) – asisten

Kolaborasi ini sering dilakukan antara peneliti senior dengan peneliti yunior (asistennya). Kasus paling umum pada kolaborasi ini biasanya dilakukan oleh peneliti di laboratorium. Pada penelitian di laboratorium biasanya seorang peneliti dibantu oleh laboran atau teknisi.

4. Kolaborasi peneliti-konsultan

Kolaborasi jenis ini banyak dilakukan pada proyek penelitian berskala besar. Tim peneliti pada proyek ini menggunakan jasa atau lembaga atau perusahaan lain sebagai konsultan dalam rangka pengumpulan, pengolahan dan analisis data.

5. Kolaborasi antar lembaga

Kolaborasi jenis ini dilakukan oleh peneliti dan teknisi dari berbagai lembaga penelitian yang bekerjasama dalam proyek bersama, dengan menggunakan peralatan khusus yang dimiliki lembaga lain.

6. Kolaborasi Internasional

Kolaborasi jenis ini melibatkan beberapa negara atau antara peneliti/ilmuan dari beberapa negara yang berkaitan dengan penelitian.

Sedangkan dalam Australian Goverment (2002:4) beberapa jenis kolaborasi antara lain adalah:

1. co-location, cluster formation, international and national networking, sharing of infrastructure, co-investment in infrastructure and research

2. rapid and fl exible access to new ideas and technology, increased opportunity for funding, increased opportunity for higher quality outcomes in shorter timeframes, enhanced market position

3. intellectual synergy, shared strategic vision, shared collaborative ethos, clear common objectives, distinctive skills and complementary capabilities, training opportunities and co-supervision

Jenis kolaborasi dapat diterjemahkan sebagai berikut:

1. Kerjasama lokasi (co-location), formasi berkelompok, jaringan kerjasama nasional dan internasional, pertukaran infrastruktur, kerjasama investasi dalam infrastruktur dan penelitian

2. Akses yang cepat dan fleksibel untuk ide-ide dan teknologi baru, peningkatan penyediaan pembiayaan, peningkatan kualitas pendapatan yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang singkat.

(9)

3. Sinergy intelektual, pertukaran visi yang strategis, pertukaran etos kerjasama, memperjelas objek umum, keahlian khusus dan kemampuan pelengkap, kesempatan pelatihan dan kerjasama supervisi.

Setiap pihak yang berkolaborasi pasti hanya ingin berkolaborasi dengan pihak yang dapat memberikan kontribusi yang menguntungkan baik dalam hal intelektual maupun fisik. Karena ketika suatu pihak tidak mampu memberikan kontribusinya dalam penelitian yang sedang dilakukan, maka tidak ada untungnya suatu pihak berkolaborasi dengan pihak lainnya yang dianggap mampu memberikan kontribusi yang menguntungkan terhadap hasil penelitian.

Dari pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa, apapun bentuk kolaborasi yang dilakukan oleh peneliti atau pengarang, tujuannya adalah untuk menghasilkan karya bersama. Setiap kolaborasi dilakukan karena adanya hasil yang saling menguntungkan diantara pihak yang berkolaborasi.

2.5. Faktor-faktor Kolaborasi

Kolaborasi memiliki beberapa variasi bentuk yang disusun dari penawaran nasihat dan wawasan, pengetahuan umum kepada partisipan yang aktif dalam penelitian tertentu. Kontribusi pada kolaborasi ini juga dapat berubah-ubah levelnya mulai dari yang sangat substansial sampai pada yang paling tidak berarti. Seorang peneliti kadang tidak terlihat sebagai seorang kolaborator dan berperan sebagai partner dari seorang penulis yang bertindak sebagai penyedia peralatan.

Katz (1997:5), menyatakan ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya kolaborasi: 1. Changging patterns or levels of funding

2. The desire of recearchers to increase their scientific popularity, visibility, and recognition

3. Escalating demand for the rationalisation of scientific manpower

4. The requirements of ever more complex (and often large-scale) instrumentation 5. Increasing specialization in science

6. The advancement of scientific disciplines which means that a researcher requires more and more knowledge in order to make significant advances, a demand which often can only be met by pooling one’s knowledge with others

7. The growing profesionalisation of science, a factor which was probably more important in earlier years than now

8. The need to gain experience or to train apprentice researchers in the most effective way possible

9. The increasing desire to obtain cross-fertilisation across disciplines

(10)

Faktor-faktor kolaborasi tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut: 1. Mengubah pola atau tingkat pembiayaan

2. Keinginan peneliti untuk meningkatkan popularitas ilmiah dan penghargaan 3. Meningkatkan tuntutan akan rasionalisasi pada tenaga manusia secara ilmiah 4. Syarat-syarat dalam pemakaian peralatan yang lebih kompleks

5. Meningkatkan spesialisasi dalam ilmu pengetahuan

6. Peningkatan disiplin ilmiah yang berarti bahwa seseorang peneliti membutuhkan pengetahuan yang lebih dan lebih lagi supaya dapat membuat kemajuan yang signifikan, sebuah tuntutan yang hanya sering dijumpai dengan menyatukan pengetahuan seseorang dengan yang lainnya

7. Menumbuhkan profesionalisasi dalam ilmu penngetahuan, faktor yang mungkin lebih penting pada tahun yang lalu dibandingkan sekarang

8. Kebutuhan untuk mencapai pengalaman atau untuk meneliti magang para peneliti dengan cara yang paling efektif dan memungkinkan untuk dilakukan

9. Meningkatkan keinginan untuk menghasilkan fertilisasi silang dengan disiplin

10. Kebutuhan untuk bekerja dalam kedekatan fisik dengan yang lain supaya memperoleh keuntungan dan keahlian dan pengetahuan terpendam yang mereka miliki

Sedangkan menurut Czajkowski (2008:1) the six collaboration factor categories synthesized from current literature are:

1. Trust and partner ccompatibility 2. Common and unique purpose

3. Shared governance and joint decision making 4. Clear understanding of roles and responsibilities 5. Open and frequent communication

6. Adequate financial and human resources

Yang diterjemahkan bahwa ada enam faktor kolaborasi dalam literatur ilmiah: 1. Kepercayaan dan kecocokan antar rekan kerja

2. Tujuan umum dan khusus

3. Pengaruh yang sama dan kerjasama pembuatan keputusan 4. Peraturan dan tanggung jawab yang jelas

5. Komunikasi yang terbuka dan sering

(11)

Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya kolaborasi, diantaranya:

1. Kolaborasi bisa terjadi jika sebuah karya tidak dapat ditangani secara perorangan sehingga membutuhkan bantuan dari pihak lain

2. Ada anggapan bahwa karya bersama lebih baik dari karya perorangan

3. Semakin kompleks masalah yang diteliti maka karya itu semakin membutuhkan kolaborasi dengan ahli-ahli yang lain

4. Adanya keinginan pengarang/peneliti untuk meningkatkan popularitas

5. Pendanaan yang cenderung berjumlah besar dalam melakukan kegiatan peniliti Ada 3 kriteria utama yang menentukan suksesnya sebuah kolaborasi:

There are three main criteria

1. Goals/planning, collaboration goals and the plan for reaching them must be shared by all participating organizations. The collaboration must also be aligned with the missionsand visions of all participating organizations. Resources must be identified to accomplish the plan, and the plan must be frequently reviewed and updated as new information becomes available.

2. Trust, the propessional relationship between collaborators must be based on mutual respect and an interest in collaborating in a win-win manner. A collaboration may take years to develop to the point that all participants possess the trust needed to share organization-related information and maximize their core competencies.

3. Impact, the result of collaboration must be that all participating organization can better serve their customer. However, collaborators must be flexible in realizing mutual benefit. Although a collaboration must provide tangible benefit to each organization, it must also focus on complementary core competencies and strengths in order to generate a win for all customers.

Tiga kriteria utama agar kolaborasi sukses dapat diterjemahkan sebagai berikut:

1. Tujuan/pencapaian; tujuan dan perencanaan kolaborasi dalam penelitian harus ditukar oleh semua anggota partisipan organisasi. Kolaborasi harus disesuaikan dengan misi dan visi semua partisipan/anggota organisasi. Sumber-sumber harus diidentifikasi untuk melaksanakan rencana, dan rencana harus sering ditinjau dan diperbaharui sebagai informasi baru

2. Kepercayaan, hubungan kerja yang potensial antara kolaborator harus didasarkan atas ras saling menghormati dan ketertarikan dalam kegiatan kolaborasi sebagai pemenang. Sebuah kegiatan kolaborasi dapat berlangsung dalam beberapa tahun

(12)

untuk mengembangakan poin yang dimiliki seluruh anggota dalam bertukar informasi yang berhubungan dengan organisasi dan memaksimalkan kompetensi utama mereka. 3. Akibat, hasil dari kolaborasi menjadikan semua anggota organisasi dapat melayani

pelanggan mereka lebih baik. Kolaborator harus fleksibel dalam menyadari keuntungan-keuntungan. Meskipun kolaborasi menyediakan keuntungan yang terhitung untuk setiap organisasi, kolaborasi harus fokus dalam melengkapi kompetensi utama dan kekuatan untuk menghasilkan seorang pemenang untuk pelanggan.(Stack,2008:5)

Dalam kolaborasi terdapat prinsip saling membantu. Bantuan tersebut bisa berupa nasihat, gagasan atau kritik yang biasa disebut dengan kolaborasi teoritis sedangkan jika bantuan berupa kegiatan biasa disebut dengan kolaborasi teknis.

2.6. Hambatan Berkolaborasi

Suatu kegiatan kolaborasi tidak selamanya berjalan dengan sukses. Dalam kegiatan kolaborasi sering muncul hambatan yang sering terjadi dalam kegiatan berkolaborasi, antara lain:

1. Structural - Structural barriers are those which are imposed through legislation, regulation, procedural rules, or physical constraints (such as security policy). For example, the rules relating to research funding by granting bodies can become barriers to research collaboration by prescribing how funds are to be used or limiting the transfer of funds from grantees to partners.

2. Organisational- The culture and values of an organisation can present a barrier to collaboration. For example, collaboration between researchers may not be supported by a particular organisation or its management.

3. Career – related, The Committee notes promotion or advancement practices appear to vary across organisations which may impact on the way a researcher’s contribution to a collaborative project is assessed. For example, the desire of an individual researcher to publish research outcomes may be constrained by the organisation’s need to protect the potential commercial outcomes.

4. Submissions identifi ed location and inadequate access to infrastructure, facilities and communication mechanisms as clear barriers to collaboration, although email was noted as a positive infl uence. For example, researchers in rural and regional locations often experienced diffi culties in accessing infrastructure, facilities or working with collaborators because of the distances and associated costs. Submissions also cited the lack of access to high speed communication technology for data transfer and tele and video conferencing.

Beberapa hambatan yang terjadi dalam kolaborasi yang dapat diterjemahkan sebagai berikut:

(13)

1. Struktural, rintangan struktural merupakan rintangan yang ditentukan melalui legislasi peraturan aturan prosedural, atau batasan-batasan fisik (seperti polisi keamanan). Contohnya, aturan yang berhubungan dengan menanggung anggota dapat menjadi rintangan bagi kolaborasi penelitian dengan menentukan bagaimana biaya harus digunakan atau membatasi transfer biaya dari penerima kepada patner/teman.

2. Organisasional, budaya dan nilai dalam sebuah organisasi dapat mendatangkan rintangan bagi kolaborasi. Contohnya, kolaborasi antara peneliti bisa tidak didukung oleh sebuah organisasi khusus atau manajemennya.

3. Career-Related (berhubungan dengan karir/riwayat kerja), Panitia mencatat praktek promosi atau pemajuan muncul untuk mengkontribusikan menjadi sebuah proyek kolaboratif yang dapat dinilai. Contohnya, keinginan peneliti secara individual untuk mendapatkan hasil penelitian bisa didesak oleh kebutuhan organisasi untuk melindungi hasil iklan yang potensial.

4. Geografikal, submissions (submisi) mengidentifikasikan lokasi dan jalan masuk yang terbatas bagi infrastruktur, fasilitas dan mekanisme komunikasi sebagai rintangan yang jelas bagi kolabrasi, walaupun e-mail telah dinyatakan sebagai sumber pengaruh yang positif. Contohnya, peneliti di lokasi pedalaman dan regional sering mengalai kesulitan dalam mengakses infrastruktur, fasilitas atau bekerja dengan kolaborator akibat jarak dan biaya untuk bergabung. Submisi juga menyebutkan keterbatasan dalam mengakses teknologi komunikasi pada kecepatan tinggi untuk ditransfer data dan tetle serta komunikasi lewat video.

2.7. Proses Penentuan Tingkat Kolaborasi

Untuk mengukur (menentukan) tingkat kolaborasi dalam satu bidang penelitian pada tahun tertentu, maka formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

C = Ns Nm Nm + (Subramanyam, 1983 : 37) Keterangan :

(14)

C : tingkat kolaborasi peneliti dalam sebuah disiplin ilmu, dimana nilai “C” tersebut

berada pada interval 0-1

Nm : total hasil penelitian dari peneliti dalam sebuah disiplin ilmu pada tahun tertentu

yang dilakukan secara berkolaborasi (bekerja sama)

Ns : total hasil penelitian dari peneliti dalam sebuah disiplin ilmu pada tahun

tertentu yang dilakukan secara individual

2.8. Interpretasi Tingkat Kolaborasi

Selanjutnya nilai tingkat kolaborasi (C) yang diperoleh akan diinterpretasikan untuk mendapatkan arti. Adapun interpretasi yang digunakan terhadap tingkat kolaborasi (C) adalah dengan berdasarkan pendapat Subramanyam, (1983:30) sebagai berikut :

a. Apabila nilai C = 0

Maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian pada bidang x seluruhnya dilakukan secara individual (peneliti tunggal). Berarti, tidak ada satu hasil penelitian pun yang dilakukan secara berkolaborasi di bidang tersebut pada tahun tertentu.

Interpretasi lain adalah pelaksanaan penelitian di bidang x sama sekali tidak memerlukan bantuan dan atau pendekatan dari disiplin ilmu, lembaga penelitian lain dan atau ahli lain dan sebagainya. Artinya penelitian masih dapat dilakukan secara mandiri.

b. Apabila nilai C > 0 dan C<0,5 atau 0<C<0,5

Maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian pada bidang x dilakukan secara individual lebih besar dibandingkan dengan banyaknya hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi. Artinya pelaksanaan penelitian pada bidang tersebut tidak semuanya memerlukan bantuan dan atau pendekatan dari disiplin ilmu, lembaga penelitian lain dan atau ahli lain dan sebagainya.

c. Apabila nilai C = 0,5

Maka dapat dikatakan bahwa banyaknya hasil penelitian pada bidang x dilakukan secara individual sama jumlahnya dengan yang dilakukan secara berkolaborasi. Artinya bahwa pelaksanaan penelitian di bidang tersebut sama-sama memerlukan bantuan dan atau pendekatan dari disiplin ilmu, lembaga penelitian lain dan atau ahli lain dan sebagainya.

d. Apabila nilai C > 0,5 dan C<1 atau 0,5<C<1

Maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian pada bidang x dilakukan secara individual lebih sedikit jumlahnya dibandingkan jumlah hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi. Artinya bahwa pelaksanaan penelitian di bidang tersebut sangat memerlukan bantuan dan atau pendekatan dari disiplin ilmu, lembaga penelitian lain dan atau ahli lain dan sebagainya.

e. Apabila nilai C = 1

Maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian pada bidang x seluruhnya dilakukan secara berkolaborasi. Artinya bahwa pelaksanaan penelitian di bidang tersebut

Referensi

Dokumen terkait

a. Membantu program pendidikan pada umumnya sesuai dengan tujuan lembaga di atasnya sesuai dengan misi dan visi lembaga tersebut. Mengembangkan kemampuan pengunjung menggunakan

Latihan Dumbbell Curl Curl merupakan latihan yang tepat dalam meningkatkan kualitas servis, karena dapat mempengaruhi kemampuan otot lengan guna untuk menunjang

Magun dalam bukunya yang berjudul Do-it-your self Advertising and Promotion, beriklan dan berpromosi sendiri, promosi adalah semua yang dilakukan untuk membantu

1) Keyakinan dan Nilai-nilai Keyakinan orang tentang dirinya maupun terhadap orang lain akan sangat mempengaruhi perilaku. Apabila orang percaya bahwa mereka tidak

Namun ada saja kendala yang muncul dalam mewujudkan tujuan dari pelayanan internet ini, misalnya jika banyak pengguna yang sedang memanfaatkan internet pada waktu yang sama,

Manfaat pengajuan masalah, yaitu sebagai berikut 25 : (1) Membantu siswa dalam mengembangkan keyakinan dan kesukaan terhadap matematika, sebab ide-ide matematika siswa

Sugesti adalah suatu cara membujuk atau mempengaruhi orang lain untuk me- nerima suatu keyakinan atau pendirian tertentu tanpa memberi suatu dasar ke- percayaan yang logis pada

Motivasi positif adalah proses untuk mencoba mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sesuai dengan; yang diinginkan dengan jalan memberikan kemungkinan pada mereka untuk