PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN RISIKO ASFIKSIA NEONATORUM ANTARA BAYI KURANG BULAN DENGAN BAYI CUKUP BULAN
PADA BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Fakultas Kedokteran Umum
Oleh:
Vina Oktavionita J 500 130 090
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN RISIKO ASFIKSIA NEONATORUM ANTARA BAYI KURANG BULAN DENGAN BAYI CUKUP BULAN
PADA BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) Abstrak
Asfiksia menempati penyebab kematian bayi ke 3 di dunia dalam periode awal kehidupan. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu penyebab utama yang dapat menyebabkan lahir asfiksia neonatorum. Bayi BBLR dengan usia kehamilan kurang bulan dan cukup bulan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya asfiksia neonatorum. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan angka kejadian asfiksia neonatorum antara bayi kurang bulan dengan bayi cukup bulan pada bayi dengan berat lahir rendah di RSUD Kota Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, dan menggunakan teknik Quota Sampling, dengan jumlah 232 sampel bayi berat lahir rendah tahun 2015 dan 2016 di RSUD Kota Surakarta. Data diperoleh dari rekam medis di bagian perinatal, kemudian dianalisis menggunakan uji Chi- Square. Berdasarkan hasil uji Chi-Square untuk mengetahui dari perbedaan angka kejadian asfiksia neonatorum antara bayi kurang bulan dengan bayi cukup bulan pada bayi dengan berat lahir rendah didapatkan p value =0,292 (p>0,005). Kejadian asfiksia pada bayi kurang bulan sebanyak 27 bayi (11,6%) sedangkan bayi cukup bulan sebanyak 23 bayi (9,6%).Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kejadian asfiksia neonatorum pada BBLR kurang bulan dan BBLR cukup bulan di RSUD Kota Surakarta.
Kata Kunci: Asfiksia neonatorum, Bayi kurang bulan, Bayi cukup bulan, BBLR Abstract
difference of incidence of neonatal asphyxia between preterm infants and term infants who have low birth weight in Surakarta City Hospital.
Keywords: Asphyxia Neonatorum, Premature Infants, Term Infants, Low birth weight
infant
1. PENDAHULUAN
Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka
Kematian Balita (AKABA) merupakan beberapa indikator yang berhubungan
dengan status kesehatan anak. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012
sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan
SDKI tahun 2007 dan terdapat penurunan 1 point dibanding SDKI tahun
2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup (Sutarjo 2014). Kasus kematian bayi
berdasarkan faktor dari bayi, akibat prematur berkontribusi sebanyak 32 kasus
(21,92 %), akibat asfiksia neonatorum berkontribusi sebanyak 46 kasus (31,51 %)
(Hartiningrum 2014).
Asfiksia lahir menempati penyebab kematian bayi ke 3 di dunia dalam
periode awal kehidupan (WHO, 2012). Setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta)
dari 120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia, hamper 1 juta bayi ini meninggal
(Wiknjosastro, 2008). WHO menyatakan bahwa AKB akibat asfiksia di kawasan
Asia Tenggara menempati urutan kedua yang paling tinggi yaitu sebesar 142 per
1000 setelah Afrika. Indonesia merupakan negara dengan AKB dengan asfiksia
tertinggi kelima untuk negara ASEAN pada tahun2011 yaitu 35 per 1000, dimana
Myanmar 48 per 1000, Laos dan Timor Laste 48 per 1000, Kamboja 36 per 1000
(Maryunani 2013).
Jumlah berat bayi lahir rendah (BBLR) di Jawa Tengah pada tahun 2013
sebanyak 20,912 (3,75%) sama seperti jumlah BBLR tahun 2012 yang sebanyak
21,573 (3,75%). Persentasi Bayi BBLR berjenis kelamin perempuan (3,79%)
lebih tinggi dibandingkan pada bayi laki-laki (3,70%) (Profil Kesehatan Provinsi
Penelitian yang dilakukan oleh Aslam (2014) menyatakan bahwa BBLR
merupakan salah satu penyebab utama yang dapat menyebabkan lahir asfiksia
neonatorum. Risiko untuk terjadinya lahir asfiksia neonatorum pada bayi BBLR
lebih tinggi pada bayi preterm yaitu (OR 0,34, CI 95%, 0,19-0,58, p = < 0,01)
dibandingkan bayi aterm yaitu (OR 1,42, CI 95%, reference, p = 0,04).
Kasus bayi lahir rendah sangat penting karena berhubungan dengan status
kesehatan janin dan kemampuan untuk bertahan hidup di masa depan. Salah satu
hasil dari Deklarasi Declaration of United Nation Session on Children (2002)
adalah untuk menurunkan kejadian berat bayi lahir rendah oleh setidaknya
sepertiga selama tahun 2000-2010, dan upaya yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya bayi BBLR yaitu dengan perawatan antenatal UNICEF & WHO.
Kejadian asfiksia bayi baru lahir juga disebabkan oleh bayi dengan kelahiran
prematur. Kelahiran prematur adalah bayi lahir hidup dengan usia kehamilan < 37
minggu terhitung sejak hari pertama haid terakhir wanita (Saifuddin 2009). Bayi
asfiksia neonatorum yang mampu bertahan hidup jumlahnya cukup banyak,
namun dapat mengalami kerusakan di bagian otak. Hal ini disebabkan karena
resusitasi yang tidak adekuat atau salah dalam pelaksanaan prosedurnya.
Resusitasi yang dilaksanakan secara adekuat dapat mencegah kematian dan
kecacatan pada bayi karena hipoksia. Intervensi post natal terhadap peningkatan
keterampilan resusitasi bayi baru lahir dapat menurunkan kematian neonatal
mencapai sekitar 6-42% (The Lancet Neonatal Survival, 2005).
Asfiksia neonatorum merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini erat kaitannya dengan
hipoksia janin dalam uterus. Hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang
timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera lahir (Nugroho 2015).
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya
saat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR tidak hanya dapat terjadi pada bayi
prematur, tapi juga pada bayi cukup bulan yang mengalami hambatan
memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan bayi cukup bulan, dikarenakan pada
bayi kurang bulan pertumbuhan dan perkembangan paru nya belum sempurna,
dan kekurangan surfaktan sehingga kesulitan memulai pernafasan yang berakibat
untuk terjadi asfiksia neonatorum (Nugroho 2015).
Dari latar belakang yang telah dibahas diatas, asfiksia merupakan penyebab
kematian bayi ke tiga didunia dan angka prevalensi di Indonesia masih cukup
tinggi. Oleh sebat itu, peneliti tertarik meneliti prevalensi risiko asfiksia
neonatorum pada berat bayi lahir rendah.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observational analitik dengan
pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk mengetahui dinamika korelasi
antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu (Notoatmodjo 2012).
Penelitian dilakukan pada pada bulan November sampai dengan bulan
Desember 2016. Pengambilan sampel dilakukan dengan prinsip Quota Sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah anggota
sampel secara quotum atau jatah. Anggota populasi mana pun yang akan diambil
tidak menjadi persoalan, yang terpenting jumlah quotum yang sudah ditetapkan dapat
dipenuhi (Sastroasmoro, 2011). Penelitian ini merupakan analitik komparatif
nominal-nominal maka data yang diperoleh dianalisis data menggunakan uji Chi
Square untuk menentukan nilai signifikansi hubungan dari kedua variabel.
pengolahan data menggunakan SPSS statistik 20,0 for windows 10.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini menganalisis perbedaan angka kejadian asfiksia neonatorum
antara bayi kurang bulan dengan bayi cukup bulan pada berat bayi lahir rendah
di RSUD Kota Surakarta. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari
penelitian ini menggunakan 232 responden bayi dengan berat bayi lahir rendah
yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah anggota
[image:9.595.113.512.173.262.2]sampel secara quotum atau jatah.
Tabel 4.1 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Berat Badan 232 700 2470 2113.92 302.601
Usia Kehamilan 232 27 42 36.19 2.837
Valid N (listwise) 232
Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa distribusi rerata berat badan bayi
[image:9.595.110.511.351.438.2]adalah 2113, 92 gram dan untuk rerata usia kehamilan bayi adalah 36,19 minggu.
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Gestasi BBLR
No. Usia Kehamilan Frekuensi Persen (%)
1. Kurang Bulan 110 47,4
2. Cukup Bulan 122 52,6
Total 232 100,0
Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa distribusi sebaran usia kehamilan
bayi berat lahir rendah dimana bayi kurang bulan yang BBLR sebanyak 110
(47,4%) dibandingkan bayi cukup bulan yang BBLR sebanyak 122 bayi ( 52,6%).
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Asfiksia Neonatorum
No Asfiksia Neonatorum Frekuensi Persen
1. Asfiksia 50 21,6
2. Tidak Asfiksia 182 78,4
Total 232 100,0
Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa responden bayi yang BBLR yang
mengalami asfiksia dan tidak asfiksia, sebagian besar bayi BBLR mengalami
keadaan tidak asfiksia sebanyak 182 (78,4%), sedangkan yang asfiksia sebanyak
[image:9.595.114.510.551.637.2]Tabel 4.4 Analisis Data Statistik Uji Chi-Square Perbedaan Kejadian Asfiskia Neonatorum antara Bayi Kurang Bulan dan Bayi Cukup Bulan pada Bayi BBLR
Usia Kehamilan
Asfiksia Tidak Asfiksia
Total X2 P X2
Tabel
R.P 95% CI
Kurang Bulan 27 (11,6) 83 (35,8) 110 (47,4) Cukup Bulan 23 (9,9) 99 (42,7) 122 (52,6)
1,109 0,292 3,84 0,714 0,381-1,338
Total 50 (21,5)
182 (78,5)
232 (100,0)
Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa distribusi data bayi kurang bulan
yang asfiksia sebanyak 27 bayi (11,6%), bayi kurang bulan yang tidak asfiksia
sebanyak 83 bayi (35,8%), bayi cukup bulan yang asfiksia sebanayak 23 bayi
(9,6%) dan bayi cukup bulan yang tidak asfiksia sebanyak 99 bayi (42.7%).
Berdasarkan data tersebut setiap kelompok distribusinya lebih dari 5% atau
expected count lebih dari 20, maka data ini layak diuji dengan Chi-Square.
Hasil uji Chi square hasilnya dapat diketahui (X2) sebesar 1,109 dan
p-value = 0,292 pada taraf signifikan α=5% (p < 0,05). Oleh karena hasil p > 0,05
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan
kejadian asfiksia neonatorum antara bayi kurang bulan dan bayi cukup bulan pada
bayi BBLR.
Berdasarkan ukuran Rasio Prevalensi (RP) tersebut menunjukkan bahwa
perbandingan kemungkinan bayi prematur dibandingkan dengan bayi cukup bulan
untuk mengalami kejadian asfiksia neonatorum adalah sebesar 0,714. Jadi
kemungkinan dengan kejadian gestasi terhadap kejadian asfiksia neonatorum
untuk bayi kurang bulan adalah sebesar 11,6%, untuk bayi cukup bulan adalah
sebesar 9,9%. Maka hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi
lahir di RSUD Kota Surakarta tidak mengalami asfiksia.
Penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
dengan berat lahir rendah. Kejadian asfiksia pada bayi kurang bulan sebanyak 27
bayi dan pada bayi cukup bulan sebanyak 23 bayi.
3.2Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di ruang perinatal RSUD Kota Surakarta dengan
mengambil sampel bayi dengan berat lahir rendah. Pengambilan data dilakukan
dengan cara menganalisis usia kehamilan dan keadaan asfiksia dari bayi. Data
yang diambil dijamin kerahasiaan data identitasnya. Menurut Sarwono
Prawirohardjo (2006) pengertian berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram). Berat bayi lahir
rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang
masa gestasi. Berat lahir adalah berat yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir
(Supinah 2015).
Hasil analisis statistik diperoleh nilai p-value = 0.292. Hal itu dapat
diketahui dari hasil uji statistik chi square. Nilai tersebut dapat diketahui bahwa
nilai p-value > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara bayi kurang bulan dan bayi cukup bulan pada bayi dengan berat lahir
rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum.
Berdasarkan teori dikemukakan oleh Prawirohardjo (2007) dalam bukunya
ilmu kebidanan bahwa fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38
minggu dan kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu, hal ini dapat
dibuktikan dengan menurunya kadar estriol dan plasental laktogen. Selain itu,
jumlah air ketuban juga berkurang mengakibatkan perubahan abnormal pada
jantung janin yang akhirnya janin mengalami hipoksia dan kadang terjadi aspirasi
mekonium dan berakhir dengan bayi lahir asfiksia.
Menurut Ekasari (2015) asfiksia terjadi disebabkan karena beberapa faktor
lain dalam penelitian misalnya bayi berat lahir rendah karena bayi mengalami
abnormalitas atau bayi berat lahir rendah dikarenakan kelainan dari faktor ibu
misalnya penyakit penyerta dalam kehamilan (penyakit jantung, penyakit
paru-paru, atau penyakit–penyakit berat yang lain). Penyebab lainnya adalah kurang
baiknya status gizi pada saat hamil, selain itu kurangnya pemeriksaan ANC yang
kejadian asfiksia dapat dicegah (Maryunanik, 2013). Penolong persalinan dan
jenis persalinan juga merupakan penyebab lain yang dapat mempengaruhi
penelitian ini. Faktor plasenta dan tali pusat dapat mempengaruhi penelitian ini
yaitu seperti solusio plasenta, plasenta previa, lilitan tali pusat, tali pusat pendek,
simpul tali pusat dan prolapsus tali pusat. Faktor bayi seperti kelainan kongenital,
air ketuban bercampur mekonium, persalinan sulit dikarenakan letak sungsang,
dan distosia bahu ekstrasivakum memiliki peranan besar dalam mempengaruhi
penelitian ini.
Pada tabel 4.3 menjelaskan mengenai angka kejadian asfiksia pada bayi
BBLR menurut usia kehamilan. Pada bayi kurang bulan lebih banyak mengalami
asfiksia sebanyak 27 bayi dibandingkan dengan bayi cukup bulan yang
mengalami 23 bayi. Dikatakan mempunyai usia kehamilan cukup bulan apabila
usia kehamilan telah mencapai 37 minggu lengkap atau lebih. Usia kehamilan
kurang dari 32 minggu sampai dengan usia kehamilan 35 minggu, organ tubuh
bayi seperti jantung dan paru-paru belum berkembang dengan sempurna. Bayi
dengan usia kehamilan kurang 32 minggu dapat mempunyai nilai Apgar lebih
rendah tetapi tidak dikategorikan asfiksia karena pernafasannya belum teratur,
warna kulit pucat, tonus dan reflek masih lemah.
Berdasarkan penelitian sebelumnya Rahma (2014) dengan meneliti 104 bayi
yang mengalami asfiksia, didapatkan bayi kurang bulan yang mengalamai asfiksia
58 kasus (55,76%) dan pada bayi cukup bulan sebanyak 46 kasus (44,24%)
dengan p-value > 0,05. Menurut Herawati (2013) diperoleh nilai p value = 0,066
yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia kehamilan
dengan kejadian asfiksia neonatorum.
Penelitian yang dilakukan memiliki beberapa kekurangan, seperti
terbatasnya jumlah sampel serta terbatasnya waktu yang di butuhkan pada
penelitian ini. Dengan demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan
angka kejadian asfiksia antara bayi kurang bulan dan bayi cukup bulan pada bayi
BBLR.
4. PENUTUP
terdapat perbedaan yang signifikan antara kejadian asfiksia neonatorum pada
BBLR kurang bulan dan BBLR cukup bulan, di RSUD Kota Surakarta.
5. PERSANTUNAN
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Direktur RSUD Kota Surakarta
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini sehingga dapat
berjalan dengan lancar dan baik, Kepada Prof. Dr. Bambang Soebagyo, dr., Sp.A (K),
dr. Mohammad Wildan, Sp.A, dr. Tri Agustina, M.Gizi dan dr. N Juni Triastuti, M.Med, Ed, yang telah membimbing, memberikan saran dan kritik dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA
Aslam, HM, Saleem, S, Afzal, R, Iqbal, U, Saleem, SM & Shahid, N., 2014, Risk factors of birth asphyxia, Italian Journal Article, pp. 1-5.
Azwar, S., 2009, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Jogjakarta.
Dahlan, S., 2010, Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan, Salemba Medika, Jakarta.
Depkes RI., 2009, Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta.
Edison, CEYE., 2016, Hubungan Kategori Berat Badan Lahir Rendah dengan Nilai Apgar di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari-Desember 2013, Jurnal Kesehatan Andalas.
Ekasari, WU., 2015, Pengaruh Umur Ibu, Paritas, Usia Kehamilan, Dan Berat Lahir Bayi Terhadap Asfiksia Bayi , Tesis, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sebelas Maret, Program Pasca Sarjana, Surakarta.
Green, CJ & Wilkinson, JM., 2012, Rencana Asuhan Keperawatan Maternal & Bayi Baru Lahir (Maternal Newborn:Nursing Care Plans), Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hartiningrum, CY., 2014, Gambaran Penyebab Kematian Bayi di RSUD Banjar Provinsi Jawa Barat, Jurnal IBI JABAR.
Hassan, R., 2007, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 3 Cetakan Kesebelas, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Herawati, R., 2013, Faktor – Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Rokan Hulu, Jurnal Maternity and Neonatal, vol 1, no. 2, p. 79.
Hull, David., 2008, Dasa-Dasar Pediatri, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Ikatan DokterAnak Indonesia (IDAI)., 2004, Bayi Berat Lahir Rendah, in Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Edisi I, Jakarta.
Kemenkes RI., 2014, Profil Kesehatan Indonesia, Pusdatin Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.
Kosim, MS., 2012, Gawat Darurat Neonatus pada Persalinan, Sari Pediatri, p. 227.
Ladewig, Patricia Wieland., 2006, Buku Saku Asuhan Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir, EGC Medical Publisher, Jakarta.
Latief, A, Napitupulu, PM, Pudjiadi, A, Ghazali, MV & Putra, ST., 2007, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta.
Lissauer, Tom; Fannarof, Avroy A., 2009, At a Glance Neonatologi, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Lissauer, T & Fannarof, AA., 2009, At a Glance Neonata\ologi, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Maryunani, A., 2013, Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada Neonatus, In Media, Yogyakarta.
Meadow, R & Newell, S., 2003, Lecture Notes Pediatrica, Penerbit Erlangga.
Murti, B., 2006, Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan, Badan Press Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Mutianingsih, R,. 2014, Hubungan Antara Bayi Berat Lahir Rendah dengan Kejadian Ikterus, Hipoglikemi dan Infeksi Neonatorum di RSUP NTB Tahun 2012, Thesis, Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.
Nayeri, F, Shariat, , Dalili, H & Adam, L., 2012, Perinatal risk factors for neonatal asphyxia in Vali-e-Asr hospital, Tehran-Iran, Iran J Reprod Med, vol 10, no. 2.
Notoatmodjo, S., 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Nugroho, PMC., 2015, Tingkat Keparahan Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Berat Lahir Rendah, Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, p. 44.
Pitsawong, C & Panichkul, P 2011, Risk Factors Associated with Birth Asphyxia in Phramongkutklao Hospital,Thai Journal of Obstetrics and
Gynaecology, vol 19, no. 165-171.
Pudjiadi, AH., 2010, Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia, Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Jakarta.
Rahma, A & Armah, M., 2014, Analisis Faktor Risiko Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir di RSUD Syekh Yusuf Gowa dan RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2013, Jurnal Kesehatan, p. 283.
Respatiningrum, NMLR., 2013, Hubungan Kejadian Asfiksia Neonatorum dengan Perkembangan Bayi Usia 6-12 bulan di Ruang Anggrek RSUD Kota Tanjung Pinang Tahun 2012, Jurnal Kebidanan, pp. 3-5.
Riyadi, S & Sukarmin,. 2009, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Saifuddin, BA., 2001, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, JNPKKR-POGI, Jakarta.
Saifuddin, AB., 2009, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 5th edn, YBP-SP, Jakarta.
Samhasto, P., 2013, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013, in Profil Kesehatan, Dinkes Jawa Tengah, Semarang.
Sopiyudin, DM., 2013, Besar Sample dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Salemba Medika, Jakarta.
Supinah, V., 2015, Kasus Fenomena Asfiksia Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Kota Semarang 2009-2010, Jurnal Kebidanan Adila Bandar Lampung, vol 9, no. ISSN 2088.9011, pp. 18-19.
Supriyantoro., 2014, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Sutarjo, US., 2014, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Tabassum, F, Rizvi, A, Ariff, S & Soofi, S., 2014, Risk Factors Associated with Birth Asphyxia in Rural District Matiari, Pakistan: A Case Control Study, International Journal of Clinical Medicine, vol 5, no. 1430-1441.
The Lancet., 2005, 'Neonatal Survival', Elsevier.
Tjeleyan, KS., 2010, Faktor Risiko dan Prognosis Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dan Kejadiaan Lahir Mati di Kota Palembang Tahun 2010, Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, pp. 2931-2932.
WHO & UNICEF., 2005, Breastfeeding Counselling: A training Course, p. WHO/CDR/93.4.