BAB IV HASIL PEMBAHASAN
B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian melalui penelitian tindakan kelas terhadap 15 subjek penelitian di kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata, mengkaji peningkatan kemampuan membaca intensif melalui Metode Reorganisasi Barrett Taksonomy , dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam dua bagian, yaitu deskripsi hasil siklus pertama dan siklus kedua.
1. Deskripsi Hasil Siklus Pertama
Kegiatan pada siklus pertama meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Masing-masing kegiatan diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus pertama dalam penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca intensif dengan Metode Reorganisasi Barrett Taksonomy pada siswa kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus pertama, yaitu: menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, menyusun pedoman aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa, menyusun lembar kerja, menyusun format penilaian kemampuan membaca intensif, menetapkan waktu kegiatan pembelajaran sebanyak 3 kali
pertemuan, dan menetapkan indikator keberhasilan pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu 61 (mampu).
b. Pelaksanaan
Kegiatan pertemuan sebanyak 3 kali pertemuan, dengan perincian yaitu 2 kali pertemuan untuk proses pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes kemampuan membaca intensif. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode Reorganisasi Barrett Taksonomy, dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
1) Kegiatan awal
Kegiatan awal yang dilakukan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode Reorganisasi Barrett Taksonomy pada siswa kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa pada siklus pertama, yaitu: berdoa dipimpin oleh ketua kelas dan absensi. Apersepsi, memotivasi siswa berkaitan dengan materi yang diajarkan, dan mengemukakan tujuan pembelajaran membaca intensif.
2) Kegiatan inti
Sebagai upaya meningkatkan kemampuan membaca intensif siswa kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, maka digunakan Metode Reorganisasi Barrett
Taksonomy. Kegiatan inti yang dilakukan adalah guru menjelaskan materi pelajaran, kemudian mengelompokkan siswa sebanyak 5 kelompok dari 15 siswa dan setiap kelompok diberikan bacaan yang sama judul “Sepupuku Bukan Musuhku” pada pertemuan pertama, dan judul yang sama pada pertemuan kedua, dan mengarahkan siswa melakukan tanya jawab dengan teman dan guru berkaitan dengan isi bacaan. Saat siswa bekerja sama dalam kelompok, guru mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan penemuan inti kalimat pada setiap paragraf melalui proses berpikir secara sistematis dalam kelompok, dan menghadirkan model-model pembelajaran tertentu untuk memudahkan siswa belajar membaca intensif isi teks, seperti bertanya jawab, dan pengulangan bacaan. Demikian pula, guru memberikan bimbingan dan motivasi baik secara individu maupun kelompok. Setelah siswa mengerjakan tugas, setiap kelompok membacakan hasil pekerjaannya dari membaca intensif tentang isi bacaan/teks, sementara kelompok lain menanggapi melalui bimbingan guru, dan tanya jawab tentang pelajaran membaca intensif dan isi bacaan/teks.
3) Kegiatan akhir
Kegiatan akhir yaitu siswa dan guru membuat kesimpulan, melakukan refleksi, dan mengemukakan materi yang akan diajarkan pada pertemuan berikutnya.
c. Observasi dan Evaluasi 1) Hasil Observasi
Hasil observasi terhadap proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode Reorganisasi Barrett Taksonomy dalam meningkatkan kemampuan membaca intensif di kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, menunjukkan bahwa hasil observasi terhadap aktivitas mengajar guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada umumnya sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode Reorganisasi Barrett Taksonomy di kelas VIII, yaitu: guru menjelaskan materi secara singkat, jelas, dan sistematis, kemudian mengelompokkan siswa secara kelompok memperhatikan aspek heterogen siswa, dan mengarahkan siswa bekerja sama dalam kelompok untuk membaca teks dengan mengelompokkan siswa secara heterogen sebanyak 5 kelompok dari 15 siswa. Setelah itu, guru mengarahkan siswa melakukan tanya jawab dengan teman dan guru walaupun tidak semua siswa aktif bertanya jawab, dan mengembangkan pemikiran siswa dengan memahami inti dan makna bacaan setiap paragraf. Saat siswa belajar secara kelompok dalam memahami bacaan dan menuliskan inti dari setiap paragraf,
guru sama sekali tidak memberikan motivasi dan penguatan terhadap siswa yang aktif dalam kerja kelompok dan tanya jawab. Pada akhir pertemuan, guru mengarahkan siswa untuk memantapkan pengetahuannya dengan menyimpulkan materi pelajaran.
Hasil observasi aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode Reorganisasi Barrett Taksonomy di kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa pada, siklus pertama, disajikan sebagai berikut:
a) Siswa yang aktif memperhatikan penjelasan guru sebesar 80,00 persen.
b) Siswa yang memiliki sikap ingin tahu dalam melakukan kerja sama dalam kelompok dalam belajar membaca teks sebesar 66,67 persen.
c) Siswa yang memiliki sikap ingin tahu dengan bertanya jawab dengan teman tentang teks/bacaan sebesar 73,33 persen.
d) Siswa yang memiliki sikap ingin tahu dengan bertanya jawab dengan guru tentang teks/bacaan sebesar 46,67 persen.
e) Siswa yang aktif menyimpulkan materi pelajaran sebesar 46,67 persen.
Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia melalui pendekatan kontekstual di atas, tampak bahwa tidak semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, khususnya dalam bertanya jawab dan menyimpulkan materi pelajaran. Kondisi tersebut cukup mempengaruhi kemampuan siswa dalam membaca intensif yang ditunjukkan dengan hasil tes kemampuan membaca intensif. Hasil tes kemampuan membaca intensif siswa kelas IV SD Inpres La’nyara pada siklus pertama, disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.3 Kemampuan Membaca Intensif Siswa Kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dengan Metode Reorganisasi Barret Taxonomy pada Siklus Pertama
Interval Kemampuan Membaca Intensif Frekuensi Persentase
81 – 100 Sangat mampu 0 00 61 – 80 Mampu 5 33,33 41 – 60 Cukup mampu 4 26,67 21 – 40 Kurang mampu 5 33,33 0 – 20 Tidak mampu 1 6,67 J u m l a h 15 100,00
Sumber: Hasil tes pertama
Berdasarkan tabel 4.3 tersebut tampak bahwa dari 15 subjek penelitian, terdapat 4 siswa atau 26,67 persen yang memiliki kemampuan membaca intensif pada kategori cukup mampu, disusul kategori mampu dan kurang mampu masing-masing sebanyak 5
siswa atau 33,33 persen, kategori tidak mampu 1 siswa atau 6,67 persen. Sesuai nilai rata-rata kemampuan membaca intensif pada tes pertama yaitu 46,67 dan disesuaikan dengan interval pada tabel 4.1 yaitu berada pada interval 41 – 60 berarti cukup mampu. Jadi, kemampuan membaca intensif siswa kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dengan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy pada kategori cukup mampu, tetapi terdapat sebagian siswa yang memiliki kemampuan membaca intensif pada kategori kurang mampu sebesar 33,33 persen, dan kategori tidak mampu sebesar 6,67 persen . Hal ini menggambarkan masih adanya siswa kurang mampu membaca, khususnya dalam membaca intensif.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan Metode Reorganisasi Barret Taxonomy dalam meningkatkan kemampuan membaca intensif pada siswa
kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Gowa, maka dapat diperoleh hasil dari tes evaluasi. Di samping adanya kelemahan yang terjadi sehingga mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dan kemampuan membaca intensif siswa.
Kemampuan membaca intensif siswa rata-rata 49,67. Nilai rata-rata tersebut belum mencapai standar nilai 61 untuk kategori tuntas, bahkan terdapat 33,33 % siswa yang memiliki kemampuan
membaca intensif pada kategori kurang mampu, dan 26,67 % yang cukup mampu tetapi belum tuntas belajar. Hal ini menjadi
masukan dalam melakukan telaah terhadap kelemahan dalam proses pembelajaran sehingga menjadi masukan dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus kedua, yaitu:
1) Selama pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus pertama dengan Metode Reorganisasi Barret Taxonomy, ternyata langkah-langkah Metode tersebut belum maksimal diterapkan.
Kondisi tersebut menyebabkan adanya siswa kurang aktif mengikuti pelajaran secara kelompok. Oleh karena itu, guru
perlu menerapkan langkah-langkah selanjutnya secara konsisten pada siklus kedua.
2) Peneliti belum terbiasa menciptakan suasana belajar dengan Metode Reorganisasi Barrett Taksonomy.
3) Sebagai siswa yang terbiasa dengan kondisi belajar yang konvensional belum terbiasa belajar dengan Metode Reorganisasi Barrett Taksonomy.
4) Adanya siswa kurang aktif mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia melalui Metode Reorganisasi Barrett Taksonomy, khususnya dalam bertanya jawab dan menyimpulkan materi pelajaran sehingga mempengaruhi penguasaan terhadap materi pelajaran Bahasa Indonesia dalam
membaca intensif. Oleh karena itu, guru perlu memberikan motivasi dan penguatan secara lebih intensif agar semua siswa dapat berperan lebih aktif berpartisipasi dalam kerja kelompok, menyimpulkan materi pelajaran, dan mengintensifkan kegiatan tanya jawab agar semua siswa dapat
lebih memahami materi pelajaran, dan merangsang keaktifan siswa dalam tanya jawab agar pengetahuan tentang materi dapat lebih maksimal yang pada gilirannya dapat lebih meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca intensif. 2. Deskripsi Hasil Siklus Kedua
Kegiatan pada siklus kedua meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Masing-masing kegiatan diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus kedua dalam penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca intensif dengan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy pada
siswa kelas V III.B SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus kedua, yaitu: menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, sumber belajar, dan
menetapkan waktu kegiatan pembelajaran sebanyak 3 kali pertemuan.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan pada siklus II didasarkan perencanaan pada siklus I, dengan memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada siklus I yaitu:
1) Memberikan motivasi yang lebih lagi kepada siswa agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran.
2) Lebih intensif membimbing dan memberikan pengarahan kepada siswa yang mengalami kesulitan
3) Membantu suasana kelas menjadi lebih nyaman dan lebih hidup
4) Memberikan pengakuan dan penghargaan
5) Membuat perangkat pembelajaran Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy agar lebih mudah dipahami oleh siswa.
Kegiatan pertemuan sebanyak 3 kali pertemuan, dengan perincian yaitu 2 kali pertemuan untuk proses pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes kemampuan membaca intensif atau evaluasi. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia melalui pendekatan kontekstual, dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu:
1) Kegiatan awal
Kegiatan awal yang dilakukan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy pada siklus pertama, yaitu: berdoa dipimpin oleh ketua kelas dan
absensi. Apersepsi, memotivasi siswa berkaitan dengan materi yang diajarkan, dan mengemukakan tujuan pembelajaran membaca
intensif. 2) Kegiatan inti
Sebagai upaya meningkatkan kemampuan membaca intensif siswa kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Kegiatan inti yang dilakukan adalah guru menjelaskan materi pelajaran disertai tanya jawab untuk memantapkan pengetahuan siswa, kemudian mengelompokkan siswa secara heterogen seperti pada sikus pertama, dan setiap kelompok diberikan bacaan yang sama judul “Kado Terakhir Buat Mama” pada pertemuan pertama, dan judul yang sama pada pertemuan kedua, dan mengarahkan siswa melakukan tanya jawab dengan teman dan guru berkaitan dengan isi bacaan. Saat siswa bekerjasama dalam kelompok, guru mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan penemuan inti pada setiap bacaan paragraf melalui proses berpikir secara sistematis dalam kelompok, dan menghadirkan model-model pembelajaran tertentu untuk memudahkan siswa belajar membaca
intensif isi teks, seperti bertanya jawab, dan pengulangan bacaan. Demikian pula, guru memberikan bimbingan dan motivasi baik secara individu maupun kelompok. Setelah siswa mengerjakan tugas, setiap kelompok membacakan hasil pekerjaannya sementara kelompok lain menanggapi melalui bimbingan guru, dan tanya jawab tentang pelajaran membaca intensif dan isi bacaan/teks.
3) Kegiatan akhir
Kegiatan akhir yaitu siswa dan guru membuat kesimpulan, melakukan refleksi, dan menutup pelajaran.
c. Observasi dan kemampuan membaca intensif
Hasil observasi terhadap proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy dalam meningkatkan kemampuan membaca intensif di kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, menunjukkan bahwa hasil observasi terhadap aktivitas mengajar guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia telah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy di kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu
dan sistematis, kemudian mengelompokkan siswa secara kelompok memperhatikan aspek heterogen, dan mengarahkan siswa bekerja sama dalam kelompok untuk membaca teks dengan mengelompokkan siswa secara heterogen seperti pada siklus pertama. Setelah itu, guru mengarahkan siswa melakukan tanya jawab dengan teman dan guru.
Dalam kegiatan ini, semua siswa aktif bertanya jawab, dan mengembangkan pemikiran siswa dengan memahami inti
dan makna bacaan setiap paragraf. Saat siswa belajar secara kelompok dalam memahami pelaku atau karakter, mengkategorikan benda-benda yang ada dalam bacaan, dan merangkum isi bacaan atau cerpen. Guru
memberikan motivasi dan penguatan terhadap siswa yang aktif dalam kerja kelompok dan tanya jawab. Pada akhir pertemuan, guru
mengarahkan siswa untuk memantapkan pengetahuannya dengan menyimpulkan materi pelajaran, kemudian menutup pelajaran.
Hasil observasi aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pelajaran
Bahasa Indonesia dengan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy di kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang
Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, pada siklus kedua, disajikan sebagai berikut:
1) Siswa yang aktif memperhatikan penjelasan guru adalah semua siswa atau 93.33 persen.
2) Siswa yang memiliki sikap ingin tahu dalam melakukan kerja sama dalam kelompok dalam belajar membaca teks adalah semua siswa atau 73,33 persen.
3) Siswa yang memiliki sikap ingin tahu dengan bertanya jawab dengan teman tentang teks/bacaan adalah semua siswa atau 80,00 persen.
4) Siswa yang memiliki sikap ingin tahu dengan bertanya jawab dengan guru tentang teks/bacaan sebesar 73,33 persen.
5) Siswa yang aktif menyimpulkan materi pelajaran sebesar 66,67 persen.
Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy di atas, tampak bahwa pada umumnya semua semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kondisi tersebut mempengaruhi tingginya kemampuan siswa dalam membaca intensif yang ditunjukkan dengan hasil tes kemampuan membaca intensif. Hasil tes kemampuan membaca intensif siswa kelas IV SD Inpres La’nyara pada siklus kedua, disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.3 Kemampuan Membaca Intensif Siswa Kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dengan Metode Reorganisasi Barret
Taxonomy pada Siklus Kedua
Interval Kemampuan Membaca Intensif
Frekuensi Persentase
81 – 100 Sangat mampu 2 13,33
41 – 60 Cukup mampu 1 6,67
21 – 40 Kurang mampu 0 0
0 – 20 Tidak mampu 0 0
J u m l a h 15 100,00
Sumber: Hasil tes kedua
Tabel 4.3 tersebut tampak bahwa dari 15 subjek penelitian, terdapat 2 siswa atau 13,3 persen yang memiliki kemampuan membaca
intensif pada kategori sangat mampu, dan kategori mampu sebanyak 12 siswa atau 80,00 persen, dan 1 siswa atau 6,67 persen pada kategori
cukup mampu . Sesuai nilai rata-rata kemampuan membaca intensif pada tes kedua yaitu 73,67 dan disesuaikan dengan interval pada tabel
4.3 yaitu berada pada interval 61 – 80 berarti mampu. Jadi, kemampuan membaca Intensif Siswa Kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dengan Metode Reorganisasi Barret Taxonomy, dalam mampu, dan sudah tidak ada lagi siswa yang memiliki kemampuan membaca intensif pada kategori kurang mampu seperti pada siklus pertama. Hal ini menggambarkan tingginya kemampuan siswa dalam membaca intensif dengan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil yang dicapai pada siklus kedua, kemampuan membaca intensinsif dengan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy pada siswa Kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan
Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, mencapai rata-rata 73,67 dan berada di atas standar nilai 61. Selain itu, aktivitas
belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus kedua dibandingkan pada siklus pertama dengan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy
pada siswa Kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, serta aktivitas mengajar guru juga semakin maksimal dalam menerapkan Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy.
Berdasarkan hasil yang dicapai pada siklus pertama dan kedua tentang kemampun membaca intensif dengan Metode Reorganisasi Barrett Yaxonomy pada siswa Kelas VIII SMP Pesantren Guppi
Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, maka hipotesis penelitian, yaitu: “Jika Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, maka kemampuan membaca intensif pada siswa Kelas VIII SMP Pesantren Guppi Samata Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dapat meningkat”, dinyatakan diterima. Jadi, Metode Reorganisasi Barrett Taxonomy sangat baik digunakan dalam
meningkatkan penguasaan terhadap bacaan dalam membaca intensif, karena pendekatan ini mengedepankan keaktifan siswa dalam
belajar secara kritis bersama secara kelompok sehingga dapat saling memotivasi, siswa dapat saling bertukar pikiran atau pendapat sehingga
kemampuan dalam memahami isi bacaan dapat lebih maksimal sekaligus meningkatkan kebersamaan siswa dalam belajar.