• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PEMBANGUNAN PLTGU SENORO 2 X 120 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SULAWESI TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PEMBANGUNAN PLTGU SENORO 2 X 120 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SULAWESI TENGAH"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PEMBANGUNAN PLTGU SENORO 2 X 120 MW

DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL

DI SULAWESI TENGAH

Tedy Rikusnandar

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh November Kampus ITS Gedung B dan C Sukolilo Surabaya 60111

Abstrak

Propinsi Sulawesi Tengah memiliki daya mampu sebesar 100,59 MW dengan beban puncak 89,55 MW. Secara perhitungan, antara daya mampu dan beban puncak memiliki kelebihan energi listrik. Namun dikarenakan banyaknya pembangkit yang sudah berumur lebih dari 20 tahun dan beberapa pembangkit yang dipengaruhi kondisi debit air (PLTA/PLTM), sehingga ketika sejumlah pembangkit mengalami gangguan operasi dan pemeliharaan mesin maka akan terjadi pemadaman karena daya mampu pembangkit di Sulawesi Tengah mengalami penurunan. Sulawesi Tengah memiliki rasio elektrifikasi sekitar 47,64 % dan diperkirakan kebutuhan listrik di Sulawesi Tengah akan terus meningkat. Berbagai upaya untuk peningkatan penyediaan energi listrik terus dilakukan di Sulawesi Tengah. Salah satunya pembangunan PLTGU Senoro 2 x 120 MW di Kabupaten Banggai,Sulawesi Tengah dengan memanfaatkan potensi gas di lapangan Donggi-Senoro, Sulawesi Tengah

Dengan dibangunnya PLTGU Gas Senoro 2 x 120 MW diharapkan dapat mewujudkan pertumbuhan pembangunan berkelanjutan sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena semua aktifitas penduduk Sulawesi Tengah di berbagai sektor dapat memanfaatkan energi listrik dengan baik. Selain itu juga dapat menggantikan peran dari PLTD (75%) yang pada akhirnya dapat mengurangi penggunaan bahan bakar minyak dan biaya pokok penyediaan listrik yang berimbas pada penurunan tarif dasar listrik regional Sulawesi Tengah hingga 32,8 % dari tarif dasar listrik sebelumnya.

Kata kunci : Energi listrik, Potensi Gas, PLTGU Gas, Biaya

Pokok Penyediaan Listrik, Tarif Dasar Listrik Regional

I. PENDAHULUAN

Listrik merupakan kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan manusia. Semakin bertambah jumlah penduduk maka semakin bertambah pula energi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan listrik sehari-hari.Jika tidak di imbangi dengan bertambahnya pasokan energi maka akan terjadi defisit.Masalah defisit energi listrik yang terjadi di pulau Sulawesi khususnya Sulawesi Tengah disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu diantaranya adalah karena pasokan energi listrik tersebut tidak seimbang dengan jumlah beban yang harus disuplai oleh PLN. Energi listrik saat ini merupakan kebutuhan primer yang vital untuk pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial. Ketersediaan tenaga listrik yang mencukupi, aman, handal, dengan harga yang terjangkau merupakan faktor penting dalam rangka menggerakkan perekonomian yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Aman mempunyai pengertian bahwa sistem tenaga listrik ini tidak membahayakan manusia dan lingkungannya dan handal mempunyai arti bahwa sistem tenaga listrik ini dapat melayani pelanggan secara memuaskan misalnya dalam segi kontinyuitas dan kualitasnya.

Mengamati kondisi seperti ini, harus diupayakan pembangunan energi yang berbasis pada potensi lokal. Salah satunya adalah sumber energi gas yang terdapat di lapangan Donggi-Senoro. Sebagai daerah yang memiliki potensi gas yang besar, sangat memungkinkan apabila di daerah sulawesi tengah ini dibangun pembangkit untuk mengurangi defisit energi listrik yang terjadi. Khususnya pembangunan PLTGU Senoro 2 x 120 MW di Sulawesi Tengah.Dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga gas uap,senoro yang terletak di kabupaten banggai sulawesi tengah ini menyimpan cadangan gas mencapai 7.76 triliun kaki kubik (TCF) dan terdapat potensi peningkatan cadangan 0.6 TCF.[14]

Tenaga listrik yang dibutuhkan oleh Sulawesi Tengah, sebagian besar dipasok oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan sebagian kecil oleh perusahaan listrik non PLN. . Kondisi saat ini kapasitas pembangkit terpasang pada sistem adalah sebesar 155,56 MW, 75% pembangkit listrik di Propinsi Sulawesi Tengah adalah pembangkit listrik tenaga diesel yang sudah tua, 19 % pembangkit tenaga uap dan 5 % merupakan pembangkit listrik tenaga air yang sangat bergantung pada musim.[3]

Di Sulawesi Tengah terdapat unit PLN yang terbagi menjadi tiga Cabang. Pelanggan PLN paling banyak terdapat pada unit PLN dengan cabang Palu. Rasio elektrifikasi Sulteng 47.64% [3], jadi masih banyak daerah-daerah di Propinsi Sulteng yang kebutuhan listriknya belum terpenuhi oleh PLN. Hal itu disebabkan berbagai macam kendala geografis yang menjadi masalah utama. Oleh karena itu sebagian masyarakat mengusahakan listrik secara swadaya yaitu melalui perusahaan-perusahaan listrik non PLN.

Pembangunan PLTGU Senoro 2 x 120 MW, Sulawesi Tengah ini termasuk ke dalam proyek 10.000 MW tahap II yang akan dibangun oleh PLN yang bekerjasama dengan pihak swasta untuk memenuhi kekurangan tenaga listrik pada tahun-tahun mendatang terutama di daerah Sulawesi Tengah. Dalam tugas akhir ini akan dibahas tentang pengaruh pembangunan PLTGU Senoro 2 x 120 MW terhadap tarif listrik regional wilayah Sulawesi, khususnya Sulawesi Tengah. Adapun tinjauan pembangunan PLTGU ini meliputi aspek teknis, ekonomi, sosial, serta aspek lingkungan.

II. TEORI PENUNJANG 2.1 Gas

Bahan bakar gas (BBG) yang digunakan untuk pembangkitan tenaga listrik umumnya gas bumi, yaitu gas yang didapat dari dalam bumi yang berasal dari kantong gas yang hanya berisi gas yang dalam bahasa Inggris disebut natural gas, atau dari kantong gas yang ada di atas kantong minyak yang dalam bahasa Inggris disebut petroleum gas (lihat Gambar 2.1 dan Gambar 2.2).

(2)

Gambar 2.1 Kantong gas berisi gas saja (natural gas)

Gambar 2.2 Kantong gas berada di atas kantong minyak (petroleum gas)

Bahan bakar cair dan bahan bakar gas adalah sama – sama persenyawaan hidrokarbon. Hanya saja gas dalam keadaan normal artinya pada suhu dan tekanan udara bebas berada dalam fase gas karena titik didihnya (yang juga titik embunnya) berada jauh di bawah OºC.

Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), selain juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga merupakan sumber utama untuk sumber gas helium.

Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat.

2.2 Komponen – Komponen Dan Proses Yang Terjadi Di Dalam PLTGU

Pembangkit listrik tenaga gas uap pada proses operasinya menggunakan bahan bakar minyak atau gas sebagai sumber energi primer. Untuk memutar generator, PLTGU menggunakan putaran turbin gas dan turbin uap. Secara umum pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) terdiri dari beberapa sistem utama, yaitu :

 Turbin dan generator

Turbin dan generator bisa dibilang sebagai inti dari suatu proses pembangkitan, karena dari bagian inilah energi listrik dihasilkan.

 Heat Steam Recovery Generator (HRSG)

Pada prinsipnya pemakaian HRSG adalah panas pemakaian gas buang dari turbin. Panas yang dibuang ini dapat digunakan untuk membangkitkan uap untuk proses maupun untuk pembangkit listrik dengan siklus rankine.

HRSG terdiri dari economizer, evaporator dan super heater yang merupakan penukar kalor serta drum dan feed water tank.

 Balance of plant

Sistem terakhir dari PLTGU adalah balance of plant. Balance of plant ini terdiri dari beberapa sub sistem, di mana yang paling penting adalah :

1. Condenser system

Setelah selesai memutar turbin, uap dibuang ke condenser yang posisinya tepat berada di bawah LP Turbin. Di dalam condenser uap tersebut diubah menjadi air untuk dipompakan kembali ke dalam boiler./HRSG .

2. Feedwater system

Air yang dipompa masuk kembali ke dalam boiler/HRSG biasa dikenal dengan nama feedwater.

3. Water Treatment Plant

Water treatment plant berfungsi untuk memproduksi semua kebutuhan air bagi operasional PLTGU. Pada dasarnya ada 2 jenis air yang dibutuhkan PLTGU. Yang pertama adalah demineralized water (demin water) untuk mensuplai HRSG dalam memproduksi uap penggerak turbin. Yang kedua untuk pendingin bagi mesin – mesin PLTGU dan untuk dipergunakan sebagai service water.

2.4 Model Peramalan Kebutuhan Listrik 2.4.1 Regresi Linear Berganda

Dalam Metode Regresi diperlukan faktor yang akan dijadikan acuan dalam perhitungan. Dalam peramalan kebutuhan energi listrik faktor – faktor yang dipakai adalah sebagai berikut :

 Energi terjual

 Pertumbuhan jumlah pelanggan rumah tangga  Pertumbuhan jumlah pelanggan bidang bisnis  Pertumbuhan jumlah pelanggan bidang industri  Pertumbuhan jumlah pelanggan publik  Pertumbuhan jumlah penduduk  Peningkatan PDRB suatu wilayah

2.4.2 DKL

Salah satu model peramalan beban adalah model DKL 3.01, digunakan untuk menyusun perkiraan dengan model sektoral yaitu metode gabungan antara kecenderungan ekonometris dan analitis. Perkiraan kebutuhan tenaga listrik model sektoral digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan tenaga listrik pada tingkat wilayah. Pendekatan yang digunakan dalam menghitung kebutuhan listrik adalah dengan mengelompokkan pelanggan menjadi beberapa sektor yaitu sektor rumah tangga, sektor bisnis, sektor publik dan sektor industri.

Dalam menyusun perkiraan kebutuhan tenaga listrik pada sektor ini, digunakan beberapa sub model untuk membuat perkiraan variabel yang dipertimbangkan akan mempengaruhi konsumsi energi listrik.

2.5 Ekonomi Investasi Pembangkit

Sebelum suatu proyek dilaksanakan perlu dilakukan analisa dari investasi tersebut sehingga akan diketahui kelayakan suatu proyek dilihat dari sisi ekonomi investasi. Ada beberapa metode penilaian proyek investasi, yaitu : 1.Net Present Value

2.Return Of Investment 3.Benefit Cost Ratio 4.Payback Periode

III. DATA PENDUKUNG PEMBANGUNAN PLTGU SENORO

Sulawesi Tengah merupakan propinsi terbesar dengan luas wilayah daratan 68,033 kilometer persegi dan luas laut mencapai 189,480 kilometer persegi yang mencakup semenanjung bagian timur dan sebagian semenanjung bagian utara serta Kepulauan Togean di Teluk Tomini dan pulau-pulau di Banggai Kepulau-pulauan di Teluk Tolo. Sebagian besar daratan di propinsi ini bergunung-gunung (42.80% berada di atas ketinggian 500 meter dari permukaan laut) dan Katopasa adalah gunung tertinggi dengan ketinggian 2.835 meter cari permukaan laut.Dengan batas utara propinsi Gorontalo,timur berbatas propinsi Maluku,Selatan propinsi Sulawesi Selatam dan propinsi Sulawesi Tenggara, serta barat dengan Selat Makasar.

(3)

Uni Cab Cab Cab Sul G 3.1 Ketenagal Sistem termasuk dala Wilayah Sulu (Sulteng), wi Suluttenggo m Propinsi Goro 3.2 Sistem Pe Sesuai d (Persero) W terpasang pad adalah sebesa Sulawesi Teng Tabel 3.1 Day it bang Palu bang Luwuk bang Toli-Toli awesi Tengah Sumber : Statistik 3.3 Neraca Da Propinsi sebesar 98,18 neraca daya S dilihat pada ta Tabel 3. Tahu 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber : Statistik Gambar 3.1 Pet listrikan Sulaw ketenagalistrik am cakupan wi uttenggo. Sela ilayah kerja mencakup Prop ntalo. mbangkitan

dengan data stat Wilayah Sulutte da sistem Sula ar 155,554 M gah selengkapny ya terpasang (kW Pembangkit listrik EB PLTA/ PLTM/PLTM Swasta PL 2.640 - 5.350 - 1.600 - 9.590 - PT. PLN (Persero) aya i Sulawesi Te MW dengan b Sulawesi Tenga abel 3.2. .2 Neraca daya un Kapasitas Terpasang 0 96,0 1 99,8 2 101,9 3 118,9 4 128,5 5 130,5 6 141,7 7 154,7 8 155,5 9 155,5 PT. PLN (Persero) ta Sulawesi Ten wesi Tengah kan Propinsi S ilayah kerja PT ain Propinsi S PT. PLN (P insi Sulawesi U

tistik yang dike enggo, kapas awesi Tengah MW. Data sis ya dapat dilihat W) Sulawesi Te BT Pembangkit EBT LTP PLTD/PLTD Sewa/PLTD Pinjam paka 69.620 21.288 25.056 115.964 Wilayah Sulutteng engah memilik beban puncak ah dari tahun 20 Propinsi Sulaw g Daya Mampu 02 67,75 9 71,51 2 76,14 1 88,16 9 96,69 0 97,85 6 91,55 1 105,65 5 98,18 6 100,59 Wilayah Sulutteng ngah Sulawesi Teng T. PLN (Perse Sulawesi Teng Persero) Wilay Utara (Sulut) d eluarkan PT. PL itas pembang pada tahun 20 stem pembang t pada tabel 3.1 engah listrik non Ju D ai PLTU 30.000 10 - 26 - 26 30.000 15 go ki daya mam 87,32 MW. D 000 – 2009 dap wesi Tengah Beban Puncak 58,25 63,70 68,23 71,35 78,40 82,39 84,42 90,62 87,32 89,55 go gah ero) gah yah dan LN gkit 009 gkit . umlah 2.260 .638 .656 5.554 mpu Data pat Pr se 3. K da Su da de T Ke Pu Su Tahu 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Ke Pu Su IV di se ju 0 20 40 60 80 100 1 2 3 4 MW Gambar 3.2 Gambar 3 ropinsi Sulawe ekitar pukul 17.0 4 Jumlah Pela Kelompok Kons Dalam kuru an konsumsi en ulawesi Tengah ari tabel 3.3 da engan tahun 200 Tabel 3.3 Jum Tahun Rumah Tangga 2003 81.19 2004 95.09 2005 104.81 2006 120.74 2007 127.20 2008 189.48 2009 190.12 et :

ublik = sosial, gedun umber : Statistik PT. Tabel 3.4 Kon un Rumah Tangga 0 121.698,000 139.512,000 157.327,000 175.141,000 4 192.956,000 210.770,000 6 230.150,000 243.270,000 265.779,000 282.028,000 et :

ublik = sosial, gedun umber : Statistik PT. V. ANALISA P 2 x 120 MW Program p laksanakan kar emakin besar se uga semakin bes

5 6 7 8 9 10 11 12 Kurva Beban H 2 Kurva beban .2 menggamba esi Tengah Di 00 – 22.00 WIT anggan Dan K sumen un waktu 4 tahu nergi per kelo h terus meningk

apat dilihat bah 09. mlah pelanggan Industri 3 569 5 654 1 143 7 342 7 348 4 182 8 210 ng pemerintahan, pe . PLN (Persero) Wi nsumsi energi li konsumen Sula Bisnis 7.948,000 14.393,000 20.838,000 27.283,000 33.728,000 40.173,000 47.450,000 51.400,000 60.340,000 65.953,000 ng pemerintahan, pe . PLN (Persero) Wi PERENCANAA W embangunan p rena untuk peme

eiring dengan sar. 2 13 14 15 16 17 18 19 2 Harian Sulawesi harian Sulawes arkan kondisi imana beban T. Konsumsi Ener un terakhir, jum ompok konsum

kat. Untuk jum hwa dari tahun

n per kelompok Bisnis Pu 102 123 786 983 1.162 5 1.716 5 1.723 6 enerangan jalan layah Suluttenggo istrik (MWh) pe awesi Tengah Industri Pub 14.128,000 43.7 14.203,000 44.8 15.278,000 46.0 16.353,000 47.2 17.028,000 48.4 17.503,000 49.5 16.620,000 49.1 15.570,000 55.1 14.770,000 57.5 16.592,000 59.9 enerangan jalan layah Suluttenggo AN PLTGU SE pembangkit bar enuhan kebutuh pertumbuhan p 20 21 22 23 24 i Tengah Hour s si Tengah beban harian puncak terjadi

rgi Listrik Per

mlah pelanggan men di Propinsi mlah pelanggan, n 2003 sampai k konsumen ublik Jumlah 6.558 88.442 7.952 103.824 8.432 114.172 7.199 129.271 55.316 184.033 58.158 249.540 63.821 255.882 er kelompok blik Jumlah 721,000 195.495,0 896,000 220.004,0 071,000 244.514,0 246,000 269.025,0 421,000 293.534,5 596,000 318.044,0 160,000 343.380,0 170,000 365.410,0 510,000 383.100,0 963,000 411.949,0 ENORO ru harus segera han listrik yang penduduk yang n i r n i , i h 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 a g g

(4)

Gambar 4.1 Lokasi PLTGU Senoro

Untuk mengatasi kekurangan pasokan listrik di Sulawesi Tengah, PT PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo membangun sebuah pembangkit listrik berkapasitas 2 x 120 MW di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Pembangunan pembangkit listrik tenaga gas uap dengan bahan bakar gas alam itu diperkirakan menelan biaya 250 juta dollar. Pengoperasian pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) akan beroperasi tahun 2015.

4.1 Potensi Gas Alam

Walaupun Indonesia tidak diperhitungkan sebagai pemilik cadangan gas terbesar dalam skala dunia, namun cadangan gas alam di Indonesia cukup besar, yaitu diperkirakan 171,38 Tscf yang tersebar terutama di Kepulauan Natuna (Riau Kepulauan) sebesar 53,06 Tscf , Sumatera Selatan 26,68 Tscf, dan di Kalimantan Timur sebesar 21,49 Tscf serta Tangguh di Irian Jaya yang diperkirakan setara dengan cadangan di Natuna. Di Sulawesi dikaruniai sumber daya Gas bumi dengan potensi 7,76 Tcf. Potensi yang ada hampir separuhnya masih berada dalam status sumber daya yang perlu ditingkatkan statusnya.

4.2 Analisa Perkiraan Kebutuhan Energi Listrik dengan regresi

Dari tabel 4.2, dengan menggunakan metode regresi dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan kebutuhan konsumsi akan energi listrik tiap tahun. Pada tahun 2009 energi yang dibutuhkan untuk melayani kebutuhan beban di Sulawesi Tengah sebesar 543,7903 GWh dan terus mengalami kenaikan di tahun – tahun berikutnya.

Tabel 4.2 Proyeksi energi terjual (GWh), jumlah pelanggan per sektor, jumlah penduduk, dan PDRB Sulawesi Tengah

(milyar)

Tahun Energi Terjual

Rumah

tangga Bisnis Industri Publik Penduduk PDRB

Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 2010 616.421 203.406 1.936 390 61.617 2.794.241 30.143.450 2011 634.185 212.094 2.120 470 64.713 2.924.842 31.116583 2012 649.050 234.792 2.363 443 60.009 2.830.641 31.310.257 2013 667.372 247.840 2.556 489 60.105 2.996.811 32.757595 2014 688.397 261.798 2.789 516 60.801 3.051.694 33.151.504 2015 710.794 272.676 3.002 552 61.197 3.179.822 33.561.882 2016 731.889 284.674 3.215 588 61.593 3.294.242 34.143.451 2017 745.098 294.952 3.428 625 61.989 3.394.843 34.316.584 2018 767.929 308.330 3.641 661 62.385 3.430.642 34.610.258 2019 777.109 319.208 3.854 698 62.781 3.430.642 35.457.596 2020 786.322 331.085 4.067 734 63.177 3.638.375 35.757.596 2021 807.264 342.293 4.280 770 63.573 3.779.823 36.151.505 2022 820.662 354.251 4.493 807 63.969 3.894.243 36.861.883 2023 846.374 365.619 4.706 843 64.365 3.994.844 37.143.452 2024 889.659 381.697 4.919 880 64.761 4.030.643 37.916.585 2025 922.684 392.075 5.132 916 65.157 4.196.813 38.310.259 2026 954.155 405.953 5.345 952 66.553 4.238.376 38.757596 2027 987.328 417.331 5.558 989 68.949 4.379.824 39.451.505 2028 1061.500 430.709 5.771 1.025 70.345 4494.244 39.861.883 2029 1138.100 444.387 5.984 1.062 71.741 4.594.845 40.219.880 2030 1194.200 453.011 6.065 1.096 71.945 4.624.831 40.913.890

4.3 Analisa Perkiraan Kebutuhan Energi Listrik dengan metode DKL

Model yang digunakan dalam metode DKL untuk menyusun proyeksi adalah model sektoral. Sama seperti proyeksi menggunakan metode regresi, pada proyeksi dengan metode DKL terjadi peningkatan konsumsi energi listrik dan jumlah pelanggan per sektor setiap tahunnya. Hasil proyeksi dengan metode DKL dapat dilihat di tabel 4.3.

Tabel 4.3 Proyeksi pelanggan per sektor dan energi konsumsi dengan menggunakan DKL

Tahun Rumah

tangga Komersil Industri Publik Total

t Pel.Rt Pel.Kt Pel.It Pel.Pt ETt

2010 312891 2836 249 105131 617.197 2011 316053 2864 294 106194 633.344 2012 319245 2893 349 107266 650.518 2013 322470 2922 413 108350 668.813 2014 325727 2952 489 109444 688.331 2015 329017 2982 579 110550 709.185 2016 332341 3012 685 111667 731.498 2017 335698 3042 811 112794 755.406 2018 339089 3073 960 113934 781.058 2019 342514 3104 1137 115085 808.621 2020 345974 3135 1346 116247 838.275 2021 349468 3167 1594 117421 870.220 2022 352998 3199 1887 118607 904.679 2023 356564 3231 2234 119805 941.894 2024 360166 3264 2645 121016 982.135 2025 363804 3297 3132 122238 1025.699 2026 367478 3330 3708 123473 1072.914 2027 371190 3364 4391 124720 1124.143 2028 374940 3398 5199 125980 1179.785 2029 378727 3432 6155 127252 1240.284 2030 382552 3467 7288 128538 1306.130

4.4 Perbandingan Peramalan Konsumsi Energi Antara Regresi Linier Berganda Dengan DKL

Dari hasil peramalan dengan metode regresi linier berganda diperoleh bahwa laju pertumbuhan rata – rata konsumsi energi dalam kurun waktu 25 tahun sebesar 3,4 % per tahun, sedangkan dengan metode DKL laju pertumbuhannya rata – rata sebesar 5,7 % per tahun. Grafik perbandingan regresi dengan DKL dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah.

Gambar 4.2 Grafik perbandingan proyeksi regresi dengan DKL

4.5 Pengaruh PLTGU Senoro Terhadap Proyeksi Neraca Daya Di Sulawesi Tengah

Dengan beroperasinya beberapa pembangkit baru yang direncanakan dan ditambah dengan PLTGU Senoro di tahun 2015. Kemungkinan yang akan dihadapi oleh Propinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2030, adalah mengalami kelebihan energi. Dalam kondisi seperti ini, untuk melakukan efisiensi dapat dilakukan dengan menhentikan operasi beberapa PLTD yang selama ini digunakan untuk mencukupi kebutuhan energi listrik. Hal ini akan mengurangi ketergantungan pada BBM untuk PLTD.

Proyeksi Energi Terjual Total 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 Tahun En e rg i Te rj u al  (G W h ) Regresi DKL PLTGU

(5)

Namun ketika sistem interkoneksi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo telah tersambung, maka apabila terjadi kelebihan energi listrik di salah satu propinsi dapat dialokasikan untuk propinsi lainnya.

Tabel 4.4 Proyeksi neraca daya (MW) di Sulawesi Tengah

Tahun Kapasitas Terpasang (MW) Daya Mampu (MW) Beban Puncak (MW) Selisih (MW) Keterangan 2010 155.56 98.18 163.649 -65.469 defisit 2011 335.56 242.18 167.369 90.811 PLTA Poso beroperasi 2012 335.56 242.18 171.306 86.874 Surplus 2013 335.56 242.18 175.477 82.703 Surplus 2014 388.56 284.58 179.477 121.275 PLTP Bora, PLTP Masaingi, PLTU Luwuk, PLTU Moutong beroperasi 2015 628.56 481.18 184.611 296.569 PLTGU Senoro beroperasi 2016 628.56 481.18 189.622 291.558 Surplus 2017 628.56 481.18 194.966 286.214 Surplus 2018 628.56 481.18 200.672 280.508 Surplus 2019 628.56 481.18 206.777 274.403 Surplus 2020 628.56 481.18 213.316 267.864 Surplus 2021 628.56 481.18 220.330 260.850 Surplus 2022 628.56 481.18 227.866 253.314 Surplus 2023 628.56 481.18 235.972 245.208 Surplus 2024 628.56 481.18 244.705 236.475 Surplus 2025 628.56 481.18 254.124 227.056 Surplus 2026 628.56 481.18 264.298 216.882 Surplus 2027 628.56 481.18 275.300 205.880 Surplus 2028 628.56 481.18 287.211 193.969 Surplus 2029 628.56 481.18 300.121 181.059 Surplus 2030 628.56 481.18 314.130 167.050 Surplus

4.6 Analisa Teknis Pembangunan PLTGU Senoro 2 x 120 MW

Adapun rencana tata letak komponen PLTGU Senoro 2 x 120 MW terlihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Rancangan lay out PLTGU Senoro 2 x 120 MW

Gambar 4.4 komponen PLTGU Senoro 2 x 120 MW Perencanaan komponen – komponen utama yang menunjang proses kerja PLTGU Senoro 2 x 120 MW adalah sebagai berikut :

 Transportasi gas

Pipa-pipa untuk penyaluran gas alam. Bahan bakar utama yang digunakan oleh PLTGU Senoro adalah gas alam. Gas untuk keperluan PLTGU Senoro didatangkan dari Kilang gas Donggi-Senoro.

 HRSG

Pemakaian gas buang dari turbin gas.  Turbin gas dan turbin uap

Turbin yang digunakan memiliki kecepatan putar 3.000 rpm .

 Kondensor

Jenis kondensor yang digunakan jenis shell and tube.  Generator

Generator yang digunakan generator sinkron 3 phase 90 MW dan 60 MW, 13,8 kV dengan frekuensi 50 Hz.

Gambar 4.5 Prinsip kerja PLTGU

4.7 Masalah Utama Dalam PLTGU

Proses pembangkitan energi listrik pada prinsipnya merupakan konversi energi primer menjadi energi mekanik yang berfungsi sebagai penggerak dan penggerak tersebut (energi mekanik) dikonversi oleh generator listrik menjadi tenaga listrik. Pada proses konversi tersebut pasti timbul masalah – masalah.

 Penyediaan Energi Primer

Energi primer untuk pusat pembangkit listrik thermal berupa bahan bakar.

Ketersediaan bahan bakar untuk operasi PLTGU Senoro tentunya juga harus diperhitungkan. Dengan kapasitas 2 x 120 MW, dibutuhkan sejumlah bahan bakar yang setidaknya selama PLTGU beroperasi pasokan bahan bakar tersebut tidak berhenti.

Tabel 4.1 Pemakaian bahan bakar PLTGU Senoro

Energi listrik per tahun (kWh/tahun) 1.787.040.000 kWh/tahun

Kebutuhan energi panas (kcal/tahun) 3.915.572.573.000 kcal/tahun

Kebutuhan gas per tahun (mmscf) 15.218

MMSCF/tahun

Kebutuhan gas 25 tahun (mmscf) 380.450 MMSCF

Presentase pemakaian gas dari cadangan gas yang tersedia (%)

4.8 %

 Limbah PLTGU

Gas merupakan sumber energi yang mempunyai dampak negatif cukup besar terhadap lingkungan terutama dari gas – gas buangnya.

4.8 Analisa Ekonomi Pembangunan PLTGU Senoro 2 x 120 MW

Biaya total pembangkitan energi listrik adalah penjumlahan dari biaya modal, biaya bahan bakar serta biaya operasi dan perawatan. Karenanya dalam perhitungan biaya pembangkitan energi listrik, harus dihitung satu persatu dari ketiga biaya tersebut.

Dengan melakukan perhitungan pada tiap suku bunga 6 %, 9 % dan 12 % maka didapatkan data seperti tabel 4.5 di bawah ini

(6)

Tabel 4.5 Biaya pembangkitan energi listrik

Perhitungan Suku Bunga

6% 9 % 12 %

Biaya Pembangunan (US$ / kW) 1.050 1.050 1.050 Umur Operasi (Tahun) 25 25 25 Kapasitas (kW) 240.000 240.000 240.000 Biaya Bahan Bakar (US$ / kWh) 0,0457 0,0457 0,0457 Biaya O & M (US$ / kWh) 0,0049 0,0049 0,0049 Biaya Modal (US$ / kWh) 0,01427 0,01760 0,02112 Total Cost (US$ / kWh) 0,06487 0,06820 0,07172 Investasi (jutaUS$) 250 250 250

4.8.1 Analisa Harga Jual Listrik PLTGU Senoro

Daya beli masyarakat Sulawesi Tengah terhadap listrik, dengan asumsi daya yang terpasang rata – rata 450 dan 900 VA adalah sebesar Rp. 545,25,- dan Rp.1.071,41,-. Dari hasil perhitungan ternyata daya beli masyarakat Sulawesi Tengah berada di bawah dari pada harga jual pembangkit (total cost) yang direncanakan dengan suku bunga 6 %, 9 % dan 12 % untuk 900 VA. sehingga pemerintah harus menyediakan subsidi agar masyarakat mampu membeli listrik. Namun, daya beli masyarakat masih mencukupi untuk pelanggan 450 VA, karena wilayah propinsi Sulawesi Tengah luas dan sebagian penduduknya masih berada di wilayah pedesaan, maka menggunakan daya 450 VA dan 900 VA.

4.8.2 Analisa Kelayakan Investasi

Untuk menghitung analisa ekonomi, terlebih dahulu dihitung total energi output PLTGU Senoro dalam 1 tahun. Diasumsikan faktor kapasitas (CF) pembangkit sebesar 0.85 dan semua energi tersebut terpakai sepanjang tahun (8.760 jam).

2 120.000 0,85 8.760 1.787.040.000kWh/tahun

Jumlah pendapatan pertahun/cash in flow (CIF) dapat dihitung dari kWhoutput dan selisih Biaya Pokok Penyediaan (BPP) dengan biaya pembangkitan/Total Cost (TC) atau dengan kata lain keuntungan penjualan (KP). Pembangkit ini direncanakan akan dihubungkan dengan saluran tinggi distribusi 150 KV. Peraturan Menteri ESDM No. 269-12 Tahun 2008 tentang harga patokan penjualan listrik pembangkit listrik tak terbarukan yang berlaku di seluruh daerah di Indonesia, maka biaya pokok penyediaan listrik tegangan tinggi untuk wilayah Sulawesi Tengah sebesar Rp 974/kWh.

Berikut hasil perhitungan keuntungan penjualan,cash in flow dan Payback Periode tiap – tiap suku bunga.

Tabel 4.6 Hasil perhitungan KP CIF dan PP

Suku bunga KP CIF PP 6 % Rp. 325,3/kWh Rp 581.324.112.000 /tahun 4,3 tahun 9 % Rp. 292/kWh Rp 521.815.680.000/tahun 4,8 tahun 12 % Rp. 256,8/kWh Rp 458.911.872.000/tahun 5,4 tahun

4.8.2.1 Net Present Value

Metode net present value (NPV) ini menghitung jumlah nilai sekarang dengan menggunakan discount rate tertentu dan kemudian membandingkannya dengan investasi awal (initial invesment). Apabila hasil perhitungan NPV tersebut positif, maka usulan investasi tersebut diterima. Apabila perhitungan tersebut negatif usulan investasi ditolak.

Untuk perhitungan suku bunga 6 % didapatkan NPV dari PLTGU Senoro selama 25 tahun yaitu sebesar 493,141 x 106 US$, sedangkan untuk suku bunga 9 % dan 12 % sebesar 252,576 x 106 US$ dan 109,870 x 106 US$. Hal ini

menunjukkan bahwa investasi dengan kedua suku bunga tersebut layak dilakukan.

4.8.2.2 Return On Investment

Return on investment adalah kemampuan pembangkit untuk mengembalikan dana investasi dalam menghasilan tingkat keuntungan yang digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan.

Dari hasil perhitungan didapatkan ROI PLTGU Senoro selama 25 tahun untuk suku bunga 6 % sebesar 481,335%, dan untuk bunga 9 % dan 12 % sebesar 421,835% dan 358,835%.

4.8.2.3 Bennefit Cost Ratio

Bennefit Cost Ratio adalah persentase pertumbuhan keuntungan selama setahun, yang dapat dicari berdasarkan keuntungan pada tahun tersebut (Bennefitt) berbanding investment cost.

Dari hasil perhitungan didapatkan BCR PLTGU Senoro selama 25 tahun untuk suku bunga 6 % sebesar 581,335%, dan untuk bunga 9 % dan 12 % sebesar 521,835% dan 458,835%..

4.8.2.3 Payback Periode

Payback periode adalah lama waktu yang dibutuhkan agar nilai investasi yang diinvestasikan dapat kembali dengan utuh. Payback Periode dengan suku bunga 6 % adalah 4,3 tahun sedangkan suku bunga 9 % dan 12 % adalah 4,8 tahun dan 5.4 tahun .

4.8.3 Analisa Perhitungan Harga Pokok Penyediaan Setelah Pembangunan PLTGU

Penambahan energi listrik sebesar 240 MW pada tahun 2015 saat PLTGU Senoro beroperasi sangat mempengaruhi perkembangan neraca daya di Sulawesi Tengah. Dari data proyeksi neraca daya hanya tahun 2009-2010 Sulawesi Tengah mengalami kekurangan energi (– 49,084 MW), setelah itu sampai tahun 2030 Sulawesi Tengah mengalami kelebihan energi listrik dengan asumsi semua pembangkit yang direncanakan telah beroperasi.

Pembangkit yang direncanakan beroperasi sebelum PLTGU Senoro :

1. PLTA Poso (3 x 60 MW) beroperasi tahun 2011. 2. PLTP Masaingi (1 x 20 MW) tahun 2014. 3. PLTP Bora (1 x 5 MW) beroperasi tahun 2014. 4. PLTU Moutong (2 x 4 MW) beroperasi tahun 2014. 5. PLTU Luwuk (2 x 10 MW) beroperasi tahun 2014.

Perhitungan total produksi listrik di Sulawesi Tengah setelah beberapa pembangkit yang direncanakan beroperasi :

PLTA/M = 9,59 MW x 0,85 x 8.760 = 71.407,14 MWh PLTD = 115,964 MW x 0,85 x 8.760 = 863.467,94 MWh PLTU = 30 MW x 0,85 x 8.760 = 223.380,00 MWh PLTGU = 240 MW x 0,85 x 8.760 = 1.787.040,00 MWh +

= 2.945.295,08 MWh

Dari hasil perhitungan didapatkan total produksi energi listrik di Propinsi Sulawesi Tengah sampai pada tahun 2015 sebesar 2.945.295,08 MWh. Sehingga total produksi energi listrik bertambah sebesar 1.787.040,00 MWh.

Sedangkan Harga Pokok Penyediaan Listrik untuk Sulawesi Tengah setelah beberapa pembangkit tersebut di bangun yaitu :

(7)

. , . . , . 131,60 , = Rp. 3,19/kWh . , . . , . 3.578,25,    = Rp. 1.049,03kWh . , . . , . 597,26,       = Rp. 45,29/kWh . . , . . , . 1.278,45, = Rp. 775,69/kWh + = Rp. 1.873,2/kWh

Harga BPP baru setelah PLTGU masuk ke dalam sistem utama sebesar Rp. 1.873,2/kWh turun 32,8 % dari harga BPP sebelumnya (Rp. 2.790,84/kWh).

4.8.4 Analisa Perhitungan Harga Jual Per Kelompok Konsumen Setelah PLTGU Senoro Beroperasi

Penentuan harga jual per kelompok konsumen ini di peroleh dari ketentuan harga listrik dalam rupiah/kWh dari PLN sebelumnya.

Tabel 4.7 Harga jual listrik subsidi (Rp/kWh)

Untuk menentukan harga jual yang baru dengan BPP baru yang telah dihitung (Rp. 1.873,2,-), Propinsi Sulawesi Tengah dianggap terisolasi dan tanpa subsidi dari pemerintah. Maka harga jual listrik per kelompok konsumen dengan BPP baru di Propinsi Sulawesi Tengah dapat di lihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Harga jual listrik tanpa subsidi (Rp/kWh)

Kelompok Sulawesi Tengah lama Sulawesi Tengah baru

Rumah tangga 2412.97 1619.57 Industri 3583.64 2405.32 Bisnis 3818.66 2563.06 Sosial 2782.09 1867.32 Pemerintahan 3971.01 2665.31 Publik 2997.30 2011.78 Total 2790.84 1873.2

4.9 Analisa Lingkungan Pembangunan PLTGU Senoro

Perkiraan dampak untuk kegiatan Pembangunan PLTGU Senoro ditinjau dalam 4 (empat) tahapan :

 Tahap Persiapan (pra konstruksi)  Tahap Konstruksi

 Tahap Operasional  Tahap Pasca Operasi

Pengelompokan yang baik dan benar dengan memperhatikan perubahan lingkungan dan sumber dampak yang terjadi, akan dapat merendam dan menekan dampak negatif yang mungkin terjadi bahkan mungkin dapat merubah berbalik menjadi positif.

Secara umum upaya pengelolaan lingkungan ini adalah pengelolaan rencana kegiatan yang akan membuat pengaruh (dampak) terhadap lingkungan, mulai dari tahap kegiatan persiapan, konstruksi dan pasca konstruksi sehingga dampak yang terjadi dapat ditekan seminimal mungkin.

PLTGU Senoro mempunyai dampak lingkungan yang sekarang menjadi pusat perhatian dunia yaitu mengenai pemanasan global (global warming) yang diakibatkan dari gas CO2. PLTGU Gas merupakan menghasilkan gas CO2, dibawah batas yang telah ditentukan yaitu 500 kg/kWh dari 728 kg/kWh.Berdasar ratifikasi Kyoto protocol, setelah melalui perhitungan didapatkan biaya pemasukan untuk carbon credit sebesar 1,4 cent/kWh. CDM ini berlaku jika

keputusan dari konferensi kyoto protocol diperpanjang tidak hanya sampai 2012 tetapi sampai tahun berikutnya.

4.10 Analisa Sosial Pembangunan PLTGU Senoro 2 x 120 MW

Sesuai data tahun 2008, Propinsi Sulawesi Tengah berada pada peringkat ke – 20 dalam peringkat IPM dari 33 propinsi yang ada di Indonesia. Nilai IPM Sulawesi Tengah sebesar 70,09 %. Jika dibandingkan dengan nilai IPM nasional, nilai IPM Sulawesi Tengah di bawah dari nilai IPM Indonesia 71,17 %. Dengan pembangunan dan pengoperasian PLTGU Senoro, diharapkan dapat menambah pasokan listrik dan menambah rasio elektrifikasi di Sulawesi Tengah. Sehingga semua aktifitas penduduk Sulawesi Tengah di berbagai sektor dapat memanfaatkan energi listrik dengan baik. Dengan itu, tentunya dapat berujung pada kenaikan IPM dan reduksi shortfall Propinsi Sulawesi Tengah.

V. KESIMPULAN

Dari hasil beberapa pembahasan dan analisa yang dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan diantaranya :

1. Kondisi eksisting ketenagalistrikan Sulawesi Tengah saat ini kapasitas pembangkit terpasang 155,56 MW, daya mampu 100,59 MW dan beban puncak 89,55 MW. Diperkirakan pada tahun 2030 tingkat konsumsi energi listrik mencapai 1306,130 GWh, dengan beban puncak 314,130 MW. Dengan memanfaatkan potensi gas alam di lapangan Donggi-Senoro dapat dibangun pembangkit gas uap dengan perencanaan konsumsi gas alam 15.218 MMSCF per tahun, total pemakaian gas alam PLTGU Senoro selama beroperasi sebesar 4,8 % dari total gas yang terdapat di Sulawesi Tengah. 2. Penambahan energi listrik sebesar 240 MW pada

tahun 2015 saat PLTGU Senoro beroperasi maka data proyeksi neraca daya hingga tahun 2013 Sulawesi Tengah mengalami kekurangan energi (– 81,725 MW), setelah PLTGU Senoro beroperasi maka sampai tahun 2030 Sulawesi Tengah mengalami kelebihan energi. Sehingga dapat di interkoneksikan

3. Pembangkit Tenaga gas uap ini direncanakan terdiri dari 2 x 90 MW PLTG dan 1 x 60 PLTU dengan jumlah total kapasitas 240 MW. Masa pembangunan 3 tahun dan beroperasi tahun 2015. 4. Kemudian dilihat dari analisa ekonomi,kelayakan

investasi, berdasarkan perhitungan net present value, nilai NPV negatif didapatkan saat PLTGU Senoro beroperasi hingga tahun kelima. Kemudian pada tahun ke 25 PLTGU Senoro beroperasi didapatkan nilai 493,141 x 106 US$ untuk suku bunga 6 %, 262,576 x 106 US$ untuk suku bunga 9 % dan 109,870 x 106 US$ untuk suku bunga 12 %. Kemampuan daya beli masyarakat untuk daya 450 VA sebesar Rp.1.071,41/kWh dan daya 900 VA sebesar Rp.545,25/kWh masih dibawah biaya pembangkit (total cost) sebesar Rp.648,7/kWh pada daya 900 VA,sehingga sehingga pemerintah harus menyediakan subsidi agar masyarakat mampu membeli listrik pada daya 900 VA.Harga BPP baru setelah PLTGU Senoro masuk ke dalam sistem utama sebesar Rp. 1.873,2/kWh turun 32,8% dari harga BPP sebelumnya (Rp. 2.790,84/kWh).

DAERAH RT Ind Bisnis Sosial Pem. PJU Total

1. SULTENG 554,54 823,58 877,59 639,37 912,60 688,83 641,38 2. JAWA 584,83 643,02 837,98 585,30 913,83 661,73 664,88 3. LUAR

JAWA 587,60 629,10 842,48 579,75 800,44 660,70 650,39 4. INDONESIA 588,01 622,04 850,56 580,89 847,15 665,11 653,00

(8)

5.

Pembangkit tenaga gas alam menghasilkan emisi 500 kg/kWh maka didapat biaya pendapatan carbon credit sebesar Rp.140,-/kWh. Dan dilihat dari analisa sosial, dengan dibangunnya PLTGU dapat mewujudkan pertumbuhan pembangunan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djiteng Marsudi Ir, “Pembangkitan Energi Listrik”, Erlangga, Jakarta, 2005.

2. Badan Pusat Statistik, Sulawesi Tengah Dalam Angka 2009, Palu, 2009.

3. PT PLN (PERSERO) Wilayah Sulutenggo, Statistik PLN Sulutenggo 2008, 2009.

4. PT. PLN (PERSERO), Rencana Umum Pembangkitan Tenaga Listrik 2010 – 2019,. 2010. 5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya

Mineral Nomor 07 tahun 2010, Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan Oleh PT. PLN (PERSERO). 2010.

6. Syariffuddin Mahmudsyah, Diktat Kuliah Pembangkit Tenaga Listrik, Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS, Surabaya, 2008.

7. Ari Sulistiyawati, Analisis Korelasi dan Regresi Linier, 2009.

8. M.M. El Wakil, Instalasi Pembangkit Daya, Erlangga, Jakarta, 1992

9. UNDP, Human Development Index 2007 s.d. 2008, Human Development Index, 2008.

10. Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah, Buklet Agustus 2010, 2010.

11. DESDM, RUKN 2008-2027, Jakarta, 2008. 12. DESDM, Peraturan Menteri ESDM No.

269-12/26/600.3/2008 tentang Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Listrik Propinsi di Indonesia, Jakarta, 2008. 13. Presiden Republik Indonesia, Undang - Undang

Republik Indonesia No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, Jakarta, 2009. 14. http://www.esdm.go.id 15. http://www.pln.go.id 16. http://www.plnsuluttenggo.co.id 17. http://www.re.djlpe.esdm.go.id 18. http://www.sulteng.go.id 19. http://www.wikipedia.org

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Tedy Rikusnandar lahir di Klaten pada tanggal 6 Desember 1987, anak pertama dari empat bersaudara. Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMUN 17 Surabaya dan pada 2008 penulis menyelesaikan studi di D3 Teknik Elektro Industri PENS ITS, yang kemudian melanjutkan ke jenjang S1 melalui program lintas jalur di Jurusan Teknik Elektro ITS, Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga.

Gambar

Gambar 2.1 Kantong gas berisi gas saja (natural gas)
Gambar 4.1 Lokasi PLTGU Senoro
Tabel 4.4 Proyeksi neraca daya (MW) di Sulawesi Tengah
Tabel 4.5 Biaya pembangkitan energi listrik
+2

Referensi

Dokumen terkait

Teknologi e-learning digunakan dalam proses belajar mengajar yang hanya dilakukan didepan sebuah komputer yang terhubung dengan internet merupakan fasilitas yang

Secara bakteriologi biasanya tidak diharuskan oleh karena sukar sekali mengisolasi Clostridium tetani dari luka penderita , yang kerap kali sangat kecil dan sulit dikenal

Kelainan kongenital yang sering menyebabkan epistaksis ialah perdarahan telangiektasis heriditer (hereditary hemorrhagic telangiectasia/Osler's disease). Pasien ini

Manfaat dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai data dasar potensi jasa lingkungan Gua Gudawang sehingga pemanfaatan kawasan karst Gua Gudawang dapat optimal,

Karakteristik responden berdasarkan hasil analisis univariabel diketahui bahwa sebesar 62% tingkat pendidikan ibu adalah rendah, sebesar 53,8% berpendapatan rendah,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan populasi Botryococcus braunii dengan pemberian senyawa merkuri klorida (HgCl 2 ) serta untuk mengetahui

Pada hasil analisis data penelitian yang didapat pada unsur kedua, hubungan unsur intensitas yang digunakan pada saat latihan olahraga dengan dampak psikis