• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS KEARIFAN LOKAL MELALUI HIGH ORDER THINKING DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS KEARIFAN LOKAL MELALUI HIGH ORDER THINKING DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 2 Nomor 3 Nopember 2019 p-ISSN 2615-5796 Hal : 459 - 468

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS KEARIFAN LOKAL MELALUI HIGH ORDER THINKING DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

Mansyur Romadon Putra, STKIP PGRI Lubuklinggau

Email : mansyurromadonputra@rocketmail.com

Abstract, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar IPA kelas 4 berbasis

kearifan lokal melalui pendekatan HOT, menganalisis kelayakan bahan ajar hasil pengembangan; dan menguji efektifitas bahan ajar. Model pengembangan pada penelitian ini adalah model pengembangan Plomp, yang terdiri dari tiga tahapan yaitu: preliminary research, prototyping phase, dan assesment phase. Data penelitian diperoleh dari uji validitas, praktikalitas, dan efektivitas Luaran yang ditargetkan pada penelitian ini terpublikasi dalam Jurnal Nasional ber -ISSN. Adapun Tingkat Ketercapaian Teknologi (TKT) dalam penelitian ini pada tahap I

Keywords : Bahan Ajar, High Order Thinking

I. PENDAHULUAN

Pembelajaran IPA di SD Swasta Lubuklinggau Timur I baru memanfaatkan bahan ajar yang bersifat warisan dan menjadi kegiatan rutin dalam pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar. Buku paket yang digunakan oleh guru masih hanya berisi uraian materi, sehin gga kegiatan belajar yang tercipta lebih banyak mengarahkan pada kegiatan ceramah yang membuat siswa pasif. Kegiatan belajar seperti ini tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran IPA yaitu BSNP (2006): (1) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep -konsep IPA yang bermanfaat sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari -hari; (2) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling

mempengaruhi antara IPA lingkungan, teknologi dan masyarakat; (3) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; serta (4) meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Selain dari pada permasalahan tersebut, permasal ahan lain yang saat ini tengah berkembang adalah nilai-nilai kearifan lokal saat ini sudah mulai dilupakan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat lebih bangga terhadap budaya luar sehingga terjadinya sedikit pergeseran nilai budaya yang dianut. Oleh sebab itu nilai-nilai kearifan lokal perlu dilestarikan karena merupakan ciri khas dari suatu tempat. Berdasarkan alasan diatas maka peneliti bertujuan mengembangkan bahan ajar pada mata

(2)

460 pelajaran IPA dengan menonjolkan

kegiatan belajar yang lebih mengarahkan pada karakteristik pembelajaran IPA yang menyajikan kearifan lokal di wilayah daerah siswa, yaitu kota Kota Lubuklinggau Timur I.

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran menurut National Centre for Competency Based Training (2007).

Bahan yang dimaksudkan dapat berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah (2008:6), pengertian bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Ketersediaan bahan ajar harus sesuai dengan tuntutan kurikulum, artinya bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum. Karakteristik sasaran, artinya bahan ajar yang dikembangkan dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran. Karakteristik tersebut meliputi lingkungan sosial, budaya, geografis maupun tahapan perkembangan karakter siswa. Pengembangan bahan ajar harus dapat

menjawab atau memecahkan masalah atau kesulitan dalam belajar. Lain halnya dengan Hamdani (2011:219).

Mengacu pada budaya di setiap wilayah tentunya berbeda -beda, ketersediaan sumber daya alam pada suatu wilayah menjadi daya dukung terhadap perkembangan pengetahuan peserta didik, salah satu diantaranya yang menjadi pendukung dalam proses pembelajaran adalah bahan ajar, adapun bahan ajar yang baik adalah bahan ajar uyang sesuai dengan keadaan wilayah tempat dimana proses pembelajaran berlangsung. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa bahan ajar merupakan segala bentuk bahan baik berupa informasi, alat dan/atau teks yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai

standar kompetensi yang telah

ditentukan sehingga dapat memberikan

pedoman bagi siswa dalam

mempelajarinya yang memuat unsur

karifan lokak diwilayah setempat

sehingga memudahkan dalam proses pembelajaran .

Higher Order Thinking

Seiring dengan implementasi kurikulum 2013, diharapkan adanya

(3)

461

perubahan paradigma pada pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran yang pada awalnya berpusat pada para guru (teacher centered) berubah menjadi

berpusat pada siswa (student

centered).Guru diharapkan lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan materi

pelajaran. Keterampilan mental

awalnya ditentukan berdasarkan

Taksonomi Bloom yang

mengategorikan berbagai tingkat

pemikiran, mulai dari yang terendah

hingga yang tertinggi, yaitu:

pengetahuan; pemahaman; penerapan; analisis; sintesis dan evaluasi. Konsep Higher Order Thinking didefinisikan oleh Alice Thomas dan Glenda Thorne dalam artikel yang berjudul How to Increase Higher Order Thinking (2009) sebagai cara berpikir pada tingkat yang lebih tinggi daripada menghafal atau menceritakan kembali sesuatu yang diceritakan orang lain. HOT adalah tujuan akhir yang dicapai melalui

pendekatan, proses dan metode

pembelajaran. Kekeliruan memahami konsep HOT akan berdampak pada kesalahan model pembelajaran yang makin tidak efektif dan tidak produktif. Bila proses pembelajaran dirancang untuk mencapai tingkatan berpikir tingkat tinggi, maka tujuan belajarnya

bisa mengadopsi kata -kata kerja yang direkomendasikan.

Dalam konsep Taksonomi Bloom untuk menentukan proses pembelajaran yang akan dijalani siswa. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu pendidikan, bukan hanya menaikkan tingkat kesulitan

soal menggunakan konsep HOT,

melainkan secara menyeluruh mulai dari kurikulum. Misalnya dengan menguran gi materi dan memperbanyak refleksi dan proses belajar berbasis proyek. Berpikir dilakukan dalam dua bentuk: kata dan gambar. Kata maupun gambar adalah simbol -simbol yang

mendorong otak manusia untuk

mengingat dan menyelami maknanya dalam kegiatan berpikir . Kata merupakan simbol dari apa yang kita dengar dan kita

baca, sedangkan gambar

merepresentasikan dari apa yang kita lihat dan kita bayangkan. Ada tiga jenis

utama intelijen dan kemampuan berpikir: analitis, kreatif dan praktis.

Karakter

Karakter berasal dari bahasa latin “kharakter” “kharsein”, ”kharax” dalam bahasa inggris: ”character” dan dalam bahasa indonesia “karakter” dalam bahasa yunani character dan charassein yang artinya membuat tajam, membuat dalam. Dalam kamus poerwardarminta , karakter diartikan sebagai tabiat, watak,

(4)

462 sifat-sifat kejiwaaan, akhlak atau budi

pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Nama dari jumlah seluruh ciri pribadi yang meliputi hal-hal seperti perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-nilai dan pola-pola pikiran. Adapun pengertian karakter

II. METODELOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah research and

development. Tujuan utama dalam

penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar berbasis kearifan lokal melalui HOT dalam pembentukan karakter siswa Proses penelitian ini mengadopsi langkah-langkah yang dikemukakan olah Plomp, yang diadopsi dari model pengembangan Mckenney. Menurut Plomp (2013:19) model ini terdiri dari tiga tahap yaitu: (1)

preliminary research atau analisis

pendahuluan, (2) prototyping phase atau tahap perancangan, dan (3) assesment stage atau tahap penilaian.

Digaram Alir Penelitian.

Metode penilaian yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Evaluasi diri (Self-Evaluation), peneliti memeriksa atau mengevaluasi sendiri prototipe 1 yang telah dirancang.

2. Tinjauan ahli (Expert Review), pada tahapan ini, para ahli memberikan diminta mengevaluasi atau memberikan penilaian dan saran-saran terhadap rancangan produk untuk menentukan kekurangan dan kelebihan, serta memperhatikan spesifikasi produk yang diharapkan yaitu berdasarkan aspek didaktik, aspek isi, aspek bahasa, dan aspek penyajian/kegrafikan.

3. Evaluasi Perorangan (One-to-one Evaluation), tahapan ini dilaksanakan terhadap tiga orang peserta didik yang memiliki kemampuan berbeda-beda (heterogen). Peserta didik diminta untuk memberikan komentar mengenai kepraktisan tantang bahan ajar berbasis kearifan lokal.

4. Evaluasi Kelompok Kecil (Small Group Evaluation), tahapan ini dilaksanakan terhadap enam orang peserta didik yang memiliki kemampuan heterogen. Peserta didik belajar dengan menggunakan bahan ajar berbasis kearifan lokal. Peserta didik diminta untuk memberikan penilaian terhadap Bahan ajar yang sudah dikembangkan.

5. Uji lapangan (Field Test), pada tahapan ini dilakukan evaluasi yang pelaksanaan pembelajaran pada suatu

(5)

463 kelas, dan dilakukan penilaian

terhadap bahan ajar berbasis kearifan lokal yang sudah selesai dikembangkan tapi masih membutuhkan atau memungkinkan adanya revisi akhir.

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar IT Roudatul Jannah yang terletak di kelurahan cereme taba Kota Lubuklinggau. Subjek pada penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SD IT Roudhatul jannah Kota Lubuklinggau untuk melihat praktikalitas produk dan mengetahui fektivitas produk. Dasar pertimbangan peneliti memilih subjek didik di sekolah ini antara lain: (1) lokasi sekolah merupakan sekolah yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal peneliti, (2) kondisi peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan peneliti, (3) lingkungan sekolah mendukung keterlaksanaan penelitian yang akan dilakukan, dan (4) belum adanya bahan ajar berbasis kearifan lokal melalui HOT.

Prosedur pengembangan memuat tahap-tahap yang harus dilakukan dalam setiap pengembangan yang dilakukan. Prosedur pengembangan ini sesuai dengan tahapan model pengembangan Plomp, yaitu:

1. Analisis Pendahuluan (preliminary

research)

2. Tahap Perancangan (Prototyping

Phase)

3. Tahap Penilaian (Assesment Stage) Jenis data yang diambil pada penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diambil dari hasil validasi perangkat pembelajaran yang dilakukan oleh validator. Data yang diperoleh pada pelaksanaan uji coba berupa: (1) hasil pengamatan penggunaan bahan ajar, (2) hasil pengamatan aktivitas peserta didik dari observer, (3) respon peserta didik terhadap bahan ajar yang dikembangkan setelah diuji cobakan, (4) respon guru terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan setelah diuji cobakan, dan (5) hasil observasi penggunaan produk.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

a. Analisis awal akhir

Pada tahap pendefinisian dilakukan analisis terhadap pembelajaran, bahan ajar yang digunakan dan analisis karakter siswa. Berdasarkan hasil angket tentang pandangan siswa selama proses pembelajaran diketahui bahwa selama ini pembelajaran berlangsung hanya dilaksanakan menggunakan metode konvensional yaitu ceramah yang didalamnya siswa hanya diajak membaca, menghafal dan mengerjakan soal saja tanpa

(6)

464 banyak melakukan kegiatan diskusi dan

praktikum selama pembelajaran.

Berdasarkan hasil analisis bahan ajar yang digunakan di SD IT Raudhatul Jannah lebih banyak berisi rangkuman materi dan latihan soal, sangat sedikit kegiatan diskusi, kegiatan praktikum, serta gambar dan peristiwa yang memuat keadaan lingkungan siswa yang berbasis kaerifan lokal Secara umum diketahui kegiatan pembelajaran dalam bahan ajar menyajikan uraian materi dan latihan soal.Berdasarkan analisis siswa dilihat dari aspek latar belakang kemampuan siswa kelas 4 SD IT Raudhatull Jannah dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif awal cukup memadai.

b. Analisis Konsep

Pada tahap ini diidentifikasikan konsep-konsep yang ada dalam meteri Pembelajaran IPA kelas 4 pada SK memahamin hubungan antara sumber daya alam denga lingkungan , teknologi, dan masyarakat yaitu menyusunnya secara sistematis secara hierarkis.

C. Analisis Tugas dan Tujuan Pembelajaran

Tahap ini mengidentifikasi berbagai keterampilan yang ada dalam materi IPA kelas 4 SK Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologdan masyarakat. Analisis tugas

dan tujuan pembelajaran ini berdasarkan SK, KD dan indikator pencapaian hasil belajar untuk materi IPA Kelas 4 pada SK yang akan dikembangkan.

d. Hasil Analisis Karakteristik Peserta Didik

Hasil analisis karakteristik peserta didik yang dilakukan adalah siswa kelas 4 (usia 11- 12 tahun. Kemampuan peserta didik kelas 4 berdasarkan hasil wawancara dengan guru pada analisis pendahuluan, hal ini disimpulkan dari peringkat sekolah. Peserta didik disekolah ini telah mampu beragumentasi, dan sudah memiliki struktur bahasa yang kompleks serta mampu memahami berbagai aturan tata bahasa yang baik dan benar.

Karakteristik peserta didik kelas 4 SD Negeri IT Raudhatul Jannah Kota Lubuklinggau yaitu senang bermain, mereka senang dengan sesuatu hal yang baru dan menarik, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap hal yang baru. Selain itu, karakteristik peserta didik di sekolah ini juga menunjukkan menyukai benda-benda bergambar dan berwarna-warni.

Berdasarkan deskripsi di atas, terlihatlah bahwa karakteristik peserta didik kelas 4 SD Raudhatul Jannah Kota Lubuklinggau adalah senang bermain, memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi, senang dengan sesuatu hal yang baru dan menarik, serta menyukai benda-benda

(7)

465 bergambar dan berwarna, atas dasar

karakteristik peserta didik yang demikian, maka dilakukan penelitian yang menghadirkan sarana belajar yang berbeda dari yang digunakan sebelumnya, yaitu bergambar dan berwarna, serta mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik kearah yang positif, yang erat kaitannya dengan perkembangan proses berpikir peserta didik

Hasil Tahap Perancangan (Prototyping Phase)

Pada tahap ini dilakukan setelah tahap pendahuluan adalah merancang dan mengembangkan prototipe bahan ajar IPA berbasis kearifan lokal melalui Higher Order Thinking, yaitu terdapat 4 kegiatan diantaranya: menyusun kriteria tes, pemilihan media, pemilihan format, perancangan awal.

Pada tahap penyusunan kriteria tes dikembangkan soal tes yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, sedangkan pada tahap pemilihan bahan ajar yang tepat adalah buku cetak yang juga disesuaikan kemampuan kognitif siswa.

Adapun format yang digunakan sesuai karakteristik pembelajaran IPA yang lebih mengarah pada pembelajaran berbasis masalah dan praktek dengan mengembangkan materi yang memuat

kearifan lokal yang berkembang dalam masyarakat disekitar Sekolah

Produk hasil pengembangan berupa bahan ajar berbasis kearifan lokal. Materi bahan ajar disusun berdasarkan standar isi KTSP IPA kelas 4 pada SK Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Aspek-aspek yang menuntun siswa untuk terciptanya pembelajaran berbasis kearifan lokal pada bahan ajar ini ditunjukkan dengan cara disajikan pengetahuan lokal yang berisi tentang sumber daya alam daerah setempat baik darat, laut dan udara, budaya lokal yang berisi tentang adat atau tradisi yang dipercaya dan berkembang di daerah siswa dan yang terakhir adalah nilai nilai kearifan lokal yang berkembang di lingkungan siswa.

Terdapat 5 dimensi penyajian tentang kearifan lokal, yaitu: 1) pengetahuan lokal, yaitu informasi dan data tentang karakter keunikan lokal serta pengetahuan dan pengalaman masyarakat untuk menghadapi masalah serta solusinya; 2) Budaya lokal, yaitu yang berkaitan dengan unsur-unsur kebudayaan yang telah terpola sebagai tradisi lokal, yang meliputi sistem nilai, bahasa, tradisi, teknologi; 3) Keterampilan lokal, yaitu keahlian dan

(8)

466 kemampuan masyarakat setempat untuk

menerapkan dan memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki; (4) Sumber lokal, yaitu sumber yang dimiliki masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan melaksanakan fungsi-fungsi utamanya; dan (5) proses sosial lokal, berkaitan dengan bagaimana suatu masyarakat dalam menjalankan fungsi- fungsinya, sistem tindakan sosial yang dilakukan, tata hubungan sosial serta kontrol sosial yang ada (Keraf, 2010).

Pada aspek jangka panjang diharapkan melalui bahan ajar berbasis kearifan lokal ini siswa mencintai budaya yang ada di lingkungan sekitarnya sehingga siswa mampu melestarikan budayanya dan sebagai pembentuk identitas bagi dirinya. Menurut Rahyono (2009) pembelajaran kearifan lokal memiliki posisi yang strategis antara lain:

1) kearifan lokal sebagai pembentuk identitas, 2) bukan merupakan nilai asing bagi pemiliknya, 3) keterlibatan emosional masyarakat dalam penghayatan kearifan lokal yang kuat, 4) mampu menumbuhkan harga diri, dan 5) meningkatkat martabat bangsa.

Bahan ajar berbasis kearifan lokal juga dikembangkan untuk mengembangkan aktivitas siswa, Aktivitas siswa yang diamati pada

penelitian ini terdiri dari kegiatan memperhatikan, mendengarkan, menulis kegiatan dikusi, bertanya jawab (mengeluarkan pendapat), agar terciptanya aktivitas belajar sisw, siswa diberikan stimulus tidak hanya melalui kegiatan ceramah oleh guru tetapi juga melalui kegiatan diskusi suatu permasalahan yang dikemukan dalam bahan ajar, hal ini sesuai dengan pembelajaran IPA BSNP (2006) yang bertujuan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA , lingkungan, teknologi dan masyarakat.

5.3 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran Oleh Para Ahli a. Validasi oleh validator

Hasil bahan ajar selanjutnya didiskusikan dengan rekan penelitian. Selanjutnya perangkat pebelajaran divalidasi oleh validator. Dosen yang menjadi validator berasal dari 3 bidang keahlian yaitu Biologi (materi), bahasa, dan desain. Berikut diurutkan hasil validasi bahan ajar. Validasi dilakukan oleh 3 orang pakar dan dilakukan terhadap beberapa aspek desain, aspek

(9)

467 bahasa, dan aspek materi. Nama-nama

validator dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 5.2. Nama-Nama Validator Bahan Ajar

No Validator Jabatan 1 Wati Ningsih, M.Pd. Dosen

Prodi Pend. Guru Sekolah Dasar STKIP-PGRI Lubuklingg au 2 Dodik Mulyono, M.Pd. Dosen Prodi Pend. Matematika STKIP- PGRI Lubuklingg au 3 Zico Fahrurrozi, M.Pd. Si Dosen Prodi Pend. Biologi STKIP-PGRI Lubuklingg au

Hasil validasi ahli terhadap produk hasil pengembangan pada tabel 1

Tabel 1. Hasil Validasi Ahli

No Aspek Kriteria Rata -Rata 1. Materi Layak 90,6 2. Penyajian Layak 89,5 3. Bahasa Layak 93,7 Selain memberikan penilaian terhadap bahan ajar, validator juga memberikan komentar

dan saran yang disajikan pada Tabel 2 IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan pada penelitian ini adalah bahan ajar yang dikembangkan dinyatakan valid oleh ahli materi, penyajian dan bahasa dengan prosentase masing-masing 90,6%, 93,7% dan 89,5%, Bahan ajar berbasis kearifan lokal mampu menyajikan pengetahuan yang bersifat kelokalan serta nilai-nilai yang

terkandung didalamnya sehingga mampu meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa Adapun saran pemanfaatan bahan ajar berbasis kearifan lokal yaitu: Guru diharapkan kreatif dalam membimbing dan menyampaikan materi yang ada di dalam bahan ajar, serta diperlukan uji coba di sekolah lain terlebih dahulu sebelum dilakukan penyebaran atau diseminasi

DAFTAR PUSTAKA

BSNP. 2006. Standar Isi untuk Sekolah

Menengah dan Dasar. Jakarta :

Badan Standar Nasional Pendidikan.

Desmita, 2010. Psikologi

Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosda Karya. Keraf, A.S. 2010. Etika Lingkungan

Hidup. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Rahyono, F.X. 2009. Kearifan Budaya dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widyasastra.

Samatowa, U. Pembelajaran IPA SD.Jakarta: Indeks

Sardiman, A. M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafndo Persada.

(10)

468 Sugiyono. 2011. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sutarno. 2008. Pendidikan Multikultural. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan

Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Thiagarajan, S. Semmel, D. and Semmel,M. 1974. Instructional

Development for Training Theachers of Exceptional Children . Indiana: Indiana University

Trianto. 2009. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif- Progresif, Konsep, Landasan dan

Implementasinya pada KTSP. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan nasional

Gambar

Tabel 5.2. Nama-Nama Validator  Bahan Ajar

Referensi

Dokumen terkait

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah bahan ajar matematika untuk kelas VII pada materi persamaan dan dan pertidaksamaan linear satu

Pengembangan Modul Fisika SMA Berbasis Kearifan Lokal Untuk Mengoptimalkan Karakter Peserta Didik.. Pengembangan Bahan Ajar Interaktif Fisika Berwawasan SETS untuk

Hasil penelitian lainnya yang diperoleh adalah bahan ajar IPA terpadu berbasis kearifan lokal lahan basah yang diterapkan menggunakan model pembelajaran

 Di sisi lain, perusahaan ritel tersebut juga mengumumkan akan menambah dan membuka satu gerai baru di Balikpapan, demikian informasi dari LPPF yang disampaikan lewat keterbukaan

Kemudian akan dapat berubah menjadi „Ur fasid karena dalam pelaksanaan nya berbeda dengan aturan dan norma agama yang berlaku, sebab dalam pelaksanaan selama tradisi Anak

Jalan Raya Cirendang - Cigugur - Kuningan.. SMK

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara aktivitas bermain video game dengan school myopia pada siswa-siswi SD Asy Syifa 1 Bandung.. Sedangkan

Pengujian pada penelitian ini menggunakan uji instrument yang meliputi uji validitas dan uji reabilitas, uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas dan