• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat fisik tanah yang paling penting adalah kapasitas menahan air yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Sifat fisik tanah yang paling penting adalah kapasitas menahan air yang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Permeabilitas Tanah

Sifat fisik tanah yang paling penting adalah kapasitas menahan air yang tersedia, yang berkaitan dengan tekstur tanah dan kandungan bahan organik. Indikator tentang kondisi drainase juga penting, misalnya kedalaman muka air tanah, permeabilitas lapisan bawah, yang berhubungan dengan kedalaman perakaran dan permeabilitas (Seta, 1994).

Permeabilitas tanah merupakan kemampuan tanah untuk meneruskan air atau udara. Permeabilitas umumnya diukur sehubungan laju aliran air melalui tanah dalam suatu massa waktu dan dinyatakan sebagai cm/jam(Foth, 1984).

Permeabilitas dapat mempengaruhi kesuburan tanah. Permeabilitas berbeda dengan drainase yang lebih mengacu pada proses pengaliran air saja, permeabilitas dapat mencakup bagaimana air, bahan organik, bahan mineral, udara dan partikel – partikel lainnya yang terbawa bersama air yang akan diserap masuk kedalam tanah (Rohmat, 2009).

Untuk menentukan besarnya permeabilitas tanah dapat dihitung dengan menggunakan Hukum Darcy yang merupakan satu ukuran pengaliran air pada tanah jenuh seperti dapat dilihatpada Gambar 1.

(2)

Gambar 1. Permeameter Permukaan Konstan (Constant – Head Permeameter) (Israel and Hansend, 1962).

Dengan permukaan yang dijaga konstan, di mana aliran air yang masuk terus menerus ataupun penambahan air secara kontinyu sehingga aliran air yang stabil melalui tanah. Gambar 1 menggambarkan dua permeameter permukaan konstan yang digunakan untuk tes di laboratorium (a) dan studi lapangan (b).

k= QL

AhL...(1)

di mana:

k = koefisien permeabilitas (cm/jam) Q = debit aliran (cm3/jam)

A = luas permukaan (cm2)

hL = ketinggian dari permukaan air hingga dasar tabung (cm) L = ketinggiantabung dalam tanah (cm)

(Israelsen and Hansen, 1962).

Cepat atau lambatnya tanah meneruskan air atau udara dalam tanah dapat dilihat pada kelas permeabilitas, seperti yang disajikan pada Tabel 1.

(3)

Tabel1. Kelas permeabilitas tanah: Kelas Permeabilitas(cm/jam) Sangat lambat Lambat Agak lambat Sedang Agak cepat Cepat < 0,125 0,125 – 0,50 0,50 – 2,00 2,00 – 6,25 6,25 – 12,50 12,50 – 25,00 Sangat cepat >25,00

Sumber : Uhland and O’neal, 1951.

Menurut Susanto dan Purnomo (1994),tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju air larian. Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permeabilitas

Beberapa faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah diantaranya tekstur, porositas, kandungan bahan organik, kerapatan massa, kerapatan partikrel dan kedalaman efektif tanah.

Tekstur

Tekstur adalah ukuran proporsi kelompok ukuran butir-butir primer bagian mineral tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar (tanah-tanah berpasir) mempunyai kapasitas dan laju infiltrasi yang tinggi sehingga jika tanah tersebut dalam maka erosi dapat diabaikan, demikian pula dengan tanah bertekstur pasir halus juga mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi tetapi jika terjadi aliran permukaan maka butir-butir halu sini akan mudah sekali terangkut. Tekstur tanah

(4)

yang paling peka terhadap erosi adalah debu , pasir sangat halus (Islami and Utomo, 1995).

Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada kehalusan dan kekasaran tanah. Lebih khasnya tekstur adalah perbandingan relatif pasir, debu dan tanah liat. Partikel pasir berukuran relatif lebih besar dan oleh karena itu menunjukan luas permukaan tanah yang kecil dibandingkan dengan yang ditunjukan oleh partikel-partikel debu dan tanah liat yang berbobot sama(Foth,1984).

Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat menentukan kemampuan tanah menunjang pertumbuhan tanaman. Tekstur tanah akan mempengaruhi kemapuan tanah menyimpan dan menghantarkan air, menyimpan dan menyediakan hara tanaman. Tanah pasir yaitu dengan kandungan pasir >79%, porositasnya rendah (<40%), sebagian ruang pori berukuran besar sehingga aerasinya baik, daya hantar air cepat, tetapi kemampuan menyimpan zat hara rendah. Tanah pasir mudah diolah, sehingga disebut juga tanah ringan.Tanah disebut bertekstur liat jika kandungan liat pada tanah tersebut >35%, kemampuan menyimpan air dan hara tanaman tinggi.Tanah liat juga disebut tanah berat karena sulit diolah, tanah berlempung, merupakan tanah dengan proporsi pasir, debu, dan liat sedemikian rupa sehingga sifatnya berada diantara tanah berpasir dan berliat. Jadi aerasi dan tata udara serta udara cukup baik, kemampuan menyimpan air untuk tanaman tinggi ( Islamiand Utomo, 1995).

Tekstur tanahmerujuk pada tingkat kekasaran atau kehalusan dari tanah. Secara spesifik, tekstur adalah bagian relatif dari pasir, debu dan liat dalam suatu massa tanah. Partikel-partikel tanah primer mempunyai bentuk dan ukuran yang

(5)

berbeda-beda dan dapat digolongkan ke dalam tiga fraksi. Ada yang berdiameter besar sehingga dengan mudah dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi ada pula yang sedemikian halusnya sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang (Sarief, 1986).

Tekstur tanah menunjukan kasar atau halusnya suatu tanah. Terdapat perbedaan penting lainya antara pasir, dan liat pada beberapa tanah yang dihubungkan dengan kemampuan tanah tertentu untuk menyediakan element-element tanaman yang esensial (kesuburan tanah). Pada umumnya unsur hara yang esensial dan dapat tersedia sebagai partikel debu, area permukaanya per gram lebih besar, dan tingkat pelapukannya lebih cepat dari pada pasir yang menyebabkan tanah lebih subur dari pada tanah berpasir. Hukum stokes menghubungkan kecepatan penurunan sebatas dari suatu bola yang lunak dan kasar dalam suatu cairan yang kental yang diketahui densitas dan viskositas terhadap diameternya jika dicoba pada kekuatan lapang yang ketahui (Muklis, 2011).

Menurut Hanafiah (2007), berdasarkan kelas teksturnya maka tanah digolongkan menjadi tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir, berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir yaitu bertekstur pasir atau pasir berlempung. Tanah bertekstur halus atau kasar, berarti tanah yang mengandung minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir. Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri dari tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir (sandy loam) atau lempung berpasir halus, tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur berlempung berpasir sangat halus, lempung (loam), lempung berdebu (silty loam) atau debu

(6)

(silt) dan tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat (clay

loam), lempung liat berpasir (sandy clay loam), atau lempung liat berdebu (sandy silt loam).

Tekstur sangat mempengaruhi permeabilitas tanah, karena berkaitan dengan kemampuan tanah meloloskan air. Misalnya tanah yang bertekstur pasir akan mudah melewatkan air dalam tanah. Hal ini terkait dengan pengaruh tekstur terhadap proporsi bahan koloidal, ruang pori dan luas permukaan adsorbsi. Semakin halus teksturnya akan makin deras luas permukaan adsorbsi sehingga semakin besar kapasitas simpan airnya, hasilnya berupa peningkatan kadar dan ketersediaan air tanah (Hanafiah, 2005).

Kandungan bahan organik

Bahan organik adalah segala bahan-bahan atau sisa-sisa yang berasal dari tanaman, hewan dan manusia yang terdapat dipermukaan atau di dalam tanah dengan tingkat pelapukan yang berbeda. Pengaruh pemberian bahan organikterhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme, sehingga kegiatan mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik juga meningkat (Bachtiar, 2011)

Karbon merupakan bahan organik yang utama yaitu berkisar 47% karbon diserap tanaman berasal dari udara, kemudian bahan organik didekomposisikan kembali dan membebaskan sejumlah karbon udara bereaksi dalam membentuk asam karbonat Ca,Mg,K atau bikarbonat (Hakim, 1986).

Pengaruh pemberian bahan organik terhadap terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme, sehingga kegiatan mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik juga meningkat. Dengan

(7)

demikian unsur hara yang terdapat didalam tanah tersedia bagi tanaman. Tersedianya organik dalam tanah mempengaruhi populasi dan jenis mikroba (bakteri, jamur) di dalam tanah (Kartasapoetra, 1998).

Penambahan bahan organik dalam tanah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah seperti meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang dapat melepaskan asam organik yang tersedia dalam tanah, meningkatkan total ruang pori tanah, menurunkan kepadatan tanah yang dapat menyebabkan kemampuan mengikat air dalam tanah tinggi. Bahan organik juga dapat menyumbangkan unsur hara N, P, K, Ca, Mg serta mengurangi fiksasi fosfat oleh Al dan Fe dalam tanah (Suharta, 2008).

Kohnke (1968) menyatakan bahwa fungsi bahan organik adalah sebagai sumber makanan dan energi bagi mikroorganisme, membantu keharaan tanaman melalui perombakan dirinya sendiri melalui kapasitas pertukaran humusnya, menyediakan zat-zat yang dibutuhkan dalam pembentukan pemantapan agregat-agregat tanah, memperbaiki kapasitas mengikat air dan melewatkan air, serta membantu dalam pengendalian limpasan permukaan dan erosi.

Adanya bahan organik dalam tanah akan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah seperti meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang dapat melepas asam organik yang tersedia dalam tanah, meningkatkan total ruang pori tanah, menurunkan kepadatan tanah yang dapat menyebabkan kemampuan mengikat air dalam tanah tinggi (Susanto, 2005).

Kerapatan Massa tanah (Bulk Density)

Kerapatan massa menyatakan tingkat kepadatan tanah yaitu berat kering suatu volume tanah dalam keadaan utuh yang biasanya dinyatakan dengan g/cm3.

(8)

Perkembangan struktur yang paling besar pada tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus menyebabkan kerapatan massanya lebih rendah dibandingkan tanah berpasir (Foth, 1984).

Pemberian bahan organik pada tanah dapat menurunkan bulk density tanah, hal ini disebabkan oleh bahan organik yang di tambahkan mempunyai kerapatan jenis yang lebih rendah. Kemantapan agregat yang semakin tinggi dapat menurunkan bulk density tanah maka persentase ruang pori – pori semakin besar dan kapasitas mengikat air semakin tinggi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 2005).

Menurut Islami dan Utomo (1995) besarnya bobot volume (bulk density) tanah-tanah pertanian bervariasi dari sekitar 1,0 g/cm3 sampai 1,6 g/cm3, yang dipengaruhi oleh tekstur tanah, kandungan bahan organik tanah dan struktur tanah atau lebih khusus bagian rongga pori tanah. Nilai porositas pada tanah pertanian bervariasi dari 40% sampai 60%.

Kerapatan masa tanah erat hubungannya dengan penetrasi akar produksi tanaman. Jika terjadi pemadatan tanah maka air dan udara sulit disimpan dan ketersediannya terbatas dalam tanah menyebabkan terhambatnya pernapasan akar dan penyerapan air dan memiliki unsur hara yang rendah karena memiliki aktivitas mikroorganisme yang rendah (Hakim, 1986).

Kerapatan massa tanah menunjukkan perbandingan berat tanah terhadap volume total (udara, air, dan padatan) yang dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

ρ

b

=

Ms

Vt

...

(2)

di mana :

ρ

b

=

kerapatan massa (g/cm3) Ms = berat tanah (gr)

(9)

Vt = volume total (cm3) (Hillel, 1981).

Menurut Nurmi, dkk (2009) nilai bulk density berbanding terbalik dengan ruang pori total tanah. Nilaibulk density yang tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut lebih padat dibandingkan dengan tanah-tanah yang memiliki nilaibulk

density yang lebih rendah. Semakin padat suatu tanah, volume pori pada tanah

tersebut semakin rendah.

Mustofa (2007) menyatakan bahwa nilai bobot isi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pengolahan tanah, bahan organik, pemadatan oleh alat-alat pertanian, tekstur, struktur, kandungan air tanah, dan lain-lain. Pengolahan tanah yang sangat intensif akan menaikkan bobot isi. Hal ini disebabkan pengolahan tanah yang intensif akan menekan ruang pori menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan tanah yang tidak pernah diolah.

Menurut Nurmi, dkk (2009) nilai bulk density berbanding terbalik dengan ruang pori total tanah. Nilai bulk density yang tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut lebih padat dibandingkan dengan tanah-tanah yang memiliki nilai bulk

density yang lebih rendah. Semakin padat suatu tanah, volume pori pada tanah

tersebut semakin rendah.

Kerapatan Butir Tanah (Partikel Density)

Kerapatan butir tanah menyatakan berat butir-butirpadat tanah yang terkandung di dalam tanah. Menghitung kerapatan butir tanah, berarti menentukan kerapatan partikel tanah dimana pertimbangan hanya diberikan untuk partikel yang solid. Oleh karena itu kerapatan partikel setiap tanah merupakan suatu tetapan dan tidak bervariasi menurut jumlah ruang partikel. Untuk kebanyakan

(10)

tanah mineral kerapatan partikelnya rata-ratasekitar 2,6 g/cm3. Kandungan bahan organik di dalam tanah sangat mempengaruhi kerapatan butir tanah, akibatnya tanah permukaan biasanya kerapatan butirnya lebih kecil dari subsoil. Walau demikian kerapatan butir tanah tidak berbeda banyak pada tanah yang berbeda, jika tidak, akan terdapat suatu variasi yang harus mempertimbangkan kandungan tanah organik atau komposisi mineral (Foth, 1984).

Kandungan bahan organik di dalam tanah sangat mempengaruhi kerapatan butir tanah. Semakin banyak kandungan bahan organik yang terkandung dalam tanah, maka makin kecil nilai kerapatan partikelnya. Selain itu, dalam volume yang sama, bahan organik memiliki berat yang lebih kecil daripada benda padat tanah mineral yang lain. Sehingga jumlah bahan organik dalam tanah mempengaruhi kerapatan butir. Akibatnya tanah permukaan kerapatan butirnya lebih kecil daripada sub soil. Dengan adanya bahan organik, menyebabkan nilai kerapatan partikelsemakin kecil (Hanafiah, 2007).

Untuk menentukan particle density, yang diperhatikan adalah pada partikel-partikel bagian padat dari tanah. Oleh karena itu particle density dari setiap jenis tanah adalah konstan, tidak bervariasi dengan jumlah ruang antara partikel-partikel tanah. Kerapatan partikel tanah menunjukkan perbandingan antara massa tanah kering terhadap volume tanah kering dengan persamaan:

ρ

s

=

Ms

Vs

...

(3)

di mana :

ρ

s= kerapatan partikel (g/cm3) Ms = massa tanah kering (gr) Vs = volume tanah kering (cm3) (Hillel, 1981).

(11)

Porositas

Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang porous berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara sehingga muda keluar masuk tanah secara leluasa (Hanafiah, 2005 ).

Ruang pori tanah adalah bagian yang diduduki udara dan air. Jumlah ruang pori sebagian ditentukan oleh susunan butir-butir padat, apabila letak keduanya cendrung erat seperti pada pasir atau subsoil yang padat, total porositasnya rendah sedangkan tersusun dalam agregat yang bergumpal seperti yang kerap terjadi pada tanah-tanah yang bertekstur sedang yang besar kandungan bahan organiknya, ruang pori persatuan volume akan tinggi (Bukman dan Brady, 1982).

Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah, dan tekstur tanah. Porositas tanah tinggi kalau bahan organik tinggi. Tanah dengan struktur granuler/remah, mempunyai porositas yang tinggi daripada tanah-tanah dengan struktur pejal. Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air (Hardjowigeno, 2003 ).

Sistem perakaran merupakan faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap tinggi rendahnya nilai porositas tanah. Sistem perakaran tanaman akan melakukan pentrasi secara vertikal dan lateral untuk menyerap unsur hara. Secara tidak langsung akar-akar tanaman akan mengikat butir-butir tanah, sehingga tanah menjadi remah (Saribun, 2007).

Pengaruh pemadatan terhadap permeabilitas tanah adalah memperlambat permeabilitas tanah karena pori kecil yang menghambat gerakan air tanah makin

(12)

meninggi. Selanjutnya permeabilitas akan meningkat bila: 1) agregasi butir-butir tanah menjadi remah, 2) adanya bahan organik, 3) terdapat saluran bekas lubang yang terdekomposisi, dan 4) porositas tanah yang tinggi. Pengaruh pemadatan terhadap permeabilitas tanah terjadi karena pori kecil yang menghambat gerakan air meningkat (Sarief, 1989).

Tanah bertekstur kasar mempunyai persentase ruang pori total lebih rendah dari pada tanah bertekstur halus, meskipun rataan ukuran pori bertekstur kasar lebih besar dari pada ukuran pori tanah bertekstur halus (Arsyad, dkk, 1989). Kelas porositas tanah dapat dilihat pada (Tabel 2).

Tabel 2.Kelas porositas tanah yaitu :

Porositas (%) Kelas 100 Sangat Porous 80-60 Porous 60-50 Baik 50-40 Kurang Baik 40-30 Jelek <30 Sangat Jelek Sumber : Arsyad, 1989

Kerapatan massa berbanding terbalik dengan porositas tanah, bila kerapatan massa tanah rendah maka porositas tinggi dan sebaliknya bila kerapatan massa tanah tinggi maka porositas rendah. Pengelolaan lahan juga turut mempengaruhi proses pemadatan tanah. Dimana partikel halus akan mengisi pori tanah sehingga kerapatan massa akan semakin besar (Monde, 2010).

Porositas tanah atau total ruang pori dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut:

f= �1 −ρρb

s� 100 %...(4)

(13)

ρ

b = kerapatan massa tanah (g/cm3)

ρ

s = kerapatan partikel tanah (g/cm3) (Hillel, 1981).

Kedalaman Efektif Tanah

Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman yang baik bagi pertumbuhan akar tanaman, yaitu sampai kepada lapisan yang tidak dapat ditembus oleh akar tanaman. Lapisan tersebut dapat berupa lapisan padas keras, padas liat, padas rapuh (Arsyad, 1989).

Kedalaman efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus oleh akar tanaman. Pengamatan kedalaman efektif dilakukan dengan mengamati penyebaran akar tanaman. Banyaknya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar, serta dalamnya akar-akartersebut dapat menembus tanah dan bila tidak dijumpai akar tanaman, maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan kedalaman solum tanah (Hardjowigeno, 1993).

Kedalaman tanah berhubungan dengan ketebalan lapisan atas dan lapisan bawah sampai lapisan batuan induk. Tanah dangkal merupakan masalah yang terbesar di dalam manajemen lahan dan perkembangannya.Kegunaan dari mengetahui kedalaman tanah adalah dapat menentukan dalam perkembangan akar dan ketersediaan air. Tanah dengan kedalaman dangkal akan membatasi ketersediaan air dan pertumbuhan akar. Demikian juga, tanah dangkal pada area yang datar dengan permeabilitas rendah akan mungkin tergenang secara musiman (Hardjowigeno, 2003).

Penetapan kedalaman efektif suatu solum tanah adalah melalui penyidikan pada kedalaman penetrasi perakaran tanaman yang tidak mempunyai lapisan padat

(14)

yang dapat menghambat penetrasi akar, maka perakaran tanaman akan berpeluang menembus sampai perbatasan mineral tanah dan bahan geologis atau bukan tanah. Kedalaman efektif tanah dapat diklasifikasikan sebagai berikut : dalam (> 90 cm), sedang (50 – 90 cm), dangkal (25 – 50 cm), dan sangat dangkal (< 25 cm) (Foth, 1998).

Tanah

Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah di setiap daerah beda jenisnya. Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udara merupakan bagian dari tanah. Setiap tanah biasanya memiliki tiga atau empat lapisan yang berbeda. Sebagian besar jenis tanah mengacu pada pola utama lapisan tanah yang terkadang disebut dengan lapisan tanah yang ideal. Profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari pembentukan dan klasifikasi tanah dengan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengolahan tanah ulang lebih tepat (Foth, 1998).

Tanah terdapat dimana saja dan selalu berada disekeliling kita, tapi pengertian tanah bagi setiap orang akan selalu berbeda tergantung dari sudut mana orang melihat tanah. Kebanyakan orang tidak pernah memikirkan asal kejadian tanah, darimana asalnya, dan bagaimana sifat-sifatnya, padahal sifat-sifat tanah di suatu tempat akan berbeda dengan sifat tanah di tempat lain (Bachtiar, 2011).

Sifat fisik tanah merupakan sifat tanah yang berhubungan dengan bentuk/kondisi tanah asli, yang termasuk diantaranya adalah tekstur, struktur, porositas, stabilitas, konsistensi warna maupun suhu tanah. Sifat tanah berperan dalam aktivitas perakaran tanaman, baik dalam hal absorbsi unsur hara, air

(15)

maupun oksigen juga sebagai pembatas gerakan akar tanaman (Hakim, dkk, 1986).

Klasifikasi Tanah

Tanah yang terdapat di permukaan bumi ini banyak macam dan jenisnya sehingga berbeda-beda pula sifatnya. Dari sifat fisiknya yang mudah dapat dilihat dengan mata ada tanah yang berwarna hitam, merah, kuning, coklat, dan kelabu ada juga tanah yang bersifat lengket, lengket karena banyak mengandung liat, sehingga sukar diolah dan ada juga yang banyak mengandung pasir sehingga tidak kuat menahan air, dan unsur hara. Kita juga mengenal adanya tanah-tanah yang berasal dari hasil pelapukan vahan organik yang berwarna hitam yang disebut dengan tanah gambut yang sifat-sifatnya jauh berbeda dengan tanah-tanah mineral yang berasal dari pelapukan batuan. Untuk dapat mengenal sifat-sifat suatu tanah, maka perlu dilakukan penggolongan atau klasifikasi terhadap tanah tersebut berdasarkan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi klasifikasi tanah adalah usaha yang dilakukan untuk mengenal dan membedakan tanah atau menggolongkan tanah berdasarkan sifat-sifat tanah tersebut. Pentingnya dilakukan klasifikasi tanah ini untuk memudahkan perlakuan yang akan diberikan terhadap tanah tersebut dalam usaha pertanian misalnya dalam pengelolaannya. Karena tanah mempunyai sifat yang berbeda, maka pengelolaannyapun akan berbeda (Bachtiar, 2011).

Pada awalnya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan prinsip zonalitas, yaitu:

a. Tanah zonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa iklim dan vegetasi;

(16)

b. Tanah intrazonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa faktor lokal terutama bahan induk dan relief;

c. Tanah azonal, yakni tanah yang belum menunjukkan perkembangan profil dan dianggap sebagai awal proses pembentukan tanah.

Kemudian dalam perkembangannya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan sifat tanah (taksonomi tanah). Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh USDA (United State Department of Agriculture) pada tahun 1960 yang dikenal dengan tujuh pendekatan dan sejak tahun 1975 dikenal dengan nama taksonomi tanah. Sistem ini bersifat alami berdasarkan karakteristik tanah yang teramati dan terukur yang dipengaruhi oleh proses genesis (Sutanto, 2005).

Tanah Entisol

Entisol merupakan tanah yang baru berkembang. Walaupun demikian tanah ini tidak hanya berupa bahan asal atau bahan induk tanah saja tetapisudah terjadi proses pembentukan tanah yang menghasilkan epipedon okhrik. Banyak tanah Entisol yang digunakan untuk usaha pertanian misalnya di daerah endapan sungai atau daerah rawa-rawa pantai. Padi sawah banyak ditanam di daerah-daerah Aluvial ini (Seta, 1994).

Di Indonesia tanah Entisol banyak diusahakan untuk areal persawahan baik sawah teknis maupun tadah hujan pada daerah dataran rendah. Tanah ini mempunyai konsistensi lepas-lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi dan kandungan hara tersediakan rendah. Potensi tanah yang berasal dari abu vulkan ini kaya akan hara tetapi belum tersedia, pelapukan akan dipercepat bila terdapat cukup aktivitas bahan organik sebagai penyedia asam-asam organik (Tan, 1986).

(17)

Tanah Ultisol

Proses pembentukan entisol dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya iklim yang sangat kering sehingga proses pelapukan berjalan lambat, erosi yang kuat sehingga mampu membawa bahan endapan yang lebih banyak dari yang dibentuk melaui proses pedogenik, pengendapan terus-menerus, bahan induk yang sukar melapuk dan tidak subur, selalu jenuh air dan selalu tergenang.Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian jaya, serta sebagian kecil di pulau Jawa, terutama di wilayah Jawa Barat. Ultisol merupakan tanah yang mengalami pelapukan yang berasal dari bahan induk yang sangat masam. Tanah ini mengandung bahan organik rendah dan strukturnya tidak begitu mantap sehingga peka terhadap erosi (Hardjowigeno,1993).

Pembentukan tanah berjalan cepat didaerah yang beriklim humid dengan suhu tinggi dan curah hujan tinggi.Seperti halnya di Indonesia Ultisol telah mengalami pencucian yang sangat intensif menyebabkan Ultisol memiliki kejenuhan basa yang rendah dan pelapukan mineral yang rendah. Tanah Ultisol memiliki kepadatan tanah 1,10-1,35 g/cm3, tingkat infiltrasi dan perkolasi sedang hingga lambat dan kemasaman tanah tinggi, kejenuhan Al tinggi, KTK rendah, kandungan N, P, dan K rendah sehingga Ultisol miskin secara fisik dan kimia(Hardjowigeno,2003).

Tanah Aluvial

Aluvial terbentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah.Tanah Aluvial memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian karena banyak mengandung mineral-mineral yang didapat sepanjang

(18)

aliran sungai sebelum diendapkan. Tanah Aluvial hanya terdapat pada lahan yang sering atau baru saja mengalami banjir. Hal yang mencirikan pada pembentukan Aluvial ialah bahwa pada bagian terbesar bahan kasar akan diendapkan tidak jauh dari sumbernya. Tekstur bahan yang diendapkan pada waktu tempat yang sama akan lebih seragam, makin jauh dari sumbernya makin halus butir yang diangkut. Tanah Alluvial pada proses pembentukannya sangat tergantung dari bahan induk asal tanah dan topografi, tingkat kesuburan yang bervariasi dari rendah sampai tinggi, tekstur dari sedang hingga kasar, serta kandungan bahan organik dari rendah sampai tinggi dan pH tanah berkisar masam, netral, sampai alkalin, kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation juga bervariasi karena tergantung dari bahan induk (Hardjowigeno,1993).

Tanah Aluvial berwarna kelabu muda bersifat fisik keras dan pijal jika kering dan lekat jika basah. Kaya akan fosfat yang mudah larut dalam sitrat 2% mengandung 5% CO2 dan tepung kapur yang halus dan juga berstruktur pejal yang dalam keadaan kering dapat pecah menjadi fragmen berbetuk persegi sedang sifat kimiawinya sama dengan bahan asalnya. Tekstur tanah Aluvial yaitu liat atau liat berpasir, mempunyai konsistensi keras waktu kering dan teguh pada waktu lembab. Status kesuburan Alluvial tergantung dengan bahan induk dan iklim. Kecenderungan memperlihatkan bahwa di daerah beriklim basah, P dan K relatif rendah dan pH lebih rendah dari 6,5, daerah-daerah dengan curah hujan rendah di dapat kandungan P dan K lebih tinggi dan netral (Hardjowigeno,2003).

Gambar

Gambar 1. Permeameter Permukaan  Konstan (Constant –  Head  Permeameter)    (Israel and Hansend, 1962)

Referensi

Dokumen terkait

Andika Firmansyah NPM : 13110033.. Untuk mengurangi risiko kerusakan pada bagunan gedung bertingkat terutama akibat adanya gempa maka diperlukan perencanaan gedung

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PMK.03/2021 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Media buklet materi jamur keragaman jenis jamur makroskopis di Hutan Lindung Gunung Juring, dapat dimanfaatkan oleh guru sebagai media pendukung, untuk

Spora berwarna krem hingga kekuningan, atau kemerahmudaan, berbentuk ellip, permukaan licin , berukuran 6–8 x 3–3,5 mikron.Habitat: pada hutan cemara atau kayu lapuk, hidup

Primananda, Djanali, dan Shiddiqi — Analisa Kualitas Layanan Sistem Komunikasi Tetra Pada Kereta Api Indonesia akan dianalisis juga mengenai Quality of Service (QoS) yang

Salah satu program komedi Televisi yang banyak mendapat protes dari masyarakat adalah Pesbukers , program ini sempat ingin dilaporkan kepadapresiden RI, karena isi

(2015:2) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian reksa dana saham dikelompokan menjadi tiga, yaitu: faktor keamanan politik, kondisi pasar global, dan