• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI OLEH: MURIDHA NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI OLEH: MURIDHA NIM"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF DENGAN METODE REORGANISASI BARRETT TAXONOMY PADA SISWA KELAS VIII

SMP PESANTREN GUPPI SAMATA KELURAHAN ROMANG POLONG KECAMATAN SOMBA OPU

KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Mengikuti Ujian Skripsi pada Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH:

MURIDHA NIM. 10533761614

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Juli /2018

(2)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tanga di bawah ini:

Nama : MURIDHA

Stambuk : 10533761614

Prodi : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Meningkatkan Kemampuan Membaca Intensif dengan Metode Reorganisasi Barret Taxonomy Pada Siswa Kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan didepan tim penguji adalah asli karya saya sendiri, bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuat oleh siapa pun.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, September 2018 Yang Membuat Pernyataan

(3)

10533761614 MOTO DAN PERSEMBAHAN

Lakukan segala sesuatu dengan bismilla Nikmati proses dengan bersabar

Biarkan waktu berjalan sesuai masanya Gagal dalam mencoba adalah kewajaran

Sesungguhnya kesabaran akan membuatmu mengerti Bagaimana cara mensyukuri arti sebuah keberhasilan

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini, untuk Ayah dan Ibu tercinta, sosok pertama dari tujuan hidupku yang selalu membangkitkan dalam keterpu- rukanku, yang selalu memanjatkan doa untukku dalam setiap sujudnya. Terima kasih untuk semuanya

(4)

ABSTRAK

Muridha. 2018. Meningkatkan Kemampuan Membaca Intensif dengan Metode Reoeganisasi Barrett Taxonomy pada Siswa Kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh M. Ide Said DM. sebagai pembimbing I dan Abdul Munir K. sebagai pembimbing II.

Tujuan peneliti adalah memaparkan hasil pembelajaran membaca intensif siswa kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dengan menggunakan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas 4 tahap yaitu; perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Siklus I terdiri atas tiga kali pertemuan, demikian pula dengan siklus II. Dua kali pertemuan untuk materi dan satu kali pertemuan untuk evaluasi, demikian puka untuk siklus II. Subjek penelitian ini adalah SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa yang berjumlah 15 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy menunjukkan peningkatan dalam proses pembelajaran membaca intensif siswa kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Hal ini dilihat dari pemerolehan nilai rata-rata siswa mulai dari siklus I sampai dengan siklus II.

Nilai rata siswa dari siklus I sebesar 49,67, pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 73,67. Keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari jumlah ketuntasan siklus I sebesar 33.33 persen, dan siklus II meningkat menjadi 93,33 persen.

Kata kunci: membaca intensif, penelitian tindakan kelas, Reorganisasi Barrett Taxonomy

(5)

KATA PENGANTAR

ميح رلا نمح رلا الله مسب

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Taala Yang Maha Pengasih, kepada seluruh hamba-Nya atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan, meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana. Salam dan salawat kepada Nabiullah Muhammad Sallallaahu Alaihi Wasallam semoga senantiasa tercurah kepadanya, demikian pula seluruh keluarga dan para sahabat yang senantiasa setia mengikuti ajaran yang dibawanya.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah berusaha maksimal, namun sebagai manusia biasa tentunya tidak lepas dari segala kekurangan dan keterbatasan sehingga masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi sistematika penulisan maupun isi yang terkandung dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat doa dan bantuan yang senantiasa diberikan oleh segenap keluarga. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada dosen pembimbing I Prof. Dr. H. M. Ide Said DM., M.Pd., dan pembimbing II Dr. Abdul Munir K., M.Pd., yang telah banyak memberikan bimbingan dan dorongan sejak dari awal sampai selesainya skripsi ini.

(6)

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. H Abd Rahman Rahim, S.E., M.M. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Erwin Akib, M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dr. Munirah, M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulis yaitu Bapak Mustapa dan Ibu Daia, seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar beserta rekan-rekan yang telah membantu dan mendoakan maupun telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Makassar, Juli, 2018

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 7

B. Kerangka Pikir ... 30

(8)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Seting dan Subjek Penelitian ... 34

C. Fokus Penelitian ... 34

D. Metode Penelitian ... 35

E. Prosedur Penelitian ... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 39

G. Teknik Analisis Data ... 40

H. Indikator Keberhasilan Pembelajaran ... 41

BAB IV HASIL PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah ... 42

B. Hasil Penelitian ... 46

C. Pembahasan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Tenaga Pengajar Sekolah Menengah Atas Guppi Samata ...44 4.2 Keadaan Siswa Sekolah Menengah Pertama Pesantren Guppi

Samata Tahun Ajaran 2017 / 2018 ...45 4.3 Kemampuan Membaca Intensif Siswa Kelas VIII.B

SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dengan Metode Reorganisasi Barret Taxonomy pada

Siklus Pertama ...51 4.3 Kemampuan Membaca Intensif Siswa Kelas VIII.B SMP

Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dengan Metode

Reorganisasi Barret Taxonomy pada Siklus Kedua ...59

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Skema kerangka pikir ...32 3.1 Alur pelaksanaan dalam penelitian tindakan kelas ...36

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada hakikatnya adalah proses pendewasaan anak menuju sikap bertanggung jawab baik dalam pola pikir maupun tingkah laku. Dengan demikian, dalam meningkatkan mutu pendidikan tersebut maka perlu dilakukan pembenahan secara terus-menerus, yakni dengan proses pembelajaran yang efektif serta pembelajaran yang berkualitas. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ada empat aspek yang harus diprthatikan yaitu; keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.

Keterampilan membaca sangat penting dimiliki setiap siswa. Namun kenyataannya, tidak semua siswa mampu melakukan aktivitas membaca atau belajar membaca dengan cepat dan lancar sekaligus memahami makna bacaan, bahkan kurang mampu menarik kesimpulan terhadap bahan bacaan. Hal tersebut dapat dialami oleh siswa yang berada pada taraf membaca lanjut yang merupakan kelanjutan dari membaca permulaan.

Suatu fenomena yang senantiasa dialami oleh siswa adalah rendahnya kemampuan memahami bacaan, walaupun bacaannya sederhana, bahkan kurang memahami makna bacaan, dan tidak mampu membuat kesimpulan tentang materi atau bacaan yang telah dibaca. Hal ini dapat terjadi pada setiap siswa, seperti halnya pada siswa Kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.

(12)

Berdasarkan wawancara dengan guru kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, diperoleh informasi bahwa walaupun siswa Kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, semuanya telah memiliki keterampilan membaca yang bersifat mekanis, seperti: pengenalan huruf, pengenalan unsur linguistik, pengenalan hubungan pola ejaan dan bunyi, dan memiliki kecepatan membaca. Akan tetapi masih terdapat sekitar 30 persen siswa yang masih rendah keterampilan membaca intensif. Hal ini ditandai dengan kecenderungan siswa membaca dengan bersuara keras dan cepat sehingga siswa jarang membaca dalam hati (tidak bersuara), dan masih rendah kemampuannya membuat rangkuman terhadap seluruh isi bacaan atau setiap paragraf. Demikian pula guru sangat jarang mengajar siswa membaca intensif yaitu membaca yang dilakukan dengan hati-hati dan teliti, tetapi hanya menyuruh siswa membaca sesuai cara siswa sendiri agar dapat memahami materi yang dibaca tanpa mengarahkan siswa dalam membaca. Guru lebih banyak menggunakan pendekatan konvensional dalam proses pembelajaran sehingga siswa cenderung pasif dalam belajar dan cenderung bersifat monoton dalam proses pembelajaran. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya pembelajaran yang kurang menyenangkan bagi siswa sehingga pemahaman terhadap materi pelajaran menjadi rendah.

(13)

Keberhasilan pencapaian kompetensi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tentunya sangat bergantung pada faktor cara guru melaksanakan pembelajaran. Kecenderungan yang terjadi pada proses pembelajaran di sekolah adalah kegiatan belajar masih berpusat pada guru, yaitu guru lebih banyak bercerita atau berceramah, siswa tidak banyak aktif terlibat dalam proses pembelajaran, guru jarang atau bahkan tidak menggunakan media pembelajaran. Oleh karena itu, paradigma lama di mana orientasi belajar lebih berpusat kepada guru harus ditinggalkan dan diganti dengan orientasi belajar lebih berpusat pada siswa atau pembelajaran aktif. Hal ini dimaksudkan agar proses pembelajaran lebih berkualitas dalam meningkatkan kemampuan belajar dan hasil belajar siswa. Bukannya proses pembelajaran yang menekankan keaktifan guru sementara siswa hanya pasif dengan mencatat penjelasan guru atau mendikte sehingga siswa justru bosan atau jenuh dalam mengikuti pelajaran, karena kegiatan belajar siswa hanya bersumber dari guru tanpa adanya keterlibatan siswa, seperti dalam membaca sehingga pemahaman terhadap materi pelajaran dapat lebih maksimal.

Sebagai upaya meningkatkan keterampilan membaca intensif siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, maka perlu diupayakan peningkatan kualitas pembelajaran melalui penerapan metode pembelajaran yang dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia.

Salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru dalam mengajar siswa membaca intensif adalah metode Reorganisasi Barrett Taxonomy. Metode Reoganisasi Barret Taxonomy menekankan pada keaktifan siswa

(14)

menemukan materi yang dipelajari sehinga mampu memahami bacaan-bacaan sehingga dapat lebih memotivasi siswa dalam belajar dan pada gilirannya dapat meningkatkan kemampuan membacanya. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran diharapkan dapat berpengaruh positif pada peningkatan penguasaan materi pelajaran atau isi bacaan jika dibandingkan proses pembelajaran yang hanya berfokus pada guru saja. Peningkatan kemampuan membaca intesif siswa dengan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy seiring dengan peningkatan aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pelajaran. Hal ini berarti bahwa Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy dapat meningkatkan aktivitas belajar sekaligus hasil belajar siswa di sekolah dan dapat digunakan dalam pembelajaran sesuai kurikulum, seperti halnya pelajaran Bahasa Indonesia dalam keterampilam membaca intensif.

Metode Reorganisasi Barret Taxonomy merupakan salah satu metode yang dipandang dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa dan sekaligus meningkatkan penguasaan materi melalui membaca intensif. Hal ini dikarenakan dalam metode ini, siswa lebih banyak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Bahkan siswa dituntut untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga dapat lebih memotivasi siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy dalam pembelajaran Bahasa Indonesia cenderung dipandang lebih ideal digunakan dibandingkan pendekatan yang lebih berfokus pada guru dalam kegiatan pembelajaran.

(15)

Berkaitan dengan hal ini, penulis mengkajinya melalui penelitian tindakan kelas, dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Membaca Intensif dengan Metode Reorganisasi Barret Taxonomy pada Siswa Kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah pokok penelitian yaitu “Bagaimanakah Kemampuan Membaca Intensif Siswa dapat Meningkat melalui Metode Reorganisasi Barret Taxonomy pada Siswa Kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk menghasilkan kemampuan membaca intensif siswa dengan Metode Reorganisasi Barret Taxonomy pada siswa kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat secara teoretis dan praktis sebagai berikut.

(16)

Sebagai bahan informasi bagi akademisi khususnya Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia guna peningkatan kualitas pendidikan di sekolah, khususnya metode pembelajaran efektif dalam mendukung kualitas membaca, seperti metode Reorganisasi Barrett Taxonomy.

2. Manfaat praktis:

a. Bagi guru mata pelajaran, sebagai masukan tentang pentingnya metode pembelajaran Reorganisasi Barret Taxonomy dalam meningkatkan kemampuan membaca, di antaranya kemampuan membaca intensif. b. Bagi siswa, sebagai masukan pentingnya memperhatikan dan aktif

dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan membacanya, di antaranya membaca intensif.

c. Bagi sekolah, adanya penelitian ini diharapkan sebagai upaya peningkatan kualitas guru dan siwa, sehingga mutu pendidikan di sekolah dapat meningkat ke arah yang lebih baik dan lebih maju.

d. Manfaat bagi peneliti, adanya penelitian ini dapat memperkaya wawasan mengenai penggunaan Metode Reoeganisasi Barrett Taxonomy.

(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang meningkatkan kemampuan membaca intensif telah banyak dilakukan orang. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2014), dengan judul skripsi “Meningkatkan Kemampuan Membaca Intensif dengan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy pada Siswa Kelas VIII A MTsN Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012”. Menyimpulkan bahwa penerapan metode Reorganisasi Barrett Taxonomy mengajarkan kepada siswa memahami sebuah teks, yaitu cara mengklasifikasikan, menguraikan, menyimpulkan, dan menjadikan satu, agar mudah dipahami oleh siswa tersebut. Hasil tes membaca intensif yang diperoleh siswa pada siklus I sebesar 62,64, jumlah siswa yang nilainya di atas KKM hanya berjumlah 3 orang atau 10%. Pada siklus II menunjukkan peningkatan, terlihat dari rata-rata nilainya adalah 72,79.

Hasil penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Basmawati (2011), dengan judul skripsi “ Meningkatkan Kemampuan Membaca Intensif melalui Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas IV SD Inpres La’nyara Kecamatan Polong Bangkeng Selatan Kabupaten Takalar”. Hasil penelitiannya yaitu, pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca intensif pada standar kompetensi; mampu membaca dengan

(18)

pemahaman teks agak panjang dengan cara membaca lancar; maupun pelan secara intensif. Pada siklus pertama, kemampuan membaca intensif pada kategori cukup mampu (rata-rata 58,06), tetapi belum mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan, kemudian siklus kedua meningkat menjadi kategori sangat mampu (rata-rata 83,83), dan telah memenuhi ketuntasan belajar yang diharapkan. Peningkatan kemampuan membaca intensif pada siswa kelas IV didukung oleh peningkatan aktivitas belajar siswa mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia melalui pendekatan kontekstual, berupa: keaktifan memperhatikan penjelasan guru, memiliki sikap ingin tahu dalam bekerja secara kelompok dalam belajar membaca teks, memiliki sikap ingin tahu dengan bertanya jawab dengan teman, memiliki sikap ingin tahu dengan bertanya jawab dengan guru tentang teks/bacaan, dan menyimpulkan materi pelajaran.

Hasil Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Khuzaimatun (2009) dengan penelitian “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Intensif dengan Metode SQ3R pada Siswa Lelas X3 SMA Negeri 1 Sumbetlawang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode SQ3R menunjukkan peningkatan dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari siklus 1 sebesar 32,5 persen, siklus II sebesar 60 persen dan siklus III sebesar 87,5 persen.

Penelitian Rokhmah Prihatiningsi (2011) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Menemukan dan Ide

(19)

Pokok dan Permasalahan dalam Atikel dengan Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRT) dan Tehnik Close Reading pada Peserta Didik Kelas XII IPS 1 SMA Nasional Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan membaca intensif untuk menemukan ide pokok dan permasalahan dalam artikel dengan Metode Cooperative Integral Reading and Composition (CIRC) dan tehnik Close Reading terjadi perubahan tingkah laku peserta didik sebesar 22,3%. Skor rata-rata kelas pada tahapan pra siklus sebesar 57,7% dan mengalami peningkatan sebesar 16% menjadi 73,8%p pada tahap siklus I. Pada silus II, skor rata-rata kelas meningkat sebesar 6,2% menjasi 80. Setelah digunakan Metode Cooperative Integral Reading and Coposition (CIRC) dan tehnik Close Reading terjadi perubahan tingkal laku peserta didik yang sebelumnya kurang antusias dan kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, sekarang menjadi sangat antusias dan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Penelitian Munawaroh (2005), dengan penelitian “Peningkatan Kemampuan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Inquiry pada Siswa Kelas VII B SMP N 10 Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan membaca intensif teks profil tokoh kelas VII B SMP N 10 Semarang mengalami peningkatan setelah memgikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry. Hasil pratindakan menunjukkan bahwa nilai rata-rata sisa 56.51. setelah dilakukan tindakan siklus I, nilai rata-rata

(20)

siswa menjadi 67,46. Setelah dilakukan tindakan siklus II, nilai rata-rata menjadi 81. Masing masing aspek membaca intensif teks profil tokoh juga mengalami peningkatan. Aspek menyarikan riwayat hidup tokoh skor rata-rata pratindakan sebesar 58, siklus I menjadi 72,3 dan siklus II meningkat mdenjadi 81.3. Aaspek mencatat hal-hal yang bermanfaat skor tara-rata pratindakan 51, siklus I 56.4 dan siklus II meningkat sebesar 20% menjadi 76,4.

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan lima penelitian di atas yaitu peningkatan kemampuan membaca intensif. Adapun perbedaannya terletak pada metode pengajaran yang diterapkan.

2. Membaca

a. Pengertian Membaca

Membaca adalah menambah khazanah dan memperdalam pengetahuan tentang sesuatu ( Arifin, 2013:V). Membaca membuat manusia menjadi pintar dalam berbagai hal. Membaca tidak ada batasannya, dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Untuk menjadi maju dan sukses maka hal yang harus dilakukan dengan banyak membaca.

“Reading is the heart of education” yang artinya membaca merupakan jantung dalam pendidikan. Dalam hal ini, orang yang sering membaca, pendidikan dan pengetahuannya akan maju serta memiliki wawasan yang luas. Karena semakin sering orang membaca maka

(21)

semakin besar peluang dalam dirinya untuk maju (Farr (1984) dalam Dalman (2017:5).

Membaca merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa tulis, yang bersifat reseptif (Cahyani dan Hodija, 2007:97). Yaitu membaca bersifat menerima sebab dengan membaca, seseorang akan mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman dari bahan bacaan tersebut. Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan dan dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.

Dengan demikian, membaca merupakan salah satu cara yang dilakukan pembaca untuk memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya dari teks (bahan tulis) yang dibaca (Tarigan, 2008:7). Membaca pada hakikatnya suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekadar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual, membaca merupakan proses penerjemahan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif.

Membaca merupakan proses merekonstruksi makna dari bahan cetak (Mulyati dkk. 2009:45). Karena merupakan suatu peoses yang dilakukan serta dipergunakan untuk memperoleh kesan, pesan, yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui media

(22)

kata-kata atau bahasa tulis, atau suatu peroses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kalimat akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas agar makna kata-kata secara individual akan tetap dapat diketahui.

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi pesan yang tersurat dan tersirat tidak akan terungkap atau dipahami dan proses pembaca tidak terlaksana dengan baik.

Membaca juga merupakan suatu strategi. Membaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruksi makna ketika membaca. Strategi ini bervarisai sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca. Membaca adalah interaktif. Keterlibatan membaca dengan teks bergantung pada konteks keterlibatan membaca dengan teks bergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable ) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks (Rahiem, 2008:3).

(23)

Pada dasarnya, membaca merupakan suatu proses. Burn, Roe, dan Ross (2003) dalam Dalman (2017:7) memasukkan proses membaca ke dalam kegiatan membaca. Mereka berpendapat bahwa kegiatan menbaca itu terdiri atas proses membaca dan produk membaca. Proses membaca adalah tindakan atau kegiatan membaca, sedangkan produk membaca adalah komunikasi pikiran dan perasaan penulis pada pembaca.

Tim Penyusun Bahasa Indonesia (2008:2) mengemukakan bahwa “membaca adalah suatu proses yang berhungan dengan bahasa. Setiap guru bahasa harus memahami dan menyadari bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, rumit, dan melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil”.

Kegiatan belajar mengajar pada dasarnya untuk mengembangkan kemampuan psikis serta kemampuan penyesuaian sosial siswa secara utuh. Dalam rangka mempersiapkan siswa ke jenjang pendidikan menengah atau memasuki lapangan kerja, perlu diusahakan pengembangan sikap bertanggung jawab dalam belajar dan mengemukakan pendapat serta kemandirian dalam mengambil keputusan.

Sasaran dari pembelajaran Bahasa Indonesia adalah siswa terampil menggunakan bahasa (keempat aspek yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengar). Maka seorang guru harus aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dengan berbagai

(24)

macam cara, alat bantu, dan materi yang dapat menunjang pencapaian tujuan pengajaran bahasa menjadi sah penggunaannya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, bahkan upaya aktif-kreatif harus dioptimalkan.

b. Tujuan Membaca

Tujuan utama membaca adalah mencari serta memperoleh informasi, mencakup informasi, memahami makna bacaan. Menurut Andelson ( 2003 ) dalam (Dalman, 2017:11), ada tujuh macam tujuan dari kegiatan membaca yaiyu: (1) reading for details, (2) reading for main ideas, (3) reading for sequence or organization, (4) reading for inference, (5) reading to classify, (6) reading to evaluate, (7) reading to compare or contrast.

Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh seorang tokoh; apa-apa yang dibuat oleh seorang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).

Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya.

(25)

Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).

Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita atau bagian bacaan yang dibaca, apa yang terjadi pada bagian pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan, dan kejadian- kejadian dibuat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).

Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).

Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).

Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh

(26)

bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate).

Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).

c. Teknik Membaca

Pada dasarnya, membaca bertujuan mendapat informasi. Informasi yang dibutuhkan disebut informasi fokus. Jadi, informasi fokus adalah informasi terpenting yang terdapat dalam teks bacaan. Dalam sebuah bacaan, informasi yang memerlukan informasi fokus. Untuk menemukan informasi fokus secara efisien, ada beberapa teknik membaca yang digunakan, yaitu: (1) pilih (selecting), (2) baca-lompat (skipping), (3) baca-layap (skimming), (4) baca-tatap (scanning) (Tampubulon (1990) dalam Dalman, 2017:15).

Baca-pilih ialah pembaca memilih bahan bacaan dan bagian-bagian bacaan yang dianggap relevan, atau berisi informasi fokus yang ditetukan. Selanjutnya baca-lompat atau bagian-bagian bacaan yang relevan, melampaui atau melompati bagian-bagian lain.

Selain menggunakan teknik di atas untuk menemukan informasi fokus dalam teks bacaan, pembaca dapat mempergunakan teknik baca-layap, yaitu membaca dengan cepat untuk mengetahui isi umum suatu

(27)

suatu bacaan atau bagiannya. Isi umum dimaksud ialah informasi fokus, tetapi mungkin juga sebagai dasar untuk menduga apakah bacaan atau bagian bacaan itu berisi informasi yang telah ditentukan.

Pembaca juga dapat menggunakan teknik baca-tatap, yaitu membaca dengan cepat dengan memusatkan perhatian untuk menemukan bagian bacaan yang berisi informasi fokus yang telah ditentukan, sehingga informasi mudah ditemukan dengan tepat dan dapat dipahami.

Keempat teknik membaca di atas untuk menemukan informasi fokus pada waktu tertentu dan dapat dipergunakan sekaligus dalam arti berurutan. Dalam membaca sebuah buku, misalnya yang pertama teknik baca-pilih dapat dipakai untuk menentukan bagian yang perlu dibaca, dan bersama dengan teknik ini, teknik baca-lompat juga dapat dipergunakan karena beberapa bagian telah dilompati. Selanjutnya, untuk mengetahui isi umum yang perlu dibaca teknik baca-layap perlu dipakai. Untuk menentukan informasi tertentu, misalnya suatu penjelasan tentang suatu istilah, yang perlu dipergunakan pada dasarnya adalah baca-tatap.

d. Jenis Membaca 1) Membaca Nyaring

Membaca nyaring adalah suatu kegiatan yang merupakan alat bagi guru, siswa ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi,

(28)

pikiran, dan perasaan seseorang pengarang. Menurut Tarigan (1982) dalam Dalman (2017:63) membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, siswa ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap atau memahami informasi, pikiran, dan perasaan seorang pengarang.

Adapun keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring: (a) Menggunakan ucapan yang tepat, (b) Menggunakan frase yang tepat, (c) Menggunakan intonasi suara yang wajar, (d) Dalam posisi sikap yang baik, (e) Mengasai tanda-tanda baca, (e) Membaca dengan terang dan jelas, (f) Membaca dengan penuh perasaan dan ekspresif, (g) Membaca dengan tidak terbat-bata, (h) Mengerti serta memamhami bahan bacaaan yang dibacanya, (i) Kecepatan tergantung pada bahan bacaan yang dibacanya, (j) Membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan, (k) Membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.

2) Membaca Ekstensif

Membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang hanya mempergunakan ingatan yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan untuk memperoleh informasi. Dalam garis besarnya. membaca dalam hati dapat dibagi atas 2 yaitu: membaca intensif dan ekstensif.

(29)

Membaca intensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin tes dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca intensif adalah studi seksama, telaah, teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas.

Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Pengertian atau pemahaman yang bertaraf relatif rendah sudah memadai untuk ini, karena memang sudah banyak serta berlebih-lebihan, seperti halnya dengan laporan-laporan surat kabar. Nama atau etiket itu menyatakan bahwa orang-orang yang mempergunakannya tidaklah mengenai keterampilan-keterampilan aktual yang berbelit-belit, yang rumit, tetapi dengan efek-efek yang dihasilkan oleh pekerjaan keterampilan-keterampilan tersebut; dengan kata lain suatu keakraban, suatu familiaritas, sekalipun bukan keakraban yang begitu mantap, dengan isi bahan bacaan yang menjadi tujuan dan tuntutan kegiatan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi yang penting-penting dengan cepat sehingga dengan demikian, membaca secara efisien dapat terlaksana. Hal ini juga merupakan salah satu alat yang dapat dimanfaatkan oleh orang asing yang hendak mempelajari sesuatu tanpa dia sendiri pergi bermukim ke negara asal bahasa tersebut.

3. Kemampuan Membaca Intensif

(30)

Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika siswa pada usia sekolah tidak segera memiliki kemampuan untuk membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya sehingga anak harus belajar membaca. Fajri dan Senja (2009: 546) mengartikan “kemampuan yaitu kesanggupan, kekuatan untuk melakukan sesuatu.

Membaca intensif adalah membaca yang dilakukan secara cermat dan teliti terhadap teks yang dibaca. Membaca intensif dapat diterapkan dalam upaya mencari informasi yang bersifat rincil dalam suatu bacaan (Asep dan Sudarwati 2008:131).

Bafadal (2005: 193) mengemukakan bahwa:

Membaca merupakan suatu proses menangkap atau memperoleh konsep-konsep yang dimaksud oleh pengarangnya, menginterpretasi, mengevaluasi konsep-konsep pengarang, dan merefleksikan atau bertindak sebagaimana yang dimaksud dari konsep-konsep itu. Dengan kata lain, membaca tidak hanya mengoperasikan berbagai keterampilan untuk memahami kata-kata dan kalimat, tetapi juga kemampuan menginterpretasi, mengevaluasi, sehingga memperoleh pemahaman yang komprehensif.

Berdasarkan pendapat di atas, membaca merupakan kegiatan yang melibatkan fisik dan mental seseorang. Melalui kegiatan membaca, seseorang dapat mengerti, mengamati, dan mengingat apa yang ia baca. Dalam membaca tidak hanya sekadar mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi

(31)

bahasa tulisan, sehingga membaca merupakan suatu bentuk komunikasi tulis. Keterampilan membaca yang dimaksud adalah membaca intensif. Sementara Mintowi (2003) mengemukakan bahwa:

Membaca intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara seksama dan merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis. Membaca intensif merupakan studi saksama, telaah teliti, serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan sehingga timbul pemahaman yang tinggi.

Berdasarkan pendapat di atas, maka membaca intensif merupakan kemampuan memahami isi bacaan sampai pada bagian sekecil-kecilnya sehingga diperoleh suatu pemahaman secara menyeluruh tentang isi bacaan. Contohnya, kita ingin mempelajari sesuatu secara mendalam, ingin mengetahui bahan bacaan itu sampai kepada hal yang sekecil-kecilnya, misalnya kita membaca bahan-bahan yang sukar, buku pelajaran, buku-buku teknis, dan sebagainya. Jadi, membaca intensif diperlukan jika kita perlu memahami masalah yang kita baca sampai kepada hal yang sekecil-kecilnya.

b. Indikator kemampuan membaca intensif

Kemampuan membaca pemahaman merupakan jenis kemampuan membaca lanjut yang diajarkan di kelas tinggi sekolah dasar, karena penekanan dari kegiatan membaca adalah pemahaman. Tingkat kemampuan membaca intensif seseorang dapat diukur berdasarkan indikator-indikator kemampuan membaca intensif yang dilakukan

(32)

secara langsung dalam tes membaca atau tes tertulis dengan isi berdasarkan isi bacaan atau teks.

Menurut Mintowi (2003) bahwa membaca intensif dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide, sedangkan membaca telaah bahasa meliputi membaca bahasa dan membaca sastra.

Membaca telaah isi berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memahami isi bacaan dengan sekecil-kecilnya sehingga diperoleh pemahaman yang mendalam tentang isi bacaan atau teks secara tepat dan cepat. Dalam memahami isi bacaan, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: memiliki kosakata yang banyak, kemampuan menafsirkan makna kata, frasa, kalimat dan wacana, kemampuan menangkap isi pokok dan ide penunjang, menangkap garis besar dan rincian, serta memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa dalam bacaan atau teks. Sedangkan menurut Dalman (2017:70) membaca telaah terdiri atas: (a) membaca teliti yaitu, seseorang perlu dengan teliti bahan-bahan bacaan, (2) membaca pemahaman yaitu, sejenis membaca yang bertujuan untuk menemukan keseluruhan bahan bacaan, baik makna baris-baris, makna antar baris, maupun makna balik baris, (d) membaca ide yaitu, kegiatan membaca yang ingin mencari, memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan, (e) membacaa kreatif yaitu, membaca yang tidak hanya sekadar menangkap makna tersurat,

(33)

makna antarbaris, tetapi mampu secara kreatif menerapkan hasil pembacanya untuk kehidupan sehari-hari, (f) membaca bahasa tujuannya, memperbesar daya kata, dan mengembangkan kosakata.

Membaca telaah bahasa berkaitan dengan membaca bahasa atau membaca sastra. Tujuan utama membaca bahasa adalah memperbesarkan daya kata (increasing word power) dan mengembangkan kosakata (developing vocabulary). Sedangkan membaca sastra adalah perhatian pembaca harus dipusatkan pada penggunaan bahasa dalam karya sastra (Dalman, 2017:71).

c. Tahap perkembangan membaca

Menurut Abdurrahman (1999:201) bahwa terdapat lima tahap perkembangan membaca, yaitu: (a) kesiapan membaca, (b) membaca permulaan, (c) membaca cepat, (d) membaca luas, (e) dan membaca sesungguhnya.

Kesiapan membaca mencakup rentang waktu dari sejak seseorang dilahirkan hingga pelajaran membaca diberikan, seperti saat masuk pendidikan usia dini dan masuk sekolah dasar. Kesiapan berorientasi pada taraf perkembangan yang diperlukan untuk belajar secara efisien.

Tahap membaca permulaan mulai diberikan sejak anak masuk kelas satu sekolah dasar, bahkan saat masuk pendidikan usia dini. Membaca permulaan menekankan pada pengenalan huruf-huruf vokal dan konsonan, suku kata, dan kata sederhana.

(34)

Tahap keterampilan membaca cepat atau membaca lancar umumnya terjadi pada siswa yang telah duduk di kelas dua dan tiga. Untuk menguasai keterampilan membaca cepat, diperlukan pemahaman tentang hubungan simbol-bunyi dalam suatu bacaan atau teks.

Tahap membaca luas umumnya dilakukan pada siswa di kelas IV atau di atasnya di sekolah dasar. Pada tahap ini, siswa gemar dan menikmati membaca. Mereka umumnya membaca buku-buku cerita atau majalah dengan penuh minat sehingga pelajaran membaca dirasakan lebih mudah.

Tahap membaca yang sesungguhnya umumnya terjadi ketika siswa telah tamat sekolah dasar hingga terus berlanjut sesuai pertumbuhan seseorang. Pada tahap ini, seseorang tidak lagi belajar membaca tetapi membaca untuk belajar. Mereka belajar untuk memahami, memberikan kritik, dan mempelajari bidang studi tertentu. Kemahiran membaca pada orang dewasa pada hakikatnya bergantung pada latihan membaca yang dilakukan pada tahapan sebelumnya

4. Langkah-langkah Pengajajaran Membaca

Hambali (2007:16) mengemukakan beberapa langkah pengajaran membaca secara umum sebagai berikut: (a) percakapan mengarah ke materi yang akan disajikan, (b) tanyak jawab isi bacaan, (c) latihan lagu kalimat dan menghafal kata baru, (d) berkemampuan, (e) guru memberi contoh membaca dan siswa menirukan, (f) mencari makna dari kata-kata

(35)

sulit, (g) memberi tugas menceritakan kembali, (h) menjawab pertanyaan bacaan, (i) keterampilan.

Percakapan mengarah ke materi yang akan disajikan. Percakapan ini merupakan latihan bahasa yang diarahkan untuk mendalami isi bacaan. Hal ini bermanfaat untuk mengenal bentuk-bentuk kalimat. Percakapan ini dapat dikembangkan menjadi latihan menarik untuk latihan lafal dan latihan ekspresi.

Tanya-jawab tentang isi bacaan tersebut sangat bermanfaat untuk membina cara bertanya, dan menjawab pertanyaan. Dalam latihan ini guru tidak selalu bertanya tetapi juga siswa saling bertanya dan menjawab. Adanya proses timbal-balik antara siswa denga guru dan siswa dengan siswa, kemudian dijelaskan lebih lengkap oleh guru.

Latihan lagu kalimat dan lafal kata-kata baru. Contoh dari guru diperlukan sebagai acuan. Ada tiga kemampuan langkah yang dapat dilaksanakan secara berganti-ganti. Guru dapat memilih mana yang didahulukan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai:

Membaca dalam hati bacaan yang disajikan sekitar 5-15 menit. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang apa yang dibaca dan dilihat keaktifan anak terhadap tugas yang diberikan.

Menyuruh 2 atau 3 orang siswa membaca di depan kelas agar siswa memiliki keberanian berbicara di depan orang banyak, sekaligus melayani siswa yang bertipe auditif untuk memahami bacaan.

(36)

Siswa yang cakap dan memiliki ucapan dan lafal yang baik ditunjuk untuk membaca seluruh wacana di bangkunya sebagai contoh untuk teman yang lain. Jika bacaan terlalu panjang siswa tersebut disuruh membaca 2 atau 3 paragraf saja.

Guru memberi contoh membaca dan para siswa menirukan. Latihan ini diperlukan untuk memperbaiki ucapan siswa. Latihan ini kemudian dilanjutkan dengan penjelasan isi wacana dan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai yang diharapkan.

Mencari dan menanyakan kata-kata sulit sangat membantu memahami wacana. Kata-kata tersebut dapat ditampung untuk bahan diskusi kelas, dapat pula setiap kata yang ditanyakan langsung ditawarkan kepada siswa lain. Setelah didiskusikan atau dijelaskan oleh guru, kata-kata sulit tersebut dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, dan dipergunakan dalam kalimat. Pada kesempatan ini para siswa dilatih untuk menggunakan kamus. Para siswa dapat pula menyusun kamus sederhana yang disusun dari himpunan kata-kata sulit tersebut.

Siswa diberikan tugas menceritakan kembali isi bacaan dengan bahasa mereka sendiri, untuk mengukur pemahamannya. Dan dapat diketahui berhasil tidaknya metode yang digunakan.

Menjawab pertanyaan bacaan. Pertanyaan dapat berasal dari buku, dapat pula buatan guru. Jawaban siswa dapat disampaikan secara lisan, untuk melatih berbahasa lisan, keberanian, dan kejelasan dalam membaca

(37)

dan berbicara. Dapat pula disampaikan secara tertulis untuk membina keterampilan dan ketelitian dalam menulis.

Keterampilan biasanya diterapkan pula pada pelajaran lain misalnya untuk merangkum bahan/materi pelajaran sebagai pekerjaan rumah.Karena pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa dapat membuat siswa menjadi rajin belajar.

Langkah-langkah di atas merupakan salah satu alternatif yang pelaksanaannya dapat dikembangkan sendiri oleh guru sesuai dengan situasi dan kondisi kelas/sekolah.

5. Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy

Taksonomi Bloom diadaptasi Barrett dalam pemasalahan membaca dan pengajaran menjadi The Barrett Taxonomy, Cognitive, and Afectife, Dimentions of Reading Comprehensy. Taxonomy Barrett adalah taksonomi membaca yang mengandung dimensi kognitif dan afektif yang dikembangkan oleh Thomas C. Barrett pada tahun 1968. Taksonomi ini dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan membaca pemahaman dan meningkatkan kecerdasan siswa, dengan istilah membaca cerdas (Supriono:2009).

Taksonomi ini memiliki 5 kategori yang terdiri atas: (1) Pemahaman literal, (2) Reorganisasi, (3) Pemahaman inferensial, (4) Evaluasi, dan (5) Apresiasi. Kelima kategori ini dapat membantu siswa untuk memahami, berpikir, dan berinteraksi dengan wacana atau bacaan mulai dari makna tersurat sampai kepada interpretasi dan reaksi terhadap

(38)

pesan informasi dalam wacana/bacaan tersebut. Taksonomi Barrett lebih mengembangkan keterampilan memahami bacaan dan secara langsung dan meliputi pemahaman tentang informasi dan isi bacaan (Supriono:2009).

Pemahaman literal, memberikan tekanan pada pokok-pokok pikiran dan informasi yang secara langsung diungkapkan dalam wacana. Ini berarti pembaca hanya mengungkapkan makna secara eksplisit yang terdapat dalam wacana. Tujuan membaca dan pertanyaan guru yang dirancang untuk memancing jawaban berkisar antara pertanyaan sederhana ke pertanyaan pelik. Tugas sederhana dalam pemahaman literal adalah mengenal atau mengingat kembali seretan atau serangkaian kejadian-kejadian berurutan yang ditunjukkan dalam wacana.

Reorganisasi pada tahap ini, adalah membantu siswa untuk mampu melakukan analisis, sintesis, dan menyusun ide atau informasi yang secara tersurat di dalam bacaan/wacana. Untuk menyampaikan pemahaman mengenai makna bacaan/wacana, siswa diarahkan untuk melakukan parafrase ulang atau menerjemahkan pernyataan pengarang.

Pemahaman inferensial, ditunjukkan oleh siswa bila ia menggunakan buah pikiran atau informasi yang secara gemilang dikemukakan oleh wacana, intuisi, dan pengalaman pribadinya. Pemahaman inferensial pada umumnya dirancang oleh tujuan membaca dan pernyataan-pernyataan guru yang menghendaki pemikiran atau imajinasi siswa.

(39)

Evaluasi, yaitu meminta respons dari siswa yang menunjukkan bahwa ia telah mengadakan evaluasi dengan membandingkan buah pikiran yang disajikan dalam wacana dengan kriteria luar yang berasal dari pengalaman dan pengetahuan siswa. Pada dasarnya evaluasi dihubungkan judgment dan menekankan pada sifat-sifat ketepatan, nilai atau kemungkinan kejadian.

Apresiasi, yaitu melibatkan seluruh dimensi kognitif yang telah disebutkan sebelunya karena apresiasi berhubungan dengan dampak psikologis dan estetis terhadap pembaca. Apresiasi menghendaki supaya membaca secara emosional dan estetis peka terhadap suatu karya dan meminta beraksi terhadap nilai dan kenyataan unsur-unsur psikologis dan estetis dalam suatu karya. Apresiasi ini mencakup pengetahuan tentang respons emosional terhadap teknik-teknik, bentuk-bentuk, gaya serta struktur pengungkapan.

Dalam membaca intensif tidak semua kategori di atas dimasukkan mengingat waktu membaca yang lebih singkat. Bahkan untuk ukuran SMP, pertanyaan yang diajukan dalam tes seharusnya lebih banyak berkaitan dengan informasi yang tersurat daripada informasi yang tersirat dari isi bacaan. Oleh karena itu, pertimbangan kategori dalam pembuatan soal disesuaikan dengan tinkat inteligensi siswa dalam waktu membacanya.

Tugas-tugas yang dapat diberikan untuk meningkatkan kemampuan membaca intensif siswa dalam tahap ini adalah mengarahkan

(40)

siswa untuk: (1) mengategorikan atau mengklasifikasikan pelaku/karakter, benda-benda/sesuatu, tempat, dan/atau kejadian (Classifying), (2) menyusun informasi dalam bentuk outline dengan menggunakan pernyataan-pernyataan langsung atau pernyataan yang diparafrase (Outlining), (3) meringkas bacaan/wacana dengan menggunakan pernyataan langsung atau parafrase dari isi bacaan/wacana (Summarizing), dan (4) mengkonsolidasi ide atau informasi tersurat dari berbagai sumber (Synthesizing).

Menelaah penjelasan teori di atas dapat diketahui bahwa metode Reorganisasi Barrett Taxonomy adalah menghendaki siswa untuk menganalisis, mensitesis, dam mereorganisasikan sebuah pikiran atau informasi. Metode yang digunakan untuk membantu siswa meningkatkan kemampuan pemahaman, berpikir, dan berinteraksi siswa mengenai makna teks/bacaan dengan cara mengategorikan atau mengklasifikasikan, menyusun informasi, meringkas bahan bacaan dan mengonsolidasi dari berbagai sumber. Pada tahap ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan atau menerjemahkan ucapan-ucapan penulis.

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, seperti kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, merupakan tahap membaca lanjut yang penekanannya pada pemahaman isi bacaan. Kemampuan membaca intensif berorientasi pada 2 aspek, yaitu: membaca telaah isi dan telaah

(41)

bahasa. Membaca intensif sangat penting dimiliki oleh siswa agar dapat meningkatkan kemampuannya dalam memahami isi bacaan atau teks sehingga mendukung peningkatan pengetahuan siswa sekaligus hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Walaupun kemampuan membaca intensif sangat penting bagi setiap siswa, tetapi tidak semua siswa memiliki kemampuan membaca intensif yang baik. Hal ini dapat disebabkan oleh kebiasaan siswa dalam membaca dan aspek-aspek lainnya sehingga hal tersebut dapat menjadi salah satu kendala bagi siswa dalam meningkatkan kemampuan belajarnya di sekolah.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca intensif siswa adalah metode Reorganisasi Barrett Taxonomy. Melalui metode Reorganisasi Barrett Taxonomy, siswa lebih aktif belajar membaca tentang telaah isi dan dan telaah bahasa terhadap suatu bacaan atau teks melalui bimbingan guru sehingga penguasaan terhadap isi bacaan atau teks dapat lebih maksimal dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kerangka pikir peningkatan kemampuan membaca intensif melalui pendekatan kontekstual, digambarkan sebagai berikut:

(42)

Gambar 1: Skema Kerangka Pikir C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis penelitian ini, yaitu “metode Reorganisasi Barrett Taxonomy digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, maka kemampuan membaca intensif siswa kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, dapat meningkat”.

Rendahnya Kemampuan Membaca Intensif Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy PTK (Siklus II) PTK (Siklus I) Analisis

Kemampuan Membaca Intensif Siswa Meningkat

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang berbasis kelas (classroom action research) yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas dengan bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang mendeskripsikan meningkatnya kemampuan membaca intensif Siswa Kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dengan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy.

Ada tiga kata dalam penelitian tindakan kelas: (a) penelitian menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metode tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik dan penting bagi peneliti, (b) tindakan menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dalam tujuan tertentu. Dalan penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa, (3) kelas dalam hal ini adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama dari guru yang sama pula (Suharsimi Arikunto dalam madrasahmedia (online).

Penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) kegiatan praktik sosial atau pendidikan mereka, b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktik pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan

(44)

terlaksananya kegiatan praktik (Kemmis (1983) dalam Wiriaatmadja (2014:12).

B. Seting dan Subjek Penelitian

Bentuk penelitian tindakan kelas yaitu berdaur ulang, meliputi: kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, tahun ajaran 2018/2019.

C. Fokus Penelitian

Penelitian ini mengkaji Metode Reorganisasi Barret Taxonomy dan kemampuan membaca intensif. Kedua fokus penelitian dioperasionalkan sebagai berikut:

1. Metode Reorganisasi Barret Taxonomy merupakan kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar kemampuan membaca dengan menekankan pada keterlibatan siswa secara penuh dalam memahami isi bacaan atau teks dan dihubungkan dengan situasi kehidupan siswa.

2. Kemampuan membaca intensif merupakan nilai hasil tes tertulis pada setiap siklus berkaitan dengan kemampuan siswa terhadap telaah isi dan telaah bahasa terhadap bacaan atau teks, berupa kalimat utama pada setiap paragraf.

(45)

D. Metode Penelitian

Metode Penelitian Ini adalah Reorganisasi Barrett Taxonomy, dengan tujuan untuk membantu siswa memahami bahan bacaan atau wacana dengan baik, yaitu secara telaah dan, teliti (membaca intensif). Metode Reorganisasi Barret Taxonomy dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan untuk mengungkapkan penghargaan terhadap karya orang lain melalui penilaian berdasarkan pengalaman dan nilai nilai yang di yakini. Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy dapat mengembangkan kecerdasan emosional dan intelektual siswa.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dalam bentuk siklus atau berdaur ulang, meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dengan menggunakan dua siklus. Prosedur penelitian disajikan dalam gambar berikut:

(46)

Sumber: Adaptasi Arikunto dkk.(2008:16)

Gambar 2. Alur pelaksanaan dalam penelitian tindakan kelas;

Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus, dan setiap siklus dilakukan 3 kali pertemuan. Rincian kegiatan setiap tahapan dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:

1. Siklus pertama

a. Tahap perencanaan merupakan langkah awal dalam penelitian dengan menetapkan rencana yang dilakukan dalam meningkatkan kemampuan membaca intensif pada siswa kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Gowa dengan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy. Rencana yang disusun berkaitan dengan(1) Penyusunan rencana pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIII dengan metode Reorganisasi Barret Taxonomy,

Perencanaa SIKLUS I Pengamata Pelaksan Ref Perencanaa SIKLUS II Pengamata Pelaksan Ref

(47)

dengan kompetensi dasar membaca, (2) Menyusun format observasi aktivitas belajar siswa, dan observasi aktivitas mengajar guru, (3) Menyiapkan sumber belajar (bacaan/teks), (4) Membuat tes penilaian kemampuan membaca intensif, (5) Kegiatan pelaksanaan tindakan berlangsung selama 3 kali pertemuan, dengan perincian yaitu: 2 kali pertemuan untuk proses pembelajaran materi, dan 1 kali pertemuan untuk tes kemampuan membaca intensif, (6) Penentuan kriteria keberhasilan pembelajaran yaitu sesuai dengan nilai rata-rata minimal 61,00 berada pada kategori mampu.

b. Tahap pelaksanaan tindakan merupakan kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomi pada siswa kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Hal ini merupakan tindak lanjut dari perencanaan dalam siklus pertama yang dilakukan untuk melatih siswa membaca bacaan/teks. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara kelompok. Pertemuan pertama dan kedua membaca teks bacaandengan judul teks yang berbeda-beda, untuk meningkatkan kemampuan siswa memahami isi bacaan (membaca intensif). Selanjutnya pertemuan ketiga dilakukan tes kemampuan membaca intensif dalam bentuk tertulis. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.

(48)

c. Tahap observasi merupakan kegiatan pengamatan aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy. Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti selaku partisipan observer.

d. Tahap refleksi merupakan kegiatan mengukur keberhasilan pembelajaran Bahasa Indonesia sekaligus kelemahan yang terjadi selama berlangsungnya proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan peneliti (observer). Hal ini dilakukan dengan berdasar pada hasil observasi dan hasil tes kemampuan membaca intensif sehingga menjadi masukan dalam melakukan pembenahan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus kedua.

2. Siklus kedua

Kegiatan penelitian tindakan kelas dengan tahapan-tahapannya pada siklus kedua berkaitan dengan peningkatan kemampuan membaca intensif siswa Kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Gowa dengan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy adalah sama dengan siklus pertama. Akan tetapi dilakukan pembenahan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama sehingga proses pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus kedua dapat lebih meningkatkan kemampuan membaca intensif siswa. Kegiatan pelaksanaan tindakan berlangsung selama 3 kali pertemuan, dengan perincian yaitu: 2 kali pertemuan untuk proses pembelajaran materi, dan 1 kali pertemuan untuk tes tulis kemampuan membaca intensif. Pada pertemuan pertama dan ke dua digunakan bacaan atau teks dengan

(49)

judul yang berbeda-beda. Pada pertemuan ketiga, siswa diberikan tes dalam bentuk tertulis. Hasil yang dicapai pada siklus kedua menjadi bahan banding terhadap hasil siklus pertama dalam mengukur keberhasilan pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, tes, dan dokumentasi.

1. Teknik Observasi

Kegiatan observasi merupakan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan aktivitas mengajar guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy pada kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Gowa. Aspek-aspek yang diamati yaitu proses pelaksanaan pembelajaran, mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir, dan aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy. Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti selaku partisipan observer dengan menggunakan pedoman observasi berbentuk chek list (√).

2. Teknik Tes

Tes merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur kemampuan membaca intensif siswa Kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Gowa pada siklus pertama dan kedua. Tes diberikan kepada siswa dalam mengukur kemampuan membaca intensif dalam bentuk

(50)

tertulis, yaitu menentukan kalimat utama setiap paragraf dari bacaan. Pemberian bobot penulisan kalimat setiap paragraf, yaitu:

a. Bobot 4, jika kalimat utama sangat lengkap, sangat jelas maknanya, dan tata bahasanya baik

b. Bobot 3, jika kalimat utama cukup lengkap, cukup jelas maknanya, dan tata bahasanya cukup baik

c. Bobot 2, jika kalimat utama kurang lengkap, kurang jelas maknanya, dan tata bahasanya kurang baik.

d. Bobot 1, jika kalimat utama sangat tidak lengkap, tidak jelas maknanya, dan tata bahasanya tidak baik

e. Bobot 0, jika tidak ada jawaban 3. Teknik Dokumentasi

Kegiatan dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh data tertulis tentang jumlah siswa kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII tentang membaca intensif.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data hasil penelitian berupa hasil observasi dan hasil tes kemampuan membaca intensif menggunakan analisis deskriptif. Analisis terhadap hasil observasi yaitu hasil observasi aktivitas siswa dan aktivitas mengajar guru. Sedangkan analisis terhadap hasil tes kemampuan membaca

(51)

intensif siswa Kelas VIII SMP Psantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.

Dengan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy berdasarkan hasil tes kemampuan membaca intensif (tes tertulis). Kegiatan analisis ini dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan persentasi. Selanjutnya menghitung nilai rata-rata skor/nilai kemampuan membaca intensif siswa berdasarkan masing-masing hasil tes siklus pertama dan kedua.

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata hasil tes kemampuan membaca intensif berdasarkan hasil tes tertulis antara hasil tes siklus pertama dan kedua. Kategorisasi kemampuan membaca intensif, diklasifikasikan atas 5 kategori, yaitu:

81 – 100 Sangat mampu 61 – 80 Mampu 41 – 60 Cukup mampu 21 – 40 Kurang mampu 0 - 20 Tidak mampu

H. Indikator Keberhasilan Pembelajaran

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah Meningkatnya Kemampuan Membaca Intensif Siswa Kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.

Dengan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy. Perlakuan dianggap berhasil apabila mencapai nilai ketuntasan belajar secara klasikal mencapai

(52)

80 persen dari subjek penelitian, dengan nilai standar yang ditetapkan yaitu minimal 61 (kategori mampu).

(53)

BAB IV HASIL PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Sekolah

1. Tahun berdirinya Sekolah Menengah Pertama (SMP) Pesantren Guppi Samata

Tanggal : 05 Oktober 1987

Tempat : Jl. HM. Yasin Limpo (Dekat Kampus II UIN Alauddin)

2. Visi-Misi Sekolah Menengah Pertama Guppi Samata a) Visi

Terwujudnya siswa yang unggul dalam prestasi dan teladan dalam perilaku.

b) Misi

1) Menumbuhkan Budaya Gemar Membaca.

2) Mengoptimalkan dan Mengintegrasikan Pembelajaran dan Bimbingan dalam Bingkai Ajaran Islam.

3) Menumbuhkan Penghayatan dan Pengamatan Ajaran Agama Islam Dalam Kehidupan Sehari-hari.

4) Menciptakan Suasana Belajar yang Menyenangkan dan Bernuansa Agama.

5) Menerapkan Manajemen Partisipatif Seluruh Warga Sekolah.

4 2

(54)

3. Tujuan Sekolah

a. Sekolah memiliki Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang bermutu, efisien, relevan, dan berdaya saing.

b. Penyelenggaraan pembelajaran dalam sekolah yang efektif, serasi, selaras, seimbang, sebagai pusat akademik dan non akademik. c. Sekolah melaksanakan sistem manajemen partisipatif, transparan

dan akuntabel.

d. Warga sekolah memiliki sikap, budi pekerti luhur yang didasari IPTEK dan IMTAQ.

4. Identitas Sekolah Menengah Pertama Pesantren Guppi Samata

a. Nama Sekolah :Sekolah Menengah Pertama Pesantren GUPPI Samata

b. Tahun Berdiri :1987 c. Luas Lokasi :52 m2

d. NSS :202190301009

e. NPSN : 40313505

f. Alamat Sekolah :Jl. HM. Yasin Limpo

g. Nama Yayasan :Pesantren Manailil Ulum GUPPI TK. I Sulawesi Selatan

h. Lokasi :

Kelurahan : Romang Polong Kecamatan : Somba Opu i. Kabupaten : Gowa

(55)

j. Provinsi : Sulawesi Selatan

k. Nama Kepala Sekolah :Amri, S.Pd., M.M.

Tempat/Tgl Lahir :Sungguminasa, 16 Juni 1998 Pendidikan Terakhir :S.2

No. Tlp/HP :081343810064

Tabel 4.1 Tenaga Pengajar Sekolah Menengah Atas Guppi Samata;

No. Nama Guru/Staf Mata

Pelajaran

Jabatan Alamat

1 Drs. K.H. Abu Bakar Paka Pimpinan Pesantren

Jl. Bontoduri 6

2 Amri, S.Pd., M.M. Kepala

Sekolah

Komp. Pesantren GUPPI SAMATA 3 Derman, S.Pd Bahasa Indonesia Wakasek Kesiswaan Jl. Pramuka Limbung Lr. Pattoddokang

4 Muh. Ali, S.Ag., M.Pd.I. Wakasek

Kurikulum

Jl. Tamangapa Raya No. 265 RW 01 RT 04 Makassar

5 Dra. Muhammad Yusuf Wakasek

Sarana

Komp. Pesantren GUPPI SAMATA

6 Nuraisya, S.Pd. BP/BK Bendahara BTN Aura Permai Blok H2 No. 11 Gowa

7 Sampe Samading, S.Sos.I. IPS Kepala TU Komp. Pesantren GUPPI SAMATA

8 Dra. Musliha Abdul Latif Bahasa Indonesia

Guru Jl. Manggarupi No. 11 Sungguminasa

9 Haedarsih, S.Pd., M.Pd. IPA Guru Komp. Pesantren GUPPI SAMATA

10 Muhammad Ruslan, S.Pd. Penjaskes Guru Jl. Poros Pattallassang

11 Hasan Basri, SPd.I. Bahasa

Arab Guru

BTN Tamarunang Indah Blok B3 No. 14 Sungguminasa

12 Basrinuddin, S.Pd.I. Bahasa Inggris

Guru Lanyara’

13 Sumiati, S.Pd. Seni

Budaya

Guru Jl. Tamangapa Raya No.V No. 29 Makassar

14 Hasnaeni, S.Sos.I. Bahasa Daerah

Guru Tasilli

(56)

16 A Makassar

16 Syamsul Rijal, S.Pd. IPA Guru

17 Sri Hendrayani, S.Pd.I. Bahasa Arab

Guru Komp. Pesantren GUPPI SAMATA

18 Sitti Nursyida, S.E. IPS Guru Jl. Borong Jambu III No. 548 Perumnas

19 Muhammad Taufiq, A.Md. Penjaskes Guru

20 Ahriani, S.Pd.I. PKn Guru BTN Paccinongan PA

1916 21 Nur Khusnil Khatimah, S.Pd. Bahasa

Inggris

Guru Jl. Borong Jambu Antang 22 Nur Hikmah, S.Pd. Matematika Guru Sailong

23 Ishak, S.Pd.I. PAI Guru Kompleks Pesantren

GUPPI Samata

24 Haidar Amzar, S.TP. TIK Staf TU,

Operator

Jl. Andi Tonro No. 158 Sungguminasa

25 Rukaya Magfirania, S.IP. Pustakawan Kompleks Pesantren GUPPI Samata

23 M. Rustam Security Mala’lang

Tabel 4.2 Keadaan Siswa Sekolah Menengah Pertama Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa Tahun Ajaran 2017 / 2018

REKAPITULASI KELAS VII A KELAS VII B KELAS VIII A KELAS VIII B KELAS IX A KELAS IX B TOTAL LAKI-LAKI 15 9 11 12 10 7 63 PEREMPUAN 5 11 12 16 11 15 70 JUMLAH 20 20 23 15 21 22 118

Gambar

Gambar 1: Skema Kerangka Pikir  C.  Hipotesis Tindakan
Gambar 2. Alur pelaksanaan dalam penelitian tindakan kelas;
Tabel 4.1 Tenaga Pengajar Sekolah Menengah Atas Guppi Samata;
Tabel  4.2  Keadaan  Siswa  Sekolah  Menengah  Pertama  Pesantren  Guppi  Samata  Kelurahan  Romang  Polong  Kecamatan  Somba  Opu  Kabupaten  Gowa Tahun Ajaran 2017 / 2018
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dimana dari faktor resiko yang paling dominan dan signifikan untuk terjadinya penyakit pada pen- derita dengan Demam Tifoid di Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu adalah

Dengan cara apa ibu/bapak dalam melakukan seleksi bahan pustaka di perpustakan Madrasah Tsanawiah Ma’had Manailil Ulum Pondok Pesantren Guppi Samata kabupaten Gowa.. Siapa

Berdasarkan hasil penelitian yang disimpulkan oleh peneliti maka peneliti memiliki beberapa saran untuk dapat digunakan di Pesantren Madrasah Aliyah Guppi Samata Kabupaten

Skripsi ini membahas tentang Penerapan Manajemen Dalam Meningkatkan Pembinaan Santri di Pondok Pesantren Guppi Samata Kabupaten Gowa. Tujuan dalam penelitian ini

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Samata Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa terhadap 36 pasien tuberkulosis paru diperoleh data

Untuk itu perlu adanya analisis lingkungan daerah pada usaha ikan lele di Kelurahan Benteng Somba Opu Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa, dimana mengidentifikasi

Dimana dari faktor resiko yang paling dominan dan signifikan untuk terjadinya penyakit pada pen- derita dengan Demam Tifoid di Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu adalah

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Guppi Samata yang bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal pola bilangan pada kelas VIII SMP guppi