A. Konsep Dasar Sistem Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya
Suatu perusahaan dapat dikatakan berhasil apabila perusahaan itu telah mencapai tujuan yaitu keuntungan maksimum. Keberhasilan perusahaan itu juga tergantung dari pimpinan perusahaan, yang mempunyai tanggung jawab dalam mengelola perusahaan. Pimpinan perusahaan akan selalu berusaha memperoleh informasi-informasi atau data yang lengkap mengenai bagian-bagian perusahaan. Di antara berbagai macam informasi tersebut adalah informasi mengenai biaya yang membentuk harga pokok dan keuntungan yang diinginkan. Agar informasi biaya dapat digunakan oleh manajemen maka biaya harus dicatat, digolongkan, dikumpulkan dan disajikan sesuai dengan keperluan manajemen (Muhadi, Joko Siswanto (2001:2).
Pimpinan perusahaan yang baik harus mampu merencanakan tingkat pengeluaran biaya dengan hati-hati, karena perencanaan biaya yang baik itu harus dipusatkan pada hubungan lingkal pengeluaran dengan manfaat yang diperoleh dari pengeluaran tersebut. Kadangkala suatu perusahaan mengeluarkan biaya yang besar karena ingin mendapat manfaat yang besar pula dari pengeluaran tersebut, tetapi ada pula perusahaan yang berusaha mengurangi tingkat biaya tanpa mempedulikan akibat yang timbul.
——- tax* m
PERFUSTAKAAM UMB
bagi manajemen. Sehingga manajemen diharapkan dapat melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengevaluasian terhadap aktivitas yang telah dilaksanakan.
Ditinjau dari aktivitasnya, akuntansi biaya dapat didefinisikan sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya-biaya pembuatan dan penjualan barang jadi (produk) atau penyerahan jasa, dengan cara-cara tertentu, serta menafsirkan hasilnya. Apabila ditinjau dari fungsinya, akuntansi biaya dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang menghasilkan informasi biaya yang dapat dipakai sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan manajemen (Muhadi, Joko Siswanto, 2001:1).
2. Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Manajemen
Akuntansi secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya merupakan bagian tak terpisahkan dari kedua tipe akuntansi tersebut. Dalam hal ini penulis hanya akan membahas hubungan akuntansi biaya dan akuntansi manajemen.
Akuntansi manajemen mempunyai tujuan utama menyediakan informasi keuangan bagi manajemen yang berguna untuk pengambilan keputusan tertentu. Sebagai contoh, seorang manajer pemasaran akan
pengambilan keputusan tersebut, manajer memerlukan informasi yang relevan dengan keputusan yang akan diambil, yaitu informasi biaya produksi. Informasi tersebut dihasilkan oleh bagian akuntansi biaya (Muhadi, Joko Siswanto, 2001:1).
Jadi, akuntansi biaya merupakan bagian integral dengan akuntansi manajemen, karena akuntansi biaya menghasilkan informasi biaya yang diperlukan oleh akuntansi manajemen guna memberikan pertimbangan kepada manajer untuk keperluan pengambilan keputusan tertentu.
3. Tujuan Akuntansi Biaya
Menurut Muhadi, Joko Siswanto (2001:2) tujuan pokok akuntansi biaya dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Perencanaan harga pokok produk {product costing).
Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk dilakukan pencatatan, penggolongan, dan peringkasan biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa dengan cara-cara tertentu.
b. Pengendalian biaya (cost control).
Untuk memenuhi tujuan pengendalian biaya, maka biaya pembuatan produk yang seharusnya terjadi diterapkan terlebih dahulu. Akuntansi
Untuk pengambilan keputusan, akuntansi biaya menyediakan informasi biaya masa yang akan datang {future cost) karena pengambilan keputusan berhubungan dengan masa depan. Informasi biaya masa yang akan datang tersebut jelas tidak dapat diperoleh dari catatan karena memang tidak dicatat, melainkan diperoleh dari hasil peramalan.
4. Klasifikasi Biaya
Menurut Hammer, Carter, and Usry (2004:40) klasifikasi biaya sangat penting guna membuat ikhtisar yang berarti atas data biaya. Klasifikasi yang paling umum digunakan didasarkan pada hubungan antara biaya dengan berikut ini:
a. Biaya dalam Hubungannya dengan Produk
Proses klasifikasi biaya dan beban dapat dimulai dengan menghubungkan biaya ke tahap yang berbeda dalam operasi suatu bisnis.
Dalam lingkungan manufaktur, total biaya operasi terdiri atas dua elemen:
biaya manufaktur dan biaya komersial.
Biaya Manufaktur. Biaya manufaktur juga disebut biaya produksi atau biaya pabrik, biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya: bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung, keduanya disebut biaya
Biaya bahan baku adalah bahan yang digunakan untuk
menghasilkan barang jadi dan secara fisik menjadi bagian dari barang
jadi tersebut. Atau dapat juga diidentifikasikan sebagai bahan yang
digunakan dalam pengolahan produk yang dapat menjadi bagian fisik dari produk akhir. Biaya bahan baku merupakan harga perolehan dari bahan baku yang dipakai didalam pengolahan pabrik.
2) Biaya Tenaga Kerja Langsung.
Biaya tenaga kerja langsung (direct labour) adalah biaya yang dibayarkan kepada tenaga kerja langsung. Istilah tenaga kerja langsung
digunakan untuk menunjuk tenaga kerja (karyawan) yang terlibat langsung dalam proses pengolahan bahan langsung atau bahan baku menjadi barang jadi. Biaya tenaga kerja langsung juga merupakan
balas jasa yang diberikan kepada karyawan pabrik yang manfaatnya
dapat diidentifikasikan atau diikuti jejaknya pada produk tertentu yang dihasilkannya oleh perusahaan.
3) Biaya Overhead Pabrik.
Pada umumnya biaya overhead pabrik dideflnisikan sebagai biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, dan semua
diidentifikasikan ataupun dibebankan secara langsung pada pesanan
tertentu atau produk tertentu. Biaya overhead pabrik (biaya produksi
tidak langsung) adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Dalam pengertian ini yang dimaksud biaya overhead pabrik adalah segala macam bentuk biaya hams diperhitungkan dalam proses produksi selain biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung. Jadi sifat atas biaya-biaya tersebut
digolongkan sebagai bentuk biaya produksi tidak langsung.a) Biaya bahan penolong.
Adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun pada akhirnya manjadi bagian produk jadi tetapi
nilainya relatif kecil.
b) Biaya tenaga kerja tidak langsung.
Adalah biaya tenaga kerja yang tidak dapat diidentifikasi pada produk atau tidak dikeluarkan secara langsung dalam proses produksi.
c) Biaya reparasi dan pemeliharaan.
Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya reparasi dan pemeliharaan
antara lain adalah biaya pemakaian suku cadang, biaya bahan habis pakai {factory supplies).
Adalah biaya penyusutan mesin, penyusutan kendaraan dan pen>-usutan aktiva tetap lainnya yan digunakan untuk keperluan pabrik.
e) Biaya yang timbul akibat berlalunya waktu adalah biaya asuransi mesin, biaya asuransi gedung pabrik dan biaya asuransi kendaraan
yang digunakan untuk keperluan pabrik.
f) Biaya overhead lainnya yang secara langsung memerlukan
pengeluaran uang tunai antara Iain biaya listrik PLN, biaya untuk air.b. Biaya dalam Hubungannya dengan Volume Produksi
Beberapa jenis biaya berubah secara proporsional terhadap perubahan dalam volume produksi atau output, sementara yang lainnya
tetap relatif konstan dalam jumlah. Kecenderungan biaya untuk berubah
terhadap output harus dipertimbangkan oleh manajemen jika manajemen
ingin sukses dalam merencanakan dan mengendalikan biaya.
1) Biaya Variabel
Jumlah total biaya variabel berubah secara proporsional terhadap
perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan (relevant range). Dengan kata lain, biaya variabel menunjukkan jumlah per unit yang relatif konstan dengan berubahnya aktivitas dalam rentang yang relevan. Biaya variabel biasanya memasukkan biaya bahan baku danbiaya tenaga kerja langsung. Berikut ini adalah biaya overhead yang
diklasifikasikan sebagai biaya variabel:a) Perlengkapan b) Bahanbakar c) Peralatan kecil
d) Kerusakan, sisa dan beban reklamasi e) Biaya penerimaan
f) Royalti
g) Biaya komunikasi h) Upah lembur
i) Penanganan bahan baku. 2) Biaya Tetap
Biaya tetap bersifat konstan secara total dalam rentang yang relevan. Dengan kata lain, biaya tetap per unit semakin kecil seiring dengan meningkatnya aktivitas dalam rentang yang relevan. Berikut adalah biaya overhead pabrik yang biasanya dilkasifikasikan sebagai biaya tetap :
a) Gaji eksekutif produksi b) Depresiasi
c) Pajak properti d) Amortisasi paten e) Gaji supervisor
f) Asuransi—properti dan kewajiban g) Gaji satpam dan pegawai kebersihan
h) Pemeliharaan dan perbaikan gedung bangunan i) Sewa
3) Biaya Scmivariabcl
Beberapa jenis biaya memiliki elemen biaya tetap dan biaya variabel; jenis biaya ini disebut biaya semivariabel. Berikut ini adalah contoh-contoh dari biaya overhead semivariabel;
a) Inspeksi
b) Jasa departemen biaya c) Jasa departemen penggajian d) Jasa departemen personalia e) Jasa kantor pabrik
f) Jasa bahan baku dan persediaan g) Air dan limbah
h) Pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin pabrik i) Asuransi kompensasi
j) Asuransi kecelakaan dan kesehatan k) Pajak penghasilan
1) Beban hubungan industrial m) Pemanasan, listrik dan generator
Karena setiap biaya manufaktur dan non-manufaktur biasanya diklasifikasikan sebagai biaya tetap atau biaya variabel untuk tujuan analisis, biaya semivariabel harus dipisahkan menjadi komponen tetap dan komponen variabel.
c. Biaya dalain Hubungannya dengan Departemen Produksi atau Segmen Lain
Suatu bisnis dapat dibagi menjadi segmen-segmen yang memiliki berbagai nama. Pembagian pabrik menjadi departemen, proses-proses, unit kerja, pusat biaya, atau kelompok biaya juga berfungsi sebagai dasar untuk mengklasifikasikan dan mengakumulasikan biaya dan membebankan tanggung jawab untuk pengendalian biaya. Saat produk melalui suatu departemen atau pusat biaya, unit tersebut dibebankan dengan biaya yang dapat ditelusuri langsung (biasanya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung) dan sebagian biaya tidak langsung (biaya overhead pabrik).
Departemen Produksi dan Departemen Jasa. Di departemen produksi, operasi manual dan operasi mesin seperti pembentukan dan perakitan dilakukan secara langsung pada produk atau bagian-bagian dari produk. Departemen jasa, jasa diberikan untuk keuntungan departemen lain. Bisnis jasa tidak memproduksi barang jadi sebagai output mereka. ,
Biaya Bersama (Common Cost) dan Biaya Gabungan (Joint Cost). Biaya bersama (common cost) biasanya ada di organisasi dengan
banyak departemen atau segmen. Tingkat segmentasi meningkatkan kecenderungan semakin banyak biaya menjadi biaya bersama. Biaya
gabungan (Joint Cost) terjadi ketika produksi dari suatu produk menghasilkan satu atau beberapa produk lain tanpa dapat dihindari. Data yang dihasilkan dari alokasi biaya gabungan harus diperlakukan dengan hati-hati dalam pengambiian keputusan.
d. Biaya dalam Hubungannya dengan Periode Akuntansi
Biaya dapat diklasifikasikan sebagai pengeluaran modal (capital expenditure) atau sebagai pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Suatu pengeluaran modal ditujukan untuk memberikan manfaat dimasa depan dan dilaporkan sebagai aktiva. Pengeluaran pendapatan memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban. Aktiva akhirnya akan menjadi beban ketika dikonsumsi atau kehilangan kegunaan. Membedakan antara pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan adalah penting untuk menandingkan biaya dengan pendapatan dan mengukur laba periodik.
e. Biaya dalam Hubungannya dengan Suatu Keputusan, Tindakan, atau Evaluasi
Biaya diferensial adalah salah satu nama dari biaya yang relevan untuk suatu pilihan di antara banyak alternatif. Biaya diferensial sering kali disebut biaya marginal atau biaya inkremental. Suatu biaya yang telah terjadi dan oleh karena itu, tidak relevan terhadap pengambiian keputusan
disebut biaya tertanam (sunk cost). Dalam suatu keputusan untuk menghentikan suatu produk atau divisi, beberapa dari biaya produk atau divisi tersebut bisa saja tidak terpengaruh dengan keputusan itu; biaya seperti itu disebut biaya yang tidak dapat dihindari. Biaya yang dapat dihindari, justru relevan terhadap pengambilan keputusan.
Ketika kinerja dari seorang manajer dievaluasi, suatu iangkah penting melibatkan klasifikasi biaya yang berada di bawah kendali manajer tersebut. Biaya yang tidak berada di bawah kendali manajer tersebut umumnya tidak relevan terhadap evaluasi dari kinerja manajer itu, dan manajer itu sebaiknya tidak dianggap bertanggung jawab atas biaya tersebut.
B. Konsep Dasar,4c//vi7y Based Costing (ABC) 1. Pengertian Activity Based Costing
Dalam mengevaluasi profitabilitas lini produk yang berbeda, perlu untuk melakukan penelusuran biaya overhead pabrik secara tepat. Meskipun demikian, karena biaya overhead pabrik berhubungan secara tidak langsung dengan produk akhir, akuntan manajemen harus menemukan dasar yang sesuai untuk membebankan biaya tersebut ke produk individual. Activity based costing merupakan hasil upaya perbaikan oleh akuntan manajemen (Blocherterjemahan A. Susty Ambarriani (2000:119).
Armanto Witjaksono (2000:210) berpendapat bahwa : "Activity Based Costing (ABC) adalah suatu metode pengukuran biaya produksi dan jasa yang didasarkan atas penjumlahan biaya dari pada kegiatan atau aktivitas yang timbul berkaitan dengan produk atau jasa tersebut".
Menurut Garisson/Noreen (2000:292) mengatakan bahwa "Activity
Based Costing (ABC) adalah metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategi dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap".
Activity Based Costing menurut Charles T. Horgren, Srikant M. Datar, George Foster (2005:172) adalah : "sistem yang membentuk kelompok biaya berdasarkan aktivitas yang terstruktur dengan dasar alokasi biaya berdasarkan
aktivitas tertentu, yang merupakan pemicu biaya untuk kelompok tersebut. Activity Based Costing digunakan untuk menentukan produk dan biaya untuk laporan khusus kepada manajer. Tujuan dari ABC adalah memahami overhead dan profitabilitas produk dan konsumen.
Sedangkan menurut Blocher terjemahan A. Susty Ambarriani (2000:120), "Activity Based Costing adalah pendekatan penentuan biaya produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan karena aktivitas".
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai ABC System, terlebih dahulu penulis menjelaskan berturut-turut istilah aktivitas,
sumber daya, objek biaya, elemen biaya, cost driver, driver sumber daya, dan
driver aktivitas.
Aktivitas adalah pekerjaan yang dilakkukan dalam suatu organisasi.
Aktivitas adalah tindakan, gerakan atau rangkaian pekerjaan. Aktivitas juga
didefinisikan sebagai kumpulan tindakan yang dilakukan dalam organisasi
yang berguna untuk tujuan penentuan biaya berdasarkan aktivitas. Sumber
daya merupakan unsur ekonomis yang dibebankan atau digunakan dalam
pelaksanaan aktivitas.
Objek biaya merupakan bentuk akhir dimana pengukuran biaya diperlukan. Contoh objek biaya adalah pelanggan, produk, jasa, kontrak,
proyek atau unit kerja lainnya dimana manajemen menginginkan pengukuran biaya secara terpisah. Elemen biaya merupakan jumlah yang dibayarkan untuk sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas dan terkandung di dalam cost pool.
Cost driver adalah faktor-faktor yag menyebabkan perubahan biaya aktivitas, cost driver merupakan faktor yang dapat diukur yang digunakan untuk membebankan biaya ke aktivitas dan dari aktivitas ke aktivitas lainnya, produk atau jasa. Dua jenis cost driver adalah driver sumber daya {resources driver) dan driver aktivitas {activity driver).
Driver sumber daya merupakan ukuran kuantitas sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas. Cost driver digunakan untuk membebankan biaya sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas ke cost pool tertentu. Driver
aktivitas adalah ukuran frekuensi dan intensitas permintaan terhadap suatu
aktivitas terhadap objek biaya. Activity driver digunakan untuk membebankan
biaya dari cost pool ke objek biaya (Blocher terjemahan A. Susty Ambarriani,
2000:120).
Activity based costing merupakan sistem yang mempertahankan dan
memproses data keuangan dan operasional dari sumber daya perusahaan
berdasarkan aktivitas, objek biaya, cost driver, dan ukuran kinerja aktivitas.
ABC juga membebankan biaya ke aktivitas dan objek biaya.
System Activity Based Costing menurut Hanry Simamora (2000:114) adalah " sistem akuntansi yang berfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa". Activity Based Costing menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut.
Jadi, activity based costing mengakui bahwa pelaksanaan aktivitas menimbulkan konsumsi sumber daya yang dicatal sebagai biaya. "Katkulasi biaya berbasis transaksi adalah nama lain untuk activity based costing". Tujuannya untuk mengalokasikan biaya transaksi dari aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu departemen dan kemudian mengalokasikan biaya tersebut secara lepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas setiap produk.
Menurut S. Munawir (2002:354) Activity Based Costing (ABC) System adalah sistem informasi biaya yang mempunyai atau dilandasi empat karakteristik sebagai berikut:
a. Custemer-Value, dalam arti bahwa sistem ABC difokuskan untuk menyediakan value yang terbaik bagi pelanggan memalui proses bisnis berbasis pada efektivitas biaya.
b. Continous Improvement, sebagai sistem informasi biaya yang dapat memotivasi personal dalam melakukan pengembangan secara berkelanjutan terhadap proses yang digunakan oleh perusahaan dalam menghasilkan value bagi pelanggan.
c. Cross-Functional, sebagai suatu sistem yang difokuskan untuk mendorong adanya keterpaduan fungsi-fungsi yang ada dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
d. Employee Empowerment, adalah sistem informasi biaya yang dapat memberdayakan karyawan untuk melakukan keputusan atas pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.
Sistem ABC menghasilkan penentuan harga pokok produk yang lebih
akurat dan dapat membantu perusahaan dalam mengelola keunggulan
kompetitif, kekuatan dan kelemahan perusahaan secara efisien. Pada waktu yang lalu, sistem ABC hanya diimplementasikan jika (1) biaya mengukur aktivitas dan biaya aktivitas menurun, mungkin karena sistem penjadwalan yang sudah terotomatisasi di pabrik; (2) persaingan yang semakin ketat
meningkatkan biaya kesalahan yang disebabkan kekeliruan dalam penentuan
harga jual; dan (3) diversitas produk sangat tinggi dalam hal volume, ukuran,
dan kompleksitas produk (Blocher terjemahan A. Susty Ambarriani,
2000:123).
2. Manfaat Dan Keterbatasan Activity Based Costing a. Manfaat Activity Based Costing
Manfaat ABC menurut Blocher terjemahan A. Susty Ambarriani (2000:127), membantu mengurangi distorsi yang disebabkan oleh alokasi biaya tradisional. ABC juga memberikan pandangan yang jelas tentang
bagaimana komposisi perbedaan produk, jasa, dan aktivitas perusahaan yang memberi kontribusi sampai lini yang paling dasar dalam jangka panjang.
Manfaat utama Activity Based Costing adalah sebagai berikut: 1) ABC menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif, yang
mengarahkan kepada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan kepada keputusan strategi yang lebih baik tentang penentuan harga jual, lini produk, pasar, dan pengeluaran modal. 2) ABC menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang
dipicu oleh adanya aktivitas, hal ini dapat membantu manajemen untuk meningkatkan 'product value"1 dan ^process value' dengan membuat keputusan yang lebih baik teniang desain produk,
mengendalikan biaya secara lebih baik dan membantu perkembangan
proyek-proyek peningkatan value.
3) ABC memudahkan manajer memberikan informasi tentang biaya relevan untuk pengambilan keputusan bisnis.
b. Keterbatasan Activity Based Costing
Meskipun ABC memberikan alternatif penelusuran biaya ke produk individual secara lebih baik, tetapi juga mempunyai keterbatasan yang harus diperhatikan oleh manajer sebelum menggunakannya untuk menghitung biaya produk. Menurut Blocher terjemahan A. Sustty Ambarriani (2000:127) adalah sebagai berikut:
1) Alokasi. Bahkan jika data aktivitas tersedia, beberapa biaya mungkin membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran volume yang arbitrer sebab secara praktis tidak dapat ditemukan aktivitas yang dapat menyebabkan biaya tersebut. Contoh beberapa biaya untuk mempertahankan fasilitas, seperti aktivitas membersihkan pabrik dan pengelolaan proses produksi.
2) Mengabaikan Biaya. Keterbatasan lain dari ABC adalah beberapa biaya yang mengidentifikasi pada produk tertentu diabaikan dari analisis. Aktivitas yang biayanya sering diabaikan adalah pemasaran, advertensi, riset dan pengembangan, rekayasa produk, dan klaim asuransi. Tambahan biaya secara sederhana ditambahkan ke biaya produksi untuk menentukan biaya produk total. Secara tradisional
biaya pemasaran dan administrasi tidak dimasukkan ke dalam biaya
produk karena persyaratan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh GAAP menghamskan memasukkan ke dalam biaya peiiode.3) Pcngeluaran dan waktu yang dikonsumsi. Sistem ABC sangat mahal untuk dikembangkan dan diimplementasikan. Di samping itu juga membutuhkan waktu yang banyak. Seperti sebagian besar sistem akuntansi dan manajemen yang inovatif, biasanya diperlukan waktu lebih dari satu untuk mengembangkan dan mengimplementasikan ABC dengan sukses.
Keterbatasan ABC menurut Armanto Witjaksono (2000:218) adalah "dalam penerapannya memerlukan lebih banyak waktu, tenaga dan juga peralatan sehingga biaya dari informasi yang dihasilkan menjadi relatif lebih mahal dibandingkan dengan informasi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi konfensional.
3. Pengindentifikasian Pusat-Pusat Aktivitas
Pusat aktivitas adalah bagian dari proses pabrikasi terhadapnya manajemen hendak memisahkan pelaporan biaya aktivitas yang diperlukan. Terdapat empat tingkat umum aktivitas, dimana masing-masing tingkat aktivitas tersebut dibagi-bagi menjadi pusat-pusat aktivitas tertentu. Keempat tingkat aktivitas tersebut menurut Blocher terjemahan A. Susty Ambarriani (2000:123) adalah:
a. Aktivitas tingkat unit (Unit level activities) adalah aktivitas-aktivitas yang
muncul sebagai akibat jumlah volume produksi yang melalui sebuah fasilitas produk. Aktivitas tingkat unit dilakukan untuk memproduksi setiap satu unit produk yang diproduksi. Contoh aktivitas tingkat unit adalah pemakaian bahan, pemakaian jam kerja langsung, memasukkan komponen, inspeksi setiap unit, dan aktivitas-aktivitas menjalankan mesin.
b. Aktivitas tingkat gugus produk (Batch level activities). Aktivitas-aktivitas
tingkat gugus produk mencakup tugas-tugas seperti penempatan pesanan pembelian, penyiapan perlengkapan produksi, pengiriman produk kepada pelanggan, dan penerimaan bahan baku. Batch level activities adalah
aktivitas yang dilakukan untuk setiap batch aatau kelompok produk.
Aktivitas berlevel batch dilakukan setiap satu batch ingin diproduksi.
c. Aktivitas tingkat produk (Product level activities). Aktivitas-aktivitas tingkat produk berkaitan dengan produk tertentu yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas tingkat produk adalah aktivitas yang dilakukan
untuk mendukung produksi produk yang berbeda. Semakin banyak produk
dan lini produk, maka semakin tinggi biaya aktivitas-aktivitas tingkat produk.
d. Aktivitas tingkat fasilitas (Facility level activities). Aktivitas-aktivitas tingkat fasilitas biasanya digabung ke dalam sebuah pusat aktivitas
tunggal karena aktivitas-aktivitas ini berkaitan dengan keseluruhan produksi dan tidak dengan gugus spesifik tertentu ataupun produk tertentu
yang diproduksi. Biaya tingkat fasilitas meiiputi unsur-unsur seperti
manajemen pabrik, asuransi, pajak bumi dan bangunan, dan fasilitas rekreasional karyawan. Dengan demikian aktivitas tingkat fasilitas adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung produksi produk secara umum'.C. Sistem Biaya Tradisional
1. Konsep Dasar Sistem Biaya Tradisional
Menurut Blocher terjemahan A. Susty Ambariani (2000:118) pengertian sistem tradisional adalah sebagai berikut:
"Sistem penentuan harga pokok tradisional menggunakan tarif overhead untuk beberapa departemen yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik ke produk atau jasa berdasarkan volume output".
Sistem biaya tradisional merupakan sistem yang pengalokasian biaya overhead pabnknya menggunakan tarif tunggal (antara volume output jam mesin, jam tenaga kerja, ataupun biaya bahan) dalam penentuan harga pokok produknya sehingga produk ini mengakibatkan biaya terdistorsi akibat adanya keragaman produk, volume dan keragaman bahan. Karena pada dasarnya tiap biaya overhead tidak hanya memahami satu alokasi saja.
Alokasi biaya overhead menurut sistem tradisional yaitu prosedur dua tahap. Alokasi dua tahap membebankan biaya sumber daya perusahaan yang disebut biaya overhead pabrik ke "cost pool" dan kemudian ke objek biaya
berdasarkan bagaimana suatu objek biaya menggunakan sumber daya
tersebut.
2. Keterbatasan Sistem Biaya Tradisional
Sistem akuntansi biaya tradisional tidak fit untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, turbelen, dan yang didalamnya customer
memegang kendali bisnis. Berikut ini diuraikan kelemahan akuntansi biaya
tradisional menurut Mulyadi, Johny Setiawan (2001:681) yaitu :
a. Oleh karena akuntansi biaya tradisional didesain untuk perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan dagang tidak dapat memanfaatkan akuntansi biaya untuk merencanakan dan mengimplementasikan program pengurangan biaya dan perhitungan object cost secara akurat.
b. Oleh karena fokus akuntansi biaya tradisional adalah hanya pada biaya produksi, biaya-biaya di luar produksi yang mulai signifikan jumlahnya tidak mendapatkan perhatian memadai dari manajemen.
c. Oleh karena akuntansi biaya tradisional berfokus ke penyediaan informasi biaya bagi pihak luar perusahaan, manajemen tidak memperoleh informasi biaya untuk pengelolaan perusahaan dan informasi tentang cost produk yang akurat.
d. Oleh karena pengendalian biaya melalui sistem biaya standar hanya difokuskan terhadap biaya produksi, lebih spesifik lagi terhadap biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sistem pengendalian biaya septrti itu tidak fit untuk perusahaan yang memiliki biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung yang proporsinya tidak signifikan
dibandingkan dengan total biaya pembuatan produk.e. Pengaitan biaya dengan responsible manager dan perbandingan antara
biaya sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan per pusat
pertanggungjawaban, serta analisis terhadap penyimpangan biaya yang terjadi tidak dapat menunjukkan penyebab terjadinya penyimpangan biaya yang terjadi.f. Akuntansi biaya tradisional menggunakan allocation intensive dalam
memperlakukan biaya overhead pabrik sehingga cost produk yang dihasilkan tidak akurat, karena alokasi menggunakan dasar yang bersifat sembarang.
g. Akuntansi biaya tradisional tidak fit untuk menghadapi lingkungan bisnis yang kompleks dan kompetitif, karena hanya mampu menghasilkan laporan biaya dengan dimensi tunggal. Intensive dalam memperlakukan biaya overhead pabrik sehingga cost produk yang dihasilkan tidak akurat, karena alokasi menggunakan dasar yang bersifat sembarang.
h. Dalam lingkungan bisnis yang di dalamnya customer dominan, biaya-biaya yang berkaitan dengan pilihan customer menjadi meningkat. Seperti biaya set-up mesin karena bervariasinya pesanan dari customer, biaya perubahan desain karena semakin pemilihnya sifat customer.
i. Oleh karena akuntansi biaya tradisional didesain pada zaman pengolahan data akuntansi masih manual, informasi akuntansi hanya dapat
dimanfaatkan oleh manajemen puncak dan pihak luar perusahaan melalui
laporan akuntansi yang disajikan oleh fungsi akuntansi.
3. Kelebihan Sistein Biaya Tradisional
Adapun kelebihan sistem akuntansi biaya tradisional adalah : a) Mudah ditcrapkan
Sistein ini tidak banyak menggunakan cost driver dalam mengalokasikan biaya overhead sehingga hal ini memudahkan bagi manajer untuk melakukan perhitungan. Selain itu sistem ini telah lama diterapkan, jadi manajer tidak terlalu sulit untuk mengadakan penyesuaian terhadap sistem ini.
b) Mudah diaudit
Karena jumlah cost driver yang digunakan tidak banyak, biaya overhead di alokasikan berdasarkan volume based measure, maka hal ini akan lebih memudahkan auditor dalam melakukan suatu proses audit.
c) Sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
D. Perbedaan Activity Based Costing Dengan Tradisional System
Tanpa mempedulikan jumlah dari departemen, tempat penampungan biaya overhead, maupun dasar alokasi berbeda yang digunakan, sistem perhitungan biaya tradisional memiliki karakteristik khusus, yaitu dalam penggunaan ukuran yang berkaitan dengan volume atau ukuran tingkat unit secara eksklusif sebagai dasar untuk untuk mengalokasikan overhead ke output. Untuk alasan tersebutlah
maka sistem tradisional juga disebut dengan sistem berdasarkan unit (unit cost
system), ( Hammer, Carter, and Usry, 2004:499).
Sistem ABC mengharuskan penggunaan tempat penampungan overhead lebih dari satu, tetapi tidak setiap sistem dengan tempat penampungan biaya lebih dari satu adalah sistem ABC. Misalnya, suatu toko bunga mungkin saja menghitung biaya karangan bunga yang dijualnya dengan cara menghitung secara terpisah biaya per menit dari proses pemotongan, pengaturan, dan pendekorasian. Tetapi jika setiap karangan bunga individual (unit) memerlukan proses pemotongan, pengaturan, dan pendekorasian, maka sistem perhitungan biaya tersebut adalah sistem berdasarkan unit dan bukan ABC.
Jumlah tempat penampungan biaya overhead dan dasar alokasi cenderung lebih banyak di sistem ABC. Tetapi ini sebagian besar disebabkan karena banyak sistem tradisional dalam satu tempat penampungan biaya atau satu dasar alokasi untuk semua tempat penampungan biaya. Perbedaan tersebut tidaklah bersifat universal. Suatu sistem dapat menggunakan sejumlah besar tempat penampungan overhead dan dasar alokasi, tetapi jika semua dasar alokasinya adalah tingkat unit, maka sistem tersebut adalah sistem tradisional dan bukan ABC.
Selain itu juga ierdapat perbedaan umum antara sistem ABC dan sistem tradisional adalah homogenitas dari biaya dalam satu tempat penampungan biaya. ABC mengharuskan perhitungan tempat penampungan biaya suatu aktivitas, maupun identifikasi suatu pemicu aktivitas untuk setiap aktivitas yang signifikan dan mahal. Akibatnya, ada lebih banyak kehati-hatian, paling tidak dalam
membentuk tempat penampungan biaya dalam sistem ABC dibandingkan dalam
perhitungan biaya tradisional.
Perbedaan lain antara sistem ABC dan sistem tradisional adalah bahwa
semua sistem ABC adalah sistem perhitungan biaya dua tahap, sementara sistem
tradisional bisa merupakan sistem perhitungan satu atau dua tahap. Di tahap
pertama dalam sistem ABC, tempat penampung biaya aktivitas dibentuk ketika
biaya sumber daya dialokasikan ke aktivitas berdasarkan pemicu sumber daya. Di
tahap kedua, biaya aktivitas dialokasikan dari tempat penampungan biaya
aktivitas ke produk atau objek biaya final lainnya. Tetapi, sistem biaya tradisional
menggunakan dua tahap hanya apabila jika departemen atau pusat biaya lain dibuat. Biaya sumber daya dialokasikan ke pusat biaya di tahap pertama, dan kemudian biaya dialokasikan dari pusat biaya ke produk di tahap kedua. Beberapa sistem tradisional hanya terdiri dari satu tahap karena sistem tersebut tidakmenggunakan pusat biaya yang terpisah tetapi tidak ada sistem ABC yang hanya terdiri dari satu tahap ( Hammer, Carter, and Usry, 2004:500).
Perbedaan lain antara activity based cost system dengan traditional system, yaitu:
1. Activity based cost system menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemicu untuk menentukan berapa besar setiap overhead tidak langsung dari setiap produk mengkonsumsi biaya berdasarkan aktivitas. Pada sistem tradisional overhead diasumsikan hanya disebabkan oleh cost driver berdasarkan unit,
dengan demikian gagal menyerap konsumsi overhead yang benar menurut
produk individual.
2. Activity based cost system membagi konsumsi overhead ke dalam empat
kategori yaitu unit, batch, produk dan penipang fasilitas. Sebagai akibatnya,
activity based cost system mengkalkulasi konsumsi sumber daya, tidak
semata-mata pengeluaran organisasi.
3. Fokus activity based cost adalah pada biaya, mutu dan faktor waktu. Sistem
tradisional terutama memfokuskan pada kinerja keuangan jangka pendek,
seperti laba, dengan cukup akurat.
4. Activity based cost memerlukan masukan dari seluruh departemen.
Persyaratan ini mengarah ke integrasi yang lebih baik dan memberikan suatu
pandangan fungsional silang mengenai oganisasi.5. Activity based cost mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk analisis
varian dari pada sistem tradisional, karena kelompok biaya (cost pool) dan
pemicu (driver) jauh lebih akurat dan jelas, dan ABC system dapat
menggunakan biaya historis pada akhir periode untuk menghitung biayaaktual apabila kebutuhan muncul.
6. Karena activity based cost system terdiri dari berbagai pusat biaya aktivitas
(activity stage centers) dan pemicu tahap kedua (second stage driver), biayadianggarkan yang digunakan untuk melakukan studi ABC seharusnya
diharapkan lebih mendekati biaya aktual daripada sistem tradisionai.
E. Harga Pokok Proriuksi
1. Pengertian Harga Pokok Produksi
Harga pokok (biaya) produksi menurut Muhadi, Joko Siswanto
(2001:10) adalah "biaya yang terjadi dalam rangka untuk menghasilkan
barang jadi (produk) dalam perusahaan manufaktur".
Slamet Sugiri dan Bogat Agus Riyono (2004:264) berpendapat bahwa
"Harga pokok produksi merupakan kumpulan dari biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh dan mengolah bahan baku sampai menjadi
barang jadi".
Sedangkan menurut S. Munawir (2002:326) adalah "Biaya produksi
merupakan biaya yang berkaitan dengan pengolahan {manufacture) atau mengubah bahan baku menjadi barang yang siap jual atau dikonsumsi, maupun biaya pelaksanaan atau pemberian jasa/pelayanan".Dalam akuntansi tradisional, semua biaya produksi dibebankan ke
produk bahkan biaya produksi yang tidak disebabkan oleh produk. Dalam
ABC, biaya hanya akan dibebankan ke produk apabila ada alasan yang mendasar bahwa biaya tersebut dipengaruhi oleh produk yang dibuat.Persediaan produk baik dalam perusahaan manufaktur maupun dalam perusahaan dagang diperlakukan sebagai aset dalam neraca perusahaan. Sepanjang persediaan mempunyai nilai pasar, maka persediaan dipertimbangkan sebagai aset sampai produk tersebut terjual; kemudian biaya produk (harga pokok produk) ditransfer ke laporan laba/rugi sebagai harga
pokok penjualan (cost ofgood sold) sebagai beban {expense). Ini merupakan
siklus hidup biaya produk, mulai dari desain dan pengolahan sampai pada
penjualan dan pelayanan, yaitu mulai dari aset dalam neraca sampai sebagai
beban dalam laporan laba rugi.
2. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Metode pengumpulan biaya produksi yang manapun akan dipakai oleh
suatu perusahaan biasanya tergantung dari sifat bagaimana produk tersebut
diolah. Pada dasamya sifat pengolahan produk dapat dibedakan kedalam dua
golongan, pengolahan produk yang didasarkan atas pesanan dan pengolahan
yang merupakan produksi massa.
Secara garis besar metode pengumpulan biaya produksi menurut Muhadi, Joko Siswanto (2001:6) dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Metode harga pokok pesanan. b. Metode harga pokok proses.
Untuk lebih jelasnya penulis akan menguraikan kedua metode tersebut sebagai berikut:
a. Metode harga pokok pesanan {Job Order Cost Method).
Metode harga pokok pesanan adalah suatu cara menentukan harga pokok produk dimana biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya produksi tidak langsung dikumpulkan dan dibebankan secara seksama kepada setiap pesanan yang dihasilkan. Dengan demikian
perusahaan dapat mengidentifikasikan dan mengumpulkan biaya-biaya
produksi berdasarkan pesanan-pesanan yang diterima.
Metode harga pokok pesanan digunakan pada perusahaan
manufaktur yang proses produksinya berdasarkan pesanan. Pengolahan
produk akan dilakukan setelah datangnya pesanan penjualan {sales order),
yang memuat jenis dan jumlah produk yan dipesan, spesifikasi pesanan, tanggal diterima dan harus diserahkan. Atas dasar pesanan penjualan akan dibuat perintah produksi {production order), untuk melaksanakan kegiatan produksi sesuai dengan yang dipesan oleh pembeli.Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan produksi untuk melayani pesanan dan sifat produksinya terputus-putus. Selesai pesanan yang satu dilanjutkan dengan pengolahan yang lain. Pada harga pokok
pesanan, harga pokok dikumpulkan untuk setiap pesanan sesuai dengan
biaya produksi setiap pesanan akan dihitung pada saat pesanan selesai.
Untuk menghitung biaya satuan, jumlah biaya produksi pesanan dengan produksi pesanan yang bersangkutan. Sebagai contoh perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan misalnya perusahaan percetakan, karoseri, mebel, industri galangan kapal dan sebagainya.
Sistem akuntansi harga pokok pesanan dirancang untuk dapat memberikan dua informasi kepada manajemen, yaitu :
1) Informasi mengenai harga pokok atau biaya produksi suatu pesanan.
2) Informasi tentang efektivitas biaya yang dapat dikumpulkan dan
dilaporkan.b. Metode harga pokok proses (Proces Cost Method).
Metode harga pokok proses adalah suatu cara menentukan harga
pokok produk dimana biaya produksi dikumpulkan dan dihitung untuk
suatu periode tertentu dan dibebankan kepada proses produksi periode yang bersangkutan. Metode ini digunakan pada perusahaan manufakturyang tipe proses produksinya berdasarkan proses. Pada metode harga
pokok proses perusahaan menghasilkan produk yang homogen, bentuk
produk bersifat standar dan tidak tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli. Kegiatan produksi perusahaan budget produksi atau skedul produksi untuk satuan waktu tertentu yang sekaligus dipakai dasar olehbagian produksi untuk melaksanakan produksi.
Tujuan produksi untuk mengisi persediaan yang selanjutnya akan dijual. Oleh karena sifat produksi homogen dan bentuknya standar maka kegiatan produksi dapat dilaksanakan secara kontinuitas atau terus menerus. Jumlah total biaya produksi pada satuan waktu tertentu dibagi jumlah produk yang dihasilkan pada satuan waktu sama. Contoh perusahaan yang menghasilkan produk atau jasa atas dasar proses misalnya pabrik semen, pabrik kertas, petrokimia, tekstil, penyulingan minyak mentah, air minum dan sebagainya.
2. Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi
Laporan biaya yang disusun dari proses akuntansi biaya, salah satunya
adalah berupa laporan harga pokok produksi. Penyajian laporan harga poko'k
produksi berkaitan dengan penyusunan laporan rugi laba perusahaan untuk
keperluan pertanggungjawaban manajemen kepada pihak eksternal.
Dalam perusahaan yang berproduksi massa, informasi harga pokok
produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi
manajemen untuk :a. Menentukan harga j ual produk
b. Memantau realisasi biaya produksi
c. Menghitung laba atau rugi periodik