• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS PADI, JAGUNG, KEDELAI DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS PADI, JAGUNG, KEDELAI DI INDONESIA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS TERHADAP

PENGEMBANGAN KOMODITAS PADI, JAGUNG, KEDELAI DI

INDONESIA

Prof. Dr. Ir. Dwidjono Hadi Darwanto, MS1), Prof. Dr. Ir. Masyhuri1),

Dr. Ir. Sumaryanto2), dan Ir. Saktyanu Kristyantoadi D, MSi2)

Perundingan bidang pertanian dalam forum kerjasama multilateral bertujuan untuk menciptakan suatu perdagangan hasil pertanian yang adil dan memperhatikan kepentingan pembangunan serta kepentingan negara-negara miskin serta negara-negara berkembang. Pada saat ini batas waktu pemotongan hambatan perdagangan (tarif, bantuan domestik dan subsidi ekspor) telah terlewati bagi untukNegara Maju (NM) dan Negara Berkembang (NB), tetapi modalitas penurunan semua hambatan perdagangan tersebut belum ada dan sampai saat ini masih dirundingkan. Masing-masing negara anggota WTO memiliki kepentingannya sendiri-sendiri, Indonesia pun turut memperjuangkan perlindungan komoditas pertanian yang dihasilkannya. Sejalan dengan hal tersebut, kerjasama antara negara berdekatan secara regional muncul dimana-mana seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), NAFTA (North America Free Trade Agreement), EU (Europe Union), MERCOSUR (the Southern Part of South America), CARICOM (Central America) dan lain-lain. Maksud dari kerjasama ini adalah untuk mewujudkan perdagangan yang lebih cepat dibandingkan dengan negara-negara yang berjauhan sesuai dengan Pasal XX Perjanjian GATT/WTO tentang wilayah perdagangan bebas regional yang diijinkan.

Peranan pemerintah, dalam hal ini Deptan, perlu mengembangkan analisis yang lebih komprehensif, khususnya dalam melihat dampak perdagangan

bebas terhadap pengembangan komoditas pangan utama. Perkembangan menunjukkan bahwa produksi padi meningkat rata-rata 5 persen secara terus menerus dalam lima tahun terakhir (2005-2009). Pencapaian angka produksi padi tersebut merupakan angka tertinggi yang pernah dicapai sejak tiga dekade, sehingga tahun 2008 Indonesia kembali dapat mencapai swasembada beras, bahkan terdapat surplus beras untuk ekspor sebesar 3 juta ton. Demikian pula produksi jagung meningkat 8.22% per tahun, dari 12.52 juta ton pipilan kering tahun 2005 menjadi 17.66 juta ton tahun 2009. Selanjutnya, produksi kedelai juga meningkat 24.59% per tahun dari 808 ribu ton biji kering tahun 2005 menjadi 966 ribu ton biji kering tahun 2009 (Departemen Pertanian, 2010). Secara geografis, pulau Jawa masih merupakan produsen utama untuk ketiga komoditas tersebut dimana pada tahun 2009 produksi padi mencapai 34.5 juta ton atau 54.01 persen dari total nasional 63,8 juta ton, produksi jagung mencapai 9.5 juta ton atau 53.85 persen dari total nasional 17.7 juta ton, sedangkan produksi kedelai mencapai 623,7 ribu ton atau 64,54 persen dari total nasional 966.5 ribu ton.

Tujuan penelitian ini untuk : (1) Melakukan identifikasi dampak perdagangan bebas terhadap perkembangan perekonomian, pertanian dan pangan utama (padi, jagung dan kedelai) nasional; (2) Melakukan evaluasi

(2)

alternatif kebijakan di tingkat daerah terhadap pengembangan komoditas padi, jagung dan kedelai; dan (3) Menyusun rekomendasi kebijakan pengembangan komoditas padi, jagung dan kedelai Indonesia akibat terjadinya perdagangan bebas.

Penelitian ini diawali dengan menjawab tujuan pertama yaitu mengidentifikasi dampak perdagangan bebas yaitu dengan menggunakan Model Proyek Analisis Perdagangan Global (Global Trade Analysis Project/GTAP Modeling) serta analisis deskriptif lainnya terjadinya di seputar negara-negara ASEAN serta negara-negara yang masuk ke dalam kerjasama FTA ASEAN. Seiring dengan proses pengolahan simulasi GTAP, dilakukan pula analisis deskriptif perkembangan komoditas padi, jagung, dan kedelai yang diambil dari survey PATANAS yang dilakukan oleh Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian tahun 1995, 1999 dan 2010. Selanjutnya untuk menjawab tujuan kedua, dalam melakukan evaluasi alternatif kebijakan dilakukan dengan Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai strategi pembangunan dalam menghadapi kondisi yang terjadi pada petani.

Analisis GTAP merupakan salah satu dari paket model CGE yang memiliki database hingga 113 negara dengan 57 sektor atau komoditas. Di dalam penelitian ini, direncanakan agregasi 9 Negara ASEAN beserta mitra Free Trade Area (FTA)-nya dan 13 komoditas, yaitu :

(1) Padi dan Olahannya; (2) Gandum; (3) Jagung; (4)Sayuran, Buah-buahan dan Kacang-kacangan; (5) Kedelai; (6)Gula dari berbagai Tanaman (Tebu, Bit); (7) Tanaman Jenis Fibers; (8) Ternak Hidup dan Dagingnya dari Sapi, Kambing, Domba dan Kuda; (9) Ternak lainnya (ternak hidup dan lainnya) termasuk unggas; (10) Susu dan produk olahnnya; (11) Pertanian lainnya; dan(12)

ProdukMinyak Nabati; dan(13) Produk Makanan Olahan.

Penggunaan metode AHP mencakup dua analisis yaitu kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dalam kerangka pelaksanaan seluruh rangkaian proses atau sistem yang digunakan dalam penetapan dampak perdagangan bebas. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dalam rangka perhitungan kriteria-kriteria atau indikator-indikator untuk menentukan variabel dampak perdagangan bebas. Atas dasar pertimbangan tersebut perlu adanya pendekatan yang lebih objektif, yaitu penilaian setiap cabang alternatif penyelesaian masalah melalui data operasional dengan bobot kepentingan yang berbeda. Urutan Metode AHP adalah sebagai berikut : (1) Identifikasi Sistem, Penapisan Kandidat Variabel Dampak; (2) Penyusunan Tujuan Dan Kriteria Penetapan Variabel dampak; (3)Penyusunan Sistem Hierarki Keputusan; (4) Menyusun Matriks Perbandingan Berpasangan dan Melakukan Perbandingan; (5)Skala Persepsi Responden; (6) Penyusunan Matrik Perbandingan Berpasangan; (7) Penentuan Bobot Prioritas Dengan Metode Eigenvektor dan Eigenvalue; (8) Perhitungan Ratio Inkonsistensi; (9) Analisa Sensitivitas.

Sebagai informasi berdasarkan DATA PATANAS diperoleh gambaran secara keseluruhan perkembangan desa-desa di Indonesia. Berdasarkan data tersebut, kegiatan penelitian akan dilaksanakan di dua propinsi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Kedua propinsi ini merupakan daerah yang dapat mewakili kondisi di Jawa dan Luar Jawa. Diambilnya propinsi Jawa Timur merupakan produsen utama di pulau Jawa. Sedangkan diambilnya propinsi Sulawesi Selatan merupakan propinsi

(3)

yang juga menggambarkan kondisi produsen pangan utama di Luar Jawa.

Berdasarkan cakupan kegiatan yang telah dijelaskan di atas, maka dalam kegiatan penelitian ini, untuk pengolahan dan analisis simulasi GTAP dan PATANAS dilakukan secara deskwork (termasuk penyusunan kuesioner), sedangkan untuk menganalisis pengambilan keputusan di lapangan diambil satu kabupaten di masing-masing propinsi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Cakupan responden data primer adalah mulai dari kelompok petani, nara sumber (pedagang desa/pengumpul, pedagang besar atau eksportir), dan penentu kebijakan di berbagai tingkat administrasi pemerintah. Tahapan pengambilan data dan informasi dilakukan dengan caraFokus Group Discussion (FGD).

Kondisi Ketersediaan Padi, Jagung dan Kedelai ASEAN

Data perdagangan pangan di lingkup ASEAN dan dunia selama periode 1999-2009 menunjukkan bahwa

ketersediaan beras pada perdagangan di lingkup ASEAN masih mengalami surplus apabila perdagangan negara-negara ASEAN dapat diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan internal ASEAN. Perkembangan selama periode di atas menunjukkan bahwa ASEAN mengalami surplus beras hingga 53 juta ton, namun surplus ini dilakukan terhadap dunia. Hal inilah yang mengakibatkan harga cenderung meningkat akhir-akhir tahun ini, dimana produksi begitu melimpah namun dijual ke negara di luar ASEAN. Untuk itu, diperlukan kesepakatan multilateral antar negara ASEAN tanpa mengurangi kebebasan perdagangan masing-masing negara anggota dengan negara di luar ASEAN untuk memperoleh manfaat (gains from trade).

Lain halnya dengan komoditas jagung dan kedelai masih impor dari luar kawasan ASEAN hingga mencapai lebih dari 90 persen. Dengan demikian upaya untuk meningkatkan produksi sepanjang harga yang kompetitif bisa dilakukan mengingat potensi untuk pengembangan kedua komoditas ini cukup baik.

Total Aktivitas (1999-2009)

Beras Jagung Kedelai

(tons) (%) (tons) (%) (tons) (%)

Total Export 252,179,031 100.0 909,798,289 100.0 641,041,873 100.0

Total ASEAN 106,579,794 42.3 5,278,766 0.6 339,927 0.1

a. Dalam ASEAN 26,010,220 10.3 4,445,965 0.5 321,123 0.1

b. ASEAN ke Dunia 80,569,575 31.9 832,801 0.1 18,804 0.0

Non ASEAN ke Dunia 145,599,237 57.7 904,519,523 99.4 640,701,946 99.9

Total Import 265,588,050 100.0 964,013,576 100.0 611,258,481 100.0

Total ASEAN 53,554,474 20.2 39,671,419 4.1 34,954,201 5.7

a. Dalam ASEAN 47,419,459 17.8 5,842,382 0.6 633,619 0.1

b. ASEAN dari Dunia 6,135,015 2.3 33,829,037 3.5 34,320,583 5.6

Non ASEAN dari Dunia 212,033,576 79.8 924,342,156 95.9 576,304,280 94.3

Total Surplus Perdagangan -13,409,019 -54,215,286 29,783,392 Total ASEAN 53,025,320 -34,392,653 -34,614,274 a. Dalam ASEAN -21,409,239 -1,396,417 -312,495 b. Dunia - ASEAN 74,434,559 -32,996,236 -34,301,779 Non ASEAN -66,434,340 -19,822,633 64,397,666

(4)

Perkembangan sosial ekonomi pedesaan terhadap pengembangan komoditas padi, jagung dan kedelai

Selama 15 tahun terakhir terjadi penyesuaian kebijakan nasional akibat dari banyak interaktif antara kebijakan internasional dengan kebijakan dalam negeri. Oleh karena itu tentunya dapat ditunjukkan seberapa jauh perubahan yang dapat terjadi pada tingkat pedesaan. Beberapa indikator yang menunjukkan terjadi peningkatan setelah krisis yang terjadi di era akhir tahun 1990-an adalah luas kepemilikan (Jawa), produktivitas, penggunaan benih (Jawa), pupuk Urea (Jawa) dan pestisida. Perubahan di Jawa relatif lebih cepat dibandingkan dengan apa yang terjadi di luar Jawa. Perubahan input yang relatif lebih besar dibandingkan dengan di Luar Jawa memiliki kecenderungan pendapatan di Jawa lebih rendah dibandingkan dengan diLuar Jawa denganpeningkatan pendapatan 2,19 persen per tahun. Kalau dirinci lebih lanjut, rata-rata peningkatan pendapatan per kapita rumah tangga pedesaan di Jawa adalah sekitar 1,4 persen per tahun, sedangkan di luar Jawa adalah sekitar 2,7 persen per tahun.

Dampak perdagangan bebas

terhadap GDP, Produksi,

Penggunaan Sumber Daya dan Kesejahteraan

Hasil analisis mengindikasikan bahwa Peningkatan produksi pangan, terutama beras, jagung dan kedelai di Indonesia baik melalui kerangka perdagangan bebas ASEAN dan ASEAN+6. Namun untuk komoditas kedelai akan mengalami penurunan bagi negara-negara ASEAN baik melalui perdagangan bebas ASEAN maupun ASEAN+6.

Sebagai konsekuensinya, upaya peningkatan produksi tersebut

berdampak pada peningkatan kebutuhan sumberdaya (resource endowment), terutama lahan, tenaga kerja (tidak terlatih maupun yang terlatih) serta modal. Peningkatan kebutuhan sumberdaya tersebut ternyata akan semakin meningkat jika kerjasama antar negara ASEAN diperluas dalam AFTA+6 (China, India, Jepang, Korea, Australia dan SelandiaBaru).

Selain itu, efisiensi alokatif penggunaan sumberdaya akan memberikan manfaat yang relatif tinggi pada padi dibandingkan dengan jagung dan kedelai tetapi perluasan kerjasama AFTA+6 ternyata berdampak pada peningkatan manfaat lebih tinggi pada kedelai, Secara keseluruhan, peningkatan efisiensi alokatif sumberdaya tersebut akan meningkatkan manfaat pada komoditas pangan utama (padi, jagung dan kedelai) maupun pada bahan pangan lainnya.

Penghapusan tariff akan memberikan peningkatan GDP bagi indonesia dan ASEAN secara keseluruhan. Namun, adanyaperluasan perjanjian antara ASEAN dan enam negara lainnya di Asia-Australia (China, India, Jepang, Korea, Australia dan New Zealand) mengakibatkanpeningkatan GDP negara-negara tersebut dan ASEAN secara keseluruhan tetapi akan menurunkan GDP Indonesia.

Terdapat dampak positif dari perdagangan inter ASEAN maupun dengan enam negara tersebut terhadap kesejahteraan masyarakat di masing-masing negara akan dapat dicapai melalui peningkatan efisiensi alokatif sumberdaya yang dimiliki.

(5)

Evaluasi alternatif kebijakan di

tingkat daerah terhadap

pengembangan komoditas padi, jagung dan kedelai

Pemerintah pusat merupakan aktor yang paling berperan dalam penentuan kebijakan pembangunan pertanian, kecuali aktor penentu kebijakan pengembangan kedelai di Luar Jawa dipegang oleh pemerintah

Kabupaten.

Kebijakan produksi merupakan kebijakan utama dalam pengembangan produksi pangan, selanjutnya keempat kebijakan yang lain memberikan hasil yang berbeda antar komoditas, baikitu di Jawa maupun di Luar Jawa. Secaras pesifik, dalam melakukan alternatif kebijakan utama pada kebijakan produksi berbeda antar komoditas baik itu di Jawa maupun di LuarJawa. Pada komoditas padi, dalam pengembangannya, kebijakan yang diutamakan di Jawa adalah Pemberian Subsidi Pupuk dan Pengembangan Lahan dan Irigasi, sedangkan di Luar Jawa adalah kebijakan Pengembangan Lahan dan Irigasi dan Pemberian Subsidi Pupuk. Urutan yang berbeda antar kedua wilayah ini menunjukkan bahwa Luar Jawa

cenderung melakukan

perbaikan/pengembangan lahan dan di Jawa melakukan perbaikan input produksi. Pada komoditas Jagung memiliki urutan alternative kebijakan utama yang sama baik itu di Jawa dan Luar Jawa yaitu Pemberian Subsidi Pupuk, Penyediaan Sarana Produksi, Inovasi Teknologi dan Intensifikasi Usahatani, dan Pengembangan Lahan dan Irigasi. Sedangkan alternative kebijakan pengembangan untuk komoditas kedelai untuk di Jawa membutikkan kebijakan utama yaitu kebijakan Pengembangan Lahan dan Irigasi, sedangkan untuk di Luar Jawa adalah terkait dengan kebijakan

Penyediaan Saran Produksi, Pemberian Subsidi, Inovasi Teknologi dan Intensifikasi Usahatani, dan Pengembangan Lahandan Irigasi.

Alternatif kebijakan utama pada pascapanen/pengolahan hasil pada komoditas padi di Jawa membutuhkan kebijakan utama yaitu kebijakanTeknologi Pengolahan sedangkan di Luar Jawa adalah Kebutuhan Modal. Sedangkan pada komoditas Jagung untuk di Jawa memiliki kecenderungan relatif sama, kecuali yang agak sedikit unggul adalah kebijakan Kualitas Input. Lebih dari itu kebijakanter sebut adalah yang paling dibutuhkan dalam alternative kebijakan pascapanen/pengolahan hasil di Luar Jawa. Sedangkan pada komoditas Kedelai, di Jawa yang dominan adalahkebijakan Teknologi Pengolahan sedangkan di Luar Jawa masih membutuhkan empat kebijakan yaitu kebijakan Kualitas Input, Teknologi Pengolahan, Kebutuhan Modal dan Pengembangan Jasa Pengolahan.

Alternatif kebijakan pemasaran untuk komoditas Padi di Jawa dan di Luar Jawa adalah yang utama kebijakan Standarisasi Mutu. Dua hal ini juga dialami oleh alternative kebijakan pemasaran Jagung di Jawa dan Luar Jawa dan kebijakan pemasaran kedelai di Luar Jawa, sedangkan kebijakan pemasaran kedelai di Jawa sudah mengarah pada kebijakan kebutuhan Investasi/Modal dan Informasi Pasar.

Pada aspek kebijakan Distribusi, alternatif utama untuk komoditas padi adalah kebijakan Pengaturan Anggaran baik itu di Jawa dan Luar Jawa. Jawa memberikan respon yang cukup signifikan dibandingkan dengan kebijakan lainnya. Kondisi ini dialami oleh kebijakan distribusi Jagung di Jawa, sedangkan di Luar Jawa masih melalui Kebijakan Pasar Input. Hal terakhir ini sama juga yang

(6)

dialami oleh kebijakan distribusi Kedelai di Jawadan Luar Jawa.

Dalam alternatif kebijakan konsumsi antar daerah cukup berbeda dimana alternative kebijakan konsumsi beras/padi di Jawa yang utama adalah kebijakan kecukupan dan ketersediaan, sedangkan di Luar Jawa adalah kebijakan penyediaan stok. Untuk komoditas Jagung di Jawa adalah kebijakan Mutu Pangan sedangkan di Luar Jawa adalah kebijakan Harga Pangan. Sedangkan alternative kebijakan konsumsi untuk komoditas Kedelai di Jawa adalah kebijakan HargaP angan dan di Luar Jawa adalah kebijakan Penyediaan Stok.

Dalam kaitannya dengan dampak perdagangan bebas, sebagian besar arahan kebijakan yang telah dilakukan tertuju pada Kesejahteraan Masyarakat, kecuali untuk komoditas Jagungdan Kedelai di Jawa, sedangkan tujuan lainnya relative beragam.

IMPLIKASI KEBIJAKAN

Adanya kesepakatan antara negara-negara perhimpunan Asia Tenggara ASEAN) dalam menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN menunjukkan adanya kebutuhan masa depan yang saling mengisi dalam menuju kesejahteraan masyarakat yang lebih baik, khususnya dalam pemenuhan kecukupan pangan. Berkaitan dengan Pendapatan atau GDP dengan kondisi dimana akan semakin menurun bila program pengembangan kawasan perdagangan bebas dari ASEAN Free

Trade ke arah ASEAN + 6 Free Trade, menunjukkan bahwa Indonesia masih memerlukan kebijakan yang lebih komprehensif dalam pengembangan produk. Oleh karena itu, diperlukan komitmen kebersamaan untuk melakukan sinkronisiasi program produksi pangan antar negara ASEAN. Kerjasama pengembangan dan penerapan teknologi agar dapat menuju peningkatan pertumbuhan produksi komoditas padi, jagung dan kedelai yang efisien yang diperlukan sebagian besar negara ASEAN, selain tantangan keterbatasan penyediaan sumberdaya alam dalam menghadapi fenomena perubahan iklim. Oleh karena itu kesepakatan yang telah dibangun melalui kerjasama ASEAN perlu ditindaklanjuti secara akatual untuk menuju pembangunan masyarakat ASEAN, khususnya masyarakat pedesaan ASEAN.

Karena terdapat pola kebijakan pengembangan yang cukup beragam antara Padi, jagung dalan Kedelai baik di Jawa dan Luar Jawa, diperlukan arahan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan khususnya dalam era perdagangan bebas. Dari ketiga komoditas tersebut kecenderungan untuk mencapai sasaran kesejahteraan masyarakat menjadi tujuan utama, namun tidak diperlengkapi dengan pendapatan yang memadai. Oleh karena itu kebijakan yang dimulai dari hulu hingga hilir perlu adanya sinkronisasi sehingga pengembangan produk pangan tersebut dapat sejalan dengan apa yang terjadi di hulu atau di hilir.

1. Pengajar Universitas Gadjah Mada 2. Peneliti Badan Litbang Pertanian

Referensi

Dokumen terkait

Penonton tidak hanya di sajikan cerita dengan dramatik serta adegan yang kuat di film televisi “Jalan Pulang” namun diberikan pengalaman menonton yang berbeda dari segi visual

Kajian psikologi, yang masuk dalam wilayah keilmuan sosial, seharusnya bisa memberikan pandangan yang lebih arif tentang persoalan yang dihadapi manusia modern, bukan

24 Tahun 1997 tersebut, maka sertifikat merupakan alat pembuktian yang kuat dan bahwa tujuan pendaftaran tanah yang diselenggarakan adalah dalam rangka menjamin

e obligasi; f surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 satu tahun; g instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 satu tahun; 5 memindahkan uang baik

Number Head Together terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar dengan hasil penelitiannya yaitu terdapat pengaruh yang positif hasil belajar

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pemahaman konsep eksperimen 1 dengan model pembelajaran IL yaitu (63,7), dan untuk kelas eksperimen 2

Hasil analisis statistik menunjukan bahwa perlakuan antara jarak tanam dan pupuk kandang ayam tidak terjadi interaksi terhadap rata-rata tinggi tanaman bawang merah

Keinginan anak suku Sakai yang bernama Langai untuk bersekolah berawal dari perjalanannya ke sebuah desa permukiman suku Sakai lain, yakni suku Sakai yang sudah dimukimkan..