Media Prestasi Vol. XV No. 2 Desember 2015/ P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 80
Krisis Kepercayaan Diri Mahasiswa dalam Berkomunikasi
Menggunakan Bahasa Inggris
Oeh:
Theresia Budi Sucihati, M.Pd.
Dosen Tetap Yayasan STKIP PGRI NGAWI Mahasiswa dalam peraturan
pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Selanjutnya menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun. Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat.
Penguasaan Bahasa Inggris sangat penting bagi seorang mahasiswa, namun sayang masih banyak juga yang belum menyadari perlunya penguasaan Bahasa Inggris yang baik bagi seorang mahasiswa. Bahasa Inggris lebih tinggi dari bahasa manapun, masalahnya tidak bisa
dipungkiri bahasa Inggris adalah bahasa yang paling banyak di gunakan di seluruh dunia. Untuk seorang mahasiswa, bahasa Inggris merupakan salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar sarjana. Tentu kita semua sudah mengalami test TOEFL, untuk mahasiswa sekarang TOEFL-nya harus 400. Kalau dibawah 400, harus mengulang hingga nilainya diatas 400. Amat disayangkan bukan kalau seorang mahasiswa harus menunda sidang skripsinya karena nilai TOEFL-nya tidak cukup.
Saat ini kemampuan berbahasa Inggris juga sering dijadikan salah satu syarat untuk melamar pekerjaan. Bahkan mungkin boleh dikatakan hampir semua pekerjaan profesional mensyaratkan penguasaan bahasa Inggris yang baik. Apalagi perusahaan internasional yang gajinya internasional juga. Kalaupun tidak disyaratkan mampu berbahasa Inggris, sarjana yang menguasai bahasa Inggris
Media Prestasi Vol. XV No. 2 Desember 2015/ P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 81 biasanya akan lebih diutamakan untuk
suatu pekerjaan.
Seorang sarjana yang mutlak harus mengusai Bahasa Inggris adalah sarjana yang berencana untuk meneruskan pendidikannya hingga S-2 atau S-3. Kalau untuk lulus S-1 harus punya TOEFL 400, untuk mengambil S-2 kita harus punya TOEFL 480-500.
Menguasai bahasa Inggris juga salah satu syarat mutlak untuk memperoleh beasiswa pascasarjana (S-2 dan S-3). Saat ini banyak sekali tawaran beasiswa pascasarjana untuk sarjana-sarjana di Indonesia, baik untuk kuliah di dalam negeri maupun di luar negeri. Semua beasiswa tersebut (hampir semuanya) mensyaratkan penguasaan bahasa Inggris.
Dari sekian banyak pentingnya penguasaan bahasa Inggris oleh mahasiswa banyak pula ditemukan kendala pada mahasiswa yang belajar bahasa Inggris. Bahkan pada mahasiswa jurusan bahasa Inggris itu sendiri. Kesulitan yang sering muncul dikalangan mahasiswa adalah ketidakpercayaan diri dalam berbicara bahasa Inggris. Hal ini disebabkan berbagai faktor, misalnya saja terkait masalah pelafalan (pronunciation).
Setiap mahasiswa mempunyai kesulitan pelafalan yang berbeda-beda terhadap bahasa asing yang ia pelajari. Dalam bahasa Inggris kita mengenal pronunciation yang mempelajari pengucapan dalam system bahasa Inggris. Sebagaimana menurut Oxfort Dictionary, “Pronunciation refers to the way a word or language is spoken, or the manner in which someone utters a word.”
Masalah-masalah dalam
pengucapan ini disebabkan oleh berbagai faktor. Dalam sistem bunyi bahasa Inggris terdapat banyak cara pengucapan pada masing-masing individu yang disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti daerah asal, pengaruh-pengaruh awal, dan lingkungan sosial. Oleh karena itu, banyak ahli bahasa Inggris yang mengemukakan deskripsi rinci tentang satu bentuk pelafalan bahasa Inggris, yang setidaknya dapat dengan mudah dipahami oleh lingkungan pengguna bahasa Inggris, walaupun tidak standar. Bentuk pelafalan tersebut diistilahkan sebagai “Received Pronunciation”, yang berarti „pelafalan yang dapat dipahami secara luas‟. Pada kenyataan yang sebenarnya, terdapat sejumlah
Media Prestasi Vol. XV No. 2 Desember 2015/ P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 82 alternatif pelafalan untuk ribuan kata
dalam bahasa Inggris, yang seluruhnya bisa disebut benar. Bagi yang bukan penutur bahasa Inggris, cara pelafalan yang paling cocok untuk dipelajari dikenal sebagai “Slower Colloquial”, cara pelafalan di antara bentuk formal dengan pelafalan yang digunakan dalam perbincangan antar orang yang telah akrab. Cara tersebut merupakan cara yang dapat digunakan sepanjang waktu .
Pelafalan bahasa Inggris melibatkan produksi masing-masing bunyi dan pengucapan kata, frasa, dan kalimat dengan ejaan, penekanan dan / atau intonasi yang benar. Selain itu, terdapat cara bagaimana membaca kata dengan benar yang disebut „phonetic transcription‟ (transkrip fonetik), yang didefinisikan sebagai sejenis penulisan alfabetik di mana tiap-tiap huruf mewakili satu bunyi. Tujuan transkrip fonetik adalah untuk memberikan informasi yang jelas dan tidak ambigu kepada pembelajar bahasa, misalnya bunyi yang mana yang harus digunakan pada suatu kata atau frasa, dan dalam rangka apa mempergunakan bunyi tersebut. Nilai suatu huruf sangat beragam dan tergantung pada konteks
fonetik, dan bahasa atau dialek yang sedang ditulis.
Dalam mempelajari bahasa terdapat persamaan dan perbedaan antara system bunyi, dalam hal ini bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia. Pada dasarnya, sistem bunyi dalam bahasa Indonesia serupa dengan sistem bunyi dalam bahasa Inggris. Meskipun demikian, ada sejumlah vokal dalam bahasa Inggris yang tidak muncul dalam bahasa Indonesia. Sejumlah konsonan bahasa Inggris juga tidak muncul dalam bahasa Indonesia. Sejumlah konsonan bahasa Inggris juga tidak muncul dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia juga dikenal adanya diftong, tetapi tidak memiliki kluster. Kluster dalam bahasa Indonesia hanya terjadi pada kata „pinjaman‟, yaitu kata yang diserap dari bahasa lain. Dalam hal ini, kluster pada bahasa Indonesia diadopsi dari bahasa Inggris. Misalnya, strategi dari /strategy/, struktur dari /structure/, instrumen dari /instrument/, dan sebagainya. Dalam bahasa Inggris, tekanan sangat penting karena mempengaruhi makna suatu kata, sedangkan dalam bahasa Indonesia tekanan tidak begitu penting karena
Media Prestasi Vol. XV No. 2 Desember 2015/ P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 83 tidak mempengaruhi makna suatu kata.
Selain itu, dalam bahasa Inggris terdapat aspirated sound, yang berarti bunyi yang disertai hembusan udara yang mengikutinya ketika diucapkan . Sejumlah bunyi dalam bahasa Inggris tidak ditemukan dalam bahasa Indonesia, dan bunyi-bunyi pada kedua bahasa yang memiliki tempat artikulasi yang sama sebenarnya memiliki cara artikulasi yang berbeda. Pada dasarnya, sistem bunyi bahasa Indonesia serupa dengan sistem bunyi bahasa Inggris.
Adapun masalah-masalah umum yang dihadapi mahasiswa bahasa Inggris adalah dari aturan-aturan tata bahasa dan pengucapan, tidak semua dapat dipenuhi oleh mahasiswa bahasa Inggris. Ada dua kesalahan yang biasa dilakukan oleh para mahasiswa tersebut. Yang pertama, banyak mahasiswa tidak mengucapkan vokal atau diftong „panjang‟ dengan durasi yang cukup panjang ketika diakhiri atau diikuti oleh konsonan hidup (voiced), khususnya ketika vokal dan diftong tersebut berada pada suku kata akhir yang ditekan. Yang kedua, banyak mahasiswa gagal untuk memendekkan
vokal atau diftong „panjang‟ ketika diikuti oleh konsonan mati.
Mahasiswa bahasa Inggris seringkali juga membuat sejumlah kesalahan lain dalam mengucapkan kata-kata dalam bahasa Inggris . Kesalahan-kesalahan tersebut disebabkan oleh berbagai kesulitan, yaitu:
1. Terkait dengan pendengaran. Orang memiliki kepekaan pendengaran yang berbeda dan hal itu mungkin saja dapat menyebabkan kesalahan. 2. Terkait dengan masalah mempelajari
bagaimana membuat bunyi-bunyi asing dengan organ ucapan kita sendiri.
3. Terkait dengan masalah mengetahui dan mengingat; distribusi bunyi yaitu bunyi yang mana yang tepat untuk diucapkan pada suatu kata atau kalimat, dan dalam konteks apa bunyi tersebut diucapkan.
4. Terkait dengan aspek-aspek tertentu bahwa bunyi saling terkait satu sama lain.
5. Terkait dengan kelancaran (fluency),
yaitu kemampuan untuk
Media Prestasi Vol. XV No. 2 Desember 2015/ P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 84 rangkaian bunyi (kelompok bunyi)
secara mudah dan cepat.
6. Terkait dengan hubungan antara pelafalan (pronunciation) dan ejaan konvensional.
Kesalahan-kesalahan di atas merupakan masalah paling umum yang dihadapi oleh pembelajar. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi seseorang yang sedang mempelajari bahasa Inggris untuk memahami lebih jauh tentang bunyi-bunyi yang sulit dalam bahasa Inggris sehingga dia dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut.
Dalam belajar bahasa Inggris, dapat mengucapkan kata, frasa, dan kalimat secara benar, selayaknya ucapan yang dihasilkan oleh penutur bahasa Inggris merupakan tujuan utama. Hal itu menjadi penting karena dalam bahasa Inggris kesalahan pengucapan akan menyebabkan makna kata menjadi keliru pula. Akibatnya, pesan yang ingin kita sampaikan tidak akan dapat diterima dengan jelas. Hal ini yang menyebabkan mahasiswa bahasa Inggris krisis kepercayaan diri dalam berbicara bahasa Inggris.
Merupakan suatu yang sangat penting untuk menganalisis permasalahan-permasalahan dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris secara menyeluruh. Berdasar permasalahan yang telah dibahas diatas, berikut merupakan beberapa
langkah untuk memunculkan
kepercayaan diri seorang mahasiswa dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris:
1. Metode yang terkait dengan pendengaran. Satu-satunya metode yang efektif untuk melatih pendengaran adalah latihan mendengarkan bunyi secara sistematis. Mahasiswa harus menemukan seseorang yang dapat mengucapkan bunyi-bunyi dalam bahasa Inggris secara cepat dan memintanya untuk mendiktekan bunyi-bunyi tersebut satu persatu dan kata-kata asal jadi yang dibuat dari rangkaian bunyi-bunyi tersebut. Dengan diberikan jenis latihan yang tepat, kemampuan mendengar mahasiswa akan jauh lebih meningkat; pendengaran yang kurang terlatih akan membaik, dan pendengaran yang sudah terlatih akan semakin membaik lagi.
Media Prestasi Vol. XV No. 2 Desember 2015/ P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 85 2. Metode untuk mengatasi kesulitan
yang terkait dengan masalah menghasilkan bunyi-bunyi dalam bahasa Inggris dengan organ ucapan kita. Cara untuk mengatasi kesulitan seperti ini adalah, pertama kali, mempelajari teori organ ucapan (teori fonetik), dan kedua, jika diperlukan, latihan berdasarkan teori-teori tersebut. Mahasiswa akan dapat mengucapkan bunyi-bunyi secara tepat dalam waktu sesingkat mungkin jika dia memahami apa yang harus dilakukannya dengan lidahnya, bibirnya, dan organ-organ lainnya. Jadi dia harus memahami posisi di mana organ ucapan harus diletakkan dan apa yang harus dilakukan guna mendapatkan hasil yang diharapkan.
3. Metode untuk mengatasi masalah yang terkait dengan pemahaman dan ingatan, serta distribusi bunyi. Para mahasiswa bahasa Inggris terbiasa untuk melihat ejaan konvensional suatu bahasa guna memperoleh informasi tentang urutan bunyi yang tepat. Sebuah alfabet yang dibentuk berdasarkan satu simbol, dan selalu simbol yang sama, untuk
masing-masing bunyi dikatakan bersifat fonetis. Dengan memanfaatkan transkrip fonetik mahasiswa dapat
menghindari kesalahan
pronunciation yang diakibatkan oleh sikap mahasiswa yang hanya mendasarkan pada ejaan biasa. 4. Metode untuk mengatasi masalah
yang terkait dengan sifat-sifat bunyi yang saling berhubungan satu sama lain. Masalah ini meliputi penggunaan durasi, tekanan, dan intonasi secara tepat. Informasi yang diperlukan ditunjukkan oleh tanda pada transkrip fonetik.
5. Metode untuk mengatasi masalah yang terkait dengan kelancaran (fluency).
Fluency adalah kemampuan untuk mengucapkan seluruh rangkaian bunyi (kelompok-bunyi) secara mudah dan cepat, tanpa berhenti atau tergagap. Metodenya cukup sederhana: lakukan
pengulangan mengucapkan
kelompok bunyi yang cukup sulit diucapkan. Kelompok bunyi tersebut awalnya diucapkan secara lambat dan secara bertahap dipercepat. Tindakan-tindakan tertentu harus
Media Prestasi Vol. XV No. 2 Desember 2015/ P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 86 diulang secara benar sampai
mahasiswa merasa mudah dan lancar untuk mengucapkannya. 6. Metode untuk mengatasi masalah
hubungan antara pronunciation dengan ejaan konvensional. Tentang hal itu dapat dipahami lebih dalam dengan cara membaca buku-buku fonologi dan membuka kamus bahasa Inggris yang cukup lengkap, sehingga paham tentang cara mengucapkan sebuah kata.
Dalam mempelajari bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, harus benar-benar dipahami bahwa sistem bunyi bahasa tersebut berbeda dengan bahasa Indonesia. Ada beberapa bunyi dalam bahasa Inggris yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia, baik itu dalam bentuk vocal, konsonan, diftong maupun berbagai bentuk bunyi yang lain. Selain itu, dalam bahasa Indonesia tekanan (stress), durasi (length) dan intonasi (intonation) tidak mempengaruhi makna suatu kata atau frasa. Dikarenakan adanya berbagai perbedaan tersebut, mahasiswa bahasa Inggris seringkali mengalami kesulitan yang disebabkan oleh berbagai hal: berbedanya kepekaan pendengaran,
permasalahan bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi asing dengan organ ucapan kita, permasalahan distribusi bunyi, dan permasalahan kelancaran. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat diatasi dengan berupaya mendalami lagi teori-teori fonologi, rajin membuka kamus untuk
mengetahui bagaimana cara
mengucapkan suatu kata dan latihan mengucapkannya serta melatih
pendengaran dengan cara
mendengarkan native speaker baik secara langsung maupun melalui kaset. Dalam belajar bahasa Inggris, dapat mengucapkan kata, frasa, dan kalimat secara benar, selayaknya ucapan yang dihasilkan oleh penutur bahasa Inggris merupakan tujuan utama. Hal itu menjadi penting karena dalam bahasa Inggris kesalahan pengucapan akan menyebabkan makna kata menjadi keliru pula. Akibatnya, pesan yang ingin kita sampaikan tidak akan dapat diterima dengan jelas. Hal ini menyebabkan munculnya krisis kepercayaan diri dikalangan mahasiswa dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris. Berdasarkan uraian tersebut, sangatlah penting memperkenalkan cara pengucapan
Media Prestasi Vol. XV No. 2 Desember 2015/ P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 87 bahasa Inggris secara benar sejak awal
kepada mahasiswa bahasa Inggris. Dengan demikian, dapat diharapkan munculnya mahasiswa yang mampu menguasai cara-cara pengucapan yang benar dalam bahasa Inggris sehingga akhirnya dapat berbicara menggunakan bahasa Inggris secara lancar dan akurat.
REFERENSI
Husen, Ida Sundari. Masalah Pilihan Kata dalam Penerjemahan: Menciptakan Kata Baru atau Menerima Kata Pinjaman?
http://definisipengertian.com/2012/pen gertian-definisi-mahasiswa-menurut-para-ahli/ http://skalamahasiswa.blogspot.com/20 12/04/pentingnya-bahasa-inggris-bagi.html http://yustiarini.blogspot.com/2009/08/ masalah-masalah-pelafalan-pronunciation.html
Gleason, H.A.J., An Introduction to Descriptive Linguistics. New York: Holt, Rinehart & Winston,1987. Jones, Daniel, The Pronunciation of
English, Cambridge: Cambridge University Press, 1990. Madya, Suwarsih, Improving Your
Pronunciation Through Theory and Practice, Yogyakarta: IKIP
Yogyakarta, 1988.
McCarthy, Peter A.D., English Pronunciaton, Cambridge: W. Heffer & Sons Ltd., 1991 Parera, Daniel Jos, Pengantar
Linguistik Umum: Bidang Fonetik dan Fonemik, Flores: Nusa Indah, 1983.
Sahulata, Daniel, An Introduction to Sounds and Sound System of English, Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Pengembangan LPTK, 1988 .