15 A. Bank
1. Pengertian Bank
Di dalam Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 dalam kasmir tentang perbankan yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.14
Menurut F.E Perry dalam Veitzhal Rivai, Andria Permata Veitzhal dan Ferry N.Idroes, bank adalah suatu badan usaha yang transaksinya berkaitan dengan uang, menerima simpanan (deposit) dari nasabah, menyediakan dana atas setiap penarikan, melakukan penagihan cek atas perintah nasabah. Memberikan kredit dan atau menanamkan kelebihan simpanan tersebut sampai dibutuhkan untuk pembayaran kembali. Pendapat F.E Perry disini lebih memberikan spesifikasi atau detail jenis kegiatan yang umumnya dilakukan oleh bank sesuai statusnya sebagai badan usaha yang berkaitan dengan transaksi keuangan.
Dari berbagai pengertian bank di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank berkaitan erat dengan transaksi keuangan dimana masyarakat yang menjadi objek/sasaran agar transaksi tersebut terjadi. Bank juga menyediakan jasa-jasa lain yang dapat menjadi alternatif
14 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Ed.IV, (Jakarta: PT. Rajagrafindo
pilihan demi memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat. Hal yang juga penting dari interaksi ini adalah bahwa kedua belah pihak dapat saling diuntungkan.15
2. Peran Bank
Perekonomian suatu Negara akan berjalan seirama antar pelaku aktivitas ekonomi apabila terdapat hubungan kerjasama yang baik. Hubungan kerjasama ini dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Kerjasama di masyarakat akan membutuhkan dana sebagai unit defisit juga masyarakat yang kelebihan dana sebagai unit surplus.
Institusi yang berperan dalam proses mempertemukan unit defisit dan unit surplus dimasyarakat dirasakan perlu agar kerjasama bisa terwujud antar pelaku ekonomi. Bank merupakan satu alternatif yang membantu mewujudkan kerjasama tersebut.16
3. Fungsi Bank
Fungsi bank dalam perekonomian suatu negara diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Fungsi bank Sebagai Agent of Trust
Artinya bahwa aktivitas bank sebagai financial intermediary menjalankan fungsinya atas dasar kepercayaan yang diterima oleh
15 Rivai, veithzal, Andria Permata Veithzal, dan Ferry N Idroes, Bank and Financial Institution Management, (Jakarta : 2007, Rajawali Press) h, 321
16 Adli Nazrian dan Paidi Hidayat, Studi Tentang Keputusan Nasabah Dalam Menabung Di Bank Sumut Cabang Usu Medan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP).(Jurnal Ekonomi
bank dari masyarakat kepercayaan masyarakat yang diberikan berupa amanat agar bank mengelola dan mengamankan dana yang disimpan masyarakat di bank tersebut. Fungsi bank sebagai Agent
of Trust ini tentu tidak terlepas dari prinsip saling menguntungkan
bagi kedua belah pihak.
2) Fungsi bank Sebagai Agent of Development
Guna mewujudkan pembangunan dan kesejahteraan dalam perekonomian, bank dianggap sebagai lembaga yang cukup berperan signifikan. Hal ini dikarenakan aktivitas bank sebagai
financial intermediary dapat mempertemukan sektor riil dan sektor
moneter untuk berinteraksi. Sebagian besar peredaran uang dalam perekonomian terjadi melalui institusi perbankan sehingga interaksi sektor riil dan sektor moneter diharapkan berjalan dengan baik demi mendukung proses pembangunan.
3) Fungsi Bank sebagai Agent of service
Bank diketahui juga sebagai lembaga yang bergerak dibidang jasa yang lebih beragam, dengan kata lain aktivitas perbankan tidak hanya terbatas dalam hal menghimpun dana dan menyalurkan dana ditengah masyarakat.17
17 Ibid, h. 16-17
B. Branchless Banking
1. Pengertian Branchless Banking
Branchless banking merupakan kegiatan jasa layanan sistem
pembayaran dan keuangan terbatas yang dilakukan tidak melalui kantor, namun dengan menggunakan sarana teknologi dan atau jasa pihak ketiga terutama untuk melayani masyarakat unbanked.
Program branchless banking dapat dipahami sebagai kegiatan layanan transaksi bank dalam upaya mewujudkan inklusi keuangan yang memiliki kriteria antara lain yaitu tanpa melalui kantor cabang bank, menggunakan agen yang bekerjasama dengan bank, nasabah bisa melakukan transaksi sendiri atau menggunakan agen, fitur transaksi yang sederhana atau basic
feature, layanan murah atau low cost transaction dan yang paling utama yaitu
ditujukan khususnya untuk segmen bawah atau unbanked poor. 18
Layanan sistem perbankan terbatas yang dilakukan tidak melalui fisik kantor, namun dengan menggunakan sarana teknologi dan jasa pihak ketiga/Agen terutama untuk melayani unbanked dan underbanked people. Sememntara agen adalah pihak ketiga yang bekerjasama dengan Bank dan bertindak untuk dan atas nama Bank dalam memberikan layanan keuangan tanpa kantor.
Di Indonesia saat ini terdapat dua ketentuan yang mengatur layanan
Branchless Banking yang dikeluarkan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Keuangan. Adapunketentuang yang dimaksud adalah:
18 Diyah Ayu Zulaikhah. 2016.
1) Surat edaran no. 16/DPAU tanggal 22 Juli 2014 perihal Penyelenggaraan Layanan Keuangan Digital dalam Rangka Keuangan inklusi melalui agen layanan Keuangan Digital Individu.
2) Surat Edaran No.6/SEOJK.03/2015 tanggal 6 Februari 2015 tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusi.19
2. Produk dan Layanan
Terdapat empat jenis produk dalam layanan branchless Banking yaitu berupa:
1. Rekening Tabungan
2. Uang Elektronik (E-Money/E-Wallet) 3. Kredit
Produk kredit biasanya khsus ditujukan untuk kalangan berpenghasilan rendah atau yang ermasuk usaha segmen mikro. Layanan branchless banking dengan produk ini merupakan produk generasi berikutnya setelah dua produk diatas mendulang sukses (scale up)
19 I.G.N. Alit Asmara Jaya, Branchless Banking: Bank Tnapa Kantor di Era Digital,
4. Asuransi
Produk Asuransi Mikro sama halnya dengan kredit merupakan produk yang diciptakan dalam fase pengembangan setlah adanya produk tabungan dasar dan pembayaran.20
C. BRILink
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggandeng PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) membuka Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam rangka keuangan inklusif oleh Bank atau Laku Pandai. Laku Pandai yang digagas bersama ini dalam bentuk keagenan BRILink, sebuah inovasi keuangan inklusif nirkantor dari BRI.
1. Pengertian
BRILink merupakan perluasan layanan BRI dimana BRI menjalin kerjasama dengan nasabah BRI sebagai Agen yang dapat melayani transaksi perbankan bagi masyarakat secara real time online menggunakan fitur EDC miniATM BRI dengan konsep sharing fee.
Agen BRILink merupakan layanan agen Laku Pandai milik Bank BRI yang diluncurkan pada November 2014. Dengan menggandeng pihak ketiga dalam hal ini nasabah BRI sebagai agen, agen BRILink memberikan berbagai layanan perbankan bagi masyarakat, baik nasabah BRI mapun non-nasabah BRI melalui pemanfaatan teknologi digital. Tujuan utama dari agen BRILink adalah untuk memberikan pelayanan
20 Ibid,h. 52-53
perbankan khususnya kepada masyarakat yang belum terlayani oleh bank secara administratif (unbanked atau unbankable).
Melalui agen BRILink, nasabah BRI maupun masyarakat umum lainnya bisa mendapatkan pelayanan yang sama seperti halnya di kantor BRI. Masyarakat dapat melakukan setoran tabungan, penarikan secara tunai serta melakukan transaksi pembayaran melalui agen.21
2. Produk dan Layanan Agen BRILink 1. Laku Pandai
Menurut POJK No.19/POJK.3/2014 adalah kegiatan menyediakan layanan perbankan dan/atau layanan keuangan lainnya yang dilakukan tidak melalui jaringan kantor, namun melalui kerjasama dengan pihak lain dan perlu didukung dengan penggunaan sarana teknologi informasi. Layanan Laku Pandai tersedia di agen BRILink untuk unbanked/unserved people dalam rangka keuangan inklusif.
2. T-Bank
T-Bank mendukung Layanan Keuangan Digital (LKD) sesuai PBI No.16/8/PBI/2014 dan SE BI No.16/12/DPAU mengenai Penyelenggaraan Layanan Keuangan Digital Dalam Rangka Keuangan Inklusif Melalui Agen Layanan Keuangan Digital Individu. T-Bank adalah produk uang elektronik berbasis server
milik BRI yang menggunakan nomor handphone yang didaftarkan sebagai nomor rekening. Layanan T-Bank tersedia di Agen BRILink agar dapat dimanfaatkan bagi masyarakat sebagai “rekening” tabungannya dan diperoleh dengan kemudahan registrasi tanpa harus ke datang ke unit kerja.
3. Mini ATM BRI
Mini ATM BRI adalah Electronic Data Capture (EDC) yang digunakan untuk melakukan transaksi keuangan non tunai sebagaimana halnya transaksi keuangan non tunai yang disediakan ATM.
3. Fitur BRILink
a. T-Bank : Cash In, Cash Out, Report
b. Tunai : setoran pinjaman, setoran simpanan dan tarik tunai c. Mini ATM
1) Registrasi : Mobile Banking dan Internet Banking
2) Informasi : Saldo Rekening, Mini Statement dan Mutasi Rekening
3) Tarik dan setor tunai 4) Transfer
5) Pembayaran Online 6) Isi Ulang Pulsa
4. Fasilitas
a. Fasilitas T-Bank :
- Setor uang pada nomor telepon seluler - Kirim uang ke nomor telepon seluler lain
- Tarik tunai tanpa kartu di ATM BRI seluruh Indonesia - Tarik tunai di Agen BRILink
- Isi pulsa seluler, pembayaran listrik prabayar dan pasca bayar - Berbelanja online pada website merchant e-Pay BRI
- Berbelanja pada merchant Mocash b. Fasilitas Laku Pandai :
- TabunganKu-Basic Saving Account : Pembukaan Rekening, setor tunai dan tarik tunai
- Fitur TabunganKu :
1) Dalam mata uang Rupiah 2) Mendapatkan kartu ATM
3) Maksimum saldo Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) 4) Maksimum transaksi debet (tarik tunai, transfer) per bulan
: Rp 5.000.000 (lima juta rupiah)22
D. Teori Perilaku Konsumen 1. Pengertian
Perilaku konsumen pada hakikatnya untuk memahami “Mengapa
konsumen melakukan dan apa yang mereka lakukan”. Schiffman dan
Kanuk mengemukakan studi perilaku konsumen terpusat pada cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi. Hal ini mencakup apa yang mereka beli mengapa merekemembeli, kapan mereke membeli, seberapa sering mereka membeli, dan seberapa sering mereka menggunakannya. Di samping mempelajari pemakaian konsumen dan evaluasi pasca pembelian produk yang mereka beli, peneliti juga tertarik untuk mengetahui cara individu membuang produk yang dulu pernah baru.23
Definisi perilaku konsumen menurut Kotler dan Keller adalah studi bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli, menggunakan dan menempatkan barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.24
2. Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen
Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh keadaan dan situasi lapisan masyarakat dimana ia dilahirkan dan berkembang. Ini berarti konsumen berasal dari lapisan masyarakat atau lingkungan yang berbeda
23 Leon G. Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk, Op.Cit. h. 6
24 Philip Kotler dan kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran. Ed.12 Jilid 1. Cet. IV,
akan mempunyai penilaian, kebutuhan, pendapat, sikap, dan selera yang berbeda-beda, sehingga pengambilan keputusan dalam tahap pembelian akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Kotler dan Keller terdiri dari:
1) Faktor Kebudayaan
Faktor kebudayaan berpengaruh luas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Faktor kebudayaan terdiri dari: budaya, subbudaya, kelas sosial
2) Faktor Sosial
Selain faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga serta status sosial.
3) Faktor Pribadi
Faktor pribadi yang memberikan kontribusi terhadap perilaku konsumen terdiri dari: usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan dan lingkungan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri 4) Faktor Psikologis
Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologi utama yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian.25
3. Tahap-Tahap dalam Proses Mengambil Keputusan
Pembelian Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka. Schiffman dan Kanuk memandang bahwa proses pengambilan keputusan terdiri dari tiga tahap yang berbeda namun saling berhubungan satu sama lain yaitu:
- Tahap input : mempengaruhi pengenalan konsumen terhadap kebutuhan atas produk yang terdiri dari usaha pemasaran dan pengaruh sosiologis konsumen.
- Tahap proses: memfokuskan pada cara konsumen mengambil keputusan yang dipengaruhi oleh faktor psikologis setiap individu (motivasi, persepsi, pengetahuan, dan sikap)
- Tahap output: pengambilan keputusan konsumen yang terdiri dari perilaku membeli dan evaluasi setelah membeli.26
Menurut Kotler dan Keller, Proses pengambilan keputusan tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri atas lima tahap yaitu sebagai berikut:
1) Pengenalan Masalah
Penganalisaan keinginan dan kebutuhan ini ditujukan terutama untuk mengetahui adanya keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi dan belum terpuaskan. Jika kebutuhan tersebut diketahui, maka konsumen akan segera memahami adanya kebutuhan yang belum segera terpenuhi atau masih bisa ditunda
pemenuhannya, serta kebutuhan yang samasama harus dipenuhi. Jadi dari tahap ini proses pembelian itu mulai dilakukan.
2) Pencarian Informasi.
Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak mengenai produk atau jasa yang ia butuhkan. Pencarian informasi dapat bersifat aktif maupun pasif. Informasi yang bersifat aktif dapat berupa kunjungan terhadap beberapa toko untuk membuat perbandingan harga dan kualitas produk, sedangkan pencarian informasi pasif, dengan membaca suatu pengiklanan di majalah atau surat kabar tanpa mempunyai tujuan khusus dalam perkiraanya tentang gambaran produk yang diinginkan.
3) Evaluasi Alternatif.
Tahap ini meliputi dua tahap, yaitu menetapkan tujuan pembelian dan menilai serta mengadakan seleksi terhadap alternatif pembelian berdasarkan tujuan pembeliannya. Tujuan pembelian bagi masing-masing konsumen tidak selalu sama, tergantung pada jenis produk dan kebutuhannya. Ada konsumen yang mempunyai tujuan pembelian untuk meningkatkan prestasi, ada yang sekedar ingin memenuhi kebutuhan jangka pendeknya dan sebagainya. 4) Keputusan Pembelian.
Keputusan untuk membeli disini merupakan proses pembelian yang nyata. Jadi, setelah tahap-tahap dimuka dilakukan
maka konsumen harus mengambil keputusan apakah membeli atau tidak. Bila konsumen memutuskan untuk membeli, konsumen akan menjumpai serangkaian keputusan yang harus diambil menyangkut jenis produk, merek, penjual, kuantitas, waktu pembelian dan cara pembayarannya. Perusahaan perlu mengetahui beberapa jawaban atas pertanyaan–pertanyaan yang menyangkut perilaku konsumen dalam keputuan pembeliannya.
5) Perilaku Pasca Pembelian
Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan. Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pascapembelian. Pemasar harus memantau kepuasan pascapembelian, tindakan pascapembelian, dan pemakaian produk pascapembelian.27
Gambar 2.1 Tahap-tahap dalam Proses Mengambil Keputusan
Sumber: Philip dan Kotler (2009)
27 Ibid, h. 324 Pengenalan Masalah Evaluasi Alternatif Pencarian Informasi Keputusan Pembelian
E. Sistem Pendukung Keputusan 1. Pengertian
Definisi sistem pendukung keputusan menurut Linny Oktovianny, yaitu “Sistem pendukung keputusan merupakan suatu sistem interaktif’ yang pendukung keputusan dalam proses pengambilan keputusan melalui alternatif-alternatif yang diperoleh dari hasil pengolahan data, informasi dan rancangan model.“ definisi sistem pendukung keputusan dalam cakupan yang lebih sempit, yaitu ”Sistem pendukung keputusan merupakan suatu sistem berbasis komputer yang interaktif, yang membantu pengambil keputusan memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan masalah-masalah yang semi terstruktur.”
Definisi searah dikemukakan oleh Herman Rizani yang menyebutkan bahwa “Sistem pendukung keputusan adalah bagian dari sistem informasi berbasis komputer yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan.” Dari beberapa definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa sistem pendukung keputusan merupakan suatu sistem berbasis komputer, yang dapat mendukung pengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah yang semi terstruktur, dengan memanfaatkan data yang ada kemudian diolah menjadi suatu informasi berupa usulan menuju suatu keputusan tertentu.28
Sistem pendukung keputusan menurut Keen dan Scoot Morton merupakan pasangan intelektual dari sumber daya manusia dengan
28 Irfan Subakti, Analisis Sistem Pendukung Keputusan Dalam Memilih Program Studi Menggunakan Metode Logika Fuzzy, Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 5, No. 1, April 2013, h.
kemampuan komputer untuk memperbaiki keputusan, yaitu sitem pendukung keputusan berbasis komputer bagi pembuat keputusan manajemen yang menghadapi masalah semi terstruktur. Gory dan Scoot-Marton, mendefinisikan sistem pendukung keputusan sebagai kumpulan prosedur basis model untuk memproses data dan keputusan guna membantu manajer dalam membuat keputusan. Dikatakan bahwa supaya sukses sistem harus sederhana, sehat, mudah dikendalikan, adaptif, lengkap dalam persoalan penting dan mudah untuk didokumentasikan. Secara implisit definisi ini mengasumsikan bahwa sistem berbasis pada komputer dan memberikan kemampuan memecahkan masalah pemakai.29
Sprague dan Watson mendefinisikan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) sebagai sistem yang memiliki lima karakteristik utama yaitu (Sprague et.al, 1993):
1) Sistem yang berbasis komputer.
2) Dipergunakan untuk membantu para pengambil keputusan
3) Untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang mustahil dilakukan dengan kalkulasi manual
4) Melalui cara simulasi yang interaktif
5) Dimana data dan model analisis sebaai komponen utama 2. AHP (Analytical Hierarchy Program)
AHP adalah pengukuran multikriteria yang membantu untuk mengatasi masalah dalam membuat pengambilan keputusan terhadap masalah
29 Priranda Widara Ananta dan ri Winiarti, Sistem Pendukung Keputusan Dalam Penilaian Kinerja Pegawai Untuk Kenaikan Jabatan Pegawai Menggunakan Metode Gap Kompetensi, Jurnal Sarjana Teknik Informatika Volume 1 Nomor 2, Oktober 2013, h. 574
yang cukup rumit. AHP dilakukan dengan penataan masalah, mengidentifikasi faktor-faktor pengambilan keputusan, mengukur pentingnya faktor, sebuah model untuk membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan (Saaty, 1980).
AHP mencerminkan fakta sederhana bahwa sifat dasar dari pengambilan keputusan memerlukan serangkaian pertimbangan logis dari faktor yang berbeda dan terlibat dalam situasi pengambilan keputusan tertentu. Banyak faktor pengambilan keputusan yang kesulitan untuk mengukur atau memprioritaskan karena mereka tidak berwujud, subjektif, dan kualitatif mampu.
Salah satu keuntungan dari AHP adalah bahwa metode ini dapat mengkonversi faktor tak berwujud ke dalam nilai-nilai numerik, dan secara sistematis mengevaluasi bobot faktor yang dipilih berpasangan melalui serangkaian perbandingan (Saaty, 1980). Oleh karena itu, hal terpenting dalam AHP adalah logika pairwise comparson. Perbandingan berpasangan memungkinkan untuk produksi nilai kepentingan relatif, yang disebut dengan
weight, dan nilai kepentingan dihitung dengan menggunakan eignvalue.
Matriks aljabar dari perbandingan berpasangan digambarkan seperti berikut :
F. Penelitian Relevan
Nindya Linggar Amita (2015) dalam penelitiannya yang berjudul
Pengaruh Persepsi Kegunaan, Persepsi Kemudahan, Persepsi Risiko Terhadap Minat Menggunakan Layanan Produk BRILink (Studi pada
Masyarakat di Kota Kediri) menggunakan analisis linear berganda untuk
menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi kegunaan, persepsi kemudahan, dan persepsi risiko memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat menggunakan layanan produk BRILink. Hasil penelitian ini dapat digunakan pihak bank untuk meningkatkan efektivitas strategi pemasaran BRILink.
Adli Nazrian dan Paidi Hidayat Studi Tentang Keputusan Nasabah
Dalam Menabung Di Bank Sumut Cabang Usu Medan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang
mempengaruhi keputusan nasabah untuk menabung di Bank Sumut adalah produk, lokasi, keamanan, kredibilitas bank dan promosi.
Saiful Ma’arif (2016) dalam skripsisnya yang berjudul Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Bertransaksi Di Bank Syariah (Studi Kasus Di Bank Syariah Mandiri Cabang Boyolali) Hasil penelitian
menunjukkan: Bagi hasil, lokasi, dan keyakinan/ religiusitas berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah bertransaksi di Bank Syariah Mandiri. Sementara Pelayanan tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah bertransaksi di Bank Syariah Mandiri.
Ahmad Mardalis dan Edwin Zusrony (2009) dalam penelitian
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Memilih Bank Syariah
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan analisis faktor diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam memilih Bank Syariah “X” di Surakarta adalah Faktor Internal, yang terdiri
dari: keamanan dan kenyamanan, relasi, fitur atau produk, syariah dan promosi. Sedangkan Faktor Eksternal terdiri dari : personal, psikologi, sosial, dan kultural.30
Budi Utami, dalam penelitian yang berjudul Perbandingan Penentu
Keputusan Pemilihan Perbankan (Studi Kasus Pada Bank Rakyat Indonesia Syariah Dan Bank Rakyat Indonesia Konvensional). Hasil penelitian menunjukkan bahwa keputusan nasabah dalam memilih jasa perbankan Bank Rakyat Indonesia Syariah dan Bank Rakyat Indonesia Konvensional dipengaruhi oleh Profesionalitas, Akses, Popularitas, Fasilitas, Bunga Bank/Sistem Bagi Hasil, dan Produk Bank. Diperoleh hasil juga bahwa dari perbandingan variabel nasabah lebih cenderung memilih Bank Rakyat Indonesia Syariah.
G. Hierarki Penelitian
Gambar 2.2 Hirarki Penelitian
30 Ahmad Mardalis dan Edwin Zusrony Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Memilih Bank Syariah. (DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya) Vol.
H. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang akan dibuktikan kebenarannya setelah data dilapangan dapat diperoleh. Maka hipotesis semenatara yang dapat ditarik berdasarkan rumusan masalah penelitian dan teori yang relevan sebagai mana telah dijelaskan adalah bahwa
Keputusan nasabah dalam menggunakan produk BRILink ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya price, place, process, product, people,